Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pernapasan memegang peranan sangat penting dalam mempertahankan
kehidupan neonatus. Penyebab gangguan pernapasan dapat dibagi menjadi
infeksi dan non infeksi. Kira-kira 1% neonatus memiliki distress pernapasan
yang tidak berhubungan dengan infeksi. Dari 1%, kira-kira 33%-50% nya adalah
Transient Tachypnea of Newborn (TTN). TTN merupakan self limited disease,
namun dapat juga membahayakan kehidupan neonatus sehingga diperlukan
bantuan pernapasan,

Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kematian yang


paling sering terjadi pada anak, terutama pada bayi yang disebabkan oleh karena
saluran pernafasannya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah.
Selain faktor organ pernafasan, keadaan pernafasan bayi dan anak juga
dipengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya
sakit perut, atau lambung yang penuh. Penilaian keadaan pernafasan dapat
dilaksanakan dengan mengamati gerakan dada dan atau perut. Neonatus normal
biasanya mempunyai pola pernafasan abdominal. Apabila anak sudah dapat
lebih besar atau sudah dapat berjalan maka pernafasannya menjadi
thorakoabdominal.

Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang dari
pada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif,
sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada
keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang paling
sering adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat
disebabkan oleh berbagai kelainan, trauma, alergi, insfeksi dan lain-lain

1
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen.Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menitke semua
proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak,membuang zat
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan,
serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga
merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untukmetabolisme tubuh (Atoilah &
Kusnadi, 2013).(Eki, 2017)

Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir. Gangguan pernapasan yang sering
ditemukan pada bayi baru lahir (BBL) termasuk Transient Tachypnea Of
Newborn (TTN) yang merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispeu atau
takipnea. Sindrom ini dapat trerjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar
paru. Oleh karena itu, tindakan yang tepat disesuaikan dengan penyebab
sindrom ini (Chang, 2009).

Transient Tachypnea of Newborn (TTN) atau sering juga disebut. Transient


Respiratory Distress of Newborn (TRDN) adalah penyakit yang terjadi pada
banyak bayi di seluruh dunia dan dihadapi oleh semua dokter yang merawat bayi
baru lahir. Angka kejadian sekitar 1-2 % kelahiran hidup. Hal ini disebabkan
adanya penumpukan cairan yang berlebihan dalam paru akibat gangguan
mekanik pada saat lahir yang biasa terjadi pada pasien yang dilahirkan secara
operasi caesar, terlambatnya penyerapan kembali karena tekanan vena sentral
meningkat dan terganggunya penyerapan cairan melalui sistem limfatik.

Bayi yang sering mengalami TTN adalah bayi yang dilahirkan secara operasi
caesar karena mereka kehilangan kesempatan untuk mengeluarkan cairan paru.
Bayi yang dilahirkan lewat persalinan pervagina mengalami kompresi dada saat
melewati jalan lahir. Hal inilah yang menyebabkan sebagian cairan paru keluar.
Kesempatan ini tidak didapatkan bagi bayi yang dilahirkan operasi caesar.

2
Berdasarkan data yang didapat dari Instalasi Rekam Medik RS Mitra Keluarga
Cibubur bulan Januari sampai Desember tahun 2021 di Lantai II Ruang NICU
jumlah bayi dengan kasus TTN sebanyak 19 pasien dari jumlah pasien NICU 35
pasien atau sekitar 54,2 %.

Berdasarkan uraian di atas maka kami tertarik untuk memahami lebih dalam
bagaimana proses asuhan keperawatan pada neonatus dengan Transient
Tachypnea of Newborn. Proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan
dituangkan dalam sebuah makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
By.Ny. U.O. dengan Transient Tachypnea of Newborn di Lantai II Ruang
NICU Rumah Sakit Mitra Keluarga Cibubur”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi
dengan Transient Tachypnea of Newborn (TTN).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ilmiah ini adalah diharapkan perawat
atau tenaga media lain mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Transient Tachypnea of
Newborn (TTN).
b. Menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Transient
Tachypnea of Newborn (TTN).
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Transient
Tachypnea of Newborn (TTN).
d. Melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Transient
Tachypnea of Newborn (TTN).
e. Melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan Transient
Tachypnea of Newborn (TTN).
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta mencari
solusi atau alternatif pemecahan masalah.

3
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Transient
Tachypnea of Newborn (TTN).

C. Ruang Lingkup
Dalam menyusun makalah ini, penulis membahas tentang “Asuhan
Keperawatan pada By.Ny.U.O. dengan Transient Tachypnea of Newborn
(TTN) di Lantai II Ruang NICU RS. Mitra Keluarga Cibubur” yang
dilaksanakan dari tanggal 28 sampai dengan 30 Maret 2022.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wacana ilmu pengetahuan
dan dapat digunakan sebagai masukan serta informasi bagi perawat untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di Rumah Sakit.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pustaka bagi
perawat.
b. Bagi RS. Mitra Keluarga
Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan.
c. Bagi Penulis
Dapat memberi pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya
tentang gambaran kejadian TTN di pelayanan kesehatan.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Terdiri dari konsep dasar TTN yang mencakup pengertian, etiologi,
proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik, klasifikasi,
komplikasi, dan penatalaksanaan, konsep tumbuh kembang bayi

4
(neonatus), serta asuhan keperawatan TTN yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan atau implementasi
dan evaluasi keperawatan.
BAB III TINJAUAN KASUS
Terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
BAB IV PEMBAHASAN
Terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
BAB V PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Transient Tachypnea of Newborn (TTN) adalah suatu penyakit ringan pada bayi
baru lahir (BBL) yang mendekati cukup bulan (near term) atau cukup bulan
(term) yang mengalami respiratori distress segera setelah lahir dan hilang
dengan sendirinya dalam waktu 3 - 5 hari. (Subramanian, 2015).

Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) adalah kondisi saat janin lahir dan
mulai menarik napas terjadi inflasi paru yang mengakibatkan peningkatan
tekanan hidrolik yang menyebabkan cairan berpindah keinterstitial. Volume
darah paru juga meningkat pada saat bayi menarik napas, tetapi cairan dalam
paru belum mulai berkurang sampai 30-60 menit postnatal dan lengkap
diabsorbsi dalam 24 jam (Emory P, 2015).

TTN disebabkan adanya penumpukan cairan yang berlebihan dalam paru


akibatnya terjadi gangguan mekanik saat lahir pada pasien yang
dilahirkansecara operasi caesar, terlambatnya penyerapan kembali karena
tekanan vena sentral meningkat dan terganggunya penyerapan cairan
melalui system limfatik. (Kusyati E, 2014)

B. Etiologi
Transient Tachypnea of Newborn (TTN) disebut juga respiratory distress
syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN tidak
dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur (paru-
paru bayi prematur belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab
TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor resiko yang meningkatkan kejadian
TTN pada bayi baru lahir. Faktor resiko TTN pada bayi baru lahir menurut
(Salama, 2013) di antaranya:
1. Lahir secara Sectio Caesar (SC)
2. Lahir dari ibu dengan diabetes
3. Lahir dari ibu dengan asma

6
4. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age)
5. Asfiksia prenatal
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan
sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar.
Perubahan hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di
paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau yang lahir dengan Sectio Caesar
(SC) tidak mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal
seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami
penumpukan cairan di paru-paru saat mereka menarik napas untuk pertama kali.

C. Patofisiologi
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan bayi
tidak menggunakan paru-parunya untuk bernafas. Bayi mendapat oksigen dari
pembuluh darah plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di paru-paru bayi
mulai berkurang sebagai respon dari perubahan hormonal. Cairan juga terperas
keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir (tekanan mekanis terhadap thoraks).
Setelah lahir bayi mengambil nafas pertamanya dan paru-paru terisi udara dan
cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan yang masih tersisa kemudian
dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap melalui sistem pembuluh darah
atau sistem limfatik.

Bayi dengan TTN mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru atau
pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami
kesulitan untuk menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih
cepat dan lebih dalam untuk mendapat cukup oksigen ke paru-paru.

7
8
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala TTN menurut (Gomella, 2018), meliputi :
1. Kesulitan bernafas yang ditandai dengan nafas cepat dan dalam (takipnea)
lebih dari 60 x/menit
2. Napas cuping hidung (nasal flare)
3. Sela iga cekung saat bernafas (retraksi interkostal)
4. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis) perifer dan sentral
5 Grunting atau merintih/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas

Neonatus dapat memeprlihatkan barel chest karena peningkatan diameter


anteroposterior. Selain tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak
seperti bayi lainnya. Manifestasi yang sudah dijelaskan diatas akan terlihat 24
jam pertama sesudah neonatus lahir dengan derajat gambaran radiologis yang
berbeda, namun biasanya kejadian TTN sudah terlihat 4 jam pertama ketika
neonatus lahir.

E. Komplikasi
Apabila tatalaksananya buruk, menurut (Kosim, 2015) komplikasi yang
mungkin seperti :
1.Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan
nutrisi pada organ-organ vital (otak, jantung, paru, ginjal).
2.Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia)

Beberapa neonatus dapat menunjukkan hipoksia, kelelahan pernafasan dan


asidosis. Terkadang kebocoran udara (misalnya pneumothorax atau pneumo
mediastinum yang kecil) dapat terlihat. Beberapa studi mengatakan bahwa TTN
merupakan faktor resiko terhadap sindrom wheezing di masa depan saat masa
kanak-kanak dan sifatnya tidaklah sementara seperti TTN. Namun masih
diperlukan studi lainnya untuk memastikan hubungan ini.

9
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada TTN hanyalah suportif. Ketika cairan paru paru
terabsorbsi oleh sistem limfatik neonatus, maka kondisi paru paru akan
membaik. Namun, seperti halnya neonatus yang baru lahir yang memiliki
masalah pernafasan, neonatus dengan TTN juga perlu diawasi dengan ketat.
Kadang kadang neonatus akan dimasukkan ke unit perawatan intensif neonatus
(NICU) untuk perawatan ekstra. Monitor diperlukan untuk mengukur denyut
jantung, laju pernapasan, suhu tubuh, dan kadar oksigen secara kontinu. (Kosim,
2015).
Penatalaksanaan TTN menurut (Kosim, 2015), antara lain :
1. Pemberian oksigen (HFN atau CPAP)
2. Pemasangan OGT (Oro Gastric Tube)
3. Mempertahankan suhu (36,5 – 37,5 )
4. Pemberian antibiotik
5. Minimal handling

Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pernapasan menurun dan kadar
oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui
masker, selang di bawah hidung. Jika bayi tetap berusaha keras untuk bernapas
meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive airway pressure
(CPAP) dapat digunakan untuk memberikan aliran udara ke paru-paru. Dengan
CPAP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin secara
berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk
membantu paru-paru tetap terbuka selama pernafasan.

Pada kasus berat maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini
jarang terjadi. Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu
cepat sehingga bayi tidak dapat mengisap, menelan dan bernafas secara
bersamaan. Pada kasus ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan
agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula darah bayi tetap terjaga. Dalam 24-48
jam proses pernafasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan kembali
normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika keadaan bayi
belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab lainnya
yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih dari TTN umumnya bayi akan pulih

10
sepenuhnya, inilah syarat di mana bayi boleh dipulangkan. Sebelum pulang
berikan edukasi kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan
memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas, tampak
biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul segera hubungi dokter
dan unit gawat darurat terdekat.

E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi,
dan komunikasi data tentang klien, di mana fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah yaitu pengumpulan dari sumber primer (klien) dan
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) dan analisis data sebagai dasar untuk
diagnosa keperawatan Poter et al, 2005.

Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan data dasar tentang kebutuhan,


masalah kesehatan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang
dilakukan klien. Informasi yang terkandung dalam data dasar adalah dasar untuk
mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan, mengembangkan dan
memperbaiki sepanjang waktu asuhan keperawatan untuk klien. Agar sangat
berguna pengumpulan data pengkajian harus relevan yaitu dengan cara
menggunakan format pengkajian standarisasi yang telah tersedia. Namun
demikian format ini tidak dimaksudkan untuk membatasi pendekatan perawat.

Format ini mencakup pertanyaan ke berbagai penjuru tetapi tidak selalu relevan
dengan masalah kesehatan spesifik klien. Oleh karena itu penting bagi perawat
untuk berpikir kritis tentang apa yang harus dikaji. Pengkajian bersifat dinamis,
pengkajian harus memungkinkan perawat untuk secara bebas menggali masalah
yang relevan.
Pengkajian pada pasien dengan Transient Tachypnea of Newborn (TTN)
meliputi:
1. Data biografi
Nama, jenis kelamin, usia, riwayat kehamilan (usia kehamilan biasanya aterm
atau kurang bulan), komplikasi kehamilan dan persalinan, dan jenis
persalinan.

11
2. Riwayat kesehatan terdahulu
Gangguan kehamilan sebelumnya, infeksi, perdarahan antepartum, penyakit
kronis yang pernah diderita, merokok, minum alkohol, jarak kelahiran atau
kehamilan terlalu dekat.
3. Sistem sirkulasi/kardiovaskular
Frekuensi dan irama jantung 120-160 x/menit, bunyi jantung tambahan
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis/pucat, capilary refill (< 3 detik).
4. Sistem pernafasan
Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris, cuping hidung,
retraksi interkostal: frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata 40-60
x/menit, bunyi pernafasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
5. Sistem gastrointestinal
Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), penurunan
peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah,
warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan menghisap
yang lemah.
6. Sistem genitourinaria
Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis dan PH).
7. Sistem neurologis dan muskuloskeletal
Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, menggenggam, plantar, posisi atau
sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
8. Sistem termoregulasi (suhu)
Suhu kulit dan aksila mungkin terjadi perubahan yang cepat dan suhu
lingkungan yang dapat mempengaruhi suhu klien dalam beradaptasi.
9. Sistem kulit
Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus,
tekstur dan turgor kulit kering, halus dan terkelupas).
10. Pemeriksaan fisik
Berat badan normal atau sesuai dengan usia kehamilannya (> 2500 gr), batas
dahi dan rambut kepala jelas, lanugo banyak terutama pada dahi, telinga dan

12
lengan, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga, fungsi saraf yang belum
atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap, menelan dan batuk masih
lemah atau tidak efektif dan tangisannya lemah, jaringan kelenjar mamae
masih kurang akibat pertumbuhan otot, kuku panjangnya sudah melewati
ujung jari, lingkar perut sama dengan atau kurang 30 cm, alat kelamin pada
bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum jelas, testis sudah turun ke
dalam skrotum, sedangkan bayi perempuan klitoris menonjol labia minora
sudah tertutup oleh labia mayora, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang,
tumit mengkilap, telapak kaki halus, tonus otot baik sehingga bayi cukup
aktif dalam bergerak, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit, nilai APGAR
SCORE pada menit 1 dan ke 5.

TANDA NILAI 0 NILAI 1 NILAI 2


Apperance Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
Biru atau pucat
Warna kulit ekstremitas biru kemerahan
Pulse
Tidak ada < 100 kali/menit >100 kali/menit
Denyut nadi
Grimace
Tidak ada Gerakan sedih Gerakan kuat
Refleks
Activity Ekstremitas agak
Lumpuh Gerakan aktif
Tonus otot fleksi
Respiration Lambat, tidak
Tidak ada Menangis kuat
Usaha napas teratur

11. Pemeriksaan penunjang


Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan pada TTN untuk menyingkirkan
diagnosis banding lain atau justru membantu menegakkan diagnosis banding
lain, terutama bila keadaan nafas neonatus sudah sangat buruk dalam <3 hari
kehidupannya. (Gomella, 2009)

13
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut
(Subramanian, 2015) antara lain :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisis Gas Darah
Pemeriksaan AGD penting untuk memastikan keadaan pertukaran gas
dan keseimbangan asam-basa, selain itu merupakan indikator definitiv
dari pertukaran gas untuk menilai gagal napas akut.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk menyingkirkan tanda infeksi dan menyingkirkan polisitemia.
c. Tes antigen serum dan urine
d. Kadar plasma endothelin 1 (ET-1)
e. Interleukin 6 (IL-6)
2. Rontgen Thorax
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, sinar-x dapat digunakan untuk
membuat diagnosis.
3. Lung Ultrasonography
Akhir akhir ini ultrasonography dipakai dalam mendiagnosis TTN dengan
ditemukannya double lung point yang tidak terlihat pada RDS, atelektasis,
pneumothorax, pneumonia dan neonatus yang sehat.

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan terdiri dari diagnosis keperawatan positif dan negatif.
Diagnosis keperawatan positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat
dan dapat mencapai kondisi lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut
dengan diagnosis promosi kesehatan. Sedangkan diagnosis keperawatan negatif
menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami
kesakitan. Diagnosis ini terdiri dari diagnosis aktual dan diagnosis risiko (TIM
POKJA SDKI DPP PPNI, 2016).

Diagnosis aktual menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehataan


yang dapat menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan. Tanda atau gejala
mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien. Diagnosis aktual,
indikator diagnostiknya terdiri atas penyebab dan tanda gejala. Perumusan

14
diagnosis aktual menggunakan penulisan tiga bagian yaitu masalah (P)
berhubungan dengan penyebab (E) dibuktikan dengan tanda gejala (S).

Respon aktual dan resiko klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan
literatur yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu dan konsultasi dengan
profesional lain yang dikumpulkan selama pengkajian. Diagnosa keperawatan
tidak menggambarkan semua yang dilakukan dalam keperawatan. Praktik
keperawatan terdiri dari tiga jenis aktivitas: tergantung, saling tergantung dan
mandiri.
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
Transient Tachypnea of Newborn menurut (SDKI DPP PPNI, 2016) adalah :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas:kelemahan otot pernapasan.
2. Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kebutuhan
oksigen meningkat, perubahan suhu lingkungan ekstrem.
3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI,
reflek menghisap bayi.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang masih lemah,
pembentukan antibodi belum sempurna, pertahanan imunologis masih
kurang.
5. Ikterik neonatus berhubungan dengan usia kurang dari 7 hari, adanya
penurunan berat badan abnormal, prematuritas (<37 minggu).
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dengan struktur kulit
imature, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.

G. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Perencanaan
keperawatan terdiri dari beberapa komponen, yaitu label, definisi, dan tindakan.
Komponen label merupakan nama dari perencanaan keperawatan yang
merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi terkait perencanaan
keperawatan tersebut. Komponen definisi menjelaskan tentang makna dari label.

15
Perencanaan keperawatan, pada penulisannya akan diawali dengan kata kerja
berupa perilaku yang dilakukan perawat, bukan perilaku pasien. Komponen
tindakan merupakan rangkaian perilaku atau yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan perencanaan keperawatan. Tindakan pada perencanaan
keperawatan terdiri atas observasi, terapiutik, edukasi, dan kolaborasi (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Tahap rencana keperawatan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan,


dimana disusun berdasarkan prioritas masalah yang ada pada pasien dan
menentukan tujuan dalam melakukan rencana keperawatan dan kriteria hasil apa
saja yang harus dapat diukur dan diterima sesuai (SMART) yaitu spesifik,
measurable (dapat diukur), achivable (dapat tercapai), reality (nyata), time (tepat
waktu).
Intervensi keperawatan yang dilakukan antara lain :
1. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas neurologis
Ditandai dengan : pengguanaan otot bantu nafas, pola nafas abnormal.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan pola nafas efektif
Kriteria hasil :
Dispnea menurun, penggunaan otot bantu nafas menurun, pemanjangan fase
ekspirasi menurun, frekuensi nafas membaik (RR : 30-60 x/menit),
kedalaman nafas membaik.
Intervensi :
Intervensi utama
a. Manajemen jalan nafas:
1) Obsevasi:
a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas).
b) Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi, weezing,
ronkhi kering).
c) Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma).
2) Terapeutik :
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-
lift / jaw thrust jika curiga trauma servikal
b) Posisikan semi-fowler
c) Lakukan fisoterapi dada

16
d) Jika perlu, lakukan penghisapan lendir dari 15 detik
e) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal,
keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep mogill
f) Berikan oksigen
3) Edukasi : Beri asupan cairan sesuai kebutuhan
4) Kolaborasi: Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik bila perlu.
b. Pemantauan respirasi
1) Observasi: Monitor frekuensi, irama, kedalaman upaya napas,
monitor pola nafas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul),
monitor kemampuan batuk efektif, monitor adanya produksi sputum,
monitor adnya sumbatan jalan napas, palpasi kesimetrisan ekspensi
paru, auskultasi bunyi nafas, monitor saturasi oksigen, monitor AGD,
monitor hasil x-ray toraks.
2) Terapeutik: Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien,
dokumentasikan hasil pemantauan.
3) Edukasi: Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan, informasikan
hasil pemantauan, jika perlu.
Intervensi pendukung:
a. Stabilisasi jalan nafas
1) Observasi : Identifikasi ukuran dan tipe selang orofaringeal dan naso
faringeal, monitor suara napas setelah selang napas terpasang, monitor
komplikasipemasangan selang jalan napas, monitor kesemetrisan
pergerakan dinding dada, monitor saturasi oksigen (SpO2 dan CO2).
2) Terapeutik : Gunakan alat pelindung diri, posisikan kepala pasien
sesuai dengan kebutuhan, lakukan penghisapan mulut dan orofaring,
insersikan selang oro/nasofaring dengan tepat, pastikan selang
oro/nasofaring mencapai dasar lidah dan menahan lidah tidak jatuh ke
belakang, fiksasi selang oro/nasofaring dengan cara yang tepat, ganti
selang oro/nasofaring sesuai prosedur, pastikan pemasangan selang
endotrakeal dengan menyiapkan peralatan intubasi dan peralatan
darurat yang dibutuhkan, berikan oksigen 100% selama 3-5 menit,
sesuai kebutuhan, auskultasi dada setelah intubasi, tandai selang

17
endotrakeal pada bibir atau mulut, verifikasi posisi selang dengan
menggunakan x-ray dada, pastikan trakea 2-3 cm di atas karina.
3) Edukasi : Jelaskan tujuan dan prosedur stabilitasi jalan napas
4) Kolaborasi : pemilihan ukuran dan tipe selang trakeostomi yang
memiliki volume tinggi, nabset yang memiliki tekanan rendah.
b. Manajemen ventilasi mekanik
1) Observasi : Periksa indikasi ventilator mekanik (misal. Kelelahan otot
napas, disfungsi neurologis, asidosis respiratorik), monitor efek
ventilator terhadap status oksigenisasi, monitor kriteria perlunya
penyapihan ventilator, monitor gejala peningkatan pernafasan, monitor
kondisi yang meningkatkan konsumsi oksigen.
2) Terapeutik : Atur posisi kepala 45-60 derajat untuk mencegah
aspirasi, reposisi pasien setiap 2 jam sekali, jika perlu, lakukan
perawatan mulut secara rutin, lakukan fisioterapi dada jika perlu,
lakaukan penghisapan lender sesuai kebutuhan, ganti sirkuit ventilator
setiap 24 jam sekali atau sesuai protocol, siapkan bag-valve mask di
samping tempat tidur untuk antisipasi malfungsi mesin, dokumentasi
respon terhadap ventilator.
3) Kolaborasi : Kolaborasi pemilihan mode ventilator, kolaborasi
pemberian agen pelumpuh otot, sedative, analgesik, sesuai bebutuhan,
kolaborasi penggunaan PS atau PEEP untuk meminimalkan
hipoventilasi alveolus.

2. Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kebutuhan


oksigen meningkat, perubahan suhu lingkungan ekstrem.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan termoregulasi efektif,
hipotermi tidak terjadi.
Kriteria Hasil: Menggigil menurun, suhu tubuh membaik ( 36,50 - 37,5 0 C ),
akral hangat
Intervensi utama:
a. Pengukuran suhu tubuh
1) Observasi: Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Terapeutik: Dokumentasikan hasil pengukuran suhu.

18
Intervensi pendukung
a. Perawatan bayi
1) Observasi: Monitor tanda – tanda vital bayi ( terutama suhu 36,5 0C-37,5
0
C).
2) Terapeutik: Mandikan bayi dengan suhu ruangan 21-240C, mandikan
bayi dalam waktu 5-10 menit dan 2 kali dalam sehari, rawat tali pusat
secara terbuka ( tali pusat tidak dibungkus dengan apapun ), bersihkan
pangkal tali pusat dengan lidi kapas yang telah diberi air mateng, kenakan
popok bayi dibawah umbilicus jika tali pusat belum terlepas, lakikan
pemijatan bayi, ganti popok bayi jika basah, kenakan pakaian bayi dari
bahan katun.
3) Edukasi: Anjurkan ibu menyusui sesuai kebutuhan bayi, ajarkan ibu cara
perawatan bayi dirumah, ajarkan cara pemberian makanan pendamping
pada bayi > 6 bulan.
b. Manajemen cairan
1) Observasi: Monitor status hudrasi ( mis. frekuensi nadi, kekutan nadi,
akral hangat, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,
tekanan darah ), monitor berat badan harian, monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin, BUN),
monitor status hemodinamik (mis. MAO, CVP, PAP, PCWP jika
tersedia).
2) Terapeutik: Catat inteke-output dan hitung cairan, sesuai kebutuhan,
berikan cairan intravena, jika perlu.
3) Kolaborasi: Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu.

3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai


ASI, reflek menghisap bayi
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan status menyusui membaik
Kriteria Hasil: perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat, kemampuan
ibu memposisikan bayi dengan benar, kepercayaan diri ibu meningkat,
tetesan ASI meningkat.

19
Intervensi :
a. Edukasi menyusui
1) Observasi : identifikasi kesiapan kemampuan menerima informasi,
identifikasi tujuan dan keinginan menyusui
2) Terapeutik : sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, berikan
kesempatan bertanya, dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui, libatkan suami, keluarga.
3) Edukasi: berikan konseling laktasi, jelaskan manfaat menyusui , ajarkan
posisi menyusui, ajarkan perawatan payudara, dan cara memerah ASI.
b. Konseling laktasi:
1) Observasi : identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan
konseling menyusui, identifikasi permasalahan yang ibu alami selama
proses menyusui
2) Terapeutik: gunakan tehnik mendengarkan aktif, berikan pujian.
3) Edukasi: ajarkan tehnik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu
Intervensi pendukung:
a. Edukasi nutrisi bayi
1) Observasi: idenfikasi kesiapan dan kemampuan ibu,
2) Teurapetik: sediakan materi, berikan kesempatan ibu untuk bertanya.
3) Edukasi : jelaskan tanda awal rasa lapar, anjurkan tetap memberikan
ASI,

4. Risiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang masih


lemah, pembentukan antibodi belum sempurna, pertahanan
imunologis masih kurang.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan tingkat infeksi menurun.
Kriteria hasil :
a. Luaran utama : demam menurun, kemerahan menurun, nyeri menurun,
bengkak menurun, kadar sel darah putih membaik, kultur darah membaik.
b. Luaran tambahan : kerusakan jaringan menurun, kerusakan lapisan kulit
menurun, infeksi berulang mn]enurun, suhu tubuh membaik.

20
Intervensi Utama :
a. Pencegahan infeksi
1) Observasi : monitor tanda dan gejala lokal dan sistemik
2) Terapeutik : batasi jumlah pengunjung, berikan perawatn kulit pada
area edema, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptik.
3) Edukasi : Jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara memcuci
tangan yang baik dann benar, ajarkan etika batuk, ajarkan cara
memeriksa kondisi luka, anjurkan meningkatkan asupan gizi dan
cairan.
Intervensi pendukung :
a. Manajemen lingkungan
1) Observasi : identifikasi keamanan dan kenyamanan lingkungan
2) Terapeutik : atur suhu lingkungan, sediakan tempat tidur yang bersih
dan nyaman, ganti pakainan dan linen secara berkala, pertahankan
konsistensi kunjungan petugas dan keluarga
3) Edukasi : anjurkan keluarga atau pengunjung tentang upaya
pencegahan infeksi.
b. Perawatan selang
1) Observasi : identifikasi indikasi pemasangan selang, monitor
kepatenan selang, monitor jumlah warna dan konsistensi drainase
selang, monitor kulit di sekitar selang.
2) Terapeutik : Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah
perawatan selang, ganti selang secara rutin sesuai indikasi, lakukan
perawatan kulit pada daerah insersi selang, motivasi peningkatan
aktifitas fisik secara bertahap, klem selang saat mobilisasi, beri
dukungan emosional.
3) Edukasi : Jelaskan prosedur dan tujuan pemasangan selang, ajarkan
perawatan selang, ajarkan mengenai tanda tanda infeksi.
c. Perawatan luka
1) Observasi : monitor tanda tanda infeksi
2) Terapeutik : pasang balutan sesuai jenis luka, pertahankan teknik
steril saat membalut luka, jadwalkan perubahan posisi tiap 2 jam atau

21
sesuai kondisi pasien, lepaskan balutan atau plester secara perlahan,
bersihkan dengan cairan NaCl atau cairan non toksik, bersihkan
jaringan nekrotik, berikan salep yang sesuai bila perlu.
3) Edukasi : Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4) Kolaborasi : kolaborasi pemberian antibiotik, kolaborasi prosedur
debrideman.

5. Ikterik neonatus berhubungan dengan usia kurang dari 7 hari,


adanya penurunan berat badan abnormal, prematuritas (<37 minggu)
Faktor resiko : penurunan BB abnormal (>10% ), pola makan tidak
ditetepkan dengan baik, kesulitan transisi ke kehidupan intra uterine, usia
kurang dari 7 hari, keterlambatan pengeluaran feses, prematuritas (<37
minggu)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka integritas kulit dan
jaringan meningkat
Kriteria hasil :
Luaran utama : karusakan jaringan menurun, kerusakan integritas menurun
Luaran tambahan : adaptasi neonatus meningkat, BB meningkat, membran
mukosa kining menurun, kulit kuning menurun, sklera kuning menurun,
prematuritas menurun,
Intervensi utama :
a. Perawatan neonatus :
1) Observasi : identifikasi kondisi awal setelah lahir, monitor tanda vital
Terapeutik : Lakukan IMD, berikan vit.K, mandikan dengan air hangat,
rawat tali pusat secara terbuka, ganti popok segera jika basah, mandikan
bayi minimal sekali sehari, kenakan pakaina dari bahan katun.
2) Edukasi : anjurkan tidak membubuhkan apapun pada tali pusat,
anjurkan ibu menyusui tiap 2 jam, anjurkan ibu mencuci tangan sebelum
dan sesudah memegang bayi, anjurkan menyendawakan bayi setelah
menyusui.
Intervensi pendukung :
b. Fototherapi neonatus

22
1) Observasi : monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi, monitor suhu
dan tanda vital, identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia dan
berat badan, monitor efek samping fototherapy.
2) Terapeutik : siapkan lampu fototherapi, lepaskan pakaian kecuali
popok, ukur jarak lampu dan permukaan kulit bayi (30cm), biarkan
tubuh bayi terpapar sinar fototherapy.
c. Pemantauan cairan :
1) Observasi : monitor TTV, monitor jumlah warna dan karakteristik
urine, monitor elastisitas dan turgor kulit, monitor berat badan, monitor
intake dan outpur cairan, identifiksi tanda tanda hipovolemi.
2) Terapeutik : atur intervensi waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien, dokumentasikan hasil pemamtauan.
3) Edukasi : Jelaskan tujuan dan prosedur pemeantauan, informasikan
hasil pemantauan bila perlu.
d. Skrining bayi sebelum pulang
1) Observasi : Identifikasi kesiapan bayi dan keluarga untuk dilakukan
pemulangan.
2) Terapeutik : Lakukan skrining tumbuh kembang bayi, lakukan skrining
pendengaran, lakukan skrining hipotiroid jika perlu.
3) Edukasi : Ajarkan mengamati dan menilai perilaku bayi, jelaskan
kepada orang tua tentang tujuan prosedur skrining, informasikan kepada
orang tua pentingnya menindaklanjuti hasil skrining.

H. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam perencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri yaitu aktivitas
perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain dan tindakan
kolaborasi merupakan tindakan yang didasarkan hasil dari keputusan bersama,
seperti dokter dan petugas kesehatan yang lain (Wartonah, 2015),

Terdapat tiga tipe tindakan keperawatan yaitu: tindakan independent, dependent,


interdependent. Tindakan independent adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tim kesehatan lainnya

23
seperti petugas gizi, radiologi, laboratorium, sosial dan lain-lain. Tindakan
dependent adalah berhubungan dengan pelaksanaan tindakan medis, sedangkan
tindakan interdependent adalah tindakan yang membutuhkan pengetahuan,
keterampilan dan keahlian dari berbagai profesional perawatan kesehatan.

I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari proses
keperawatan dan pada kesimpulan. Evaluasi pada dasarnya adalah
membandingkan status kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang
telah ditetapkan, yang dimana evaluasi keperawatan ini dicatat dan disesuaikan
dengan setiap diagnose keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnosa
keperawatan meliputi data subjektif (S) dan objektif (O), analisa permasalahan
(A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil
analisa data diatas. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses. (Herdman, 2015).
Selain mengidentifikasi status umum dan masalah atau kebutuhan pasien,
evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien
atau kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan
proses keperawatan yang interaktif dan kontinyu. Dalam menilai keberhasilan
asuhan keperawatan perlu memperhatikan tiga hal:
1. Pemenuhan kebutuhan pasien, meliputi kebutuhan oksigen, cairan, makanan,
eliminasi, istirahat/aktivitas tidur interaksi sosial, perlindungan dari bahaya
kehidupan normal dan kebutuhan terhindar dari penyimpangan kesehatan.
2. Peningkatan pengetahuan pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Peningkatan motivasi pasien dalam mengatasi masalah

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis menyajikan kasus “Asuhan Keperawatan pada By.K dengan
Transient Tachypnea of Newborn ( TTN ) di Lantai II Ruang NICU Rumah
Sakit Mitra Keluarga Cibubur”. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan yang dilakukan selama
tiga hari yaitu pada tanggal 28 Maret sampai dengan 30 Maret 2022.
A. Pengkajian
1. Pengkajian Data Umum
Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 Maret 2022 pada pukul 09:20 WIB.
Klien masuk rumah sakit di ruang observasi bayi pada tanggal 28 Maret 2022,
jam : 09:20 WIB. Pasien dipindahkan dari ruang observasi bayi ke ruang
NICU tanggal 28 Maret 2022 pukul 10:50 WIB menggunakan IWR, berat
badan lahir 2516 gram, panjang badan 46 cm, dengan nomor register
101226483 no case 2000037503, jenis kelamin perempuan. Diagnosa medis
NCB, SMK, tsk TTN, di Lantai II Ruang NICU Rumah Sakit Mitra Keluarga
Cibubur. Bayi merupakan pasien dari dr.Dessy,Sp.A. Riwayat alergi atau
asma belum diketahui.
2. Pengkajian Keperawatan
a. Alat kesehatan yang terpasang
Nama Alat Tanggal Pasang
B.CPAP 28-3-2022
Infus Dextrose 10% 28-3-2022
OGT nomer 8 (40 cm) 28-3-2022

b. Obat yang masih dikonsumsi sampai saat ini


Tidak ada
c. Riwayat pemeriksaan Radiologi yang pernah dilakukan
Tidak ada
d. Riwayat Transfusi Darah
Tidak ada

25
e. Riwayat Kemoterapi
Tidak ada
f. Riwayat Radiotherapi
Tiidak ada
g. Riwayat Kelahiran
Bayi lahir di Rumah Sakit Mitra Keluarga Cibubur pada tanggal 28 Maret
2022 pada pukul 09.00 WIB, bayi lahir dari ibu G2P1A0 dengan usia
kehamilan 36-37 minggu, usia ibu 34 thn, cara persalinan Sectio Caesarea
(SC) atas indikasi BSC 1x + SBU tipis. By.Ny.U.O lahir dengan APGAR
SCORE 8/9, ketuban jernih, anus ada, berat badan lahir 2516 gram,
panjang badan 46 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 29 cm dan
lingkar perut 29 cm, saat lahir bayi langsung menangis dan saat di
observasi di ruang observasi bayi, bayi mulai merintih, pernapasan
cuping hidung ada, retraksi dinding dada ada, nafas cepat, sianosis tidak
ada, RR 73 x/m, suhu 36,7C, HR 146 x/mnt. Pernafasan dengan O2 nasal
0,5 lpm, bayi aktif gerak, mukosa bibir lembab turgor kulit elastis. bayi
diintruksikan untuk pindah ke ruang NICU.
Diagnosa medis saat lahir adalah neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan 36-37 minggu, dan diagnosa medis saat ini adalah Neonatus
Kurang Bulan (NKB), Sesuai Masa Kehamilan (SMK), TTN
(Transient Tachypnea of Newborn).
h. Riwayat Imunisasi
Bayi belum mendapatkan imunisasi.
i. Riwayat Tumbuh Kembang Balita
Tidak dapat dikaji
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda tanda Vital :
Suhu : 36,7˚C
Nadi : 146x/mnt
Pernapasan : 73x/mnt

26
c. Neurologi
1). Penglihatan : Tidak ada kelainan, reflek cahaya ada, pupil isokor, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
2). Pendengaran : Tidak ada kelainan dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
3). Sensorik : Tidak ada kelainan
4). Motorik : Tidak ada kelainan
5). Kekuatan Otot : 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 34 5 1 2 3 4 5
6). Kepala : Tidak ada caput ataupun chepal hematom.
7). Ubun-ubun : Datar
8). Kejang : Tidak ada
d. Respirasi
Pola napas cepat, suara napas normal (vesikuler), gerakan dada simetris,
jenis pernapasan pernapasan perut dan tidak menggunakan otot bantu
napas, batuk tidak ada, kesulitan bernapas tidak ada, serta tidak ada
sekresi. Pernapasan cuping hidung ada, retraksi dinding dada ada. Nafas
cepat, bayi menangis merintih (Grunting).
e. Kardiovaskuler
Warna kulit normal, tampak merah, cyanosis tidak ada. Denyut nadi
teratur, akral teraba hangat, pengisian kapiler <3 dtk, pulsasi kuat. Bunyi
jantung normal, frekuensi 146 x/mnt.
f. Gastrointestinal
Mulut tidak ada kelainan, gigi tidak ada, lidah bersih tidak ada kelainan,
tenggorokan tidak ada gangguan menelan, abdomen supel kembung tidak
ada, bising usus ada ± 18x/mnt, lingkar perut 29 cm, mual dan muntah
tidak ada. BAB dan BAK belum ada, bayi belum meco miksi.
g. Integumen
Warna kulit bayi normal, tampak kemerahan tidak pucat, cyanosis tidak
ada, ikterik tidak ada. Turgor kulit elastis, kulit tampak bersih tidak kotor,
integritas kulit normal, kulit lembab tidak kering, mukosa lembab, tidak
terdapat lesi memar ataupun kemerahan.

27
4. Pola Istirahat dan Tidur
Tidak dapat dikaji
5. Status Fungsional
Kemampuan melakukan aktifitas tidak mandiri, muskuloskeletal tidak ada
kelainan, tidak menggunakan restrain, dan bayi merupakan pasien resiko
jatuh.
6. Komunikasi atau Kebutuhan Edukasi
Tidak dapat dikaji
7. Sosial Ekonomi
Kondisi lingkungan dirumah : lantai tidak licin, tidak terdapat tangga,
penerangan cukup, tempat tidur aman, kamar mandi (WC) aman, kebersihan
lingkungan bersih.
8. Psikologi, Mental, Spiritual
Tidak dapat dikaji
9. Status Gizi
Bayi dipuasakan sementara, terpasang OGT nomer 8 (40 cm) untuk
dekompresi lambung.
10. Skreening Gizi
Tidak terjadi perubahan gizi
11. Masalah Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif
b. Resiko kekurangan cairan
c. Resiko infeksi
d. Resiko kerusakan integritas kulit
12. Perencanaan pulang
Pasien tidak termasuk kriteria rencana pemulangan, keluarga akan diberikan
informasi tentang perencanaan pulang.

B. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboraturium tanggal 28 Maret 2022
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1. HEMATOLOGI

28
Hemoglobin 16,0 gr/dl 15,0– 24
LED 2 mm/jam 0-15
Hematokrit 44 % 44 – 70
Leukosit 19.100 /ul 5.000-19.500
Trombosit 305.000 /ul 150.000-450.000
Eritrosit 4,5 Juta/ul 4.1-6,7

2. HEMATOLOGI
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 1 % 0–1
Eusinofil 0 % 1–3
Batang 0* % 2–6
Segmen 73 % 50 – 70
Limfosit 19 % 21-40
Monosit 7 % 2-8

DIABETES
GLUKOSA SEWAKTU
Gula Darah Sewaktu 36 mg/dl < = 200

PROTEIN SPECIFIK
CRP Kuantitatif <0,5 mg/L <6

Hasil Rongten Thorax tgl 28 Maret 2022 : Sugestif TTN

29
Hasil laboratorium tanggal 29 Maret 2022
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1. DIABETES
GLUKOSA SEWAKTU
Gula Darah Sewaktu 62 mg/dL 65-200

Hasil laboratorium tanggal 31 Maret 2022


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Golongan A positive
darah
G6PD > 3.6
12.4
Neonatus

HORMON
TIROID
uIU/mL Negatif
3.1
Skrining TSH
Neonatus mg/dL
Bilirubin bayi 0.00 – 12.00
9,60

30
C. Data Fokus
Berdasarkan pengkajian pada klien By.Ny.U.O. berumur 0 hari dengan
nomor medrec 101226483 di lantai II ruang NICU Rumah Sakit Mitra
Keluarga Cibubur yang penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2022,
didapatkan data fokus sebagai berikut:
Data Subjektif Data Objektif
a. Ayah bayi mengatakan bayinya lahir a. Keadaan umum bayi sakit sedang,
saat usia kehamilan 36-37 minggu, b. Kesadaran composmentis,
klien merupakan anak kedua. c. Berat badan lahir 2516 gram, panjang
b. Bidan Eti mengatakan bayi lahir badan 46 cm, lingkar kepala 33 cm,
langsung menangis, akral dingin, lingkar dada 29 cm, lingkar perut 29
sesak dan sianosis tidak ada, kulit cm.
tampak merah. Saat tiba di ruang d. Tanda-tanda vital: nadi 146 x/menit,
observasi bayi, bayi merintih dan pernafasan 73 x/menit, suhu 36,7ºC,
nafas cepat, retraksi dinding dada e. Nafas bayi cepat,
ada. f. Sesak ada,
g. Akral hangat
h. Pernafasan cuping hidung ada,
i. Retraksi dinding dada ada,
j. Menangis merintih/granting.
k. Cyanosis tidak ada,
l. Pernafasan dengan B-CPAP dengan
PEEP 7 flow 7 FiO2 25 % , Sat O2
93 % - 98 %,
m. Turgor kulit elastis,
n. Membran mukosa bibir lembab,
o. Terpasang infus di tangan kanan vena
metacarpal dengan cairan Dextrose
10%: 6,25cc/jam,
p. Terpasang OGT nomer 8 (40 cm),
bayi dipuasakan
q. Mendapat therapi Bactesyn 2x125

31
mg IV dan Sagestam 12mg/36 jam.
Bayi rawat di IWR.
r. Hasil bilirubin tanggal 31/4/2022 9,6
mg/dl
s. Klinis ikterik seluruh tubuh di
tanggal 30/4/2022 dan di fototerapi
singgle tanggal 30/4/2022
t. Hasil Rongten Thorax tgl 28 Maret
2022 : Sugestif TTN

32
D. ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA ETIOLOGI
1. Data Subjektif : - Pola napas tidak kelemahan otot
Data Objektif : efektif pernafasan.
a. Tanda-tanda vital : Suhu 36,7˚C, Nadi
146 x/mnt, pernafasan : 73 x/mnt,
Saturasi O2 93 % - 98 %
b. Sesak ada
c. Pernapasan cuping hidung ada,
d. cyanosis tidak ada
e. retraksi dinding dada ada.
f. Menangis merintih
g. Pernafasan dengan B.CPAP PEEP 7
flow 7 FiO2 25 %.
h. Hasil Rongten Thorax tgl 28 Maret
2022 : Sugestif TTN

2. Data Subjektif: - Risiko perubahan suhu


Data Objektif: thermoregulasi lingkungan.
a. Bayi baru lahir tidak efektif
b. Tanda-tanda vital : nadi 146x/menit,
pernafasan 73 x/ menit, suhu 36,7 ºC
Saturasi O2 93 % - 98 %
c. Cyanosis tidak ada
d. Bayi di rawat di IWR
e. Akral hangat
3. Data Subjektif: - Menyusui tidak ketidakadekuatan
Data Objektif: efektif suplai ASI, reflek
a. Bayi tidak rawat gabung menghisap bayi
b. Terpasang ogt no 8 (40cm)
c. Puasa
d. ASI ibu belum keluar

33
e. Refleks hisap belum baik
4. Data Subjektif: - Risiko ikterik usia kurang dari 7
Data Objektif: neonatus hari
a. Tanda-tanda vital : nadi 146x/menit,
pernafasan 73 x/ menit, suhu 36,7 ºC
b. Usia <7 hari
c. Usia kehamilan 36 minggu
d. BBL: 2516 gram
e. Hasil bilirubin tanggal 31/4/2022 9,6
mg/dl
f. Klinis ikterik seluruh tubuh di tanggal
30/4/2022 dan di fototerapi singgle
tanggal 30/4/2022

34
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
1. Pola napas tidak efektif Tujuan : Setelah 1. Monitor pernafasan:
Data Subjektif : - dilakukan tindakan a. Monitor jumlah,irama,
Data Objektif : keperawatan selama kedalaman dan usaha
- Tanda-tanda vital : Suhu 36,7˚C, 3 x 24 jam, pola nafas bernafas
Nadi 146 x/mnt, pernafasan : 73 efektif. b. Monitor pola pernafasan:
x/mnt, Saturasi O2 93 % - 98 % Kriteria hasil bradipnea, takipnea,
- Sesak ada (Goals) : hiperventilasi
- Pernapasan cuping hidung ada Status pernafasan: c. Monitor hasil foto thorax
- cyanosis tidak ada 1. Frekuensi nafas : 2. Manajemen ventilasi
- retraksi dinding dada ada 40-60x/m mekanik : noninvasif
- Menangis merintih 2. Sianosis tidak a. Atur posisi pasien
- Pernafasan dengan B.CPAP PEEP 7 ada pada posisi semi
flow 7 FiO2 25 %. 3. Retraksi dinding fowler
- Hasil Rongten Thorax tgl 28 Maret dada tidak ada b. Berikan perlindungan
2022 : Sugestif TTN pada wajah jika di
perlukan untuk
mencegah kerusakan
c. Observasi pasien
secara berkelanjutan
pada jam pertama
3. Terapi oksigen
a. Bersihkan mulut ,
hidung, dan sekresi
sesuai kebutuhan
b. Berikan oksigen
tambahan sesuai
instruksi
c. Pantau aliran oksigen
d. Pantau posisi pemberian
oksigen

35
2. Risiko thermoregulasi tidak efektif Tujuan: 1. Manajemen lingkungan :
Data Subjektif: - Setelah dilakukan kenyamanan
Data Objektif: tindakan keperawatan a. Ciptakan lingkungan
- Bayi baru lahir selama 3x 24 jam yang tenang dan
- Tanda-tanda vital : hipotermi tidak mendukung
- Nadi 146x/menit, pernafasan 73 x/ terjadi b. Sesuaikan suhu
menit, suhu 36,7 ºC, Saturasi O2 93 Kriteria Hasil ruangan yang paling
% - 98 % (Goals): membuat nyaman
- Cyanosis tidak ada Thermoregulasi: individu, jika
- Bayi dirawat di IWR a. Perubahan warna memungkinkan
- Akral hangat kulit tidak terjadi c. Hindari paparan dan
b. Suhu aliran udara tidak
normal :36,5- perlu: terlalu panas,
37,5 ºC terlalu dingin
c. Akral hangat 2. Manajemen cairan :
a. Timbang BB setiap
hari dan monitor status
pasien
b. Timbang popok dan
hitung pengeluaran
cairan sesuai standar
c. Catat asupan dan
pengeluaran cairan
3. Pengaturan suhu:
a. Selimuti bayi segera
setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas
b. Tempatkan bayi baru
lahir di bawah
penghangat
c. Sesuaikan suhu
lingkungan

36
3 Menyusui tidak efektif Tujuan: 1. Konseling laktasi:
a. Berikan informasi
Data Subjektif: - Setelah dilakukan
mengenai manfaat
Data Objektif: tindakan keperawatan
menyusui baik
- Bayi tidak rawat gabung selama 3 x 24 jam
fisiologis maupun
- Terpasang ogt no 8(40cm) status menyusui
psikologis
- Puasa membaik
b. Jelaskan tanda bahwa
- ASI ibu belum keluar Kriteria Hasil
bayi membutuhkan
- Reflek hisap belum baik (Goals):
makan, antara lain:
Keberhasilan
reflek menghisap diam
menyusui : Bayi
dan terjaga
a. Kepuasan bayi
c. Monitor kemampuan
setelah minum
bayi untuk menghisap
susu
2. Pendidikan orang tua :
b. Minimal
bayi
menyusui ASI 8
a. Kaji pengetahuan
kali perhari
kesiapan dan
c. Menyusui
kemampuan orang tua
minimal 5-10
dalam belajar
menit
mengenai perawatan
perpayudara
bayi
d. Reflek menghisap
b. Ajarkan orang tua
ketrampilan dalam
merawat bayi yang
baru lahir
c. Motivasi orang tua
untuk memegang,
memeluk, memijat dan
menyentuh bayi
3. Pengurangan kecemasan:
a.Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan

37
b.Dorong keluarga untuk
mendampingi
c.Dukung penggunaan
mekanisme koping
yang tepat
4 Risiko ikterik neonatus Tujuan: Setelah 1. Monitor cairan:
Data Subjektif: - dilakukan tindakan a. Kaji turgor kulit pasien
Data Objektif: keperawatan selama b. Monitor berat badan
- Tanda-tanda vital : nadi 146x/menit, 3x 24 jam ikterik c. Catat dengan akurat
pernafasan 73 x/ menit, suhu 36,7 ºC berkurang masukan dan
- Usia <7 hari Kriteria Hasil pengeluaran cairan
- Usia kehamilan 36 minggu (Goals): 2. Perawatan bayi baru lahir
- Tidak ada tanda ikterik a. Berat badan stabil a.Monitor asupan dan
b. Ikterik berkurang pengeluaran
c. Kadar bilirubin b.Monitor tanda-tanda
dalam batas normal hiperbilirubinemia
dengan tepat
c.Instruksikan orang tua
untuk mengenal gejala
hiperbilirubinemia
3. Fototerapi neonatus:
a. Mengobservasi tanda
jaundice
b. Memeriksa kadar
bilirubin sesuai
kebutuhan
c. Menggunakan penutup
mata
d. Menempatkan lampu
fototerapi dengan
tinggi yang sesua

38
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TANGGAL IMPLEMENTASI EV
DAN JAM
1. Pola napas 28-03-2022 1. Monitor pernafasan: S:-
tidak efektif 10:55 a. Memonitor jumlah,irama, O : Keadaan
kedalaman dan usaha bernafas: sakit berat, k
Respon: compos men
RR : 73 x/mnt, Saturasi O2 93 % - sianosis tida
98 %, Pernafasan cepat dan dangkal, pernapasan c
pernafasan cuping hidung ada, dan retraksi
cyanosis tidak ada, retraksi dinding menangis cu
dada ada, bayi menangis merintih. pernapasan b
b. Memonitor hasil foto thorax: CPAP PEEP
Respon: hasil foto thorax sugestif S: 37 0C, HR
TTN RR: 74 x/mn
2. Manajemen ventilasi mekanik : A : 1. Pola n
noninvasif efektif
a. Mengatur posisi pasien pada posisi P : Lanjutka
semi fowler Diagnosis 1,
Respon: bayi tampak nyaman, - Monitor pe
b. Memberikan perlindungan pada wajah - Manajeme
jika diperlukan untuk mencegah kerusakan mekanik : no
Respon: bayi terpasang duoderm - Terapi oks
extratin, lecet tidak ada.
3. Terapi oksigen
a. Memberikan oksigen tambahan
sesuai instruksi
Respon : memasang B-CPAP peep :
7, FiO2 : 25%, flow : 7 lpm, bubble
ada.

b. Memantau posisi pemberian


Oksigen(posisi hudson prong)
Respon: oksigen terpasang dengan

39
baik
2 Risiko 11:00 1. Manajemen lingkungan : kenyamanan S:-
thermoregulasi a. Menciptakan lingkungan yang O : sianosis
tidak efektif tenang dan mendukung teraba han
b. Menyesuaikan suhu ruangan yang supel, bayi r
paling membuat nyaman individu, 370C, HR:
jika memungkinkan 74 x/mnt
c. Menghindari paparan dan aliran A :
udara tidak perlu: terlalu panas, 2. Risiko
terlalu dingin tidak efektif
Respon: suhu ruangan hangat, P : Lanjutka
mengatur suhu AC 27 0C, akral bayi Diagnosis 2,
hangat. - Manajeme
2. Manajemen cairan : kenyamanan
a. Menimbang BB setiap hari dan - Manajeme
monitor status pasien - Pengaturan
Respon : hasil BBL 2516 gr, PB 46
cm, LK 33 cm, LD 29 cm, LP 29
cm,
b. Menimbang popok dan hitung
pengeluaran cairan sesuai standar
Respon: diapers bersih, bayi belum
BAB dan BAK pada saat di OK
c. Mencatat asupan dan pengeluaran
cairan
Respon: bayi dipuasakan sementara,
infus : dextrose 10% 150cc/24jam.
3. Pengaturan suhu:
a. Menyelimuti bayi segera setelah
lahir untuk mencegah kehilangan
panas
b. Menempatkan bayi baru lahir di
bawah penghangat
c. Menyesuaikan suhu lingkungan

40
untuk kebutuhan pasien
Respon: suhu bayi S:36,7C, akral
hangat, suhu ruangan hangat, bayi
tampak nyaman.
3 Menyusui tidak 12:00 1. Konseling laktasi: S:-
a. Memberikan informasi mengenai
efektif O : abdomen
manfaat menyusui baik fisiologis
tidak ada, te
maupun psikologis
8 (40cm) r
b. Menjelaskan tanda bahwa bayi
reflek hisap
membutuhkan makan, antara lain:
di puasakan
reflek menghisap diam dan terjaga
A : 3. Meny
Respon: menjelaskan ke orang tua
P : Lanjutka
bayi di puasakan, ibu boleh
Diagnosis 3,
menyusui jika bayi sudah terlepas
- Konseling
oksigen dan kondisi stabil, orang tua
- Pendidikan
mengerti apa yang di jelaskan.
- Pengurang
c. Memonitor kemampuan bayi untuk
menghisap
Respon: reflek hisap belum baik
2. Pendidikan orang tua : bayi
a. Mengkaji pengetahuan kesiapan dan
kemampuan orang tua dalam belajar
mengenai perawatan bayi
b. Mengajarkan orang tua ketrampilan
dalam merawat bayi yang baru lahir
c. Memotivasi orang tua untuk
memegang, memeluk, memijat dan
menyentuh bayi
Respon: orang tua mengerti apa yang
dijelaskan.
3. Pengurangan kecemasan:
a. Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
b. Mendorong keluarga untuk

41
mendampingi
c. Mendukung penggunaan mekanisme
koping yang tepat
Respon: orang tua mengerti keadaan
bayi, dan cemas berkurang
4 Risiko ikterik 13:00 1. Monitor cairan: S:-
neonatus a. Mengkaji turgor kulit pasien O : turgor ku
b. Memonitor berat badan cukup aktif g
c. Mencatat dengan akurat masukan cukup kuat,
dan pengeluaran cairan ikterik. BBL
Respon: turgor kulit dan membran dan BAK tid
mukosa lembab, bayi di puasakan. A : 4. Resiko
2. Perawatan bayi baru lahir neonatus
a. Memonitor asupan dan pengeluaran P : Lanjutka
b. Memonitor tanda-tanda Diagnosis 4,
hiperbilirubinemia dengan tepat - Monitor ca
c. Menginstruksikan orang tua untuk - Perawatan
mengenali gejala hiperbilirubinemia
Respon: tidak ada tanda ikterik pada
bayi.

NO DIAGNOSA TANGGAL IMPLEMENTASI EVAL


DAN JAM
1 Pola napas tidak 29-03-2022 1. Monitor pernafasan: S:-
efektif 08:00 a. Memonitor jumlah,irama, O : Keadaan um
kedalaman dan usaha bernafas: berat, kesadaran

42
Respon:RR : 74 x/mnt, Saturasi sesak berkurang
O2 93 % - 98 %, Pernafasan ada, pernapasan
cepat dan dangkal, pernafasan tidak ada, retrak
cuping hidung tidak ada, menangis kuat, p
cyanosis tidak ada dan retraksi dengan B-CPAP
dinding dada ada, bayi menangis 21%,
kuat. S: 37 0C, HR: 13
b. Memonitor hasil foto thorax: x/mnt,
Respon: hasil foto thorax A : 1. Pola napa
sugestif TTN P : Lanjutkan,
2. Manajemen ventilasi mekanik : Diagnosis 1, inte
Noninvasif - Monitor perna
a.Mengatur posisi pasien pada - Manajemen ve
posisi semi fowler nonivasif
Respon: bayi tampak nyaman, - Terapi oksigen
b. Memberikan perlindungan pada
wajah jika di perlukan untuk
mencegah kerusakan
Respon: bayi terpasang
duoderm extratin, lecet tidak
ada.
3. Terapi oksigen
a. Memberikan oksigen tambahan
sesuai instruksi
Respon : memasang B-Cpap,
PEEP: 5 FiO2 : 21%, flow : 7
lpm, bubble ada.
b. Memantau posisi pemberian
Oksigen
Respon: oksigen terpasang
dengan baik
2 Risiko 11:00 1. Manajemen lingkungan : S:-
thermoregulasi kenyamanan O : sianosis tida
tidak efektif teraba hangat, ab

43
a. Menciptakan lingkungan yang bayi rawat di IW
tenang dan mendukung HR: 136 x/mnt,
b. Menyesuaikan suhu ruangan A : 2. Resiko the
yang paling membuat nyaman tidak efektif
individu, jika memungkinkan P : Lanjutkan,
c. Menghindari paparan dan aliran Diagnosis 2, inte
udara tidak perlu: terlalu panas, - Manajemen lin
terlalu dingin kenyamanan
Respon: suhu ruangan hangat, - Manajemen ca
mengatur suhu AC 26 0C, akral - Pengaturan suh
bayi hangat.
2. Manajemen cairan :
a. Menimbang BB setiap hari dan
monitor status pasien
Respon : hasil BBS : 2496
(turun 20 gram),
b. Menimbang popok dan hitung
pengeluaran cairan sesuai
standar
c. Mencatat asupan dan
pengeluaran cairan
Respon: terpasang infus dextrose
150 cc/24 jam, bayi minum
ASI/Sufor 8 x 5 ml via OGT,
residu dan muntah tidak ada
3. Pengaturan suhu:
a. Menyelimuti bayi segera setelah
lahir untuk mencegah
kehilangan panas
b. Menempatkan bayi baru lahir di
bawah penghangat
c. Menyesuaikan suhu lingkungan
untuk kebutuhan pasien

44
Respon: suhu bayi S:36,8 0C, akral
hangat, suhu ruangan hangat, bayi
tampak nyaman.
3 Menyusui tidak 12:00 1. Konseling laktasi: S:-
a. Memberikan informasi
efektif O : abdomen
mengenai manfaat menyusui
tidak ada, terpa
baik fisiologis maupun
(40cm) residu
psikologis
hisap cukup ba
b. Menjelaskan tanda bahwa bayi
susu formula 8x
membutuhkan makan, antara
A : 3. Menyusui
lain: reflek menghisap diam dan
P : Lanjutkan,
terjaga
Diagnosis 3, inte
Respon: menjelaskan ke orang
- Konseling lakt
tua bayi, ibu boleh menyusui
- Pendidikan ora
jika bayi sudah terlepas oksigen
- Pengurangan k
dan kondisi stabil, orang tua
mengerti apa yang di jelaskan.
d. Memonitor kemampuan bayi
untuk menghisap
Respon: reflek hisap cukup baik
2. Pendidikan orang tua : bayi
a. Mengkaji pengetahuan kesiapan
dan kemampuan orang tua dalam
belajar mengenai perawatan bayi
b. Mengajarkan orang tua
keterampilan dalam merawat
bayi yang baru lahir
c. Memotivasi orang tua untuk
memegang, memeluk, memijat
dan menyentuh bayi
Respon: orang tua mengerti apa
yang dijelaskan dan ibu ke nicu
melihat, memegang dan menyentuh
bayi, bayi tampak nyaman

45
3. Pengurangan kecemasan:
a. Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
b. Mendorong keluarga untuk
mendampingi ibu dalam
merawat bayi
c. Mendukung penggunaan
mekanisme koping yang tepat
Respon: orang tua mengerti yang
dijelaskan, dan cemas berkurang
4 Risiko ikterik 13:00 1. Monitor cairan: S:-
neonatus a. Mengkaji turgor kulit pasien O : turgor kulit e
b. Memonitor berat badan mukosa bibir lem
c. Mencatat dengan akurat aktif, menangis
masukan dan pengeluaran cairan ikterik sekitar w
Respon: turgor kulit dan membran Diuresis: 3,5 cc/
mukosa lembab, Balance: (+) 13,
2. Perawatan bayi baru lahir A : 4. Resiko ikt
a. Memonitor asupan dan P : Lanjutkan,
pengeluaran Diagnosis 4, inte
b. Memonitor tanda-tanda - Monitor cairan
hiperbilirubinemia dengan tepat - Perawatan bay
c. Mengedukasi orang tua untuk
mengenal gejala
hiperbilirubinemia
Respon: ikterik di sekitar wajah
bayi.

NO DIAGNOSA TANGGAL IMPLEMENTASI EVAL


DAN JAM
1 Pola napas 30-03-2022 1. Monitor pernafasan: S:-
tidak efektif 08:00 a. Memonitor jumlah, irama, O : Keadaan um
kedalaman dan usaha bernafas: berat, kesadaran
Respon:RR : 63 x/mnt, Saturasi sesak berkurang

46
O2 95% - 98 %, Pernafasan ada, , pernapasa
cepat dan dangkal, pernafasan dan retraksi dad
cuping hidung ada, cyanosis dan menangis kuat, p
retraksi dinding dada tidak ada, dengan B-CPAP
bayi aktif menangis kuat. 21%, S: 36,7C,
2. Manajemen ventilasi mekanik : RR: 63 x/mnt, O
Noninvasif 98%
a. Mengatur posisi pasien pada A : 1. Pola napa
posisi semi fowler P : Lanjutkan,
Respon: bayi tampak nyaman, Diagnosis 1, inte
Memberikan perlindungan pada - Monitor perna
wajah jika diperlukan untuk - Manajemen ve
mencegah kerusakan nonivasif
Respon: bayi terpasang - Terapi oksigen
duoderm extratin, lecet tidak
ada.
3. Terapi oksigen
a. Memantau posisi pemberian
Oksigen
Respon: oksigen terpasang
dengan baik
2. Risiko 11:00 1. Manajemen lingkungan : S:-
thermo- kenyamanan O : sianosis tida
regulasi tidak a. Menciptakan lingkungan yang teraba hangat, ab
efektif tenang dan mendukung supel,bayi rawat
b. Menyesuaikan suhu ruangan 36,70C, HR: 132
yang paling membuat nyaman 63x/mnt,
individu, jika memungkinkan A : 2. Resiko the
c. Menghindari paparan dan aliran tidak efektif
udara tidak perlu: terlalu panas, P : Lanjutkan,
terlalu dingin Diagnosis 2, inte
Respon: suhu ruangan hangat, - Manajemen lin
mengatur suhu AC 26 0C, akral kenyamanan
bayi hangat. - Manajemen ca

47
2. Manajemen cairan : - Pengaturan suh
a. Menimbang BB setiap hari dan
monitor status pasien
Respon : hasil BBS : 2464
(turun 32 gram),
b. Menimbang popok dan hitung
pengeluaran cairan sesuai
standar
c. Mencatat asupan dan
pengeluaran cairan
Respon: terpasang infus dextrose
150 cc/24 jam,bayi minum
ASI/Sufor 8x25 ml via ogt, residu
dan muntah tidak ada
3. Pengaturan suhu:
a. Menyelimuti bayi segera setelah
lahir untuk mencegah
kehilangan panas
b. Menempatkan bayi baru lahir di
bawah penghangat
c. Menyesuaikan suhu lingkungan
untuk kebutuhan pasien
Respon: suhu bayi S:36,7 0C, akral
hangat, suhu ruangan hangat, bayi
tampak nyaman.
3 Menyusui 12:00 1. Konseling laktasi: S:-
a. Memberikan informasi
tidak efektif O : abdomen
mengenai manfaat menyusui
tidak ada, terp
baik fisiologis maupun
8(40cm) residu
psikologis
hisap cukup ba
b. Monitor kemampuan bayi untuk
susu formula 8
menghisap
dan coba per ora
Respon: reflek hisap cukup baik
A : 3. Menyusui
2. Pendidikan orang tua : bayi
P : Lanjutkan,

48
a. Mengkaji pengetahuan kesiapan Diagnosis 3, inte
dan kemampuan orang tua dalam - Konseling lakt
belajar mengenai perawatan bayi - Pendidikan ora
b. Mengajarkan orang tua - Pengurangan k
keterampilan dalam merawat
bayi yang baru lahir
c. Memotivasi orang tua untuk
memegang, memeluk, memijat
dan menyentuh bayi
Respon: orang tua mengerti apa
yang dijelaskan dan ibu ke nicu
melihat, memegang dan menyentuh
bayi, bayi tampak nyaman
3. Pengurangan kecemasan:
a. Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
b. Mendorong keluarga untuk
mendampingi
c. Mendukung penggunaan
mekanisme koping yang tepat
Respon: orang tua mengerti yang
dijelaskan, dan cemas berkurang

4 Risiko ikterik 13:00 1. Monitor cairan: S:-


neonatus a. Mengkaji turgor kulit pasien O : turgor kulit e
b. Memonitor berat badan gerak aktif, men
c. Mencatat dengan akurat klinis ikterik sel
masukan dan pengeluaran cairan terpasang fotote
Respon: turgor kulit dan membran dengan penutup
mukosa bibir lembab dengan baik. Ba
2. Perawatan bayi baru lahir tanpa cek bilirub
a. Memonitor asupan dan Diuresis: 7,9 cc/

49
pengeluaran Balance: (-) 24,7
b. Memonitor tanda-tanda A : 4. Resiko ikt
hiperbilirubinemia dengan tepat P : Lanjutkan,
c. Menginstruksikan orang tua Diagnosis 4, inte
untuk mengenal gejala - Monitor cairan
hiperbilirubinemia - Perawatan bay
Respon: klinis ikterik seluruh - fototerapi neon
tubuh
3. Fototerapi neonatus:
e. Mengobservasi tanda jaundice
f. Memeriksa kadar bilirubin
sesuai kebutuhan
g. Menggunakan penutup mata
h. Menempatkan lampu
fototerapi
dengan tinggi yang sesuai

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus yaitu
“Asuhan Keperawatan pada By.Ny.U dengan Transient Tachypnea of Newborn (
TTN ) di Lantai II Ruang NICU Rumah Sakit Mitra Keluarga Cibubur”.
Pembahasan ini menggambarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan
membandingkan dengan tinjauan teori serta membuat faktor pendukung, penghambat

50
serta solusi alternatif pemecahan masalahnya. Uraian pembahasan ini disesuaikan
berdasarkan tahapan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian pada
By.Ny.U dilakukan pada tanggal 28 maret 2022 dalam pengkajian ditemukan
data yang sesuai antara teori dan kasus. Penyebab terjadinya Transient
Tachypnea of Newborn, yang terdapat pada teori dan sesuai pada kasus
adalah By.Ny.U mengalami Transient Tachypnea of Newborn dikarenakan lahir
secara SC (Sectio Caesaria) dan kontraksi, dengan manifestasi klinis nafas cepat,
pernapasan cuping hidung, serta bayi manangis merintih (Grunting).

Sedangkan untuk penyebab terjadinya Transient Tachypnea of Newborn


(TTN), yang terdapat pada teori namun tidak sesuai pada kasus diantaranya
adalah ibu dengan asma, ibu dengan diabetes, serta asfiksia prenatal. Kelahiran
bayi dikarenakan ibu yang mengalami eklampsia atau pre eklampsi selama
kehamilan, yang menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi yang berpengaruh
terhadap janin, sehingga untuk menyelamatkan keduanya janin harus segera
dilahirkan. Pada kasus, ibu tidak mengalami eklampsi atau pre eklampsi selama
kehamilan. Usia ibu saat hamil adalah 34 tahun, dimana usia tersebut adalah usia
matur dan aman untuk kehamilan dan tidak memiliki resiko. Pada kasus By.Ny.U
asma dan diabetes tidak dialami oleh ibu selama kehamilan. Faktor asfiksia
prenatal tidak terdapat dalam kasus.

Pada manifestasi klinis sesuai antara teori dan kasus dimana napas bayi cepat,
RR 73x/mnt, pernafasan cuping hidung, serta merintih (grunting).

Pada kasus tidak terjadi komplikasi seperti hipoksia dan asidosis metabolik.
Pada kasus By.Ny.U, bayi tidak mengalami asidosis dan hipoksia, dimana
keadaan bayi sakit sedang, kesadaran compos mentis, tampak aktif gerak
menangis merintih, tidak ada apnea ataupun kejang.

51
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada kasus dan sesuai dengan
teori adalah pemeriksaan darah lengkap, serta rotgen thorax, Untuk pemeriksaan
penunjang yang terdapat pada teori namun tidak dilakukan pada kasus
diantaranya adalah pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah), serum dan urin dan
lung ultrasonografi. Pemeriksaan ini tidak dilakukan, karena tidak terdapat
indikasi pada bayi Ny.U yang mengharuskan untuk dilakukannya pemeriksaan
tersebut. Pemeriksaan AGD berfungsi untuk mengetahui keadekuatan oksigenasi.
Pemeriksaan urin untuk mengkaji hemeostasis.

Penatalaksanaan medis yang sesuai antara kasus dengan teori adalah


dilakukannya pemberian oksigen CPAP, pemasangan OGT, serta pemberian
antibiotik. Pemberian oksigen dilakukan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya hipoksia, serta membantu mengembangkan paru bayi agar bayi dapat
bernapas dengan normal tanpa adanya bantuan otot pernapasan, dan mencegah
terjadinya apnea. Pemasangan OGT bertujuan untuk dekompresi lambung dan
mencegah aspirasi pada bayi yang mengalami sesak napas. Pemberian antibiotik
bertujuan untuk mencegah terjadinya resiko infeksi pada bayi.
Tidak ada penatalaksaan medis yang terdapat pada teori, namun tidak
dilakukan pada kasus.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau
resiko klien terhadap masalah kesehatan dimana perawat mempunyai izin dan
kompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan risiko klien didapatkan dari
data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien masa
lalu dan konsultasi dengan profesional lain, yang kesemuanya dikumpulkan
selama pengkajian.

Diagnosa keperawatan yang ada pada kasus dan sesuai dengan teori, yaitu
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas:kelemahan otot pernapasan, Risiko termoregulasi tidak efektif
berhubungan dengan kebutuhan oksigen meningkat, perubahan suhu lingkungan
ekstrem. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai

52
ASI, reflek menghisap bayi, Ikterik neonatus berhubungan dengan usia kurang
dari 7 hari,

Diagnosa keperawatan yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus
Risiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang masih lemah,
pembentukan antibodi belum sempurna, pertahanan imunologis masih kurang,
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dengan struktur kulit
imature, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif

Diagnosa pertama, Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot
pernapasan. Diagnosa ini merupakan prioritas pada bayi karena bayi
menggunakan alat bantu napas, yaitu CPAP dikarenakan nafas bayi cepat,
menangis merintih (grunting), serta adanya pernafasan cuping hidung. Pemberian
oksigen dengan CPAP diberikan untuk membantu mengembangkan paru bayi,
mencegah terjadinya apnea, syndrome gawat napas, serta mencegah munculnya
masalah pernapasan lain.

Diagnosa kedua, Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan


kebutuhan oksigen meningkat, perubahan suhu lingkungan ekstrem.
Diagnosa ini menjadi prioritas kedua setelah pola napas dikarenakan bayi masih
sangat rentan mengalami kedinginan yang ditandai dengan akral dingin dan suhu
dibawah normal. Selain itu bayi dengan berat badan lahir rendah beresiko tinggi
untuk mengalami hipotermi, karena kulit bayi yang masih sangat tipis dan lemak
sub kutan yang sedikit, sehingga penjagaan suhu tubuh harus dilakukan secara
ketat, agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya dalam batas normal dan
tidak berpengaruh terhadap penurunan berat badan bayi.

Diagnosa ketiga, Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan


suplai ASI, reflek menghisap bayi, Bayi dengan transient tachypnea of newborn
(TTN) di rawat terpisah oleh ibu, sehingga beresiko mengalami kekurangan cairan,
nafas bayi yang cepat bisa menyebabkan terjadinya aspirasi apabila bayi diberi
minum secara langsung. Maka dalam kondisi seperti ini, biasanya bayi akan
dipuasakan terlebih dahulu untuk mencegah resiko tersebut. Pemasangan OGT

53
bertujuan untuk dekompresi lambung, yang berfungsi untuk mengetahui ada
tidaknya penumpukan cairan lambung pada bayi. Jika cairan lambung terlalu
banyak, maka pemberian diit harus ditunda dahulu agar tidak memperberat kerja
lambung. Apabila nafas bayi sudah kembali normal dan cairan lambung tidak
berlebuhan, pemberian diit diberikan melalui selang OGT terlebih dahulu dan
pemasangan OGT juga bisa membuat reflek hisap pada bayi akan terlambat dan
akan berbeda dengan bayi sehat.

Diagnosa Keempat, Resiko ikterik neonatus berhubungan dengan kesulitan


transisi ke kehidupan ekstra uterin, serta prematuritas. Bayi dengan berat badan
lahir rendah beresiko mengalami ikterik atau kuning pada bayi dikarenakan fungsi
organ bayi yang kesemuanya belum sempurna, dimana pemecahan sel darah
merah pada bayi mengakibatkan tingginy kadar bilirubin.

Diagnosa keperawatan yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus
terdapat dua diagnosa.

C. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan yang disusun mengacu pada tinjauan teori dan disesuaikan
dengan kondisi klien, intervensi ini disusun dengan memiliki tujuan dan kriteria
hasil yang berdasarkan SMART (specific, measurable, achievable, reliable,
timeable), intervensi yang di lakukan sesuai dengan teori.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam setiap implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun dan juga disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan klien pada saat itu. Penulis dapat mengimplementasikan semua
intervensi keperawatan yang telah disusun dalam perencanaan.

E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan berdasarkan
tujuan dan kriteria hasil yang diterapkan, setelah melakukan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam untuk menilai tindakan keperawatan yang dilakukan sudah
efektif dan efisien, pada By.Ny.U dilakukan selama tiga hari yaitu pada tanggal 28

54
Januari sampai dengan 30 maret 2022. Klien masih di rawat di ruang NICU untuk
mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

55
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada By.Ny.L dengan Transient
Tachypnea of Newborn ( TTN ) di lantai II Ruang NICU Rumah Sakit Mitra
Keluarga Cibubur, yang dilakukan selama tiga hari yaitu pada tanggal 28-30 maret
2022 maka penulis menarik kesimpulan :

Dalam pengkajian ditemukan data yang sesuai antara teori dan kasus. Penyebab
terjadinya Transient Tachypnea of Newborn, yang terdapat pada teori dan sesuai
pada kasus adalah By.Ny.U mengalami Transient Tachypnea of Newborn
dikarenakan lahir secara SC (Sectio Caesaria), dengan manifestasi klinis nafas
cepat, pernapasan cuping hidung, serta bayi manangis merintih (Grunting).

Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada kasus dan sesuai dengan teori
adalah pemeriksaan darah lengkap, serta rontgen thorax. Penatalaksanaan medis
yang sesuai antara kasus dengan teori adalah dilakukannya pemberian oksigen
CPAP, pemasangan OGT, serta pemberian antibiotik. Pemberian oksigen
dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya hipoksia, serta membantu
mengembangkan paru bayi agar bayi dapat bernapas dengan normal tanpa adanya
bantuan otot pernapasan, dan mencegah terjadinya apnea. Pemasangan OGT
bertujuan untuk dekompresi lambung dan mencegah aspirasi pada bayi yang
mengalami sesak napas. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah
terjadinya resiko infeksi pada bayi.

Setelah dilakukan pengkajian, penulis menegakkan empat diagnosa keperawatan


yang menjadi prioritas, Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
hambatan upaya napas:kelemahan otot pernapasan, Risiko termoregulasi tidak
efektif berhubungan dengan kebutuhan oksigen meningkat, perubahan suhu
lingkungan ekstrem. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai ASI, reflek menghisap bayi, Ikterik neonatus
berhubungan dengan usia kurang dari 7 hari.

Pada tahap perencanaan keperawatan, seluruh perencanaan yang dibuat pada


kasus telah disesuaikan dengan teori, namun tidak semua intervensi yang terdapat
pada teori dibuat dalam intervensi pada kasus. Pada tahap pelaksanaan, penulis
dapat melaksanakan semua perencanaan keperawatan yang telah disusun pada

56
kasus, sehingga tujuan dari pelaksanaan keperawatan dalam proses keperawatan
dapat dicapai. Pada tahap evaluasi, untuk diagnosa dengan analisa masalah teratasi
adalah diagnosa pertama yaitu pola napas tidak efektif berhubungan dengan
kelemahan otot pernafasan. Sedangkan diagnosa yang lain belum teratasi dan
masih dilanjutkan serta bayi masih dirawat di Ruang NICU untuk mendapatkan
penatalaksanaan lebih lanjut.

B. Saran
Saran yang akan penulis berikan berdasarkan masalah yang penulis temukan guna
memperbaiki dan mempertahankan serta meningkatkan mutu dan kualitas asuhan
keperawatan yaitu:
1. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai Transient Tachypnea of
Newborn dan teori terkait.
2. Mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dan menerapkan
secara langsung kepada pasien melalui asuhan keperawatan agar tujuan dari
asuhan keperawatan dapat tercapai.
3. Lebih meningkatkan keberanian untuk membina kerjasama dan komunikasi
dengan tim kesehatan lain seperti dokter dan petugas lainnya.

57

Anda mungkin juga menyukai