Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki
sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk
menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama
menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan
perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang
bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa
suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pHmerupakan suatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam
memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral
memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH
meter.
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis waktu dalam keadaan
tertidur, istilah pernapasan yang lazim igunakan mencakup dua proses yaitu pernapasan
yaitu pernapasan luar(eksterna)merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh
secarah keseluruhan serta dalam pernapasandalam (interna) merupakan penggunaan O 2 dan
pembentukan CO2 oleh sel – sel serta pertukaran gas(paru) dan sebuah pompa ventilasi
paru.Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara ekspirasi maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam yaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut. Organ yang berperan dalam sistem pernapasan yaitu
hidung, pharynx, laring, trakhea, bronkus, bronkeolus, alveoli, dan paru-paru.
Pada sistem pernapasan juga terdapat keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
sangat penting untuk mempertahankan proses kehidupan. Kadar kimia asam basa sukar
dipisahkan dengan konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion H+ dalam berbagai larutan dapat
berubah dan perubahan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan fungsi sel.

11
Hampir semua reaksi biokimia di dalam tubuh kita tergantung dari pemeliharaan
konsentrasi ion hidrogen yang fisiologis. Konsentrasi ion hidrogen harus diatur secara ketat
karena perubahan dari konsentrasi ion hidrogen ini menyebabkan disfungsi organ yang luas.
Pengaturan ini (yang dikenal sebagai keseimbangan asam basa) merupakan hal yang sangat
penting bagi anesthesiologist.
Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang
keseimbangan asam basa setra berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan
keseimbangan asam basa dalam tubuh. Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang
gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, beserta asuhan keperawatan yang
dilakukan. Semoga bermanfaat.

11
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Defenisi Kimia Asam Basa


a. Asam
Asam adalah substansi yang mengandung 1 atau lebih H + yang dapat dilepaskan
dalam larutan ( donor proton ). Dua tipe asam yang dihasilkan oleh proses metabolik
dalam tubuh adalah menguap dan tak menguap (volatile dan nonvolatile). Asam volatile
dapat berubah antara bentuk cairan maupun gas.
Asam adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang
dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Asam terbagi atas dua maca yaitu asam kuat dan
asam lemah. Asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.
b. Basa
Kebalikan dari asam, basa adalah substansi yang dapat menangkap atau
bersenyawa dengan ion hidrogen dari sebuah larutan. Basa yang kuat, seperti natrium
hidroksida (NaOH), terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat dengan asam.
Basa yang lemah, seperti natrium bikarbonat (NaHCO 3), hanya sebagian terurai dalam
larutan dan kurang bereaksi kuat dengan asam.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan
dalam air. Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi
dua macam yaitu basa kuat dan basa lemah. Basa mempunyai rasa pahit dan merusak
kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit. Dan dapat menetralkan asam.

B. Keseimbangan Asam Basa


Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+) pada
cairan-cairan tubuh. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses
metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.

11
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni
paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja
secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan penyangga pH yang
paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa)
berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih
banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke
dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit
bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di
paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak
mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan
dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah
menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida
darah meningkat dan darah menjadi lebih asam Dengan mengatur kecepatan dan
kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah
menit demi menit.

Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:


1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam.
CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.

11
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam.

C. Pengaturan Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh

Mekanisme homeostatik yang luar biasa mempertahankan pH plasma, suatu indikator


konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam rentang normal yang sempit antara 7,35-7,45.
Mekanisme ini mencakup aktivitas bufer kimia, ginjal, dan paru-paru. Pada tinjauan ulang,
pH didefinisikan sebagai konsentrasi H+, makin banyak ion hidrogen, makin asam suatu
larutan dan makin rendah pH. Rentang pH yang sesuai dengan kebutuhan hidup (6,8-7,8)
menggambarkan perbedaan sebesar sepuluh kali lipat pada konsentrasi ion hidrogen dalam
plasma.
a. Bufer Kimia
Bufer kimia merupakan substansi yang mencegah perubahan besar dalam ph
cairan tubuh dengan membuang atau melepaskan ion-ion hidrogen, bufer dapat bekerja
dengan cepat untuk mencegah perubahan yang berlebihan dalam konsentrasi ion
hidrogen.
Sistem bufer utama tubuh adalah sistem bufer bikarbonat- asam karbonik.
Normalnya ada 20 bagian bikarbonat(HCO3-) untuk satu bagian asam karbonik (H2CO3).
Jika rasio ini berubah, maka nilai pH akan berubah. Rasio inilah yang penting dalam
mempertahankan ph, bukan nilai absolutnya. Perawat harus mengingat bahwa
karbondioksida merupakan asam potensial, jika CO2 dilarutkan dalam air, ia akan
berubah menjadi asam karbonik (CO2 + H2O = H2CO3). Karena itu, ketika
karbondioksida ditingkatkan, kandungan asam karbonat juga meningkat dan sebaliknya.
Sistem bufer lain yang kurang penting adalah cairan ekstraseluler termasuk fosfat
anorganik dan protein plasma. Bufer intraseluler termasuk protein, fosfat organik dan
anorganik, dan dalam sel darah merah, hemoglobin.

11
b. Ginjal
Ginjal mengatur kadar bikarbonat dalam cairan ekstraseluler, ginjal mampu
meregenerasi ion-ion bikarbonat dan juga mereabsorbsi ion-ion ini dari sel-sel tubulus
ginjal. Dalam keadaan asidosis respiratorik, dan kebanyakan kasus asidosis metabolik,
ginjal mengeksresikan ion-ion hidrogen dan menyimpan ion-ion bikarbonat untuk
membantu mempertahankan keseimbangan. Dalam keadaan alkalosis metabolik dan
respiratorik, ginjal mempertahankan ion-ion bikarbonat untuk membantu
mempertahankan keseimbangan. Ginjal jelas tidak dapat mengkompensasi asidosis
metabolik yang diakibatkan oleh gagal ginjal. Kompensasi ginjal untuk
ketidakseimbangan secara relatif lambat (dalam beberapa jam atau hari).
c. Paru-paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan
karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler.
Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap
jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida
dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja,
tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi
respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga
menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan
asam). Pada keadaan alkalosis metabolik , frekuensi pernapasan diturunkan, dan
menyebabkan penahanan karbondioksida ( untuk meningkatkan beban asam).

D. Gangguan Keseimbangan Asam Basa


1. Asidosis Respiratorik
a. Pengertian

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena


penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat.

11
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida
dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan
turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
1) Emfisema
2) Bronkitis kronis
3) Pneumonia berat
4) Edema pulmoner
5) Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika
dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga
terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan
terhadap mekanisme pernafasan.
c. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran)
dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan
terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis
dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam
bahkan beberapa hari.
d. Manifestasi Klinik
1) Pada keadaan hipoventilasi CO2 tertahan dan akan berikatan H2O menyebabkan
meningkatnya HCO3.
2) H2CO3 akan berdisosiasi enjadi H+ dan HOO– sehingga dalam analisa gas darah
didapatkan PaCO2 meningkat dan PH turun.

11
3) pH yang rendah disertai meningkat 2.3 DPG intra seluler sel darah sehingga
mempermudah pelepasan O2 ke jaringan sehingga saturasi turun.
4) PCO2 meningkat, CO2 jaringan dan otak juga meningkat. CO 2 akan bereaksi
dengan H2O membentuk H2CO3.
5) Meningkatnya PaCO2 dan H+ akan menstimulasi pusat pernafasan di medulla
Oblongata sehingga timbul hiperventilasi. Secara klinis akan tampak respirasi
cepat dan dalam Analisa Gas Darah (AGD): PaCO2 turun.
6) Pusing, bingung, letargi, muntah sebagai akibat dari penurunan CO 2 dan H+ akan
mengakibatkan pembuluh darah cerebral.
7) Aliran darah cerebral meningkat sehingga terjadi oedema otak dan mendepresi
Susunan Saraf Pusat
8) Gagalnya mekanisme pernafasan dan meningkatnya PaCO2 akan menstimulasi
ginjal untuk meningkatkan NaHCO3 yang berfungsi sebagai sistem buffer mejadi
lebih asam. Hal ini urin menjadi asam dan HCO 3 meningkat, pernafasan dangkal
dan lambat.
9) Meningkatnya ion H+ mempengaruhi mekanisme kompensasi sehingga H+ masuk
intrasel dan Kalium (K) intrasel masuk ke dalam plasma.
10) Ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis yang kritis akan mendepresi otak dan
fungsi jantung. Secara klinis akan tampak: PaCO 2 menurun, pH turun,
hiperkalemia, penurunan kesadaran dan aritmia.
Bila PaCO2 secara kronis diatas nilai 50 mmHg, pusat pernapasan menjadi
sensitif secara relatif terhadap karbondioksida sebagai stimulan perbapasan
menyisakan hipoksemia sebagai doronganutama pernapasan. Pemberian oksigen dapat
menghilangkan stimulus hipoksemia, dan pasien mengalami “nekrosis
karbondioksida,” kecuali situasi ini diatasi dengan cepat. Karenanya, oksigen harus
diberikan dengan sangat waspada.

e. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi gas darah arteri menunjukan pH kurang dari 7,35 dan PaCO 2
lebih besar dari 42 mmHg pada asidosis akut. Bila kompensasi telah terjadi secara
sempurna (retensi bikarbonat oleh ginjal), pH arteri mungkin dalam batasan normal
lebih rendah. Bergantung pada etiologi dari asidosis respiratorik tindakan diagnostik

11
lain dapat mencakup evaluasi elektrolit serum, rontgen dada untuk menentukan segala
penyakit pernapasan, dan skrin obat jika diduga terjadi takar lajak obat. Pemeriksaan
EKG untuk mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK
mungkin juga tampak.
f. Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi; tindakan yang pasti
berada sesuai dengan penyebab ketidakadekuatan ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan
spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan
hygiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran
pernapasan dari mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat (2-3 1/hari) di
indikasikan untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan karenanya
memfasilitasi pembuangan sekresi.
Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik, yang
digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan
ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida
yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi kelebihan
biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang. Untuk alasan
ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam
posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding dada.
g. Jenis Asidosis Respiratorik
1) Asidosis Respiratorik Akut

Respon kompensasi terhadap peningkatan PaCO2 secara akut (6-12 jam)


adalah terbatas. Sistem penyangga yang berperan secara primer dilakukan oleh
hemoglobin dan pertukaran H+ ekstraseluler dengan Na+ dan K+ dari tulang dan
kompartemen cairan interstisial. Respon ginjal untuk mempertahankan bikarbonat
dalam jumlah lebih sangat terbatas pada keadaan yang akut. Sebagai hasilnya,
[HCO3-] plasma meningkat hanya sekitar 1 mEq/L untuk setiap peningkatan 10
mmHg dari PaCO2 di bawah 40 mmHg.

11
2) Asidosis Respiratorik Kronis
Kompensasi ginjal yang maksimal menandakan terjadinya asidosis
respiratorik kronis. Kompensasi ginjal dapat dinilai hanya setelah 12-24 jam dan
mungkin mencapai maksimal setelah 3-5 hari. Selama waktu itu, peningkatan
PaCO2 yang bertahan sejak lama menyebabkan kompensasi ginjal yang maksimal.
Selama asidosis respiratorik kronis, [HCO3-] plasma meningkat sekitar 4 mEq/L
untuk setiap peningkatan 10 mmHg dari PaCO2 dibawah 40 mmHg.
Pemberian oksigen harus dilakukan dengan sangat waspada pada pasien
yang mengalami retensi CO2 dimana terjadi hipoksia ketimbang hiperkapnea yang
mengstimulasi ventilasi.

2. Asidosis Metabolik
a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan
lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus
menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab
       Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama adalah :
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar menyebabkan asidosis bila
dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.

11
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh
dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa
penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak
terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang
disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam Jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita
gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam.
1) Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
2) Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3) Ketoasidosis diabetikum
4) Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
6) Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, leostomi atau kolostomi.
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam
atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar
biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis
semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan
kematian.

11
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah
yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri
digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida
dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk
membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan
adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali.
Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi
disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air
kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh,
diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan
racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk
mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya.
Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi
bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

3. Alkalosis Respiratorik
a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab
lain dari alkalosis respiratorik adalah:

11
1) Rasa nyeri
2) Sirosis hati
3) Kadar oksigen darah yang rendah
4) Demam
5) Overdosis aspirin.
c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida
dalam darah arteri pH darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya
selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya
selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10
kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik,
sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis
respiratorik.

11
4. Alkalosis Metabolic
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain
itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1) Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2) Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3) Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot
berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium
dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan
fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh
dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.
Dua kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu
sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah
suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung
asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari
adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi
metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan
alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan
asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan
oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

11

Anda mungkin juga menyukai