Disusun Oleh:
DEWANDA PUTRA SAKA WARDANA 202204048
WAHYU HIDAYAT NUR RAHMAT 202204049
DITA AYUMA KARTIKANINGSIH 202204051
FEBY RUSFI DWIANTARI 202204052
CINDAI IRMA YUNIAR 202204054
MARINA SEPTIYA AWALLYRA 202204056
EKA AGUSTINA 202204058
AYU MISDA FEBRIYANTI 202204059
NAFILA AYU PUSPITA SARI 202204060
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang diampu oleh Ibu Dr.
dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada:
Keperawatan Anak
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
BAB 2 ......................................................................................................................5
PEMBAHASAN ......................................................................................................5
2.1 Konsep Dasar Hiperbilirubin.................................................................... 5
2.1.1 Definisi ................................................................................................. 5
2.1.2 Klasifikasi ............................................................................................ 6
2.1.3 Etiologi ................................................................................................. 7
2.1.4 Patofisiologi ......................................................................................... 9
2.1.5 Pathway .............................................................................................. 11
2.1.6 Tanda dan Gejala.............................................................................. 13
2.1.7 Komplikasi......................................................................................... 14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 14
2.1.9 Penatalaksanaan ............................................................................... 17
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ...................................................... 21
2.2.1 Pengkajian ......................................................................................... 21
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................... 38
2.2.3 Intervensi Keperawatan ................................................................... 39
2.2.4 Implementasi Keperawatan ............................................................. 45
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 47
BAB 3 ....................................................................................................................49
PENUTUP ..............................................................................................................49
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 49
3.2 Saran ....................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................51
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hiperbilirubin adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput
lender, kulit, atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Peningkatan kadar
bilirubin terjadi pada hari ke-2 dan ke-3 dan mencapai puncaknya pada hari ke-
5 sampai hari ke-7, kemudian menurun kembali pada hari ke-10 sampai hari ke-
14 (Dewi, 2014). Hiperbilirubin pada bayi baru lahir merupakan penyakit yang
sclera mata, mukosa, dan kulit oleh karena peningkatan kadar bilirubin dalam
bilirubin dalam cairan luar sel (extracellular fluid). Istilah jaundice berasal dari
bahasa perancis jaune yang artinya kuning, dan warna kuning tersebut adalah
merupakan gejala dari suatu penyakit primer yang masih harus di tetapkan
Dalam keadaan normal kadar bilirubin dalam darah tidak melebihi 1 mg/dL (17
µmol/L) dan bila kadar bilirubin melebihi 1.8 mg/dL (30 µmol/L) akan
dalam serum adalah 5 mg/dL, bila telah mencapai pertengahan abdomen adalah
15 mg/dL, dan bila warna kuning telah mencapai telapak kaki maka kadarnya
adalah 20 mg/dL. Ikterus karena akumulasi bilirubin indirek maka warna pada
kulit adalah kuning muda atau orange, sedangkan bilirubin direk akan
1
kuning yang terdapat hanya pada kulit, telapak tangan dan kaki dan tidak pada
dimana hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering
ditemukan pada bayi baru lahir dalam minggu pertama dalam kehidupannya.
hiperbilirubin pada bayi di indonesia sekitar 50% bayi cukup bulan yang
(ikterus), dan bayi kurang bulan (prematur) kejadiannya lebih sering, yaitu 75%
angka hiperbilirubin pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar 51,47%, dengan
faktor penyebabnya antara lain Asfiksia 51%, BBLR 42,9%, Sectio Cesaria
Menurut data dari IPN KSM IKA RSUD Arifin Achmad 2018 di ruang
memberikan asuhan perawatan yang sesuai dengan kondisi klien, seperti bayi
2
dengan ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan peningkatan
pada bayi harus dilakukan secara tepat karena dampak dari hiperbilirubin
bahkan kematian.
hiperbilirubin
3
4. Kami mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
1. Instansi Rumah Sakit
2. Instansi Pendidikan
hiperbilirubin.
3. Bagi Penulis
hiperbilirubin.
4. Bagi Masyarakat
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
darah yang kadar nilainya lebih dari normal. (Suriadi & Yuliani, 2010).
Ikterus fisiologis adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari
ke-2 sampai ke-3 setelah lahir yang tidak mempunyai dasar patologis dan
2013). Icterus, jaundice, atau “sakit kuning” adalah warna kuning pada
sclera mata, mukosa, dan kulit oleh karena peningkatan kadar bilirubin
2012).
pada kulit / organ lain akibat penumpukan bilirubin dalam darah. (Sukarni
neonatus di sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh. (Ayu,
niwang, 2016). Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain
(Rukiyah & Yulianti, 2019). Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada
bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sclera akibat
5
akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis
akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl.
2.1.2 Klasifikasi
1. Ikterus prehepatik
2. Ikterus hepatic
3. Ikterus kolestatik
4. Ikterus fisiologis.
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan
6
menjadi “kernicterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada
5. Ikterus patologis/hiperbilirubinemia
pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly
6. Kern ikterus
lebih dari 20 mg%) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada
2.1.3 Etiologi
1. Polychetemia
7
4. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid,
kloramfenikol)
5. Hemolisis ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
1. Peningkatan produksi:
rendah.
Hiperbilirubinemia.
8
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa
obstruktif.
2.1.4 Patofisiologi
retikuloendotelial.
(bereaksi direk).
9
f. Pada bayi dengan hiperbilirubinemia kemungkinan merupakan
hepatic.
angsur dapat menetap selama 3-10 minggu pada kadar yang lebih
sebelumnya.
10
2.1.5 Pathway
WOC OF HYPERBILIRUBINEMIA
11
Bilirubin itirek Sebagian kecil Tanning, rashes, burns, Fototerapi Ensolophati bilirubin
bilirubin direk bronzen baby syndrome
didekonjugasi oleh
Dieksekresikan oleh enzim β gluconidase
Hati disimpan dalam MK : kerusakan Peningkatan suhu Risiko Kurang nafsu
kantong empedu integritas kulit lingungan dan tubuh peningkatan IWL makan
menjadi empedu
MK : MK : ketidakseimbangan
Pemberian makan ketidakefektifan volume cairan tubuh
merangsang pengeluaran termoregulasi
empedu ke duodenum
12
2.1.6 Tanda dan Gejala
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan
puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada
jaundice fisiologis.
atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang
berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat,
seperti dempul.
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
13
11. Nafsu makan berkurang
2.1.7 Komplikasi
hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot, dan tangisan yang
melengking.
d. Asfiksia
e. Hipotermi
f. Hipoglikemi
g. Kematian
1. Visual
14
bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada
incompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total.
dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi
cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm tergantung pada
beray badan.
15
e. Hitung darah lengkap
f. Glukosa
mg/dl atau test glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir
serum.
mg/dl antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari
k. Test Betke-Kleihauer
16
3. Pemeriksaan radiologi
hepatoma
4. Ultrasonografi
ekstra hepatic.
5. Biopsy hati
hati, hepatoma.
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi
b. Pemberian ASI atau makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori
17
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
1) Menghilangkan Anemia
Tersensitisasi
1) Fototherapi
18
konjugasi oleh Hati Fototherapi mempunyai peranan dalam
Anemia.
pertama.
19
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
(kepekaan)
20
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
suku bangsa.
Identitas orang tua berupa: nama ayah dan ibu, usia ayah dan ibu,
2. Keluhan utama
keluhan utama.
a. Munculnya keluhan
infeksi).
21
b. Karakteristik
a. Prenatal
b. Natal
c. Post natal
22
Nama obat dan dosis, schedule, durasi, alasan penggunaan obat.
g. Allergi
h. Imunisasi
Jenis imunisasi seperti: BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II, III,
5. Riwayat keluarga
dan 3 generasi).
6. Riwayat sosial
23
8. Pengkajian pola fungsi Gordon
b. Nutrisi metabolik
c. Pola eliminasi
bau, warna).
24
kelebihan volume cairan: CKD, perdarahan (hemoragik), pasien
terlebih dahulu bahwa balance cairan (BC) ialah intake cairan atau
cairan masuk (CM) yang dikurangi dengan output atau cairan keluar
(CK).
yaitu umur, iklim, diet, stress, kondisi sakit, tindakan medis, dan
syok hipovolemik.
Cairan Masuk
yang bisa dilihat dan juga cairan masuk yang tidak bisa dilihat. Jenis
cairan masuk yang bisa dilihat diantaranya yaitu oral (minuman dan
makanan), enteral (NGT, obat oral), parenteral (IV line atau infus 20
tetes per menit, sebanyak 500 cc habis dalam 8 jam 10 menit), dan
25
Lain halnya untuk cairan masuk yang tidak bisa dilihat, dimana
penjumlahan dari cairan masuk yang bisa dilihat dan yang tidak bisa
dilihat.
Cairan Keluar
Jenis cairan keluar yang bisa dilihat meliputi BAB: feses ± 100
30 ml/kgBB/hari.
meliputi kehilangan cairan normal IWL (paru ± 400 ml/hari dan kulit ±
26
600 ml/hari) dan juga standar kehilangan IWL. IWL (insensible water
loss) adalah jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit dihitung,
yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas. Untuk standar kehilangan IWL
dalam aktivitas.
27
tolerans, persepsi terhadap kekuatan, kemampuan kemandirian
f. Pola kognitif-persepsi
i. Sexualitas
28
j. Koping – pola toleransi stress
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
c. Ukuran anthropometric
d. Mata
e. Hidung
Kebersihan, kelainan
f. Mulut
g. Telinga
h. Dada
29
i. Abdomen
j. Punggung
Ada/tidak kelainan
k. Genetalia
l. Ekstremitas
m. Kulit
perilaku.
e. Kecepatan tumbuh
3) Pelaksanaan DDST
30
Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver
seperti:
1. Menatap muka
3. Tersenyum spontan
4. Mengamati tangannya
6. Makan sendiri
7. Tepuk tangan
8. Menyatakan keinginan
31
17. Memakai baju
b. Motorik halus
3. Memegang icik-icik
4. Mengikuti 1800
5. Mengamati manik-manik
6. Tangan bersentuhan
7. Meraih
8. Mencari benang
9. Menggaruk manik-manik
32
11. Mengambil dua buah kubus
15. Mencoret-coret
23. Mencontoh O
29. Mencontoh O
33
mengerti dan memahami perkataan orang lain serta berfikir
seperti:
1. Bereaksi
2. Bersuara
3. Oooo? Aaaah
4. Tertawa
5. Berteriak
8. Satu silabel
12. Mengoceh
14. 1 kata
15. 2 kata
16. 3 kata
17. 6 kata
34
22. Menunjuk 4 gambar
29. Mengetahui
36. Berlawanan 2
d. Motorik kasar
seperti:
1. Gerakan seimbang.
2. Mengangkat kepala.
35
4. Duduk kepala tegak.
7. Membalik.
18. Lari.
21. Melompat.
23. Loncat.
36
27. Berdiri satu kaki 3 detik.
Jika usia > 6 tahun tanyakan tumbuh kembang secara umur sebagai
berikut:
pertama
4) Reaksi Hospitalisasi
37
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
kelemahan menyusui.
otak.
38
2.2.3 Intervensi Keperawatan
39
3. Tutup kepala bayi dengan topi untuk
menghindari kehilangan panas akibat
radiasi.
4. Lakukan perawatan bayi dalam inkubator
bukan radian warmer karena radian
warmer terjadi kehilangan panas karena
radiasi, konveksi, peningkatan IWL pada
bayi serta menimbulkan dehidrasi.
5. Tingkatkan pemberian cairan.
6. Tingkatkan pemberian ASI.
2. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 Konservasi integritas struktural
volume cairan tubuh jam, menunjukkan keseimbangan cairan dan 1. Monitor berat badan
berhubungan dengan elektrolit dengan kriteria hasil : 2. Monitor intake dan output
peningkatan IWL (insensible 1. Turgor kulit elastis 3. Monitor pemberian ASI.
water loss) akibat fototerapi dan 2. Membran mukosa lembab 4. Monitor serum elektrolit
kelemahan menyusui. 3. Intake cairan normal 5. Monitor serum albumin dan protein total.
4. Perfusi jaringan baik 6. Monitor tekanan darah, frekuensi nadi, dan
5. Urien tidak pekat status respirasi.
6. Tekana darah dalam batas normal 7. Monitor membran mukosa, turgor kulit.
(80/45 mmHg) 8. Catat dan hitung balance cairan.
9. Monitor warna dan jumlah urin
40
7. Nadi dalam batas normal (120- 10. Monitor ketat cairan dan elektrolit jika bayi
160x/menit) menjalani terapi yang meningkatkan IWL
8. Suhu dalam batas normal (36,5- seperti fototerapi, pemakaian radiant
37,5ºC) warmer.
9. Mata tidak cekung. Konservasi Energi
1. Lakukan upaya untuk meminimalkan IWL
seperti penutup plastik atau meningkatkan
kelembaban.
2. Monitor dan hitung kebutuhan cairan.
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
cairan parenteral.
41
3. Resiko injury berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Konservasi integritas struktural
dengan masuknya bilirubin selama 3 x 24 jam bayi tidak memperlihatkan 1. Kaji kulit akan adanya tanda-tanda ikterik
dalam jaringan otak. tanda peningkatan tekanan intrakranial atau yang menandai peningkatan bilirubin
perdarahan intraventrikuler dengan kriteia 2. Pantau kadar bilirubin total, direk dan
hasil: indirek
1. Suhu aksila 36,5-37,5 C 3. Lakukan penutupan mata pada bayi
2. Tidak kejang 4. Kaji status umum bayi: hipoksia,
3. Bilirubin normal < 8 mg/dl hipotermi, hipoglikemia dan asidosis
4. Tidak ikterus, kulit merah normal metabolik untuk meningkatkan resiko
5. Toleransi minum baik kerusakan otak karena hiperbilirubinemia
5. Tempatkan bayi dibawah sinar dengan
jarak antara lampu dengan bayi 35-40 cm
6. Pantau suhu tubuh
7. Ubah posisi bayi dengan sering terutama
selama beberapa jam pertama pengobatan
untuk meningkatkan pemajanan
permukaan tubuh.
Konservasi Energi
1. Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
sinar blue green
42
2. Pastikan masukan cairan adekuat untuk
mencegah dehidrasi
3. Monitor pemberian ASI.
4. Berikan makanan awal untuk meningkatkan
eksresi bilirubin dalam feses
Konservasi integritas sosial dan personal
Jelaskan kepada orang tua untuk pemberian
terapi sinar kepada bayinya.
43
4. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pressure Management
berhubungan dengan jaundice selama 3 x 24 jam diharapkan integritas kulit 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
atau radiasi kembali baik/normal dengan kriteia hasil: pakaian yang longgar
1. Integritas kulit yang baik bisa 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
dipertahankan 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit kering
3. Perfusi jaringan baik 4. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
4. Menunjukkan pemahaman dalam 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
proses perbaikan kulit dan mencegah 6. Monitor pemberian ASI secara adekuat
terjadinya cedera berulang 7. Oleskan lotion/ minyak/ baby oil pada
5. Mampu melindungi kulit dan daerah yang tertekan
mempertahankan kelembaban kulit dan 8. Mandikan pasien dengan sabun dan air
perawatan alami. hangat.
44
2.2.4 Implementasi Keperawatan
adalah:
45
a. Memonitor berat badan
peningkatan bilirubin
permukaan tubuh
46
j. Memberikan makanan awal untuk meningkatkan eksresi
dehidrasi.
tertekan
1. Evaluasi formatif
47
klien), objektif (data hasil pemeriksaan dan observasi), analisis data
2. Evaluasi sumatif
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
perubahan dan tidak ada kemajauan sama sekali serta dapat timbul
masalah baru.
48
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
selaput lender, kulit, atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Peran
memberikan asuhan perawatan yang sesuai dengan kondisi klien, seperti bayi
pada bayi harus dilakukan secara tepat karena dampak dari hiperbilirubin
3.2 Saran
49
Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan pengetahuan mengenai
Bagi calon penulis selanjutnya yang akan melakukan studi kasus diharapkan
4. Bagi Masyarakat
yang dialami anaknya. Diharapkan pada orang tua terutama pada ibu hamil
50
DAFTAR PUSTAKA
51