Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat
netral. Asam dan basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa
menentukan sifat suatu larutan. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan
dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari
7, sedangkan larutan netral memiliki pH 7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan
indikator pH atau dengan pH meter. Menurut penjelasan tersebut menjelaskan tentang
keseimbangan asam basa serta berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan
dengan keseimbangan asam basa.
Keseimbangan asam basa merupakan hal yang penting bagi tubuh karena
dapat mempengaruhi fungsi organ vital.2 Gangguan keseimbangan asam basa yang
berat, dapat mempengaruhi kelangsungan hidup pasien. Derajat keasaman (pH) darah
manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu
mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi
organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur
oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia?
1.2.2 Apa sistem tubuh dan fisiologis tubuh yang berperan dalam keseimbangan asam
basa?
1.2.3 Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan asam basa?

1
1.2.4 Apa saja gangguan keseimbangan asam basa?
1.2.5 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan asam basa?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui keseimbangan asam basa pada tubuh manusia.
1.3.2 Mengetahui sistem tubuh dan fisiologis tubuh yang berperan dalam
keseimbangan asam basa.
1.3.3 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan asam basa.
1.3.4 Mengetahui gangguan keseimbangan asam basa.
1.3.5 Mengetahui konsep asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan asam basa.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keseimbangan Asam Basa
2.1.1 Definisi Asam
Asam (acid) dapat digambarkan sebagai zat yang menghasilkan ion
hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam air. Rumus untuk asam tersusun atas satu
atau lebih atom hidrogen dan sebuah gugus anion. Anion yang namanya diakhiri
dengan “-ida” mempunyai bentuk asam dengan nama yang diawali dengan kata
“asam” dan diikuti dengan nama anion tersebut. Sebagai contoh, HCl dikenal
sebagai hidrogen klorida dan asam klorida. Nama yang digunakan untuk
senyawa ini bergantung pada wujud fisiknya. Dalam wujud gas atau cairan
murni, HCl adalah suatu senyawa molekular yang disebut hidrogen klorida.
Ketika dilarutkan dalam air, molekul HCl terurai menjadi H+ dan Cl-; dalam
keadaan ini zat tersebut dinamakan asam klorida.
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H + ke zat
lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat
menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam
baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima proton yang
dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida (HCL), yang berionasi
dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-) demikian
juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion
bikarbonat (HCO3-).
a. Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Artinya, asam asam kuat
yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion-
ionnya.Contohnya adalah HCL.
b. Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk
mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H +.

3
Maka, Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya
sedikit terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah
merupakan reaksi kesetimbangan. Contohnya H2CO3.

2.1.2 Definisi Basa


Basa (base) dapat digambarkan sebagai zat yang menghasilkan ion
hidroksida (OH-) ketika dilarutkan dalam air. Contohnya adalah: NaOH
(natrium hidroksida), KOH (kalium hidroksida), Ba(OH)2 (Barium hidroksida).
Amonium (NH3) suatu senyawa molekular yang berwujud gas atau cairan
murni, juga digolongkan sebagai basa. Selintas, ini tampak satu pengecualian
untuk definisi basa. Tapi perhatikan bahwa sepanjang suatu zat menghasilkan
ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air, walaupun tidak mengandung ion
hidroksida dalam strukturnya, zat itu tetap bisa disebut basa.
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai
contoh, ion bikarbonat (HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung
dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat (H 2CO3). Demikian
juga (HPO4) adalah suatu basa karena dia dapat menerima satu ion hidrogen
untuk membentuk (H2PO4). Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai
basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan
akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel
darah merah dan protein dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa
tubuh yang paling penting.
a. Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H +.
Oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang
khas adalah OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air ( H2O).
b. Basa lemah yang khas adalah HCO3- karena HCO3- berikatan dengan H+
secara jauh lebih lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam

4
cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam basa normal
adalah asam dan basa lemah.
2.1.3 Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion
hydrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang
dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat
molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu
pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hydrogen. Walaupun
produksi akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam jumlah sangat banyak,
ternyata konsentrasi ion hydrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahankan keseimbangan asam dan
basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem
organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan
ginjal berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila
pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga
sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa.

5
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.

2.1.4 Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa


Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis.
Harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan
ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan
kunci dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan
konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak
daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak
mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang
perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi
ion hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan
reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu
komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang
terjadi pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal
dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40
nEq/liter ). Variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi
yang ekstrim, konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter
sampai setinggi 160 nEq/liter tampa menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang
kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala
logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen.

6
pH normal darah arteri adalah 7,4 , sedangkan pH darah vena dan cairan
interstetial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida ( CO 2 ) yang dibebaskan
dari jaringan untuk membentuk H2CO3. Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang
diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami
alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat
hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH
cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan
aliran darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu
dapat menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa
cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah
HCl yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik (sel-sel parietal) dari
mukosa lambung.
Mekanisme untuk mencegah terjadinya asidosis ataupun alkalois dilakukan oleh
suatu sistem pengatur yang khusus, yaitu :
1. Sistem penyangga (buffer) asam-basa yang segera bergabung dengan setiap asam
ataupun basa yang kemudian mencegah terjadinya perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan.
2. Kemudian apabila konsentrasi ion hidrogen berubah, maka pusat pernafasan akan
terangsang untuk mengubah kecepatan ventilasi paru-paru, yang berakibat pada
perubahan kecepatan pengeluaran karbondioksida dari cairan tubuh yang akan
menyebabkan konsentrasi ion hidrogen kembali normal.
3. Menyebabkan ginjal mengeksresikan urin yang bersifat asam atau basa, sehingga
membantu konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler tubuh kembali normal.
Sistem buffer dapat bekerja dapat bekerja dalam sepersekian detik untuk
mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Sebaliknya, sistem

7
respirasi memerlukan waktu 1-3 menit untuk menyesuaikan kembali konsentrasi ion
hidrogen setelah terjadinya perubahan mendadak. Kemudian, ginjal yang merupakan
komponen pengatur asam-basa yang paling kuat, memerlukan waktu beberapa jam
hingga lebih dari 24 jam untuk menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen
tersebut.
Asam-basa akan saling berinteraksi dalam tubuh melalui membrane sel dan
membrane kapiler, sebagaimana interaksi pada ketiga kompartemen tubuh. Difusi
CO2 melalui membrane sangat mudah dan cepat sehingga setiap perubahan yang
terjadi pada pCO2 akan cepat diatasi oleh perubahan ventilasi. Konsekuensinya
adalah:
1. Konsekuensi H+ di semua cairan kompartemen tubuh mudah berubah atau diatur.
2. Perubahan pada pCO2 tidak akan menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi
H+ dari masing-masing kompartemen.
Protein paling banyak terdapat didalam intrasel dan plasma. Albumin karena bermolekul
besar tidak dapat melewati membrane kecuali pada keadaan tertentu, seperti kebocoran
atau kerusakan membran. Berdasarkan hal ini maka setiap perubahan konsentrasi H+ antar
membran jelas bukan berasal dari pergerakan protein.
Cairan Ph
Ekstraseluler:
Darah Vena 4,5 x 10-5 7,35
Darah Arteri 4,0 x 10-5 7,40
Cairan Interstisial 4,5 x 10-5 7,35
Cairan Intraseluler: 1 x 10 sampai 4,0 x 10-5
-3
6,0 sampai 7,4
Urin 3 x 10-2 sampai 1 x 10-5 4,5 sampai 8,0
HCl lambung 160 0,8

2.2 Sistem Tubuh dan Fisiologis Tubuh yang Berperan dalam Keseimbangan
Asam Basa

8
Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3
sistem:
2.2.1 Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan
karbondioksida, dan karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik
dari cairan ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan
ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah.
Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO 2)
merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial
karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi.
Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat
sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk
mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik , frekuensi
pernapasan diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk
meningkatkan beban asam).

2.2.2 Sistem Ginjal


Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus
mengeluarkan anion asam non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur
keseimbangan asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion
bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem
buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hydrogen,
CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang
dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses
tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat
berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi
bikarbonat dan pengeluaran asam.

9
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan
negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat
rendahpun, ion hydrogen mempunyai efek yang besar pada system biologi. Ion
hydrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat
mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion
hydrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa
proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s
di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi
tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh
berasal dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh
ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan
lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
2.2.3 Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang
dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan
konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hydrogen, bersifat
temporer dan tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama system buffer adalah
mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam
organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, system ini memiliki
keterbatasan yaitu:
a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang
disebabkan karena peningkatan CO2.
b. Sistem ini hanya berfungsi bila system respirasi dan pusat pengendali
sistem pernafasan bekerja normal.
c. Kemampuan menyelenggarakan system buffer tergantung pada tersedianya
ion bikarbonat.
Ada 4 sistem buffer:

10
1. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama
untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat. Buffer bikarbonat
dan karbonat bekerja efektif sampai pH 7,4 dan sangat baik pada
penambahan asam. Contohnya HCO3- / H2CO3.
2. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
Asam lemah seperti asam glutamat dan asam aspartat. Basa lemah seperti
lysin, arginin dan histidin.
3. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat. Bentuk hemoglobin yang berperan membentuk
sistem buffer seperti oksihemoglobin (HhbO2) dan deoksihemoglobin
(HHb).
4. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan
intrasel. Buffer fosfat bekerja efektif pada asam. Konsentrasinya relatif
rendah. Kurang berperan dalam plasma. Contohnya HPO42- / H2PO4-.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa
sementara. Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki
ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru
yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah
akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat
dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam
darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan
ginjal dalam menunjang kinerja system buffer adalah dengan mengatur
sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hydrogen dan bikarbonat serta membentuk
buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka panjang, kelebihan asam
atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek,

11
tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan system buffer. Mekanisme buffer
tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Asam Basa


a. Konsentrasi ion hidrogen (H+)
b. Konsentrasi ion bikarbonat (HCO3-)
c. pCO2.
d. Pemberian asam melalui makanan.
e. Penambahan secara endogen yang tidak fisiologis (DM).
f. Pengeluaran asam basa oleh ginjal dan usus.
g. Pengeluaran asam karbonat (H2CO3) oleh paru.
h. Pembentukan asam dalam jumlah besar oleh sel-sel lambung.

2.4 Gangguan Keseimbangan Asam Basa


2.4.1 Asidosis Respiratorik
a. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan
mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam
b. Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
- Emfisema
- Bronkitis kronis

12
- Pneumonia berat
- Edema pulmoner
- Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika
dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat
juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan
gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
c. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran)
dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan
terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi
asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu
beberapa jam bahkan beberapa hari.
d. Diagnose
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah
dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari
paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan
buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

2.4.2 Asidosis Metabolik


a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman

13
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring
dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus
menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama
adalah:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam.Sebagian besar bahan yang
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah
metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis aspirin pun
dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika
diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan
pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan
fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada
penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan
ginjal untuk membuang asam.

14
Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
- Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
- Ketoasidosis diabetikum
- Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
- Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
- Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, leostomi atau kolostomi.
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam
atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang
luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila
asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma
dan kematian.
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah
arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur
pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon
dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan
untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang
tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak
terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis
metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang
dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air
kemih.
e. Pengobatan

15
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.
Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi
dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah.
Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau
keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara
intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat
membahayakan.

2.4.3. Alkalosis Respiratorik


a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
c. Gejala

16
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida
dalam darah arteri. pH darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup
kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama
mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama
mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik,
sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis
respiratorik
4. Alkalosis Metabolik
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung

17
(seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah
pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
- Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
- Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
- Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).

c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot
berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan
basa.
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara
intravena.

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Keseimbangan Asam Basa


2.5.1 Pengkajian

18
Riwayat keperawatan :
a. Riwayat intake cairan dan makanan 24 jam yang lalu.
b. Berat badan sebelum sakit.
c. Riwayat kehilangan cairan : diare, muntah – muntah yang berhubungan
dengan < / > cairan, elektrolit.
d. Adanya penyakit kronis / pengobatan yang menggangu keseimbangan cairan
dan elektrolit.

2.5.2 Pemeriksaan Tanda-tanda Klinis


a. Berat badan, vital sign
b. Jumlah intake dan output dalam 24 jam
c. Kulit : suhu, kelembaban, turgor, warna
d. Rongga mulut : membran mukosa, lidah, saliva
e. Mata : penglihatan, edema, bola mata
f. Vena jugularis < capillary refilling time
g. Tanda-tanda neurologi : tingkat kesadaran
h. Analisa Gas Darah
Rentang nilai normal dan interpretasi dari tiap komponen:
1. pH
Rentang nilai normal : 7,35 – 7,45
Asidosis : <7,35
Alkalosis : >7,45
2. PaO2
Rentang nilai normal : 80 – 100 mmHg
Hipoksemia ringan : 70 – 80 mmHg
Hipoksemia sedang: 60 – 70 mmHg
Hipoksemia berat : <60 mmHg
3. SaO2

19
Rentang nilai normal : 93% – 98%
Bila nilai SaO2 >80% sudah dapat dipastikan bahwa darah diambil dari
arteri, kecuali pada gagal napas.
4. PaCO2
Rentang nilai normal : 35 – 45 mmHg
Asidosis respiratorik : >45 mmHg (pH turun)
Alkalosis respiratorik : <35 mmHg (pH naik)
5. HCO3
Rentang nilai normal : 22 – 26 mEq/L
Asidosis metabolik : <22 mEq/L (pH turun)
Alkalosis metabolik : >26 mEq/L (pH naik)
6. BE
Rentang nilai normal : -2 s/d +2 mEq/L
Nilai – (negative) : asidosis
Nilai + (positif) : alkalosis
BE dilihat saat pH normal.

Cara menentukan apakah suatu kondisi termasuk ke dalam salah satu dari 4
gangguan asam-basa dengan melihat diagram dibawah ini:

20
2.5.3 Pemeriksaan Fisik
a. Kulit : suhu, kelembaban, warna, turgor

21
b. Rongga mulut : membran mukosa, lidah, saliva
c. Mata : penglihatan, edema pada kelopak mata, tekanan bola mata
d. Kardiovaskuler : vena jugularis, CRT
e. Paru-paru : suara nafas, perkusi paru, pengembangan paru, kecepatan
f. Neurologis : tingkat kesadaran

2.5.4 Diagnosa Keperawatan


a. Aktual/resiko gangguan pola nafas
b. Aktual/resiko gangguan pertukaran gas
c. Aktual/resiko penurunan perfusi serebral
d. Aktual/resiko tinggi disritmia
e. Aktual/resiko peningkatan tekanan intrakranial
f. Kekurangan cairan
g. Kelebihan volume caiaran
h. Gangguan keseimbangan elektrolit
i. Intoleransi aktivitas

2.5.5 Intervensi Keperawatan


a. Melakukan pengkajian secara cepat dan tepat
b. Mencari faktor penyebab
c. Istirahatkan klien dengan posisi semi fowler
d. Evaluasi peubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna
kulit, termasuk membran mukosa dan kuku, evaluasi sistem kardiovaskuler
dan respirasi
e. Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam
f. Pemberian oksigen sesuai indikasi
g. Pertahankan pemberian cairan yang adekuat
h. Mengukur intake output

22
i. Manajemen lingkungan
j. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, kadar hemoglobin
k. Kolaborasi pemilihan pemberian cairan dan koreksi gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit.
l. Kolaborasi pemberian obat-obatan dan ventilasi mekanik

BAB III

23
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain
(disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion
H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton).
Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion
hydrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang dikeluarkan
oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular
umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat
konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hydrogen. Walaupun produksi
akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata
konsentrasi ion hydrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.
Asam-basa akan saling berinteraksi dalam tubuh melalui membrane sel dan
membrane kapiler, sebagaimana interaksi pada ketiga kompartemen tubuh. Difusi
CO2 melalui membrane sangat mudah dan cepat sehingga setiap perubahan yang
terjadi pada pCO2 akan cepat diatasi oleh perubahan ventilasi.
Sistem tubuh dan fisiologis tubuh yang berperan dalam keseimbangan asam basa :
-Sistem paru
-Sistem Ginjal
-Sistem Buffer

DAFTAR PUSTAKA

24
Mangku G, Senapathi TGA. Buku ajar ilmu anestesia dan reanimasi.
Jakarta: PT.Indeks 2010

Abramowitz M.2014. Acid-Base Balance and Physical Function. Clinical


Journal of the American Society of Nephrology.

Seifter JL. 2014. Integration of acid–base and electrolyte disorders. N Engl J


Med.

Hamm L, Nakhoul N, Hering-Smith K. 2015. Acid-Base Homeostasis. Clinical


Journal of the American Society of Nephrology.

Sacks G. 2004. The ABC's of Acid-Base Balance. The Journal of Pediatric


Pharmacology and Therapeutics.

Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit,


& Asam Basa. (ed. 2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai