Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI HIPERBILLIRUBIN

OLEH RUKATI

Pengertian
1. Ikterus Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah.

Ikterus Fisiologis Ikterus fisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam Schwats (2005) adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Timbul pada hari kedua ketiga b. Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % per hari pada kurang bulan c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari d. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg % e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama f. Tidak mempunyai dasar patologis

Ikterus Pathologis/ hiperbilirubinemia


adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus/keadaan yang patologis. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik sebagai berikut : darah.

Menurut Surasmi (2003) bila :

1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran 2) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam 3) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12,5 % pada neonatus cukup bulan 4) Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis) 5) Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

Etiologi
1. Peningkatan produksi a.Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan . b.Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran c.Ikatan bilirubin&protein terganggu seperti gangguan metabolic yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis d.Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase e.Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek meningkat misalnya pada BBLR f. Kelainan congenital

2.Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine. 3.Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, toksoplasmasiss, syphilis. 4.Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra hepatic.

Patofisiologi Peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.mengakibatkan penambahan beban bilirubin pada sel hepar yg berlebihan shg terjadi peningkatan kadar bilirubin. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu./atresi biliaris

Pengkajian 1. Anamnese orang tua/keluarga Ibu dengan rhesus ( - ) atau golongan darah O dan anak yang mengalami neonatal ikterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis ( Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan darah). Ada sudara yang menderita penyakit hemolitik bawaan atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter kelainan enzim darah merah.

Riwayat kelahiran Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan merupakn predisposisi terjadinya infeksi Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia), acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin. Bayi dengan apgar score renddah memungkinkan terjadinya (hypoksia), acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubn. Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh (hepar).

Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun 2) Kepala leher Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa pada mulut. Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia 3) Dada Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan frekuensi nafas. Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya infeks.

4) Perut Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ni berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan photo terapi. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi. Perut membuncit, muntah , mencret merupakan akibat gangguan metabolisme bilirubun enterohepatik Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella 5) Urogenital Urine kuning dan pekat. Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu

6)Ekstremitas Menunjukkan tonus otot yang lemah 7) Kulit Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor tang jelek. Elastisitas menurun. Perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis. 8) Pemeriksaan Neurologis Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain lain menunjukkan adanya tanda tanda kern - ikterus

c. Pemeriksaan Penunjang 1) Darah : Bilirubin > 10 mg % 2) Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi 3) Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya penurunan 4) Screnning Ikterus melalui metode Kramer dll .

Diagnosa keperawatan 1.Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare. 2.Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek fototerapi 3.Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare 4.Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan 5.Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi 6.Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi 7.Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar

Rencana keperawatan 1.Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare. Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake output, beri air diantara menyusui atau memberi botol. 2.Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek fototerapi Tujuan:Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5 - 37 C, cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.

3.Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah posisi setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan kelembabannya. 4.Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan Tujuan:Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku Attachment , orang tua dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding. Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk stimulasi sosial dengan ibu, anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya, libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan, dorong orang tua mengekspresikan perasaannya.

5.Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi. Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk menyampaikan pada tim kesehatan Intervensi : Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah.

6.Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat fototherapi Intervensi : Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan neonatus dalam keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata tida menutupi hidung dan bibir; matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup mata setiap akan disusukan; ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.

7. Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar Tujuan : Tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi Intervensi : Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam sebelum tindakan, pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan Rhesus serta darah yang akan ditranfusikan adalah darah segar; pantau tanda-tanda vital; selama dan sesudah tranfusi; siapkan suction bila diperlukan; amati adanya ganguan cairan dan elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang; monitor pemeriksaan laboratorium sesuai program.

Prinsip Evaluasi Evaluasi merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan. Adapun evaluasi bayi dengan hiperbilirubin dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan asuhan keperawatan dikatakan berhasil apabila dalam evaluasi terlihat pencapaian kriteria tujuan perencanaan yang diberikan pada bayi dengan hiperbilirubin.

Anda mungkin juga menyukai