Anda di halaman 1dari 22

HIPERBILIRUBINEMIA

Kelompok 5
Azizah Nurlaila Elza (201602008)
Rezza Eka Maykurnia (201602032)
Definisi
• Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana
terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah
>5mg/Dl, yang secara klinis ditandai oleh adanya
ikterus, dengan faktor penyebab fisiologik dan
non-fisiologik. ()
• Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar
bilirubin serm (hiperbilirubinemia) yang dapat
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat
menimbulkan ikterus (Suzanne C. Smeltzer,
2002).
Etiologi
1. Peningkatan produksi
a. Hemolisis, misal pada inkompatibilitas yang terjadi bila
terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada
penggolongan rhesus dan ABO
b. Pendarahan tertutup, mislanya pada trauma kelahiran
c. Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolik yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis
d. Defisiensi G6PD (Glukosa 6 phospat dehidrogenase)
e. Ikterus asi yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3
(alfa), 20 (beta), diol (steroid).
f. Kurangnya enzim glukoronil transeverase, sehingga kadar
bilirubin indirect meningkat, misalnya pada berat lahir rendah
g. Kelainan kongenital dan dubin hiperbilirubin
2. Gangguan transportasi akibat penurunan
kapasitas pengangkutan, misalnya pada
hipoalbuminemia atau karena pengaruh
obat-obat tertentu, misalnya sulfadiasin
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme atau toksin yang
dapat langsung merusak sel hati dan darah
merah seperti infeksi, toksoplasma, sifilis
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra
hepatik
5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya
pada ileus obstruktif.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis ikterus fisiologis:
a) Tampak pada hari 3,4
b) Bayi tampak sehat(normal)
c) Kadar bilirubin total <12mg%
d) Menghilang paling lambat 10-14 hari
e) Tak ada faktor resiko
f)Sebab: proses fisiologis(berlangsung dalam kondisi
fisiologis)(Sarwono et al, 1994)

Gambaran klinik ikterus patologis:


a) Timbul pada umur <36 jam
b) Cepat berkembang
c) Bisa disertai anemia
d) Menghilang lebih dari 2 minggu
e) Ada faktor resiko
f) Dasar: proses patologis (Sarwono et al, 1994)
PATHWAY
KLASIFIKASI
 Ikterus fisiologi
Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari
kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar
patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi karena
ikterus. Adapun tanda-tanda sebagai berikut :
1. Timbul pada hari kedua dan ketiga
2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada
neonatus cukup bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi
5% per hari.
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologis
 Ikterus Patologi
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai
dasar patologis atau kadar bilirubin mencapai suatu
nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun
tanda-tandanya sebagai berikut:
1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus
cukup bulan atau melebihi 12,5% pada neonatus
kurang bulan.
3. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
Komplikasi

 1. bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)


 2. kernikterus : kerusakan neurologis,
cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan
tangisan yang melengking
Penatalaksanaan
 Pengawasan antenatal dengan baik dan
pemberian makanan sejak dini (pemberian asi)
 Menghindari obat yang meningkatkan ikterus
pada masa kelahiran, misalnya sulfa furokolin
 Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada
neonatus dan janin
 Fenobarbital, dapat mengekskresi bilirubin
dalam hati dan memperbesar konjugasi.
 Antibiotik, bila terkait dengan infeksi
 Fototerapi, dilakukan apabila telah dilakukan
penegakan hiperbilirubin patologis, fungsinya
untuk menurunkan bilirubin dikulit melalui
tinja dan urine dengan oksidasi foto pada
bilirubin dari biliverdin
 Transfusi tukar, bila sudah tidak dapat
ditangani dengan foto terapi
Pemeriksan Penunjang

1. laboratorium (Pemeriksaan Darah)


a. Pemeriksaan bilirubin serum. Pada bayi
prematur kadar bilirubin > 10 mg/dL dan bayi
cukup bulan kadar bilirubin 12 mg/dL merupakan
keadaan yang tidak fisiologis
b. HB, HCT, hitung darah lengkap
2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang
kantong empedu
3. Radioisotop scan, dapat digunakan untuk
membantu membedakan hepatitis dan atresia
billiari
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Fokus
1. Riwayat penyakit
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah
(ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah
A, B, O). Polisistemia, infeksi, hematoma,
gangguan metabolisme hepar, obstruksi saluran
pencernaan, ibu menderita DM
2. Riwayat kehamilan
kurangnya antenatal care yang baik.
Penggunaan obat-obat meningkatkan ikterus.
Contoh : salisilat sulkaturosic oksitosin yang dapat
mempercepat proses konjugasi sebelum ibu partus
3. Riwayat persalinan
lahir prematur atau kurang bulan, trauma riwayat
persalinan.
4. Riwayat Post natal
adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat,
sehingga kulit bayi tampak kuning
5. Riwayat kesehatan keluarga
seperti ketidakcocokan darah ibu dan anak
policytenia, gangguan saluran cerna dan hati
(hepatitis)
6. Riwayat psikososial
misalnya kurangnya kasih sayang karena perpisahan,
perubahan peran orang tua
7. pengetahuan keluarga
penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman
orang tua pada bayi yang ikterus.
8. Pemeriksaan fisik
ikterus terlihat pada sklera, selaput lendir, dan
urin pekat seperti teh, letargi, hipotonus, refleks
menghisap kurang, peka rangsang, tremor,
kejang, dan tangisan melengking. Selain itu,
keadaan umum lemah, ttv tidak stabil terutama
suhu tubuh, refleks hisap pada bayi menurun, bb
turun, pemeriksaan tonus otot. Hidrasi bayi
mengalami penurunan, kuning tampak kuning
dan mengelupas, sklera mata kuning, dan
perubahan warna kuning dan feses.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake
cairan dan diare
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan cairan
terpenuhi
 Kriteria hasil : terjadi keseimbangan cairan
 Intervensi :
a. Catat jumlah dan kualitas feses
b. Pantau turgor kulit
c. Pantau intake output cairan
d. Monitor status dehidrasi
e. Monitor TTV
f. Kolaborasi pemberian iv
2. Hipertermia b.d efek fototerapi
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan suh dalam batas
normal
 Kriteria hasil : nadi dan suhu dalam batas normal
 Intervensi :
a. Beri suhu lingkungan yang netral
b. Monitor suhu sesering mungkin
c. Monitor WBC, HB, dan HCT
d. Monitor warna dan suhu kulit
e. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan
antipiretik
f. Monitor ttv tiap 2 jam
3. Gangguan integritas kulit b.d hiperbilirubin dan
diare
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan kerusakan kulit
teratasi
 Kriteria hasil : kulit menjadi lembab
 Intervensi :
a. Kaji warna kulit tiap 4 jam
b. Pantau bilirubin direct, indirect
c. Ubah posisi setiap 2 jam
d. Massase daerah yang menonjol
e. Jaga kebersihan kulit dan kelembaban
Kesimpulan
- Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana
terjadi peningkatan kadar bilirubin pada darah,
yang sering ditandai oleh adanya ikterus . Pada
bayi baru lahir, hiperbilirubinemia sering terjadi
oleh karena kemampuan hati bayi yang masih
kurang untuk mengekskresikan bilirubin yang
terus diproduksi.
- Etiologi hiperbilirubinemia perlu dideteksi secara
pasti, fisiologik atau non-fisiologik, sebagai
dasar pemeriksaan dan tindak lanjut
penanganan neonatus
- Pengobatan hiperbilirubinemia bertujuan untuk
menurukan kadar bilirubin yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Diagnose Nanda (NIC dan NOC) 2007-2008

http://www.scribd.com/doc/264236641

Tim pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosa Keperawatan


Idonesia.jakarta:PPNI.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai