Anda di halaman 1dari 19

LP MONITORING ASAM BASA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mandiri


Mata Kuliah : Keperawatan Kritis
Dosen Pengampu : Nazaruddin, S.Kep., Ns.,M.Kep

Di Susun Oleh :

PUTRI KIRANA
P201801044

L2 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Atas segala taufik dan
hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
tentang LP MONITORING ASAM BASA ini tanpa adanya halangan dan hambatan
yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga saya panjatkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW.
Saya berharap tugas ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca mengenai LP MONITORING ASAM BASA.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi sempurnanya hasil tugas ini. Saya hanya dapat berharap agar hasil tugas ini
dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha saya
selama ini.

Kendari, 30 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam adalah subtansi yang mengandung satu atau lebih H+ yang dapat
dilepaskan dalam larutan (donor proton). Dua tipe yang dihasilkan oleh proses
metabolik dalam tubuh adalah menguap dan tak menguap (volatile dan nonvolatile).
Asam volatile dapat berubah antara bentuk cairan maupun gas.
Asam adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat
yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat
menerima pasangan clektron bebas dari suatu basa. Asam terbagi atas dua maca yaitu
asam kuat dan asam lemah. Asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.
Basa Kebalikan dari asam, basa adalah substansi yang dapat menangkap atau
bersenyawa dengan ion hidrogen dari sebuah larutan. Basa yang kuat, seperti natrium
hidroksida (NaOH), terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat dengan
asam. Basa yang lemah, seperti natrium bikarbonat (NaHCO3), hanya sebagian terurai
dalam larutan dan kurang bereaksi kuat dengan asam.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap 1on hydronium ketika dilarutkan
dalam air. Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti halnya asam, basa juga
terbagi dua macam yaitu basa kuat dan basa lemah. Basa mempunyai rasa pahit dan
merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit. Dan dapat menetralkan
asam.
Pasien ICU dapat di bedakan menjadi pasien surgical dan pasien medical. Pasien
surgical adalah pasien post operatif yang membutuhkan bantuan ventilator. Penyebab
pasien surgical adalah trauma kepala, trauma dada, trauma abdomen, luka bakar dan
trauma jalan nafas, transplantasi organ. Pasien medikal adalah pasien dengan
penyakit sistemik diataranya kegagalan organ (gagal jantung, gagal ginjal, sistem
saraf pusat, disfungsi organ multiple) infeksi (sepsis, pneumonia). Ruangan ICU
merawat pasien sakit berat dan kritis secara khusus, dengan perlengkapan khusus,
dipantau secara ketat dan dilakukan total care. Pemantauan dilakukan ketat dan
berkelanjutan pada keluhan atau gejala pasien, tanda-tanda vital, saturasi oksigen,
keseimbangan cairan tubuh dan lain-lain. Bilamana terdapat masalah dari pemantauan
ini maka akan segera dilakukan penatalaksanaan dan evaluasi. Perawatan dilakukan
secara menyeluruh dalam artian semua kebutuhan dasar pasien diatur dan dibantu
sedemikian rupa untuk mendukung penyembuhan.
Pemantauan permasalahan yang sering terjadi pada klien di ICU adalah
kegagalan nafas. Kegagalan pernafasan merupaka indikasi yang paling umum bagi
pasien yang di rawat di ICU. Kegagalan pernafasan merupakan kondisi
ketidakmampuan paru-paru menjaga keseimbangan O2 dan CO2 di dalam tubuh serta
ketidakmampuan paru menyediakan O2 yang cukup atau mengurangi penumpukan
CO2 da dalam tubuh. Dalam kondisi kegagalan pernafasan ini pasien membutuhkan
alat bantu nafas yaitu ventilator. Ventilator merupakan alat bantu pernafasan yang di
gunakan untuk pasien yang mengalami gagal nafas atau tidakmampuan bernafas
secara mandiri. Ventilator akan membantu memberi oksigen segar dengan tekanan
tertentu kedalam paru-paru pasien untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien yang
terganggu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Dari Asam Basa ?
2. Bagaimana Keseimbangan Dari Asam Basa ?
3. Bagaimana Pengaturan Keseimbangan Dari Asam Basa ?
4. Bagaimana Gangguan Keseimbangan Dari Asam Basa ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa Mampu Memahami Definisi Dari Asam Basa
2. Mahasiswa Mampu Memahami Keseimbangan Dari Asam Basa
3. Mahasiswa Mampu Memahami Pengaturan Keseimbangan Dari Asam Basa
4. Mahasiswa Mampu Memahami Gangguan Keseimbangan Dari Asam Basa
BAB II
PEMBAHSAN
A. Definisi Asam Basa
1. Asam
Asam adalah subtansi yang mengandung satu atau lebih H+ yang dapat
dilepaskan dalam larutan (donor proton). Dua tipe yang dihasilkan oleh proses
metabolik dalam tubuh adalah menguap dan tak menguap (volatile dan
nonvolatile). Asam volatile dapat berubah antara bentuk cairan maupun gas.
Asam adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam
adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang
disebut basa), atau dapat menerima pasangan clektron bebas dari suatu basa.
Asam terbagi atas dua maca yaitu asam kuat dan asam lemah. Asam mempunyai
rasa asam dan bersifat korosif.
2. Basa
Kebalikan dari asam, basa adalah substansi yang dapat menangkap atau
bersenyawa dengan ion hidrogen dari sebuah larutan. Basa yang kuat, seperti
natrium hidroksida (NaOH), terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi
kuat dengan asam. Basa yang lemah, seperti natrium bikarbonat (NaHCO3),
hanya sebagian terurai dalam larutan dan kurang bereaksi kuat dengan asam.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap 1on hydronium ketika dilarutkan
dalam air. Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti halnya asam, basa juga
terbagi dua macam yaitu basa kuat dan basa lemah. Basa mempunyai rasa pahit
dan merusak kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit. Dan dapat
menetralkan asam.
B. Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+) pada
cairan-cairan tubuh. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara
7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa
agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO 2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam. Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk
mengendalikan keseimbangan asam-basa darah :
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginja, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Gimal memliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang
dibuang yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelin dung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu
penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu
larutan penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan
karbondioksitda (Suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke
dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih
sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit
bikarbonat.
3. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan
terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke
paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah Karbondioksida yang dihembuskan
dengan mengendali kan kecepatan dan Kedalaman pernafasan. Jika pernatasan
meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa.
Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah
menjadi lebih asam Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pematasan,
maka pusat pernatasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi
menit.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah :
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH>
7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen
asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40
mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asdosis berarti terjadi peningkatan Jumlah komponen asam atau berkurangnya
Jumlah komponen basa.
5. AIkalosisberarti terjadi penimgka tan jumlah komponen basa alau berkurangnya
jumlah komponen asam.

C. Pengaturan Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh


Mekanisme homeostatik yang luar biasa mempertahankan pH plasma, suatu
indikator konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam rentang normal yang sempit antara
7,35-7,45. Mekanisme ini mencakup aktivitas bufer kimia, ginjal, dan paru-paru.
Pada tinjauan ulang. pH didelinisikan sebagai konsentrasi H+, makin banyak ion
hidrogen, makin asam suatu larutan dan makin rendah pH. Rentang pH yang sesuai
dengan kebutuhan hidup (6,8-7,8) menggambarkan perbedaan sebesar sepuluh kali
lipat pada konsentrasi ion hidrogen dalam plasma.
1. Bufer Kimia
Buter kimia merupakan substansi yang mencegah perubahan besar dalam ph
cairan tubuh dengan membuang atau melepaskan ion-ion hidrogen, bufer dapat
bekerja dengan cepat untuk mencegah perubahan yang berlebihan dalam
konsentrasi ion hidrogen.
Sistem bufer utama tubuh adalah sistem buyfer bikarbonat- asam karbonik.
Normalnya ada 20 bagian bikarbonat (HCO3) untuk satu bagian asam karbonik
(H2CO3). Jika rasio ini berubah, maka nilai ph akan berubah. Rasio inilah yang
penting dalam mempertahankan ph, bukan nilai absolutnya. Perawat harus
mengingat bahwa karbondioksida merupakan asam potensial, jika CO: dilarutkan
dalam air, ia akan berubah menjadi asam karbonik (CO 2 + H2O = H2CO2).
Karena itu, ketika karbondioksida ditingkatkan, kandungan asam karbonat juga
meningkat dan sebaliknya. Sistem bufer lain yang kurang penting adalah cairan
ekstraseluler temasuk fosfat anorganik dan protem plasma. Bufer intraseluler
temasuk protein, fosfat organik dan anorganik, dan dalam sel darah merah,
hemoglobin.
2. Ginjal
Ginjal mengatur kadar bikarbonat dalam caran ekstraseluler, ginjal mampu
meregenerasi ion-ion bikarbonat dan juga mereabsorbsi ion-ion ini dari sel-sel
tubulus ginjal. Dalam keadaan asidoss respiratorik, dan kebanyakan kasus
asidosis metabolik, ginjal mengeksresikan ion-ion hidrogen dan menyimpan ion-
ion bikarbonat untuk membantu mempertahankan keseimbangan. Dalam keadaan
alkalosis metabolik dan respiratorik, ginjal mempertahankan ion-ion bikarbonat
untuk membantu mempertahankan keseimbangan. Ginjal jelas tidak dapat
mengkompensasi asidosis metabolik yang diakibatkan oleh gagal ginjal.
Kompensasi ginjal untuk ketidaksembangan secara relatit lambat (dalam
beberapa jam atau hari.
3. Paru-j paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan
karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan
ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi
sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari
tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan
yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam
darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya
tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehmgga
menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi
kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik , frekuensi pemapasan
diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida ( untuk meningkatkan
beban asam).

D. Gangguan Keseimbangan Asam Basa


1. Asidosis Respiratorik
a. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam daah sebagai akibat dari fungsi paru-paru
yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman
pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam
keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan
darah menjadi asam. Tingginya Kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernalasan, sehingga pernatasan menjadi
lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
Asidosis respiatorik terjadi jika paru-panu tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit
berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti :
1. Emfisema 3. Bronkilis kronis 5. Pneumonia berat
2. Edema pulmoner 4. Asma
Selain itu, Sescorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat
narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis
respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme alasan.
c. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlangut menjadi stupor (Ppenurunan
Kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika
pernafasan terhenti atau jika pemafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-
jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk
mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini
memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
d. Manifestasi Klinik
 Pada Keadaan hpoventi las CO2 tertahan dan akan berikatan H2O
menyebabkan meningkatnya HCO.
 H2CO3 akan berdisosiasi enjadi H dan HOO sehingga dalam analisa gas
darah didapatkan PaCO2 meningkat dan PH turun.
 pH yang rendah disertai meningkat 2.3 DPG intra seluler sel darah
sehimgga mempermudah pelepasan O2 kejaringan sehingga saturasi turun.
 PCO2 meningkat, CO2 jaringan dan otak juga meningkat. CO2 akan
bereaksi dengan H2O membentuk H2CO3.
 Meningkatnya PaCO2 dan H akan menstimulasi pusat pernafasan di
medulla Oblongata sehingga timbul hiperventilasi. Secara klinis akan
tampak respirasi cepat dan dalam Analisa Gas Darah (AGD): PaCO2 turun.
 Pusing, bingung, letargi, muntah sebagai akibat dari penununan CO2 dan H
akan mengakibatkan pembuluh darah cerebral.
 Aliran darah cerebral meningkat sehngga terjadi oedema otak dan
mendepresi Susunan Saraf fPusat
 Gagalnya mekanisme pematasan dan meningkatnya PaCO2 akan
menstimulasi ginjal untuk meningkatkan NaHCO3 yang berfungsi sebagai
sistem bulfer mejadi lebih asam. Hal ini urin menjadi asam dan HCO3
meningkat, pernafasan dangkal dan lambat.
 Meningkatnya ion H mempengaruhi mekanisme kompensasi sehingga H +
masuk intrasel dan Kalium (K) intrasel masuk ke dalam plasma.
 Ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis yang kritis akan mendepresi
otak dan fungsi jantung. Secara klinis akan tampak: PaCO2 menurun, pH
turun, hiperkalemia, penurunan kesadaran dan aritmia.
e. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi gas darah arteri menunjukan pH kurang dari 7,35 dan PaCO 2 lebih
besar dari 42 mmHg pada asidoSIS akut. Bila kompensası telah terjadi secara
sempurna (retensi bikarbonat oleh ginjal), pH arteri mungkin dalam batasan
normal lebih rendah. Bergantung pada etiologi dari asidosis respiratorik
tindakan diagnostik lain dapat mencakup evaluasi elcktrolit serum, rontgen
dada untuk menentukan segala penyakit pernapasan, dan skrin obat jika
diduga terjadi takar lajak obat. Pemeriksaan EKG untuk mengidentifikasi
Segala keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK mungkin juga tampak.
f. Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi; tindakan yang pasti
berada sesuai dengan penyebab ketidakadekuatan ventilasi. Preparat
farmakologi digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator
membantu menununkan spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan
untuk infeksi pemapasan. Tindakan hygiene pumonari dilakukan, ketika
diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan drainase
pluren. Hidrasi yang adekurat (2-5 1/hari) di indikasikan untuk menjaga
membran mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan
sekresi.
Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi meckanik, yang
digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari.
Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan
eksresi karbondioksida yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu
untuk mengeliminasi kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk
mencegah alkalosis dan kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO2, harus
diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam posisi semifowler
memfasilitasi ekspansi dinding dada.
g. Jenis Asidosis Respiratorik
 Asidosis Respiratorik Akut
Respon kompensasi terhadap peningkatan PaCO2 secara akut (6-12 jam)
adalah terbatas. Sistem penyangga yang berperan secara primer dilakukan
oleh hemoglobin dan pertukaran H+ ckstraseluler dengan Na+ dan K+ dari
tulang dan kompartemen cairan interstisial. Respon ginjal untuk
mempertahankan bikarbonat dalam jumlah lebih sangat terbatas pada
keadaan yang akut. Sebagai hasilnya, [HCO3] plasma meningkat hanya
sekitar 1 mEq/L untuk setiap peningkatan 10 mmHg dari PaCO 2 dibawah
40 mmHg.
 Asidosis Respiratorik Kronis
Kompensasi ginjal yang maksimal menandakan terjadinya asidosis
respiratorik kronis. Kompensasi ginjal dapat dinilai hanya setelah 12-24
jam dan mungkin mencapai maksimal setelah 3-5 hari. Selama waktu itu,
peningkatan PaCO2 yang bertahan sejak lama menyebabkan kompensasi
ginjal yang maksmal. Selama asidosis respiratorik kronis, [HCO3] plasma
meningkat sekitar 4 mEq/L untuk setiap peningkatan 10 mmHg dari PaCO2
dibawah 40 mmHg.
Pemberian oksigen harus dilakukan dengan sangat waspada pada pasien
yang mengalami retensi CO2 dimana terjadi hipoksia ketimbang
hiperkapnea yang mengstimulasi ventilasi.
2. Asidosis Metabolik
a. Pengertían
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, daran akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan
lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam
darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal
juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan
lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa
terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama adalah :
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu
asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah
metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).overdosis aspirin
pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebih sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit ; salah satu diantaranya adalah dibetes melitus tipe 1.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak
dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga
ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari
metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang
asam dalam Jumlah yang semesunya. Bahkan jumlah asam yang
nomalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara
normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal Sebagai asidosis tubulus
renalis, yang bisa tejadi pada pendenderita gagal gingal atau penderita
kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
 Penyebab utama dari asidosis metabolik ; gagal ginjal
 Asidosis tubulus renalis ; kelainan bentuk ginjal
 Ketoasidosis diabetikum
 Asidosis laktat ; bertambahnya asam laktat
 Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehind, asetazolamid atau amonium klorida.
 Kehilangan basa ; misalnya biokarbona, melaluli saluran pencernaan
karena diare, leostotomi dan kolostomi.
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih
dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak
memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita
mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semak in mual
dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah
dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan).
Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk
mengukur pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, diakukan pengukuran kadar karbon dioksida
dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan
untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang
tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes
yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa
asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis.
Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan
pengukuran pH air kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metaboik tergantung kepada penyebabnya. sebagai
contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu
dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan tehadap
penyebabnya. Bila tejadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara
intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan
dapat membahayakan.
3. Alkalosis Respiratorik
a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam dsebut hiperventilasi, yang menycbabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
 Rasa nyeri
 Sirosis hati
 Kadar oksigen darah yang rendah
 Demam
 Overdosis aspirin
c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat pendenla merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika kcadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida
dalam darah arteri pH darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan ada lah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan
bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan
obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kerlas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioks ida setelah penderita menghirup
kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya
selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali
nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian
sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventi
lasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan
menghentikan serangan alkalosıs respiratorik.
4. Alkalosis Metabolic
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh ada lah kehil angan seum lah asam lambung selama periode
muntah yangberkepanjangan atau bila asam lambung discdot dengan selang
lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama
setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang. alkaloSIS metabolik terjadi pada sescorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau
kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik :
 Penggunaan duretik (tiazid, urosemd, asam etakrinat)
 Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
 Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cus hing aau akibat
penggunaan kortikosteroid).
c. GeJala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot
berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekalı. Bila terjadi alkalosis
yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan
basa.
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida
secara intravena.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asam adalah subtansi yang mengandung satu atau lebih H+ yang dapat
dilepaskan dalam larutan (donor proton). Dua tipe yang dihasilkan oleh proses
metabolik dalam tubuh adalah menguap dan tak menguap (volatile dan nonvolatile).
Asam volatile dapat berubah antara bentuk cairan maupun gas.
Basa Kebalikan dari asam, basa adalah substansi yang dapat menangkap atau
bersenyawa dengan ion hidrogen dari sebuah larutan. Basa yang kuat, seperti natrium
hidroksida (NaOH), terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat dengan
asam. Basa yang lemah, seperti natrium bikarbonat (NaHCO3), hanya sebagian terurai
dalam larutan dan kurang bereaksi kuat dengan asam.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh
1. Bufer Kimia
2. Ginjal
3. Paru-j paru
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1. Asidosis Respiratorik
2. Asidosis Metabolik
3. Alkalosis Respiratorik
4. Alkalosis Metabolic

B.     Saran
Demikian LP MONITORING ASAM BASA yang saya buat, semoga dapat
bermanfaat. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan saya belum begitu
sempurna apabila terdapat kesalahan mohon di maafkan dan di maklumi karna saya
masih dalam proses belajar. Maka dari itu saya meminta saran dan kritik yang
membangun kepada teman-teman dan Bapak dosen guna penyempurnaan tugas saya
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daryani1, Cahyo Pramono, Dan Parwoso. 2021. Perbedaan Volume Residu
Lambung Antara Metode Intermittent Feeding dan Gravity Drip Dalam Pemberian
Nutrisi Enteral Pasien Kritis Terpasang Ventilasi Mekanik. EROCOL
Wina Oktaria, Hellena Delib Dan Yesi Hasnelic. 2021. Gambaran Status
Elektrolit Pasien Yang Dirawat Di Intensive Care Unit (Icu). Jurnal LINK.
https://id.scribd.com/doc/310166834/makalah-gangguan-keseimbangan-asam-
basa
Rini Maharani , Abdul Muid , Dan Uray Ristian. 2019. Sistem Monitoring Dan
Peringatan Pada Volume Cairan Intravena (Infus) Pasien Menggunakan Arduino
Berbasis Website. Jurnal Komputer dan Aplikasi

Anda mungkin juga menyukai