Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme,
membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang
rusak apabila terjadi infeksi atau cidera. Sistem ini juga dapat mengidentifikasi sendiri faktor
– faktor yang bukan berasal dari dirinya (non-self): sel, jaringan, dan organ pejamu vs.sel dan
jaringan asing. Selain itu, sistem imun mengenali dan mengeliminasi sel pejamu yang telah di
pengaruhi oleh virus intrasel atau sel kanker. Perubahan pada respon imun dapat
menyebabkan timbulnya serangan serangan terhadap sel-sel tubuh sendiri, perkembangan
kanker, atau ketidakmampuan berespon dan menyembuhkan tubuh dari infeksi. [ CITATION
Cor09 \l 1057 ]

Ketidakmampuan beresponnya sistem imun dapat menimbulkan berbagai masalah


pada tubuh kita, oleh sebab itu maka sangat penting dilakukan berbagai pemeriksaan
diantaranya adalah pengkajian fungsi imun. Dengan melakukan pengkajian fungsi imun maka
dapat di ketahui kelainan-kelainan yang dapat memperburuk sistem imun pada tubuh.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah pengkajian fungsi imun?


2. Bagaimana riwayat kesehatan yang berhubungan dengan sistem imun?
3. Bagaimna cara melakukan pemeriksaan fisik pada sistem imun?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui Bagaimanakah pengkajian fungsi imun


2. Untuk mengetahui riwayat kesehatan yang berhubungan dengan sistem imun
3. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik pada sistem imun

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGKAJIAN

2.1.1 Identitas klien


  Nama : (nama klien tidak berpengaruh)
  Umur : kemampuan untuk mempertahankan fungsi sistem
imun berkurang pada awal dan akhir rentang kehidupan pada usia 3-6 bulan hanya
sedikit IgG ibu yang tersisa, dan resiko infeksi meningkat, pada usia 4-6 bulan
imunoglobulin meningkat secara progresif. Pada orang berusia lanjut, kemampuan
menghasilkan respon imun umumnya menurun. Timus yang ukurannya mencapai
maksimum saat pematangan seksual, mengalami involusi dan pada usia 50 tahun
memiliki hanya 15% dari ukuran maksimumnya. Kadar hormon timus juga
menurun, dan timus tidak mampu memerantarai diferensiasi sel T dan mengalami
perlambatan atau hilangnya respon hipersensitivitas [ CITATION pri06 \l 1057 ]
  Jenis Kelamin : pada saat sebelum masa reproduksi sistem imun laki-laki dan
perempuan adalah sama, tetapi ketika telah memasuki masa reproduksi sistem imun
antara keduanya sangatlah berbeda, hal ini disebabkan mulai adanya beberapa
hormon yang muncul. Pada wanita telah di produksi hormon esterogen yang
mempengaruhi produksi IgG dan IgA menjadi lebih banyak (meningkat) dan
peningkatan produksi IgG dan IgA menyebabkan wanita lebih kebal terhadap
infeksi. Sedangkan pada pria telah di produksi hormon androgen yang bersifat
imunosupresan sehingga memperkecil resiko penyakit autoimun tetapi tidak
membuat lebih kebal terhadap infeksi, oleh karenanya wanita lebih banyak terserang
penyakit autoimun dan pria lebih sering terinfeksi.
  Suku/Bangsa : beberapa suku/bangsa yang memiliki sumber daya alam yang
lebih rendah atau hidup di bawah garis kemiskinan akan cenderung lebih sering
terkena infeksi karena kurangnya asupan nutrisi (malnutrisi)
  Agama : (agama tidak berpengaruh)
  Alamat : tempat dan lingkungan akan menentukan cara hidup,
makanan, agen genetik, keadaan kesehatan dan kemampuan beradaptasi seseorang
(murray dan zentneer, 2001)

2
  Pekerjaan : beberapa pekerjaan yang menuntut untuk olah fisik seperti
atletis yang melakukan latihan secara berlebihan bisa
membakar lebih banyak oksigen dalam tubuh. Pembakaran
yang berlebihan menghasilkan radikal bebas yang menyerang
sel sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlahnya.
Sedangkan pekerjaan yang memiliki tingkat stress tinggi dapat
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepas hormon
seperti neuro endokrin, glukokortikoid, dan katekolami. Stress
bahkan dapat berdampak buruk pada produksi antibodi.

2.1.2 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama :
Biasanya klien mengalami kelelahan, demam, diaforesis atau keringat malam,
kemerahan, nyeri atau pembengkakan sendi, penurunan berat badan, proses
pemulihan buruk.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien masih merasakan kelelahan, demam, diaforesis atau keringat
malam, kemerahan, nyeri atau pembengkakan sendi, penurunan berat badan.
Biasanya terdapat masa yang tidak biasa, limfadenopati, proses pemulihan buruk,
hepatomegali, perubahan tanda- tanda vital
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Alergi, autoimun, proses infeksi, penyakit transmisi seksual, hepatitis, pemajanan
terhadap agen kimia, iradiasi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Kanker, gangguan imun dan alergi.

2.1.3 pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : malaise

Kesadaran :

Ekspresi wajah : meringis

Skala nyeri : ringan hingga berat tergantung tingkat infeksi

3
2. TTV

TD : (Hipotensi )
N : (takikardi)
S : (Hipotermi)
RR : (takipnea)

4. Head to toe/ ROS

a. Kepala dan rambut

I : urtikaria
P : angioedema
b. wajah
I : pucat, sianosis,
P : terdapat nyeri tekan

c. Mata

I :Kontak mata yang buruk, Pupil melebar, Konjungtiva pucat, angioedema

d. Hidung

I : Pernafasan cuping hidung, mukosa hidung pucat kebiruan


P : adanya nyeri tekan

e. Mulut

I : ulkus mulut
P : adanya nyeri tekan akibat lesi

f. Telinga

I : Bentuk simetris, integritas kulit buruk


P : adanya nyeri tekan dan berdengung

g. Leher

I : Terdapat kemerahan, Adanya odema,


P : Teraba benjolan di belakang leher
A : terdengar aliran darah yang terganggu (tidak lancar)

h. Thorak / dada

I : Penurunan tekanan ekspirasi dan inspirasi, gerakan napas cepat


P : traktil vermitus teraba jelas di sebelah kanan, simetris
P : suara resonan

4
A : suara napas tambahan

i. Sistem integumen :

1. sensitifitas matahari

2. berkilau, kulit tegang diatas sendi yang rusak

3. modul subkutaneus diatas tonjolan tulang

4. kemerahan

5. eritema : “ kupu-kupu” pada pipi dan hidung: nodusum.

6. bercak putih, abu-abu atau putih pada mukosa

7. lesi, merah sampai ungu atau coklat.

8. fesikel herpetik

9. olserasi oral, nasal

10. kista tulang; tangan; kaki

11. perlambatan pemulihan luka

12. alopesia persial

j. Sistem Saraf Pusat

1. umum meliputi sakit kepala, parastesia, paralisis, neuritis, perubahan kesadaran


2. kognitif meliputi kerusakan memori, kerusakan konsentrasi, penurunan proses
berfikir, kacau mental
3. motorik meliputi gaya berjalan, kelemahan tungkai bawah, penurunan koordinasi
tangan, tremor dan kejang.
4. perilaku meliputi kurang menjiwai menarik diri, emosional labil, perubahan
kepribadian, anseitas,mengin.

k. Sistem penglihatan

Meliputi fotokobia, berkurangnya lapang pandang penglihatan, diplopia, kebutaan,


pandangan kabur, katarak, badan cytoid retinal jonjung tifitas, dan ureiti, proptosis,
papiledema.

l. Sistem pernapasan

Meliputi sesak napas, dipsnea, ispa sering, batuk, takipnea, sianosis, pendarahan,
hipertensi pulmoner, fibrosis.

5
m. Sistem kardiovaskular

Meliputi palpitasi, takikardia, nyeri dada dari sedang hingga berat, hipertensi, mur-
mur, kardio megali, dan fenimena reynoud’s.

n. Sistem gastrointestinal

Meliputi anoreksia, mual, disfagia, nyeri abdomen, kram, kembung, gatal pada
rektum, nyeri penurunan berat badan, tidak di sengaja muntah, diare, fisuratektum,
pendarahan, hepatosplenomegali.

o. Sistem gonotourinarius

Meliputi hemaguria, serpihan seluler, azotemia, nyeri panggul, nyeri pada waktu
berkemih, reynoud’s.

p. Sistem moskuluskeletol

Meliputi nyeri dan kekacauan sendi, kelemahan muskular, parestesia pada tangan dan
kaki, atralgia, peradangan atau pembengkakan sendi, kerusakan fungsi sendi, nodul-
nodul subkutan pada tonjolan hati dan edema jaringan lunak.

q. Sistem hematology

Meliputi petekie, purpura, mudah memar, epistaksis dan pendarahan gusi

r. Sistem limfatik

Meliputi limpa denopati dan splenomegali.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengkajian fisik adalah keterampilan paling esensial yang memerlukan banyak latihan
dalam melakukannya. Tujuan melakukan pengkajian fifsik adalah untuk mengembangkan
pemahaman tentang masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding. Pengkajian pada
klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami
dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian adalah wawancara (interview,
pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik (physical assessment. Dan studi dokumentasi.

Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Pada pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik, sedangkan
pengkajian pasien geriatric cukup kompleks dan memakan waktu, tergantung pada tingkat
keragaman, tingkat kronis dan kompleksitas masalah fisik yang mendasari. Pendekatan
pengkajian fisik dapat menggunakan Head to toe (kepala ke kaki), ROS (Review of
System/sistem tubuh), pola fungsi kesehatan Gordon, 1982, dan Doengoes (1993)

3.2 Saran

Kita sebagai seorang perawat harus mempelajari pengkajian fisik dengan benar,
karena dengan pengkajian fisik yang benar dan tepat akan memungkinkan perawat untuk
membuat penilaian klinis. Keakuratan pengkajian fisik yang kita lakukan akan
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap terapi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

J., S. (2011). Patofisiologi Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Price, S. A. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.6, Vol.1. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syaifuddin. (2011). Anatomi Fiologi Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan Dan


Kebidanan Ed.4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai