Dosen Pembimbing :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Hiperbilirubinemia“”sesuai waktu yang ditentukan. Makalah ini di susun sebagai salah satu
persyaratan mengikuti proses belajar mengajar Mata Kuliah Keperawatan Anak 2 Prodi S1 Ilmu
Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Selama penyusunan, penulis mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
Bapak/Ibu:
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima, serta bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................3
A. KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT............................................3
2.1 Definisi Hiperbilirubinemia .............................................................3
2.2 Klasifikasi Hiperbilirubinemia..........................................................6
2.3 Etiologi Hiperbilirubinemia..............................................................11
2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................12
2.5 Patofisiologi .....................................................................................13
2.6 Pemeriksaan Diagnotik......................................................................13
2.7 Penatalaksanaan.................................................................................15
2.8 Komplikasi.........................................................................................15
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................15
2.9 Pengkajian..............................................................................................16
3.0 Anamnesis..............................................................................................16
3.1 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................17
3.2 Penatalaksanaan......................................................................................17
3.3 Diagnosa Keperawatan...........................................................................18
3.4 Rencana Keperawatan............................................................................18
3.5 Implementasi Keperawatan....................................................................19
3.6 Evaluasi Keperawatan............................................................................19
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................20
4.1 Kesimpulan............................................................................................20
4.2 Saran.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAK
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya yang meninggal
sebelum usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB
merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
masyarakat(SDKI, 2011).
Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi, dilihat dari sisi
penyebabnyakematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Faktor yang dapat
dikaitkan dengankematian bayi endogen dan eksogen adalah kematian endogen atau yang umum
disebutkematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah
dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir yang diperoleh
dari orang tuanyapada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Sedangkan kematian
eksogen atau kematian postnatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia 1 bulan sampai
menjelang usia 1 tahunyang disebabkan faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh
lingkungan luar akibat darikurangnya pengetahuan orang tua dalam merawat bayinya (Depkes,
2007).
Menurut WHO 2009 angka kematian bayi di Negara tetangga tahun 2007
sepertisingapura 3% per 1.000 kelahiran hidup, Malaysia 6,5% per 1.000 kelahiran hidup,
Thailand 17%per 1.000 kelahiran hidup, Vietnam 18% per 1.000 kelahiran hidup dan philipina
26% per 1.000kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi di Indonesia cukup tinggi yakni
46,5% per 1.000 kelahiran hidup (Depkes, 2011).
Ikterus merupakan salah satu fenomena yang sering ditemukan pada bayi baru
lahir,kejadian ikterus pada bayi baru lahir berkisar antara 25-50% pada bayi cukup bulan 80%
pada bayikurang bulan. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat bersifat fisiologis dan sebagian
bersifatpatologis (hiperbilirubinemia) yang dapat menimbulkan dampak yang buruk (SDKI,
2011).Dampak buruk yang diderita bayi seperti : kulit berwarna kuning sampai jingga, klien
tampaklemah, urine menjadi berwarna gelap sampai berwarna coklat dan apabila penyakit ini
tidakditangani dengan segera maka akan menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi yaitu
kernicterus(kerusakan pada otak) yang ditandai dengan bayi tidak mau menghisap, letargi,
gerakan tidak menentu, kejang, tonus otot kaku, leher kaku ( suriadi 2006).
Peran perawat dalam keperawatan ini sebagai innovator, fasilitator, dan pendidik dan
sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan dalam melakukan
asuhankeperawatan kepada klien secara menyeluruh baik biologis, psikologis, social, budaya
danspiritual yang meliputi beberapa aspek antara lain aspek promotif, preventif, kuratif
danrehabilitatif. Dari aspek promotif adalah dimana perawat berperan sebagai promotor
kesehatanyang perlu memberikan informasi ataupun pendidikan kesehatan tentang pentingnya
hidup sehatdan melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin. Perawat sebagai aspek preventif
adalahmenganjurkan kepada ibu hamil untuk berhati-hati terhadap penggunaan obat-obatan
danpemenuhan gizi yang baik untuk bayi. Aspek kuratif perawat berkolaborasi dalam
pemberianterapi (fototherapi,transfuse pengganti, infus albumin dan therapy obat). Peran perawat
sebagairehabilitatif adalah perawat mengembalikan kondisi klien setelah mengalami penurunan
kadar bilirubin dan menginformasikan kepada ibu.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna
untukmemberikan asuhan keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan diagnosa
hiperbilirubin. Pada kenyataannya kita lihat dilapangan banyak pasien hiperbilirubin
yangpemberian asuhan keperawatan yang kurang maksimal, contohnya pada fototerapi,
seharusnyamempunyai kontrol atau pengawasan, tetapi banyak perawat yang lalai dalam hal
tersebut.
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hiperbilirubin.
2. Tujuan Khusus
Mampu memahami kasus hiperbilirubin.
Mampu menganalisa dan menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
hiperbilirubin.
Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan hiperbilirubin.
Mampu melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun sesuai dengan
rencana keperawatan pada pasien dengan hiperbilirubin.
Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada pasien dengan hiperbilirubin.
Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien dengan
hiperbilirubinemia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.I Definisi
2.5 Patofisiologis
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadianyang
sering ditemukan adalah apabila terdapat beberapa peningkatan beban bilirubinpada sel hepar
yang berlebihan.hal ini dapat di temukan bila terdapat peningkatanhancurnya eritrosit,
polistemia. gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapatmenimbulkan peningkatan bilirubin
tubuh. Hal ini dapat terjadi jika kadar protein Y danZ berkurang, bayi hipoksia, dan asidosis.
Keadaan lain yang memperlihatkanpeningkatan bilirubin adalah apabila di temukan gangguan
pada konjugasi hepar, atauneonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan
saluran empedu. Padaderajat tertentu, bilirubin bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutamadi temukan pada bilirubin indirek yang sulit larut dalam air, tapi mudah larut
dalamlemak.sifat inilah yang menjadikan efek patologis pada sel otak jika sampai
menembussawar darah otak. Kelainan ini di sebut kernikterus. Pada umumnya di anggap
bahwakelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin
indirektelah mencapai lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya bilirubin dapat menembus sawar otak ternyata tidak hanyatergantung
pada keadaan neonatal. Bilirubin lebih mudah untuk menembus sawar otak jika bayi lahir dalam
keadaan berat bayi lahir rendah (BBLR), hipoksia danhipoglikemia. (Markum, 1991).
a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 harisetelah
lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
b.Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7hari
setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan setiap terapi hiperbilirubin adalah mengurangi kadar bilirubin dalam alirandarah
sehingga mencegah timbulnya ensepalopati akut dan resiko kerusakan saraf jangkapanjang.
Metode terapi pada hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, tranfusi sulih, dan terapiobat.
a) FototherapiFototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Penggantiuntuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitasyang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light
spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar
Bilirubindengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini
terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi
menjadi duaisomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan
ke pembuluhdarah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
denganAlbumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu
dandiekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses
konjugasioleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika
sinarmengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. Fototherapi
mempunyaiperanan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat
mengubahpenyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia. Secara
umumFototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus
yangsakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi
dengankonsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk
memberikan. Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi
dan BeratBadan Lahir Rendah.
b) Tranfusi Sulih
Transfusi sulih berarti mengeluarkan sedikit darah bayi dan menggantinyadengan
darah yang cocok, sehingga mengurangi kadar bilirubin dalam aliran darah.Tindakan
ini hanya di kerjakan ketika kadar bilirubin serum mrningkat sedemikiantingginya
sehingga mencapai taksiran ketika bayi sangat beresiko menderitakerusakan saraf
meski sudah mendpat terapi cahaya intensif (AAP,2004).
Ada beberapa obat yang mungkin digunakan dan beberapa yang lebih lazim digunakan
dalam terapi hiperbilirubin.
2.8 Komplikasi
Contoh Kasus
Bayi Diska lahir pada tanggal 25 Maret 2010. Cara operasi sectio caesaria atas indikasipartus
lama. Berat badan lahir 2200 gram dengan panjang badan 46 cm. Pada tanggal 30 Maret 2010
yaitu pada usia 6 hari, pasien mengalami ikterik di seluruh tubuh. Perdarahan (-), pucat (-),
muntah (-), kejang (-), demam (-), reflex hisap baik, minum habis 7 x 4 cc, tonusotot baik, BAB
dan BAK normal.
Pengkajian
I. IDENTITAS
A.Pasien
Agama : Islam
B.Orang Tua
Pasien
Agama : Islam
IslamPerkawinan : Pertama
Anamnesis dilakukan pada tanggal 1 April 2010 pukul 16.00 WIB secara alloanamnesis
dengan ibu pasien.
A.Keluhan Utama
Pasien lahir pada tanggal 25 Maret 2010 pukul 17.15 WIB dengan cara operasisectio
caesaria atas indikasi partus lama. Berat badan lahir 2200 gram dengan panjang badan 46
cm. Pasien tidak memiliki kelainan bawaan, anus (+).Tindakan resusitasi yang dilakukan
pada pasien adalah penghisapan lendir danpemberian oksigen. APGAR Score 8/9.
Minum ASI habis 70 cc. Mekoneum(+), BAK (+). Pada 26 Maret 2010 pukul 11.15 WIB
pasien terlihat sesak nafas, merintih, nafas cuping hidung (+), sianosis (+). Oleh karena
itu pasien dipindahkan ke ruang rawat perinatologi RSUP Fatmawati. Pasien mengalami
sesak nafas selama 3 hari. Pada tanggal 29 Maret 2010 sesak (-). Pada tanggal 30 Maret
2010 yaitu pada usia 6 hari, pasien mengalami ikterik di seluruh tubuh. Perdarahan (-),
pucat (-), muntah (-), kejang (-), demam (-), reflekshisap baik, minum habis 7 x 4 cc,
tonus otot baik, BAB dan BAK normal.
Pasien dikandung selama 36 minggu. Selama hamil ibu rutin control setiap bulan ke
bidan. Selama hamil ibu mengeluh tidak nafsu makan,sakit gigi, muntah sesudah minum
susu, dan berat badan ibu hanya naik 5 kg. Ibu tidak pernah sakit selama hamil, tekanan
darah selalu dalam batas normal, riwayat kencing manis disangkal, dan tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan dan jamu. Golongan darah ibu adalah A, tidak tahu rhesus (+)
atau (-). Pada kehamilan 36 minggu ketuban pecah, lalu ibu dibawa ke RSUPFatmawati.
Karena pembukaan tidak juga lengkap, dokter kandungan memutuskan untuk melakukan
operasi caesar pada 15,5 jam setelah ketuban pecah, warna ketuban jernih.
D. Susunan Keluarga
Pasien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Anak pertama laki-laki berumur 7 tahun,
kedua laki-laki berumur 4 tahun, dan yang terakhir adalah pasien. Kedua saudara
kandung pasien juga mengalami kuning saat berusia 2 hari,berlangsung sampai usia 7
hari, tidak pernah mendapat terapi sinarsebelumnya, hanya dijemur di bawah sinar
matahari. Di keluarga pasien tidak 11 ada yang menderita penyakit hemolitik,
pembesaran hati dan limpa, dan anemia.
Keluarga pasien tinggal di sebuah rumah kontrakan dengan 1 ruang tamu, 1 ruang tidur, 1
kamar mandi, dan 1 dapur. Masing-masing ruangan dibatasitembok dan berlantai
keramik. Menurut ibu pasien jendela kamar mendapat cukup sinar matahari, ventilasi
cukup baik, jauh dari selokan dan tidak ada tumpukan sampah di sekitar rumah.
Review of System
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 1 April 2010 pukul 16.00 WIB. Pasien dalam
keadaan bangun dan tenang.
Panjang badan : 46 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar perut : 30 cm
Tanda vital
HR : 120 x / menit
RR : 43 x / menit
Kulit : ikterik (+) di seluruh tubuh, pucat (-),plethora (-), ptekie (-), hematom (-),
sianosis (-).
Kepala : normocephali, caput (-), cephal hematom (-), rambut halus,UUB datar.
Toraks : bentuk dan gerak dada simetris saat statis dan dinamis,retraksi sela iga
(-).
Jantung
Paru
Abdomen
Inspeksi : cembung
Perkusi : timpani.
Refleksrooting : (+)
Reflekssucking : (+)
Ht 36 vol%
Leukosit 8.300/ul
Trombosit 201.000/ul
Ht 50 vol%
Leukosit 20.000/ul
Trombosit 334.000/ul
GDS 56 mg/dL
Na 137 mEq/L
K 6,1 mEq/L
Cl 104 mEq/L
Ureum darah 34 mg/dL
CRP (-)
Pulmo : DD/TTN
Awal HMD
IV.PENATALAKSANAAN
ASI/PASI 8x20cc
Cefotaxim 2 x 100 mg
Aminosteril 35 cc
Terapi sinar
Cek albumin, UL
Analisa Data :
Ikterus
DS : HIPERBILIRUBIN Ansietas
Tinja pujat
Ansietas
Diagnosa Keperawatan
2.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia dan peningkatan bilirubin disawar
darah otak
Rencana Keperawatan
Kriteria hasil : dalam waktu 1x24 jam kadar bilirubin direk dan indirek normal, warna
kulit normal
Intervensi Rasional
Mandiri - Observasi
Glukonas 8,6cc/jam
Intervensi Rasional
Mandiri - Observasi
Kriteria hasil : keluarga bisa menerima kondisi klien, kecemasan keluarga menurun
Intervensi Rasional
Implementasi Keperawatan
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum total yang lebih 10mg
%. Pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada kulit, sklera dan organ lain,
keadaan ini mempunyai potensi menimbulkan kern ikterus. Ikterus neonatarum
merupakan salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi
baru lahir, terjadinya hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL(bayi
baru lahir) karena dapat menjadi penyebab gangguan tubuh kembang bayi.(Royan, 2012).
Tujuan Umum penelitian ini adalah Mampu Melaksanakan Implementasi Keperawaatan
pada bayi Hiperbilirubin dengan Masalah Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi ASI di Rumah
Sakit Pusri Palembang Tahun 2019. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data
pada studi kasus ini adalah wawancara dan observasi. sampel yang diambil 2 bayi yang
mengalami hiperbilirubinemia dirumah sakit pusri palembang, implementasi keperawatan
memberikan penkes kepada ibu bayi,dan
kolaborasi dalam pemberian therapy.Hasil penelitian Bayi Ny M dan Bayi Ny H adalah
menunjukkan adanya perubahan adanya hiperbilirubinemia patologis menjadi
hiperbilirubinemia fisiologis. Adanya peningkatan berat badan, dengan refleks menghisap
dan menelan sudah mulai efektif. Keperawatan kulit tidak lagi menglupas.Melihat hasil
penelitian ini yaitu ada hubungan yang signifikat antara kejadian hiperbilirubinemia
dengan pemberian ASI Eklusif. ASI merupakan makanan yang terbaik bayi untuk
kekebalan tubuh (antibody bayi). Serta dapat menurunkan kadar bilirubindalam darah
bayi. Berdasakan kesimpulan sebaiknya ibu tetap memberikan ASI Eklusif pada bayinya
agar kebutuhan nutrisi bayi
terpenuhi.
Evaluasi Keperawatan
Pasien lahir pada tanggal 25 Maret 2010 pukul 17.15 WIB dengan cara section
caesaria atas indikasi partus lama. BB 2200 gr, PB 46 cm, H-36 minggu, 14 ketuban
pecah dini 15,5 jam, warna jernih. Pasien tidak memiliki kelainan bawaan, anus (+).
APGAR Score 8/9. Minum ASI habis 70 cc. Mekoneum (+), BAK (+).
Pada 26 Maret 2010 pukul 11.15 WIB pasien terlihat sesak nafas, merintih,nafas cuping
hidung (+), sianosis (+). Oleh karena itu pasien dipindahkan keruang rawat perinatologi
RSUP Fatmawati. Pasien mengalami sesak nafas selama 3 hari. Pada tanggal 29 Maret
2010 sesak (-). Pada tanggal 30 Maret 2010 yaitu pada usia 5 hari, pasien mengalami
ikterik di seluruh tubuh.Perdarahan (-), pucat (-), muntah (-), kejang (-), demam (-),
refleks hisap baik,minum habis 7 x 4 cc, tonus otot baik, BAB dan BAK normal. Selama
hamil ibu pasien mengeluh tidak nafsu makan, berat badan hanya naik 5 kg. Riwayat
sakit, minum obat dan jamu selama hamil disangkal ibu. Golongan darah ibu adalah A,
tidak tahu rhesus (+) atau (-). Kedua saudara kandung pasien juga mengalami kuning saat
berusia 2 hari,berlangsung sampai usia 7 hari, tidak pernah mendapat terapi sinar
sebelumnya, hanya dijemur di bawah sinar matahari. Di keluarga pasien tidak ada yang
menderita penyakit hemolitik, pembesaran hati dan limpa, dan anemia.
Tanda vital
HR : 120 x / menit
RR : 43 x / menit
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo,A.W.DKK. 2007. Buku Ajar Ilmu Pengetahuan Dalam Jilid I ed, IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Infonesia. Jakarta
CarpenitoLyndajual, 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC Jakarta.
Brunner&suddarth2000.Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC