( CI ) ( CT )
…………………………………….. …………………………………….
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
1. Natanael V. Sangkoy
NIM : 711440121008 4. Gledys M. Maboko
NIM : 711440121066
2. Goler Kogoya
NIM : 711440121079 5. Claudia D. Kasengkang
NIM : 711440121040
3. Mikha Polii
NIM : 711440121021 6. Jelita O. Manoppo
NIM : 711440121061
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Asfiksia pada bayi baru lahir merupakan penyebab kematian 19 % dari 5 juta kemtian
bayi baru lahir setiap tahun. Diperkirakan bahwa sekitar 23 % seluruh angka kematian
neonatus diseluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonaturum.
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) mempengaruhi 1 dan 9 dari 1000 bayi yang
lahir. Ini lebih sering terjadi pada bayi yang lahir dengan bedah secar, terutama jika
persalinan tidak ada kontraksi dan pada bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu kehamilan.
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) mungkin penyakit paru yang ringan tetapi
apabila tatalaksana buruk dapat menimbulkan komplikasi seperti hipoksia karena penangan
terlalu lama sehingga mengakibatkan kekurang nutrisi pada organ vital.
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) atau yang sering disebut juga transient
respiratory distress of the newborn (TRDN) adalah penyaki yang banyak terjadi pada bayi
diseluruh dunia dan sering dihadapi oleh semua dokter yang merawat bayi baru lahir. Bayi
baru lahir dengan TTN dalam beberapa jam pertama kehidupan akan mengalami takipnea dan
Terjadi peningkatan oksigen. Bayi baru lahir dengan Transient Tachypnea Of The Newborn
(TTN) biasanya sering dianggap dan didiagnosa sebagaia pnemonia aspirasi dan HMD. HMD
biasanya sering terjadi pada bayi yang dilahirkan diusia kehamilan kurang dari 35 minggu
sehingga bila bayi sesak diatas usia kehamilan 35 minggui diagnosa yang paling sering
difikirkan adalah Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN).
Bayi yang sering mengalami Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) adalah bayi
yang dilahirkan secara secsio cesaria, ini disebabakan mereka kehilangan kesempatan untuk
mengeluarkan cairan paru, bayi yang dilahirkan melalui persalinan per vaginam akan
mengalami kompresi dada saat melalui jalan lahir hal inilah yang menyebabkan sebagian
cairan paru keluar, tetapi kesempatan ini tidak berlaku bagi bayi yang dilahirkan dengan
operasi.
Dari seluruh bayi yang dilahirkan sekitar 1% akan mengalami kesulitan bernafas ditandai
dengan nafas cepat, cyanosis perifer dan central, merintih dan retraksi dada, nafas cuping
hidung, dan apnea periodik. Kumpulan gejala tersebut dikenal dengan gejala syndrom gawat
nafas (SGN), SG ini meliputi respiratory distress syndrom (RDS) akibat paru belum matang,
syndrom aspirasi meconium, dan Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN). Masih
banyak kita temui bayi-bayi dengan Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) di ruang
NICU RSIA budi kemuliaan walaupun membaik dan kembali normal dan pulang tampa ada
keluhan.
2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Agar penulis dan pembaca mengetahui tentang Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN)
b) Tujuan Khusus
a. Pengkajian
b. Identifikasi masalah yang timbul pada bayi dengan merumuskan diagnosa
masalah
c. Pembuatan rencana keperawatan susui dengan masalah yang ditemukan.
d. Melakukan implemetasi keperawatan
e. Melakukan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) adalah gangguan pernafasa pada bayi baru
lahir yang berlansung singkat yang biasanya berlansung shart – lived (< 24 jam) dan bersifat
self- limited serta terjadi sesaat setelah ataupun beberapa jam setelah kelahiran, baik pada
bayi permatur maupun pada bayi yang matur ( lahir aterm). (brooker, 2008).
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) keadaan bayi baru lahir ( newborn)
mengalami pernafasan yang cepat dan butuh usaha tambahan dari narmal karena kondisi di
paru-paru. Sekitar 1% bayi baru lahir mengalami hal ini dan umumnya menghilang setelah
beberapa hari dengan tatalaksana yang optimal. (stefano, 2005).
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) yaitu pernafasan cepat (frekuensi nafas >
60 x/menit) sementara yang terjadi pada waktu bayi lahir umumnya ringan serta dapat
sembuh sendiri dengan perawatan yang baik. (stuart and sunden, 2001).
B. Etiologi
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau respiratory
distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah bayi lair. TTN tidak
dapat didiagnosis sebelum bayi lahir. Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktar
resiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor resiko TTN pada bayi
baru lahir diantaranya:
4. Makrosomi
5. Partus lama
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan
sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar. Perubahan hormon
selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paru – paru. Bayi yang lahir
melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan secar tidak mangalami penekanan yang
normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran normal, sehingga mereka lebih
beresiko mengalami penumpukan cairan di paru – paru saat mereka menarik nafas pertama
kali.
C. Patofisiologi
Sebelum lahir paru – paru bayi terisi dengan cairan. Saat didalam kandungan bayi tidak
menggunakan paru – parunya untuk bernafas, bayi mendapat oksigen dari pembuluh darah
plasenta, saat mendekati kelahiran, cairan diparuparu bayi mulai berkurang sebagai respon
dari perubahan hormonal. Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir
(tekanan mekanis terhadap thorax). Setelah lahir bayi mengambil nafas pertamanya dan
paruparu terisi udara dan cairan diparu-paru didorong keluar. Cairan yang masih tersisa
kemudian dibantukan atau diserap tubuh secara bertahap melalui sistem pembuluh darah atau
sistem lifatik. Bayi dengan TTN mengalami sisa cairan yang masih terdapat diparu-paru atau
pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan untuk
menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernafas lebih cepat dan lebih dalam untuk
mendapat cukup oksigen ke paru-paru.
Nilai 0 1 2
Merintih Tidak ada Terdengar dengan stetoskop Terdengar tanpa alat bantu
D. Pathway
Bayi lahir
Post de entry
Tidak ada kompresi
rongga dada Bakteri, kuman,
virus
Alveolus kolaps
Resiko Aspirasi
E. Tanda dan Gejala
a. Bernafas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit.
b. Nafas cuping hidung (nasal flare)
c. Sela iga cekung saat bernafas (retraksi interkostal)
d. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
e. Gruting (merintih)
f. Desaturasi
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Dokter dapat mendiagnosis TTN dengan rontgen dada begitu bayi mulai menimbulkan
gejala gambar berupa garis pada perihilar, kardiomegali ringan, peningkatan volume paru,
cairan pada fissura minor, dan umumnya ditemukancairan pada rongga pleura.
b. Tes darah lengkap, IT ratio, CRP, kultur, DPL
c. Glukosa darah untuk mengetahui hipoglikemia
d. Analisa Gas darah
G. Penatalaksanaan
Bayi dengan Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) diawasi dengan cermat,
kadangkala dapat diawasi di NICU. Pemantauan frekuensi jantung, pernafasan dan kadar
oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikanfrekuensi pernafasan mernurun dan kadar
oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker,
headbox, dan jika bayi masih berusaha keras untuk bernafas meskipun oksigen sudah
diberikan, maka continous positive airway pressure (CPAP) dapat digunakan untuk
memberikan aliran udara ke paru – paru. Pada kasus yang berat bayi bisa menggunakan
ventilator namun ini jarang terjadi. Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi
bernafas terlalu cepat sehingga bayi tidak dapat mengisap dan menelan dan bernafas secara
brsamaan. Pada kasus ini maka infus perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula
darah bayi tetap terjaga. Dalam 24 – 48 jam proses pernafasan bayi dengan Transient
Tachypnea Of The Newborn (TTN) biasanya akan membaik dan kembali normal dalam 72
jam. Jika keadaan bayi belom membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab
lainnya yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih dari Transient Tachypnea Of The
Newborn (TTN) umumnya bayi akan pulih sepenuhnya inilah syarat bayi boleh dipulangkan.
Sebelum pulang berikan edukasi kepada ibu agar melakukan observasi dirumah dengan
memantau tanda-tanda gangguan pernafasan seperti kesulitan bernafas, bila hal ini muncul
segera hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat.
Dukungan ventilasi
Dalam kondisi gawatpemilihan dukungan ventilasi adalah :
CCPA
Ventilator Mekanik
CPAP
Defenisi : memepertahankan tekanan positive pada saluran nafas neonatus selama ada
pernafasan spontan.
Tujuan
Indikasi
1. Penyakit membran hialis
2. Apnea prematur
3. Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN)
4. Meconium aspirasi syndrom (MAS) ringan
5. Kelumpuhan diafragma
6. Pasca intubasi / weaning ventilator.
H. Komplikasi Penyakit
1. Pengkajian
Biodata
a. Identitas Pasien : Nama/Inisial, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat, ruang rawat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.
b. Identitas Penanggung Jawab : Nama/Inisial, umur, jenis kelamin, hubungan
keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Alasan masuk/keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal yang pertama kali dikeluhkan klien kepada perawat /
pemeriksa.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Apakah ada rasa gatal, panas / terbakar dan nyeri pada saat defekasi.
2) Adakah nyeri abdomen.
3) Apakah ada perdarahan di rectum, seberapa banyak, seberapa sering, dan
apa warnanya (merah segar atau warna merah tua).
4) Bagaimana pola eliminasi klien, apakah seing menggunakan laktasif atau
tidak.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan pada klien apakah dahulu pernah mengalami hal yang sama, kapan
terjadinya, bagaimana cara pengobatannya. Apakah memiliki riwayat penyakit
yang dapat menyebabkan hemoroid atau yang dapat menyebabkan kambuhnya
hemoroid.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien memiliki riwayat penyakit menular (seperti TBC,
HIV/AIDS, hepatitis, dll) maupun riwayat penyakit keturunan (seperti hipertensi,
Diabetes, asma, dll).
4. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum Klien
Penampilan klien, ekspresi wajah, bicara, mood, berpakaian dan kebersihan
umum, tinggi badan, BB, gaya berjalan.
2. Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan pada tanda-tanda vital mencakup : suhu, nadi, pernapasan dan
tekanan darah.Pemeriksaan fisik pada pasien hemoroid biasanya seperti
pemeriksaan fisik pada umumnya.
5. Data biologis
Di kaji kegiatan/aktivitas sehari-hari pasien seperti : saat sehat porsi makan selalu
habis minumnya pun 7-8 L/hari atau saat sakit porsi makannya tidak habis atau ½
porsi, dalam pengkajian eliminasi saat sehat BAB rutin dalam sehari 2-3 kali dan tidak
ada kesulitan dan BAK juga rutin dalam sehari 9-10 kali dan tidak ada kesulitan, dan
saat sakit BAB dan BAK pasien mengalami kesulitan seperti halnya BAB sulit
mengedan atau konsistensi cair dan BAK terganggu sehingga dipasang kateter,
istirahat dan tidur tidak ada kesulitan saat sehat dan saat sakit bisa saja terganggu tidur
karena penyakit yang diderita pasien, dan juga personal hygiene pasien saat sehat bisa
melakukan sendiri dan saat sakit dibantu oleh keluarga dan kerabat pasien.
6. Riwayat alergi
Di kaji melalui pasien atau keluarga pasien riwayat alergi pasien baik makanan,
minuman, maupun obat-obatannya.
7. Data psikologis
Di kaji perilaku verbal pasien yaitu bagaimana pasien memberikan jawaban kepada
perawat dan non verbal pasien yaitu bagaimana perawat melihat keadaan dan tingkat
kesadaran pasien, di kaji emosi pasien dalam menghadapi penyakitnya apakah pasien
sudah tenang atau stabil, di kaji persepsi penyakit bagaimana pasien memandang
penyakit yang dia derita, di kaji konsep diri bagaimana sikap pasien apakah dia optimis
atau pesimis dalam menghadapi penyakit yang dia derita, di kaji bagaimana pasien
beradaptasi dengan lingkungan pasien disekitarnya, dan juga di kaji mekanisme
pertahanan diri pasien terhadap penyakitnya yang di deritanya apakah dengan cara
bercerita dengan keluarga atau kerabatnya atau dengan cara dipendam sendiri oleh
pasien.
Definisi :
Faktor Risiko :
15. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari
prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi
dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin
dimulai secara langsung setelah pengkajian.
16. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa dan planning). Dalam evaluasi ini
dapat ditemukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus
dimodifikasi.
BAB III
PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS
Nama Bayi : By Ny. G
Umur : 0 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke :1
2. RIWAYAT KESEHATAN
I. Keluhan Utama
Saat MRS : sesak
Saat Pengkajian : bayi lahir secara SC, beberapa menit setelah lahir bayi merintih tapi
kemudian menghilang
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi lahir secara SC, beberapa menit setelah lahir bayi merintih tapi kemudian
menghilang
V. Riwayat Antenatal
Ibu mengatakan hamil anak ke : 1
Usia kehamilan : 9 bulan, 1 minggu
ANC sejak umur kehamilan : 3 bulan dipuskesmas
Kenaikan BB selama hamil : 4 Kg
Komplikasi selama hamil : tidak ada komplikasi selama hamil
Kebiasaan waktu hamil (makan, obat – obatan/jamu, merokok) : ibu pasien mengatakan tidak
mengonsumsi jamu, tidak merokok
Total 7 9
VIII. Genogram
Ket.
: laki-laki
: perempuan
: hubungan/menikah
: turunan
: pasien
: tinggal serumah
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan saat lahir : Segera menangis Nadi : 140 x/menit
Gerak : Aktif Suhu : 36,2°C
Spo2 : 98 %
RR : 62 x/menit
Pemeriksaan Antropometri
PB : 47 cm
BB : 2.935 Kg
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut : 29 cm
2. Pemeriksaan Khusus
Kepala : normal, ubun-ubun datar, tidak ada caput succedaneum dan cephal
hematoma, bentuk kepala bulat, tidak ada edema
Rambut : tumbuh sedikit, berwarna hitam, rambut halus
Mata : simetris, pupil mata berwarna coklat-kehitaman, konjungtiva tidak anemis,
iris normal, sklera tidak iktris
Hidung : simetris, ada cuping hidung, tidak ada secret, cairan atau polip
Mulut : simetris, lidah berwarna merah muda, keluarnya gelembung dari mulut, gusi
berwarna merah muda
Leher : simetris, tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : simetris, terdapat puting, bunyi jantung teratur, dan adanya retraksi dada
Abdomen : simetris, terdapat tali pusat yang masih segar, tidak ada edema
Ekstremitas :
Atas : simetris antara kiri dan kanan, jari-jari tangan lengkap, tidak ada edema
Bawah : simetris antara kiri dan kanan, jari-jari kaki lengkap, tidak ada edema
Anogenital : berjenis kelamin laki-laki
Reflek
Moro : normal, ketika dikagetkan respon bayi memeluk dan menangis
Rooting : normal, bayi menoleh saat disentuh
Sucking : normal, jika disentuh pada bagian bibir bayi akan mencari untuk menghisap
Swallowing : abnormal, bayi belum dapat menelan dengan baik
Graphs : normal, bayi dapat menggenggam jari pemeriksa
Babinski : normal, jempol kaki fleksi dan jari-jari ekstensi
Tonicneck : normal, kepala bayi dapat digerakkan ke kiri atau ke kanan
Eliminasi
Miksi : normal, BAK berwarna kuning terang, produksi urin 20 - 30 ml/3 jam
Defekasi : normal, BAB pertama berwarna kehitaman (meconium), produksi 10x/hari
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Darah lengkap
MCH 37.4 pg 27 - 34 - -
Neutrofil 74.0 % 50 - 70 - -
Limfosit 19.4 % 20 - 40 - -
DS : tidak dapat dikaji Perkembangan paru belum sempurna Pola Napas Tidak Efektif
SPO2 : 98 % S: 36,5
terpasang OGT
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. (D.0005) Pola Napas Tidak Efektif b.d Hambatan upaya napas d.d ibu pasien
mengatakan bayinya tampak sesak napas dan pasien tampak merintih.
2. (D. 0006) Risiko Aspirasi b.d Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan dan
bernapas
3. (D. 0142) Risiko Infeksi b.d Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
(D.0005) Pola Napas Tidak (L.01004) Pola Napas. (I.01011) Manajemen jalan
Efektif b.d Hambatan upaya napas
Setelah dilakukan intervensi
napas d.d ibu pasien
keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
mengatakan bayinya tampak
maka diharapkan Pola Napas
sesak napas dan pasien Monitor pola napas
membaik, dengan Kriteria Hasil :
tampak merintih. (Frekuensi, kedalaman,
Dispnea menurun usaha napas)
Frekuensi napas membaik Monitor bunyi napas
Tekanan ekspirasi membaik tambahan (mis. Gurgling,
Tekanan inspirasi membaik mengi, wheezing, ronkhi
kering)
Terapeutik
Lakukan fisioterapi
dada ,jika perlu
Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan asupan cairan
700 ml/hari, jika tidak
kontradiksi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
(D. 0006) Risiko Aspirasi (L.01006) Tingkat Aspirasi. (I.01018) Pencegahan Aspirasi
b.d Ketidakmatangan
Setelah dilakukan intervensi Obsevasi
koordinasi menghisap,
keperawatan selama 3 x 24 jam,
menelan dan bernapas Monitor tingkat kesadaran,
maka diharapkan Tingkat Aspirasi
batuk, muntah dan
menurun, dengan Kriteria Hasil :
kemampuan menelan
Kemampuan menelan Monitor status pernapasan
meningkat Monitor bunyi napas,
Dispnea menurun terutama setelah minum
Kelemahan otot menurun
Terapeutik
Frekuensi napas membaik
Posisikan semi Fowler (30-
45 derajat) 30 menit
sebelum memberi asupan
oral
Lakukan penghisapan jalan
napas, jika produksi sekret
meningkat
Sediakan suction di
ruangan
Edukasi
Anjurkan strategi
mencegah aspirasi
(D. 0142) Risiko Infeksi b.d (L.14137) Tingkat Infeksi. (I.14539) Pencegahan infeksi
Peningkatan paparan
Setelah dilakukan intervensi Observasi
organisme patogen
keperawatan selama 3 x 24 jam,
lingkungan Monitor tanda dan gejala
maka diharapkan Tingkat Infeksi
infeksi lokal dan sistemik
menurun, dengan Kriteria Hasil :
Terapeutik
Kebersihan badan meningkat
Nyeri menurun Cuci tangan sebelum dan
Bengkak menurun sesudah kontak dengan
Cairan berbau busuk menurun lingkungan pasien
Pertahankan teknik aseptik
pada pasien berresiko
tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu.
(D. 0006) Risiko 12-04-2023 15.30 Monitor tingkat kesadaran, dan Jam 21.00
Aspirasi b.d kemampuan menelan
S : tidak dapat dikaji
Ketidakmatangan
Hasil :
koordinasi O : pasien tampak
menghisap, Bayi aktif, menangis spontan. mengeluarkan
menelan dan Bayi terpasang OGT gelembung dari mulut
bernapas
15.40
Monitor status pernapasan A : resiko tidak
terjadi
Hasil : Bayi tampak merintih dan
sesak napas
P : lanjutan intervensi
P: lanjutkanintervensi
Monitor pola napas
RR : 44x/menit
08.35
(D. 0142) Risiko 08.00 Monitor tanda dan gejala jika Jam 14.00
Infeksi b.d terjadi infeksi lokal dan
S : tidak dapat dikaji
Peningkatan sistemik
paparan O : tali pusar bayi
Hasil : tali pusar masi segar, tanda
organisme mulai mengering
terjadi infeksi tidak ada
patogen
lingkungan
A : resiko tidak
08.15 Cuci tangan sebelum dan
terjadi
sesudah kontak dengan
lingkungan pasien
Hasil :Telah mencuci tangan sebelum P : lanjutan intervensi
melakukan tindakan
- Merawat tali pusat dengan Alkafil
(rawat tali pusat terbuka)
Hasil : telah dilakukan perawatan tali
pusat tidak ada tanda-tanda infeksi
Tanggal
(D.0005) Pola 14-04-2013 08.00 Memonitor pola napas Jam 14.00
Napas Tidak
Hasil : S: tidak dapat dikaji
Efektif b.d
Hambatan upaya RR : 46/x
napas d.d ibu
pasien SB : 36,6°C O: tidak ada bunyi
mengatakan suara tambahan, tidak
HR : 146 x/menit
bayinya tampak ada PCH, tidak
sesak napas dan SPO2 : 99% merintih
pasien tampak RR : 46/x
merintih.
Memonitor bunyi napas SB : 36,6°C
tambahan : HR : 146 x/menit
08.00
Hasil : tidak ada bunyi tambahan SPO2 : 99%
Monitor retraksi dada A: masalah teratasi
Hasil : Tidak ada retraksi dada,
pasiensudah tidak merintih dan tidak
ada PCH P: lanjutkan intervensi
https://id.scribd.com/document/396738532/Askep-by-i-Dg-Ttn-Copy
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Cetakan III (Revisi), Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.