Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN

KEPERAWATAN
HIPERBILIRUBINEMIA
PADA NEONATAL
KELOMPOK 6
1. AVELINDA MAHKOTA OGUR
2. JENI FEBRONIA
3. PRAMESTI RAHAYU
PENGERTIAN
HIPERBILIRUBINEMIA

Hiperbilirubinemia pada neonatal


atau disebut juga ikterius neonatrum
adalah keadaan klinis pada nenonatal
yang ditandai dengan pewarnaan
kuning pada kulit, sklera, atau
membran mukosa akibat penumpukan
bilirubin yang berlebihan.
IKTERUS FISIOLOGIS
 Ikterus muncul setelah usia 24 jam
 Peningkatan bilirubin tidak lebih dari 5
mg/dL dalam 24 jam
 Pencapai kadar puncak pada hari ke 3 sampai
hari ke 5 (untuk bayi kurang bulan: kadar
puncaknya pada hari ke 4 hingga ke 7)
 Menghilang pada hari ke 7 (untuk bayi kurang
bulan: menghilang pada hari ke 14)
IKTERUS PATOLOGIS
 Muncul pada 24 jam pertama
 Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL per 24 jam
 Ikterus menetap setelah hari ke 7 pada
aterm atau setelah hari ke 14 pada preterem
 Kadar bilirubin total > 15 mg/dL
 Ikterus perlu ditangani secara seksama,
karena bilirubin akan masuk ke dalam sel
syaraf dan merusak sehingga otak terganggu
dan mengakibatkan kecacatan sepanjang
hidup atau kematian.
ETIOLOGI
1. Peningkatan produksi akibat:
- Hemolisis, misalnya pada inkompatibilitas yang
terjadi bila terdapat ketidaksesuain golongan
darah.
- Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
- Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti
gangguan metabolic yang terdapat pada bayi hipoksia
atau asidosis.

2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas


pengangkutan misalnya pada Hipoalbuminemia atau
karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiazine.
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme atau toksin yang
dapat langsung merusak sel hati dan darah
merah seperti infeksi, toksoplamosis,
syphilis.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau


ekstra hepatik.

5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik


misalnya pada ileus obstruktif.
PATOFISIOLOGI
Hiperbilirubinemia dapat terjadi bila hepar
tidak dapat menjalankan metabolisme atau
ekskresi bilirubin dengan baik.

Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai


kadar bilirubin darah lebih dari 3 mg/dL.
Secara klinis, pada jaringan seperti sklera,
mukosa, dan kulit karena penumpukan
bilirubin di jaringan-jaringan tersebut.
MANIFESTASI KLINIS
 Ikterus pada kulit dan konjungtiva, mukosa, dan
alat-alat tubuh lainnya. Bila ditekan akan timbul
kuning
 Bilirubin direk ditandai dengan kulit kuning
kehijauan dan keruh pada ikterus berat
 Bilirubin indirek ditandai dengan kulit kuning
terang pada ikterus berat
 Bayi menjadi lesu
 Bayi menjadi malas minum
 Letargi
 Tonus otot meningkat
 Leher kaku
 opistotonus
GEJALA
Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan
menjadi:
1. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai
fase pertama kernikterus pada neonatal
adalah letargi, tidak mau minum dan
hipotoni.
2. Gejala krinik : tangisan yang melengking
meliputi hipertonus dan opistonus. Bayi
yang selamat biasanya menderita gejala
sisa berupa paralysis serebrlal dengan
atetosis, gangguan pendengaran, paralysis
sebagian otot mata dan displasia dentalis.
PENATALAKSANAAN

 Lebih kearah suportif


 Memberi ASI secepat mungkin
setelah lahir
 Kadar bilirubin harus dipantau
 Bayi akan mendapatkan fototerapi
sampai kadar darah diperoleh
 Transfusi tukar
DAMPAK

 Hiperbilirubinemia dapat
menyebabkan pembentukan
kolelitiasis bila terjadi supersaturasi
empedu dengan garam kalsium atau
kolestrol.
 Kulit dan mata menjadi kuning
 Warna urin menjadi gelap
 Menyebabkan penyakit kuning
ASUHAN KEPERAWATAN
 Pengkajian
a. Identitas bayi
Nama : By.L
Usia : 2 hari
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Batagak, sungai pua, bukit tinggi

b. Identitas Orang Tua


 Nama : Tn.N/Ny.L
 Usia : 35/32 tahun
 Pendidikan : SD/SMP
 Pekerjaan : Petani/IRT
c. Keluhan utama : By.L dipindahkan ke ruang
perinatologi dari ruang
rawat inap kebidanan 2 hari setelah
lahir karena badannya kuning
dari kepala sampai paha.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga : ibu pasien


memiliki riwayat
epilepsy
e. Diagnosa Keperawatan:
- Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan jaundice atau radiasi.
- Ketidakefektifan termoregulasi
berhubungan dengan peningkatan suhu
lingkungan dan tubuh akibat fototerapi.
- Resiko ketidakseimbangan volume cairan
tubuh berhubungan dengan peningkatan IWL
(insensible water loss) akibat fototerapi dan
kelemahan menyusui.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai