Dosen :
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul
A. PENDAHULUAN
B . PEMBAHASAN
2.4. Contoh penyakit alkolasis metabolic dan Alkolasis respiratorik pada klien ....... 7
C. PENUTUP
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki
sifat-sifat berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk
menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama
menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan
warna yang terjadi. Misalnya lakmus,akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam
dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga
dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan
untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7,
larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu
larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meter.
1.2 Rumusan Masalah
4. Apa saja contoh penyakit Asidosis metabolic dan Asidosis respiratorik pada klien?
6. Apa saja contoh penyakit alkolasis metabolic dan Alkolasis respiratorik pada klien?
3
8. Bagaimana cara menghitung asam basa ? dan berikan contohnya!
Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui tentang pengaruh asam basa yang ada dalam tubuh
manusia.
Tujuan Khusus
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ion hydrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hydrogen.
Molekul yang mengandung atom-atom hydrogen yang dapat melepaskan ion hydrogen
dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh asam adalah asam hidriklorida
(HCL), yang berionasi dalam air membentuk ion-ion hydrogen (H+ )dan ion klorida
( CL- ) demikian juga asam karbonat ( H2 CO3 ) berionisasi salam air membentuk ion
H+ dan ion bikarbonat (HCO3 ).
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hydrogen. Sebagai contoh, ion
bikarbonat (HCO3 -), adalah suatu basa karena dapat bergabung dengan satu ion
hydrogen untuk membentuk asam karbonat (H2 CO3 ). Demikian juga (HPO4 ) adalah
suatu basa Karena dapat menerima satu ion hydrogen untuk membentuk (H2 PO4 ).
1. System buffer
System penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang bergabung dengan
asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hydrogen yang berlebihan.
System buffer ini menetralisir kelebihan ion hydrogen, bersifat temporer dan tidak
melakukan eliminasi. Fungsi utama system buffer adalah mencegah perubahan pH
yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler.
Sebagai buffer, system ini memiliki keterbatasan yaitu:
b) System ini hanya berfungsin bila system respirasi dan pusat pengendali system
pernafasan bekerja normal
5
c) Kemampuan menyelenggarakan system buffertergantung pada tersedianya ion
bikarbonat.
c) Buffer hemoglobin merupakan system dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat
d) Buffer fosfat merupakan system dapar di system perkemihan dan cairan intrasel.
2. System paru
3. System ginjal
6
dengan bantuan energy yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral
tubulus.
Ion hidrogn sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative
pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendah pun ion hydrogen
mempunyai efek yang besar pada system biologi. Ion hydrogen berinteraksi dengan
berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi
enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hydrogen sangat penting pada fungsi normal
tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilisasi oksidatif
yang menghasilkan ATP.
1. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
system penyangga pH, darah akan benar –benar menjadi asam.
Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu aam atau suatu
bahan yang diubah menjadi asam. Sebagaian besar bahan yang menyebabkan asidosis
bila dimakan dianggap beracun. Contohnya methanol (alcohol kayu) dan zat anti beku
(etilen glikol).
Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolism. Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit salah
satu diantaranya adalah diabetes militus tipe 1. Jika diabetes tidak terkendali dengan
baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asidosis metabolic bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
jumlah yang semestinya.bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan
asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
7
b. Gejala
Asidosis metabolic ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual,muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dala atau sedikit lebih
cepat.
2. Asidosis Respiratorik
a. Penyebab
- Emfisema
- Bronchitis kronis
- Pneumonia berat
- Edema pulmoner
- Asma
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan
obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan asidosis respiratorik dapat juga
terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan
terhadap mekanisme pernafasan.
b. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa ngantuk. Jika keadaannya memburuk,
rasa mengantuk akan berkelanjut menjadi stupor( penurunan kesadaran) dan koma.
Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika
pernafasan tidak terlalu terganggu.
8
1.4 2.4 Dikatakan Alkolasis Metabolic dan Alkolasis Respiratorik dan contoh
1. Alkolasi Metabolik
Alkolasi Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.
a. Penyebab
Alkolasis metabolic terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh
adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung ( seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
-Kelenjar adrenal yang terlalu akitif (Sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
b. Gejala
2. Alkolasis Respiratorik
Alkolasis Respiratorik adalah suatu dimana darah menjadi basa karena pernafasan
yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.
a. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebabnya
9
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari
alkolasis respiratorik adalah:
- Rasa nyeri
- Sirosis hati
- Demam
- Overdois aspirin.
b. Gejala
10
c) Lansia. Risiko klien lansia untuk mengalami ketidak seimbangan cairan dan
elektrolit mungkin berhubungan dekat dengan penurunan fungsi ginjal dan ketik
mampuan untuk mengonsentrasikan urine. Selain itu, jumlah total air tubuh
menurun seiring dengan peningkatan usia. Faktor risisko lain yang terutama
memengaruhi seiring dengan peningkatan usia adalah penggunaan obat-obat
diuretik.
2. Ukuran tubuh.
Ukuran dan komposisi tubuh berpengaruh pada jumlah total air dalam tubuh. Lemak
tidak mengandung air karena itu klien yang gemuk memiliki proporsi air tubuh yang
lebih sedikit. Wanita memiliki lebih banyak cadangan lemak di dalam payudara dan
paha mereka dari pada pria. Akibatnya, jumlah total air tubuh pada wanita lebih kecil
dari pada pria walaupun usia mereka sama.
3. Temperatur lingkungan.
Tubuh berespons terhadap temperatur lingkungan yang berlebihan dalam bentuk
perubahan cairan. Berkeringat akan meningkatkan kehilangan cairan tubuh yang
menyebabkan kehilangan ion-ion natrium dan klorida. Apabila temperatur di sekitar
kita meningkat sampai dia atas 32,20 atau jika di atas 38,30, keringat akan banyak
keluar. Hal ini bertujuan untuk mendinginkan darah perifer untuk mengurangi suhu
tubuh. Oleh karena volume kerimgat yang keluar bervariasi dari 0-1.000ml/jam atau
bahkan lebih, dehidrasi dapat terjadi tanpa danya penggantian cairan yang adekut.
Namun, normalnya mekanisme rasa haus akan menstimulasi penggantian tersebut.
4. Gaya hidup.
Gaya hidup memberikan pengaruh tidak langsung pada keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa antara lain sebaagai berikut.
a. Diet. Asupan diet cairan, garam, kalsium, magnesium, dan karbohidrat yang
penting lemak, serta protein membantu tubuh mempertahankan status cairan,
elektrolit, dan asam basa. Ketika asupan nutrisi tidak adekuat, tubuh berupaya
untuk mempertahankan cadangan protein dengan memecah cadangan glikogen
dan lemak.
b. Strest. Strest meningkatkan kadar aldosteron dan glukokortikoid, menyebabkan
retensi natrium dan garam. Selain itu, peningkatan sekresi ADH akan menurunkan
haluaran urine. Efek respons strest adalah meningkatkan volume cairan.
Akibatnya, curah jantung, tekanan darah, dan perfusi ke organ-organ utama
meningkat.
11
c. Olahraga. Olahraga menyebabkan peningkatan kehilangan air kasat mata melalui
keringat. Klien yang melakukan olahraga dapat berespon terhadap mekanisme
rasa haus dan membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan meningkatkan asupan cairan. Atlet yang melakukan olahraga berat secara
terus-menerus harus mengganti kehilangan cairannya dengan cairan yang
mengandung elektrolit.
2.6. Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah suatu senyawa yang ditambahkan kepada larutan, tujuannya
untuk mengetahui kisaran pH pada larutan tersebut.
Pada latutan yang akan dilihat tingkat keasamannya akan ditambahkan asam basa yang
sesuai. Lalu akan dilakukan titrasi, perubahan pada pH akan diketahui pada perubahan
warna larutan yang didalamnya terdapat indikator. Pada perubahan warna sesuai pada
kisaran pH dengan indikatornya.
12
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau ke
basaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan “keasaman” di sini adalah
konsentrasi ion hidrogen dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Derajat
atau tingkat keasaman larutan bergantung pada konsentrasi H+ dalam
larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan.
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH-
terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada
kesetimbangan. Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan mendesak
kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air). Akibatnya terjadi
kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya.
Sorensen (1868 – 1939), seorang ahli kimia dari Denmark mengusulkan konsep pH
untuk menyatakan konsentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif logaritma konsentrasi
ion H+. Secara sistematis diungkapkan dengan persamaan sebagai berikut :
pH = - log [H+]
Analog dengan di atas, maka :
Kw = [H+] [OH-]
Maka :
13
Soal No. 1
Tentukan pH dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H+ sebesar 10− 4 M dengan
tanpa bantuan alat hitung kalkulator!
Pembahasan:
Menghitung pH larutan atau pOH larutan.
Diketahui data:
[H+] = 10−4, dengan rumus yang pertama untuk mencari pH
Sehingga:
pH larutan adalah 4.
Soal No. 2
Tentukan pH dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 2 × 10−4 M.
Gunakan nilai log 2 = 0,3
Pembahasan
[H+ ] = 2 × 10−4, dengan rumus yang sama,
14
Ingat sifat log berikut
Soal No. 3
Suatu larutan diketahui memiliki nilai pH sebesar 3. Tentukan besar konsentrasi ion H+ dalam
larutan tersebut!
Pembahasan
Data:
pH = 3
[H+] = .....
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Home, M. M & swearingen,P. L (2000). Keseimbangan cairan elektrolit, & Asam basa.
(ed. 2). Jakarta :Penerbit Buku kedokteran WGC.
Tarwoto, W.(2003). Kbutuhan Dasar Manusia & Proses keperawatan. Jakarta :Salemba
Medika.
17