PENDAHULUAN
Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme,
membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang
rusak apabila terjadi infeksi atau cidera. Sistem ini juga dapat mengidentifikasi sendiri faktor
– faktor yang bukan berasal dari dirinya (non-self): sel, jaringan, dan organ pejamu vs.sel dan
jaringan asing. Selain itu, sistem imun mengenali dan mengeliminasi sel pejamu yang telah di
pengaruhi oleh virus intrasel atau sel kanker. Perubahan pada respon imun dapat
menyebabkan timbulnya serangan serangan terhadap sel-sel tubuh sendiri, perkembangan
kanker, atau ketidakmampuan berespon dan menyembuhkan tubuh dari infeksi. [ CITATION
Cor09 \l 1057 ]
1.3 TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGKAJIAN
2
Pekerjaan : beberapa pekerjaan yang menuntut untuk olah fisik seperti
atletis yang melakukan latihan secara berlebihan bisa
membakar lebih banyak oksigen dalam tubuh. Pembakaran
yang berlebihan menghasilkan radikal bebas yang menyerang
sel sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlahnya.
Sedangkan pekerjaan yang memiliki tingkat stress tinggi dapat
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepas hormon
seperti neuro endokrin, glukokortikoid, dan katekolami. Stress
bahkan dapat berdampak buruk pada produksi antibodi.
Kesadaran :
3
2. TTV
TD : (Hipotensi )
N : (takikardi)
S : (Hipotermi)
RR : (takipnea)
I : urtikaria
P : angioedema
b. wajah
I : pucat, sianosis,
P : terdapat nyeri tekan
c. Mata
d. Hidung
e. Mulut
I : ulkus mulut
P : adanya nyeri tekan akibat lesi
f. Telinga
g. Leher
h. Thorak / dada
4
A : suara napas tambahan
i. Sistem integumen :
1. sensitifitas matahari
4. kemerahan
8. fesikel herpetik
k. Sistem penglihatan
l. Sistem pernapasan
Meliputi sesak napas, dipsnea, ispa sering, batuk, takipnea, sianosis, pendarahan,
hipertensi pulmoner, fibrosis.
5
m. Sistem kardiovaskular
Meliputi palpitasi, takikardia, nyeri dada dari sedang hingga berat, hipertensi, mur-
mur, kardio megali, dan fenimena reynoud’s.
n. Sistem gastrointestinal
Meliputi anoreksia, mual, disfagia, nyeri abdomen, kram, kembung, gatal pada
rektum, nyeri penurunan berat badan, tidak di sengaja muntah, diare, fisuratektum,
pendarahan, hepatosplenomegali.
o. Sistem gonotourinarius
Meliputi hemaguria, serpihan seluler, azotemia, nyeri panggul, nyeri pada waktu
berkemih, reynoud’s.
p. Sistem moskuluskeletol
Meliputi nyeri dan kekacauan sendi, kelemahan muskular, parestesia pada tangan dan
kaki, atralgia, peradangan atau pembengkakan sendi, kerusakan fungsi sendi, nodul-
nodul subkutan pada tonjolan hati dan edema jaringan lunak.
q. Sistem hematology
r. Sistem limfatik
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengkajian fisik adalah keterampilan paling esensial yang memerlukan banyak latihan
dalam melakukannya. Tujuan melakukan pengkajian fifsik adalah untuk mengembangkan
pemahaman tentang masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding. Pengkajian pada
klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami
dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian adalah wawancara (interview,
pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik (physical assessment. Dan studi dokumentasi.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Pada pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik, sedangkan
pengkajian pasien geriatric cukup kompleks dan memakan waktu, tergantung pada tingkat
keragaman, tingkat kronis dan kompleksitas masalah fisik yang mendasari. Pendekatan
pengkajian fisik dapat menggunakan Head to toe (kepala ke kaki), ROS (Review of
System/sistem tubuh), pola fungsi kesehatan Gordon, 1982, dan Doengoes (1993)
3.2 Saran
Kita sebagai seorang perawat harus mempelajari pengkajian fisik dengan benar,
karena dengan pengkajian fisik yang benar dan tepat akan memungkinkan perawat untuk
membuat penilaian klinis. Keakuratan pengkajian fisik yang kita lakukan akan
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap terapi.
7
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Price, S. A. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.6, Vol.1. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.