Disusun oleh :
JOMBANG 2022-2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB 1.............................................................................................................2
PENDAHULUAN..........................................................................................2
BAB 2.............................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4
2.1.1 Definisi.........................................................................................4
2.1.2 Klasifikasi.....................................................................................5
2.1.3 Etiologi.........................................................................................7
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................9
2.1.6 Komplikasi.................................................................................12
2.1.8 Penatalaksanaan.........................................................................15
3.3.1 Pengkajian..................................................................................21
BAB 4...........................................................................................................29
PENUTUP....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................i
BAB 1
PENDAHULUAN
sclera mata, mukosa, dan kulit oleh karena peningkatan kadar bilirubin
jaundice berasal dari bahasa perancis jaune yang artinya kuning, dan
bilirubin dalam darah tidak melebihi 1 mg/dL (17 µmol/L) dan bila kadar
bilirubin indirek maka warna pada kulit adalah kuning muda atau orange,
Ikterus perlu dibedakan dengan warna kuning yang terdapat hanya pada
kulit, telapak tangan dan kaki dan tidak pada sclera adalah disebabkan
klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir dalam minggu
bayi cukup bulan yang mengalami perubahan warna kulit, mukosa dan
Menurut data dari IPN KSM IKA RSUD Arifin Achmad 2018 di
Hiperbilirubin.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
yang kadar nilainya lebih dari normal. (Suriadi & Yuliani, 2010).
Ikterus fisiologis adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul
pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah lahir yang tidak mempunyai
dasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari
ke-10. (Susilaningrum dkk, 2013). Icterus, jaundice, atau “sakit
kuning” adalah warna kuning pada sclera mata, mukosa, dan kulit
oleh karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah
(hyperbilirubinemia) yang selanjutnya menyebabkan peningkatan
bilirubin dalam cairan luar sel (extracellular fluid). (Widagdo,
2012).
Ikterus Neonatorum adalah diskolorisasi kuning penumpukan pada
tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam
klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin
2.1
2.1.1
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk
penilaian ikterus, Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian
yang di mulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah
sampai tumit, tumit pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki
serta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain lain.
Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap tiap nomor di sesuaikan
dengan angka rata-rata dalam gambar. Cara ini juga tidak menunjukkan
intensitas ikterus yang tepat di dalam plasma bayi baru lahir. Nomor urut
menunjukkan arah meluasnya ikterus.
1. Ikterus prehepatik
2. Ikterus hepatic
3. Ikterus kolestatik
4. Ikterus fisiologis.
selamanya patologis.
5. Ikterus patologis/hiperbilirubinemia
6. Kern ikterus
kloramfenikol)
obat-obatan.
2.1.4 Patofisiologi
ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak. Toksisitas ini
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan
Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau
dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan
terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat
hipoglikemia.
2.1.5 Tanda dan Gejala
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan
3. Jaundice tampak pada hari ke dua atau ke tiga, dan mencapai puncak
pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke
fisiologis.
atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang
berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat,
seperti dempul.
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
2.1.6 Komplikasi
yang melengking.
d. Asfiksia
e. Hipotermi
f. Hipoglikemi
g. Kematian
1. Visual
kurang.
sinar.
incompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total.
pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm
berlebihan.
f. Glukosa
<30 mg/dl atau test glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi
bilirubin serum.
incompabilitas ABO.
k. Test Betke-Kleihauer
3. Pemeriksaan radiologi
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau
4. Ultrasonografi
5. Biopsy hati
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
mempunyai tujuan :
1) Menghilangkan Anemia
Tersensitisasi
1) Fototherapi
menyebabkan Anemia.
pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan Berat Badan
Lahir Rendah.
faktor :
jam pertama.
pertama.
pertama.
Maternal.
Tersensitisasi (kepekaan)
Hemoglobin
Globin Hem
Biliverdin Fe co
Peningkatan destruksi eritrosit ( gangguan konjuga bilirubin / transport bilirubin /peningkatan siklus
entero hepatic ) hb dan eritrosit abnormal
peningkatan bilirubin unconjugasi dalam darah pengeluarana meconium terlambat / obstruksi usus tinja
BAB 3
2.1
1
2
2.1
3.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
3.3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila bayi
baru lahir tersebut tampak berwarna kuning dengan kadar serum
bilirubin 5mg/dL atau lebih (Mansjoer, 2013). Hiperbilirubinemia
merupakan penimbunan bilirubin indirek pada kulit sehingga
menimbulkan warna kuning atau jingga.
2. Keluhan utama
Pada pasien Hiperbilirubin biasanya kulit dan bagian putih mata bayi
( sklera ) berubah menjadi kuning,
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya gejala pada penyakit hiperbilirubin dengan Kadar bilirubin
yang terlalu tinggi pada darah si Kecil bisa menembus ke otak,
merusak sel-sel otak dan menyebabkan ensefalopati kondisi ini
dinamakan bilirubin ensefalopati akut. Biasanya gejala-gejala yang
mungkin muncul: Demam dan Muntah.
4. Riwayat pesalinan
23
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data obyektif ;
lahir prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan
asfiksia
5. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien
apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada, Db, diare, hipertensi,
DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya
diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan.
Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.
24
3. Mulut: apakah ada tanda infeksi?
4. Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
5. Muka; ekspresi, pucat
6. Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
7. Dada: gerakan dada,
8. Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta
kanan
9. Ekstremitas: lengan-tangan: reflex, warna dan tekstur kulit,
edema, clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
9. Pemeriksaan penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,
edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.
b) Pemeriksaan laboratorium ( pemeriksaan darah ).
c) Pemeriksaan bilirubin serum pada bayi cukup bulan.
25
Definisi : kulit dan membran mukosa neonatus menguning setelah 24
jam kelahiran akibat bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam
sirkulansi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko
gangguan integritas kulit menurun.
SLKI : L. 14125 integritas kulit dan jaringan
Kriteria Hasil :
1. Elastisitas meningkat
2. Hidrasi meningkat
3. Perfusi jaringan meningkat
4. Kerusakan jaringan menurun
5. Kerusakan lapisan kulit menurun
6. Suhu kulit membaik
SIKI : Fototerapi neonatus 1.03091
Tindakan :
Observasi
1. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
2. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia gestasi dan berat
badan
3. Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali
4. Monitor efek samping fototerapi (mis. hipertermi, diare, rush pada
kulit, penurunan berat badan lebih dari 8-10% )
Terapeutik
26
7. Gunakan linen berwarna putih agar mematulkan cahaya sebanyak
mungkin
Edukasi
Kolaborasi
27
SIKI : Manajemen hipervolemia (1.03114)
Terapeutik
Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia
2. Identifikasi penyebab hypervolemia
3. Monitor status hemodinamik, tekanan darah, MAP, CVP, PAP,
PCWP, CO jika tersedia
4. Monitor intaje dan output cairan
5. Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium, BUN, hematocrit,
berat jenis urine)
6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
7. Monitor kecepatan infus secara ketat
8. Monitor efek samping diuretik
Therapeutik
1. Timbang berat bada setiap hari pada waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Edukasi
1) Anjurkan melapor jika haluaran urine <0.5 ml/kg/jam dalam 6 jam
2) Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
3) Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
4) Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuritik
2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
3. Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy
28
Definisi ; Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau
epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia,otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsil sendi dan/atau ligament)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko
gangguan integritas kulit menurun.
SLKI : L. 14125 integritas kulit dan jaringan
Kriteria Hasil :
7. Elastisitas meningkat
8. Hidrasi meningkat
9. Perfusi jaringan meningkat
10. Kerusakan jaringan menurun
11. Kerusakan lapisan kulit menurun
12. Suhu kulit membaik
SIKI : Intervensi perawatan integritas kulit (I.11353):
Observasi ;
1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
2) Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif
3) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
1) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3.3 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
29
3.4 Evaluasi
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan
yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
harus diakhiri dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011 )
30
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal. (Suriadi & Yuliani, 2010). Ikterus fisiologis adalah
warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah
lahir yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan
sendirinya pada hari ke-10. (Susilaningrum dkk, 2013). Icterus, jaundice, atau
“sakit kuning” adalah warna kuning pada sclera mata, mukosa, dan kulit oleh
dan tidak segera diatasi, serta telah terlalu banyak menumpuk di otak,
apabila bayi baru lahir tersebut tampak berwarna kuning dengan kadar serum
31
4.2 SARAN
Demikian makalah ini kami buat untuk meningkatan pemahanman dan
pengetahuan kita tentang asuhan keperawatananak baru lahir dengan penyakit
hiperbilirubin, Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini
sangat jauh dari kata sempurna maka sangat diperlukan kritik dan saran bagi
penyempurnaan makalah ini.
32
DAFTAR PUSTAKA
Mulyati, Iswati, N. & Wirastri, U. 2019. Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia, (Online),
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/1278/1/MULYATI%20NIM.
%20A31801239.pdf, diakses 27 januari 2020)
Oktiawati, A. dan Julianti, E. 2019. Buku Ajar Konsep Dan Aplikasi Keperawatan
Anak. Jakarta: Cv Trans Info Media.
Rukiyah, A.Y dan Yulianti, L. 2019. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan Anak
Pra Sekolah. Jakarta: Cv Trans Info Media.
Sukarni, I. dan Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan Persalinan Nifas Dan Neonatus
Risiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2.Jakarta: Cv
Sagung Seto.
Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi Dan
Anak. Jakarta: Salemba Medika.