Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam tubuh manusia terdapat suatu sistem yaitu sistem buffer utama
tubuh adalah sistem buffer bikarbonat-asam karbonik.Normalnya 20 bagian
bikarbonat (HCO3 ) untuk satu bagian asam karbonik( H2CO3).Adapun sifat
yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan penyangga
hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat. Disamping itu
larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam
lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam
konjugatnya.Rasio ini berubah ,maka nilai pH akan berubah,rasio inilah yang
penting dalam mempertahankan pH. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-
basa konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan komponen-
komponen pembentuknya (Brunner&Suddart ,2012).

Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia merupakan reaksi


enzimatis, yaitu reaski yang melibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai
katalis hanya dapat bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimumnya).
Agar enzim tetap bekerja secara optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan
pH yang relative tetap, untuk itu maka diperlukan larutan penyangga.
Didalam setiap cairan tubuh terdapat pasangan asam-basa konjugasi yang
berfungsi sebagai larutan penyangga. (Brunner&Suddart ,2012).
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan
bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga
dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan
bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan
indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan

1
warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan
yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa.
Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya.
pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa
memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki
pH=7(Surahman,2010). Dengan penjelasan tersebut diatas penyusun ingi
menjelaskan keseimbangan asam basa daklam tubuh serta pemerikasaan AGD
terkait dengan pengitepretasikan hasil dari AGD.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Dari Asam Dan Basa?
2. Apakah Fisiologi Pengaturan Sistem Buffer?
3. Apakah Keseimbangan Asam Dan Basa?
4. Apakah Analisis Gas Darah dan Intepretasi AGD?
5. Apakah Saja Gangguan Keseimbangan Asam Dan Basa?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Asam Dan Basa
2. Untuk Mengetahui Fisiologi Pengaturan Sistem Buffer
3. Untuk Mengetahui Keseimbangan Asam Basa
4. Untuk Mengetahui Analisis Gas Darah dan Intepretasi AGD
5. Untuk Mengetahui Gangguan Yang Terjadi Pada Keseimbangan Asam
Basa

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Asam dan Basa
Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom
hidrogen. Molekul yang mengandung atom atom hidrogen yang dapat
melepaskan ion hidrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh
asam adalah asam hidroklorida ( HCL ), yang berionasi dalam air membentuk
ion- ion hidrogen ( H+ ) dan ion klorida ( CL- ) demikian juga, asam karbonat (
H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-)
(Surahman,2010).
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai
contoh, ion bikarbonat ( HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung
dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat ( H2CO3). Demikian
juga ( HPO4 ) adalah suatu basa karena dia dapat menerima satu ion hidrogen
untuk membentuk ( H2PO4 ). Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi
sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan
muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin
dalam sel darah merah dan protein dalam sel-se tubuh yang lain merupakan
basa-basa tubuh yang paling penting(Surahman,2010).

3
B. Fisiologi Pengaturan Sistem Buffer
Menurut Gordon (2009) menyebutkan bahwa adpun fungsi dari larrutan
buffer dalam tubuh adalah:
1. Larutan Buffer dalam darah
Pada orang sehat, pH darah tidak pernah berbeda 0,2 satuan dari pH
normal, yaitu 7,5. pH darah tidak boleh turun dibawah 7,0 ataupun naik
diatas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. Untuk
mempertahankannya, darah memiliki beberapa larutan penyangga alami
yaitu Penyangga Karbonat, Penyangga Hemoglobin, Penyangga Fosfat.
a. Penyangga Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H2CO3)
dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO3-). Reaksi kesetimbangannya
adalah:
HCO3- (aq) + H+ (aq) H2CO3 (aq)

Perbandingan molaritas HCO3- terhadap H2CO3 yang diperlukan


untuk mempertahankan pH darah 7,4 adalah 20 : 1. Jumlah HCO3 yang
relatif jauh lebih banyak itu dapat dimengerti karena hasil-hasil
metabolisme yang diterima darah lebih banyak bersifat asam.
Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH
darah. Pelari maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu
penurunan pH darah yang disebabkan oleh metabolisme yang tinggi
sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis ini
dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus
(penyakit gula) dan diare. Orang yang mendaki gunung tanpa oksigen
tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan pH darah. Kadar
oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki bernafas

4
lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak,
padahal CO2dapat larut dalam air menghasilkan H2CO3. Hal ini
mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat
mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-
kadang karena cemas dan histeris).

b. Penyangga Hemoglobin
Oksigen merupakan zat utama yang diperlukan oleh sel tubuh yang
didapatkan melalui pernapasan. Pada darah, terdapat hemoglobin yang
dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh.
Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:

HHb + O2 (g) HbO2- + H+

Produk buangan dari tubuh adalah CO2- yang di dalam tubuh bisa
membentuk senyawa H2CO3 yang nantinya akan terurai menjadi H+ dan
HCO3-. Penambahan H+ dalam tubuh akan mempengaruhi pH, tetapi
hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ dan
membentuk asam hemoglobin (HHb+). Sehingga ion H+ yang
dilepaskan pada peruraian H2CO3 merupakan asam yang diproduksi
oleh CO2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.

c. Penyangga Fosfat
Penyangga fosfat merupakan penyangga yang berada di dalam sel
(cairan intrasel). Penyangga fosfat digunakan untuk mempertahankan
pH darah. Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4.
Penyangga ini adalah campuran dari asam lemah H2PO4- dan basa
konjugasinya, yaitu HPO42-.

5
Jika dari proses metabolisme sel dihasilkan banyak zat yang bersifat
asam, maka akan segera bereaksi dengan ion HPO42-

HPO42- (aq) + H+ (aq) H2PO4-(aq)

Dan jika proses metabolism sel menghasilkan senyawa yang bersifat


basa, maka ion OH- akan bereaksi dengan H2PO4-.

H2PO4- (aq) + OH- (aq) HPO42- (aq) + H2O (aq)

Sehingga perbandingan [H2PO4- ] / [HPO42-] selalu tetap dan akibatnya pH


larutan tetap.Penyangga ini juga ada di luar sel, tetapi jumlahnya sedikit.
Selain itu, penyangga fosfat juga berperan sebagai penyangga urin.
1. Menjaga pH pada plasma darah agar berada pada pH berkisar 7,35
7,45
2. Yaitu dari ion HCO3- dengan ion Na+ . Apabila pH darah lebih dari
7,45 akan mengalami alkalosis, akibatnya terjdi hiperventilasi / bernapas
berlebihan. Apabila pH darah kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis
akibatnya jantung, ginjal, hati dan pencernaan akan terganggu.
3. Menjaga pH cairan tubuh agar ekskresi ion H+ pada ginjal tidak
terganggu
4. Yaitu asam dihidrogenposphat (H2PO4-) dengan basa
monohidrogenposphat (HPO42-)
5. Air Ludah sebagai Larutan Penyangga
6. Larutan Penyangga H2PO4- / HPO42- ternyata juga ditemukan dalam
air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH mulut sekitar 6,8 dengan
cara menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa
makanan yang dapat merusak gigi.

6
C. Keseimbangan Asam dan Basa
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan
basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila
pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga
sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam (Gordon,2009).

7
D. Analisis Gas Darah dan Interpretasi Hasil AGD
1. Analisa Gas Darah
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi oksigenasi sel atau
jaringan adalah jumlah oksigen yang terkandung dalam darah. Tekanan gas
darah tersebut dapat diukur dengan menganalisa darah arteri secara
langsung atau melalui pulse oksimetri dengan melihat saturasi hemoglobin.
Analisa gas darah (AGD) telah banyak digunakan untuk mengukur pH,
PaO2, dan PCO2. Akan tetapi, makna dari hasil pengukuran tersebut
tergantung pada kemampuan dokter untuk menginterpretasikannya.
AGD biasanya diambil dari arteri radialis, meskipun dapat juga dari arteri
lainnya seperti arteri femoralis. Pengambilan darah arteri dapat berakibat
spasme, kloting intralumen, perdarahan, dan hematoma yang pada akhirnya
akan menimbulkan obstruksi arteri bagian distal. Hal ini tidak terjadi jika
arteri yang ditusuk memiliki kolateral yang cukup. Arteri radialis lebih
dipilih karena memiliki cukup kolateral untuk menghindari terjadinya
obstruksi dibandingkan dengan arteri brakhialis atau femoralis. Selain itu,
letak arteri radialis lebih superfisial, mudah diraba dan difiksasi. Darah
arteri diambil sebanyak 3 ml pada spuit yang sebelumnya telah diberikan
heparin 0,2 ml. Sampel darah yang telah diambil harus terbebas dari
gelembung udara dan dianalisa secepatnya. Hal ini disebabkan komponen
seluler pada sampel masih aktif bermetabolisme, sehingga akan
mempengaruhi tekanan gas(Brunner&Suddart ,2012).
2. Interpretasi Hasil AGD
Menurut Severinghaus John,( 2010) secara singkat, hasil AGD terdiri atas
komponen:
a) pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis
atau alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
b) PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah
menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat.

8
PO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen
tambahan. Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg
c) PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat
metabolisme normal, PCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi.
PCO2 yang tinggi menggambarkan hipoventilasi dan begitu pula
sebaliknya. Pada kondisi gangguan metabolisme, PCO2 dapat menjadi
abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik. Nilai normal PCO2
adalah 35-45 mmHg
d) HCO3-, menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme,
seperti ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis
metabolik dan begitu pula sebaliknya. HCO3- juga dapat menjadi
abnormal ketika ginjal mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH
kembali dalam rentang yang normal. Kadar HCO3- normal berada
dalam rentang 22-26 mmol/l
e) Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang
harus ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki pH
7,4 pada kondisi PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C0.
BE bernilai positif menunjukkan kondisi alkalosis metabolik dan
sebaliknya, BE bernilai negatif menunjukkan kondisi asidosis
metabolik. Nilai normal BE adalah -2 sampai 2 mmol/l
f) Saturasi O2, menggambarkan kemampuan darah untuk mengikat
oksigen. Nilai normalnya adalah 92-100%
3. Cara Baca AGD
Berikut terdapat beberapa cara mudah dalam membaca hasil BGA
Severinghaus John,( 2010):

9
1. Lihat pH
Langkah pertama adalah lihat pH. pH normal dari darah antara 7,35
7,45. Jika pH darah di bawah 7,35 berarti asidosis, dan jika di atas 7,45
berarti alkalosis.

2. Lihat CO2

Langkah kedua adalah lihat kadar pCO2. Kadar pCO2 normal adalah
35-45 mmHg. Di bawah 35 adalah alkalosis, di atas 45 asidosis.

3. Lihat HCO3

Langkah ketiga adalah lihat kadar HCO3. Kadar normal HCO3 adalah
22-26 mEq/L. Di bawah 22 adalah asidosis, dan di atas 26 alkalosis.

4. Bandingkan CO2 atau HCO3 dengan pH

Langkah selanjutnya adalah bandingkan kadar pCO2 atau HCO3


dengan pH untuk menentukan jenis kelainan asam basanya. Contohnya,

10
jika pH asidosis dan CO2 asidosis, maka kelainannya disebabkan oleh
sistem pernapasan, sehingga disebut asidosis respiratorik. Contoh lain
jika pH alkalosis dan HCO3 alkalosis, maka kelainan asam basanya
disebabkan oleh sistem metabolik sehingga disebut metabolik alkalosis.

5. Apakah CO2 atau HCO3 berlawanan dengan pH

Langkah kelima adalah melihat apakah kadar pCO2 atau HCO3


berlawanan arah dengan pH. Apabila ada yang berlawanan, maka
terdapat kompensasi dari salah satu sistem pernapasan atau metabolik.
Contohnya jika pH asidosis, CO2 asidosis dan HCO3 alkalosis, CO2
cocok dengan pH sehingga kelainan primernya asidosis respiratorik.
Sedangkan HCO3 berlawanan dengan pH menunjukkan adanya
kompensasi dari sistem metabolik.

6. Lihat pO2 dan saturasi O2

Langkah terakhir adalah lihat kadar PaO2 dan O2 sat. Jika di bawah
normal maka menunjukkan terjadinya hipoksemia

4. Menentukan Tingkat Kompensasi


Menurut (Brunner&Suddart,2012) kompensasi secara umum,sistem
pulmonary dan renalis akan mengkompensasi satu sama lain untuk
mengembalikan pH ke nilai normal. Pada satuan asam basa ,sistem tidak
mengakibatkan masalah akan mengkompensasi dengan mengembalikan
rasio bikarbonat/asam karbonik menjadi normal 20:1.
Ketika seseorang mengalami gangguan asam basa, tubuh akan melakukan
kompensasi. Respon kompensasi buffer yang utama melalui paru dan
ginjal. Tubuh akan mencoba mengatasi kelainan respiratorik atau metabolik
sehingga pH akan kembali ke nilai normal.

11
Pasien dapat tidak terkompensasi, kompensasi sebagian, atau kompensasi
sempurna. Jika kelainan asam basa tidak terkompensasi atau hanya
terkompensasi sebagian, nilai pH masih berada di luar rentang normal.
Sedangkan pada gangguan yang terkompensasi sempurna, nilai pH telah
kembali ke rentang normal, walaupun nilai yang lain mungkin masih
abnormal.
Menentukan tingkat kompensasi harus memperhatikan sistem
(Respirasi/Metabolik) yg tidak sesuai dengan pH untuk menentukan
(Normal/tidak) dalam upaya mengoreksi gangguan asam basa
5. Jenis Jenis Kompensasi
a. Tanpa kompensasi
Menurut Ahmet AK,(2014) nilai dari sistem yg berlawanan adalah
normal, berarti tidak terjadi kompensasi
pH diasumsikan tidak normal
Ex : pH: 7.34 / PaO2 : 192 / PaCO2 : 48 / BE : +1 / HCO3 : 26/
SaO2 : 99%
pH : 7.34 Asidosis
PaO2 : 192 normal
PaCO2 : 48 asidosis
HCO3 : 26 normal
BE : +1 normal
SaO2 : 99% normal

Interprestasi :

Asidosis Respiratorik tanpa kompensasi


Oksigenisasi adekuat

12
b. Kompensasi Sebagian
Jika nilai dari sistem yg berlawanan tidak sesuai (meningkat/menurun)
dan pH tetap tidak normalterjadi kompensasi sebagian
Ex :pH: 7.50 / PaO2 : 70 / PaCO2 : 57 / BE : +9 / HCO3 : 35/
SaO2 : 89%
pH : 7.50 alkalosis
PaO2 : 70 hipoksemia
PaCO2 : 57 asidosis
HCO3 : 35 alkalosis
BE : +9 alkalosis
SaO2 : 89% hipoksemia

Interprestasi :

Alkalosis Metabolik dengan kompensasi Respiratorik sebagian


(karena pH tidak normal)
Hipoksemia

c. Kompensasi Komplit
Jika nilai dari sistem yg berlawanan tidak sesuai (meningkat/ menurun)
dan pH normal
Ex : pH: 7.43 / PaO2 : 70 / PaCO2 : 57 / BE : +9 / HCO3 : 35/
SaO2 : 89%
pH : 7.43 normal
PaO2 : 70 hipoksemia
PaCO2 : 57 asidosis
HCO3 : 35 alkalosis
BE : +9 alkalosis
SaO2 : 89% hipoksemia

13
Interprestasi :

Alkalosis Metabolik dengan kompensasi Respiratorik


penuh/komplit (karena pH sudah normal)
Hipoksemia

E. Gangguan Keseimbangan Asam Basa


Menurut Djojodibroto,D (2009) dari hasil Interpretasi tersebut dapat
disimpulkan menjadi empat keadaan yang menggambarkan konsentrasi ion H+
dalam darah yaitu:
1. Asidosis Respiratorik
pH: 7.34 / PaO2 : 192 / PaCO2 : 48 / BE : +1 / HCO3 : 26/
SaO2 : 99%
pH : 7.34 Asidosis(7,35-7,45)
PaO2 : 192 normal(80-100 mmHg)
PaCO2 : 48 asidosis(35-45 mmHg)
HCO3 : 26 normal(22-26 mmol/l)
BE : +1 normal(-2 sampai 2 mmol/l)
SaO2 : 99% normal(92%-100%)
a. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi
paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul
karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang
mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan
lebih dalam.

14
b. Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-
penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
Emfisema
Bronkitis kronis
Pneumonia berat
Edema pulmoner
Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat
narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis
respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot
dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
c. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan
kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat
jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah
berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk
mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini
memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
d. Diagnosa
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah
dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari
paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan
kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema.

15
Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin
perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

2. Asidosis Metabolik
pH: 7.33 / PaO2 : 120 / PaCO2 : 42 / BE : - 4 / HCO3 : 20 /
SaO2 : 88 %
pH : 7.33 asidosis(7,35-7,45)
PaO2 : 120 normal(80-100 mmHg)
PaCO2 : 42 normal (35-45 mmHg)
HCO3 : 20 acidosis(22-26 mmol/l)
BE : - 4 acidosis(-2 sampai 2 mmol/l)
SaO2 : 88% hipoksemia(92%-100%)
a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang
ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan
keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih
dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan
asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada
akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan
cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua
mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan
terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma.

16
b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama adalah:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu
asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.Contohnya
adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme.Tubuh dapatmenghasilkan asam yang berlebihan sebagai
suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah
diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh
akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam Jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam
yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi
secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis
tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau
penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida

17
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan
karena diare, leostomi atau kolostomi.
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih
dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak
memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan
kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami
kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun,
menyebabkan syok, koma dan kematian.
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan).
Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk
mengukur pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon
dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan
tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula
darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan
suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah
menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh
keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air
kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai
contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan

18
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu
dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin
secara intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan
sementara dan dapat membahayakan.

3. Alkalosis Respiratorik
pH: 7.50 / PaO2 : 130 / PaCO2 : 32 / BE : + 2 / HCO3 : 26 /
SaO2 : 100 %
pH : 7.50 Alkalosis(7,35-7,45)
PaO2 : 130 normal(80-100 mmHg)
PaCO2 : 32 alkalosis(35-45 mmHg)
HCO3 : 26 normal(22-26 mmol/l)
BE : + 2 normal(-2 sampai 2 mmol/l)
SaO2 : 100% normal(92%-100%)
a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah
kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
Rasa Nyeri
Sirosis Hati

19
Kadar Oksigen Darah Yang Rendah
Demam
Overdosis Aspirin.

c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida
dalam darah arteri pH darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat
pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa
nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita
menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya
selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali
nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian
sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala
hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita
dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

20
4. Alkalosis Metabolic
pH: 7.50 / PaO2 : 70 / PaCO2 : 36 / BE : + 5 / HCO3 : 29 /
SaO2 : 85 %
pH : 7.50 Alkalosis(7,35-7,45)
PaO2 : 70 hipoksemia(80-100 mmHg)
PaCO2 : 36 normal(35-45 mmHg)
HCO3 : 29 alkalosis(22-26 mmol/l)
BE : + 5 alkalosis(-2 sampai 2 mmol/l)
SaO2 : 85% hipoksemia(92%-100%)
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan
basa karena tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode
muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit,
terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan
natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid).

21
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah
tersinggung), otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali.
Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan
spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam
keadaan basa.
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida
secara intravena.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat
netral.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa
agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan
asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal.
Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan
asam.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, saya sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan
kesempurnaan makalah ini.

23

Anda mungkin juga menyukai