Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASAM BASA

SEMESTER I

DISUSUN KELOMPOK 2 :

NURUL HAZIZAH

GUSTI MUHAMMAD FAHRUL REZA

RISKY ANGGIE SUGIARTI

STIKES BORNEO CENDEKIA MEDIKA PANGKALAN BUN

PRODI S1 KEPERAWATAN

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
disusun untuk memenuhi tugas  ilmu dasar keperawatan sesuai  dengan
waktu  yang telah ditentukan.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi yang telah
memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas makalah
ini,sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami tentang materi
“Keseimbangan Asam Basa dan Gangguannya”. Tak lupa kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian
makalah ini baik mendukung secara moril dan materil.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan,kekurangan dan


kehilafan dalam makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi
perbaikan makalah ini kedepan.akhir kata kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami semua.

Terima kasih

Penulis

TTD

ii
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................2
A. Pengertian Asam dan Basa.....................................................................................2
B. Teori Asam-Basa....................................................................................................3
a. Menurut Arrhenius.............................................................................................3
b. Teori Bronsted dan Lowry..................................................................................3
C. Kekuatan Asam dan Basa.......................................................................................5
1. Derajat Keasaman..............................................................................................5
2. Asam Kuat..........................................................................................................6
3. Asam Lemah......................................................................................................6
4. Basa Kuat...........................................................................................................7
5. Basa lemah.........................................................................................................7
D. Asam dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan.....................................7
E. Asam dan Basa dalam Kehidupan..........................................................................8
F. Keseimbangan Asam dan Basa...............................................................................9
1. Asidosis Respiratorik.........................................................................................9
2. Asidosis Metabolik...........................................................................................11
3. Alkalosis Respiratorik......................................................................................14
4. Alkalosis Metabolic..........................................................................................15
BAB III....................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................18
B. Saran................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan
bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat
kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat
asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna,
yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi.
Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan
akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan
juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu parameter
yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam
memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan
larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator
pH atau dengan pH meter. Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin
menjelaskan tentang keseimbangan asam basa setra berbagai macam faktor atau
hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa. Serta menjelaskan
bagaimana asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien dengan gangguan
keseimbangan asam dan basa.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian asam dan basa
2. Untuk mengetahui keseimbangan asam basa
3. Untuk mengetahui gangguan yang terjadi pada keseimbangan asam basa

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Asam dan Basa

Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom
hidrogen. Molekul yang mengandung atom - atom hidrogen yang dapat
melepaskan ion hidrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh asam
adalah asam hidroklorida ( HCL ), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion
hidrogen ( H+ ) dan ion klorida ( CL- ) demikian juga, asam karbonat ( H2CO3)
berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-).

Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion
bikarbonat  ( HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu
ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat ( H2CO3). Demikian juga
( HPO4 ) adalah suatu basa karena dia dapat menerima satu ion hidrogen untuk
membentuk ( H2PO4 ). Protein-protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa
karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir
negatif siap menerima ion-ion  hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah
merah dan protein dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang
paling penting.

Istilah “basa“  sering digunakan secara sinonim dengan “alkali”. Alkali adalah
suatu molekul yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali-natrium,
kalium, litium, dan seterusnya dengan ion yang sangat mendasar seperti ion
Hidroksil ( OH- ). Bagian dasar dari molekul-molekul ini bereaksi secara tepat
dengan ion-ion hidrogen untuk menghilangkanya dari larutan dan oleh karena itu,
merupakan basa-basa yang khas untuk alasan yang serupa, istilah  “alkolis”
merujuk pada kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen dari cairan tubuh,
sebaliknya penambahan ion-ion hidrogen yang berlebihan dikenal
sebagai “asidosis “

2
B. Teori Asam-Basa
a. Menurut Arrhenius
pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion
hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan

konsentrasi ion hidronium (H3O+).

Basa  adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.

NH3(Aq) + H2O (l)  ⇋ NH4+(aq)+OH−(aq)

Reaksi keseluruhannya :

Secara umum :

Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga
tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan
dimana tidak ada H+ dan OH-.

b. Teori Bronsted dan Lowry

3
Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-
1947) dan kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara
independen mengusulkan teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.

asam: zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain

basa : zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.

Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan
sebagai reaksi asam basa, yakni

HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)

simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen
khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.

Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam
maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan
berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu
zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.

Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.

HCl + H2O → Cl– + H3O+

asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2

Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu
proton pindah dari asam tersebut.

Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu
proton ditambahkan ke basa tersebut.

Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton,
dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini
disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut
sebagai pasangan asam-basa konjugat.

4
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion
CO32– dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua
sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.

H2O + CO32– → OH– + HCO3–

asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2

Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau
basa. Air adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan
ion hidronium dan ion hidroksida adalah contoh reaksi zat amfoter

H2O + H2O → OH– + H3O+

asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2

C. Kekuatan Asam dan Basa

Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada


konsentrasi ion H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin
asam larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga
untuk menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama
Sorrensen mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+.
Nilai pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara
matematika diungkapkan dengan persamaan :

1. Derajat Keasaman

Untuk air murni pada temperatur 25 °C :

[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L

5
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.

Jika pH = 7, maka  larutan bersifat netral

Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam

Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa

Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14

2. Asam Kuat

Asam kuat adalah  asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCL.
Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk
mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan
H+. Contohnya H2CO3.

Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+.
Oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang
khas adalah OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air ( H2O ).
Basa lemah yang khas adalah HCO3- karena HCO3- berikatan dengan
H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan basa
dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam
basa normal adalah asam dan basa lemah.

Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion
seluruhnya (α = 1). Untuk menyatakan derajat  keasamannya, dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.

3. Asam Lemah 

Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya,    α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman
tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti
halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan
menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :

6
di mana, Ca = konsentrasi asam lemah

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

4. Basa Kuat 

Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya
(α = 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu
dihitung nilai pOH dari konsentrasi basanya.

5. Basa lemah 

Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya,    α  ≠ 1, (0 <  α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi
OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya
(seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan

menggunakan rumus : 

di mana, Cb = konsentrasi basa lemah

Kb = tetapan ionisasi basa lemah

D. Asam dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan 

Asam mempunyai rasa masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya
pada beberapa jenis makanan seperti jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman
ringan (soft drink) dan beberapa produk seperti sabun yang mengandung
belerang dan air accu (Gambar 13). Sebaliknya, basa mempunyai rasa pahit.
Tetapi, rasa sebaiknya jangan digunakan untuk menguji adanya asam dan

7
basa, karena beberapa asam dan basa dapat mengakibatkan luka bakar dan
merusak jaringan.

Seperti halnya rasa, sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk
menguji basa, meskipun kita  telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi
atau mencuci. Basa (seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan protein di
dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian. Reaksi ini
merupakan bagian dari rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya
dengan proses pembersihan dari produk pembersih saluran.

E. Asam dan Basa dalam Kehidupan

Beberapa Asam dan Basa Yang Telah Dikenal

Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang
paling penting dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan
asam klorida. Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan kental menyerupai oli.
Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, pengilangan

8
minyak, pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk
pembuatan asam lainnya. Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan
pupuk dan deterjen. Namun, sangat  disayangkan bahwa fosfat dapat
menyebabkan masalah pencemaran di danau-danau dan aliran sungai.

Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak


dan pupuk. Asam nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat
mengakibatkan luka bakar pada kulit manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas
yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam air. Asap HCl  dan ion-ionnya
yang terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh
manusia.

Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa
produk rumah tangga yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid,
dan sabun. Basa yang digunakan secara luas adalah kalsium hidroksida,
Ca(OH)2 yang umumnya disebut soda kaustik suatu basa yang berupa  tepung
kristal putih yang mudah larut dalam air. Basa yang paling banyak digunakan
adalah amoniak. Amoniak merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang
sangat menyengat,  sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-
paru bila gas terhirup. Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan
pembuatan rayon, nilon dan asam nitrat.

F. Keseimbangan Asam dan Basa


Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan
basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
KeseimbanganKeseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua
sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi
CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.

Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:

1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH <


7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45

9
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga
sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah
komponen asam atau berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah
komponen basa atau berkurangnya jumlah komponen asam.
G. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1. Asidosis Respiratorik
a. Pengertian

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang


berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah
sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat.

Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah


karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi
asam.

Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak


yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.

b. Penyebab

  Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat


mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi
pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti:

 Emfisema
 Bronkitis kronis

10
 Pneumonia berat
 Edema pulmoner
 Asma.

Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik


akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan
pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-
penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan.

c. Gejala

Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk.


Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut
menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma
dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika
pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk
mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun
proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.

d. Diagnosa

Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil


pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah
arteri.

e. Pengobatan

Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk


meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk
memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit
paru-paru seperti asma dan emfisema.

Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang


berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan
ventilator mekanik.

11
2. Asidosis Metabolik
a. Pengertian

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang


berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat
dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi


lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih
banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut
bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu
banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma.

b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan
kedalam 3 kelompok utama adalah:
1) Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi
suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku
(etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan
asidosis metabolik.
2) Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan
sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu
diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak
terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan

12
juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat
dibentuk dari metabolisme gula.
3) Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam Jumlah yang semestinya. Bahkan
jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika
ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini
dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada
penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
 Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
 Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
  Ketoasidosis diabetikum
 Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
 Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat,
metanol, paraldehid, asetazolamid   atau amonium
klorida
 Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran
pencernaan karena diare, leostomi atau kolostomi.
c. Gejala

Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala,


namun biasanya penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan.
Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun
kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.

Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai


merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin
mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin
memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma
dan kematian.

d. Diagnosa

13
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil
pengukuran pH darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis
di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh
karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.

Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran


kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin
diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan
penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya
keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak
terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa
asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau
overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara
mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.

e. Pengobatan

Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada


penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan
insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun
tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa
untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat.

Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila


terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan
pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat,
diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat
hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat
membahayakan.

3. Alkalosis Respiratorik
a. Pengertian

14
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah
menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga
menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

b. Penyebab

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi,


yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang
dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling
sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis
respiratorik adalah:

 rasa nyeri
 sirosis hati
 kadar oksigen darah yang rendah
 demam
 overdosis aspirin.

c. Gejala

Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa


cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah.
Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran.

d. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar


karbondioksida dalam darah arteri pH darah juga sering meningkat.

e. Pengobatan

Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah


memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan,
memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika
penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.

15
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan
kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar
karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya.

Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk


menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas
dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini
dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika
kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan
membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan
menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

4. Alkalosis Metabolic
a. Pengertian

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah


dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.

b. Penyebab

Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu


banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam
lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila
asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah
pembedahan perut).

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada


seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-
bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat
terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang
banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.

16
Penyebab utama akalosis metabolik:

 Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)


 Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan
lambung
 Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau
akibat penggunaan kortikosteroid).
c. Gejala

Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah


tersinggung), otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama
sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi
(pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan
(tetani).

d. Diagnosa

Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan


darah dalam keadaan basa.

e. Pengobatan

Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian


cairan dan elektrolit (natrium dan kalium) . Pada kasus yang berat,
diberikan amonium klorida secara intravena.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa,
larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat
basa, dan bersifat netral.

Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara


7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan
asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan

18
optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua
sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan
(eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.

B. Saran

Demi kesempurnaan makalah ini,  kami sangat mengharapkan


kritikan dan saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi
kelancaran dan kesempurnaan makalah  ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://vietriy.blogspot.com/2014/12/makalah-keseimbangan-asam-basa.html?m

di unduh tanggal 11 Desember 2019, Pukul 13:00 WIB.

19

Anda mungkin juga menyukai