Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori
Keperawatan yang diampu oleh:
Disusun Oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Falsafah dan Teori
Keperawatan ini dengan tepat waktu. Makalah yang berjudul “Analisis Teori
Adaptasi Roy” ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Falsafah dan
Teori Keperawatan yang diampu oleh Ibu Windy Rakhmawati S.Kep., M.Ng., PhD.
Penyusun menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi tata bahasa, kosakata, etika, isi, maupun dalam penataan
makalah. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk penyusun jadikan sebagai bahan evaluasi. Semoga makalah ini
dapat diterima sebagai penambah kekayaan intelektual bangsa. Akhir kata, penyusun
ucapkan terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
2.1 Metaparadigma.........................................................................................3
2.2 Model Konseptual....................................................................................4
2.3 Roy’s Adaptation Model..........................................................................5
4.1 Kesimpulan.............................................................................................15
4.2 Saran.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di rumh sakit telah
banyak diterapkan. Bahkan, banyak perawat yang telah melaksanakan asuhan
keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakannya mengacu pada penerapan teori
Roy. Oleh karena itu, perawat perlu mengetahui dan memahami lebih jauh tentang
penerapan model keperawatan yang sesuai dengan Teori Adaptasi Roy di lapangan
atau rumah sakit sehingga dapat diketahui apakah teori ini dapat diaplikasikan dengan
baik dalam asuhan keperawatan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metaparadigma
Paradigma adalah suatu cara pandang kita terhadap nilai nilai,
paradigma menjelaskan sesuatu dalam memahami sesuatu tingkah laku.
paradigma memberikan dasar dalam melihat, memandang, memberi makna,
menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam
keperawatan. Paradigma keperawatan atau dikenal juga dengan istilah
metaparadigma terdiri dari 4 komponen yaitu : manusia, kesehatan,
lingkungan dan keperawatan.
1. Manusia
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang dibuat
oleh tuhan yang maha esa. manusia memiliki akal dan pikiran manusia
juga memiliki perasaan, manusia memiliki kebutuhan yang harus
terpenuhi. Manusia memiliki perbedaan baik secara bilogis maupun
rohani. Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik,
secara rohani manusia dibedakan berdasakan kepercayaannya atau
agama yang dianutnya. kehidupannya manusia sangat komplek,
begitupula hubungan yang terjadi pada manusia sangat lah luas.
hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan makhluk hidup
yang ada di alam, dan manusia dengan sang pencipta.
2. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di sekeliling
kita, atau kombinasi anatara kondisi fisik yang mencakup sumber daya
alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang
tumbuh diatas tanah maupun didalam lautan.
3. Kesehatan
Sehat adalah keadaan optimal baik fisik maupun psikologi,
dimana bukan saja terjauh dari penyakit. Pemeliharaan kesehatan adalah
3
upaya penanggulangan, dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau perawatan termasuk
kehamilan dan persalinan
4. Keperawatan
Perawat adalah pelayanan kemanusiaan dimana memiliki
tujuan untuk dapat mempercepat penyembuhan, berbentuk pelayanan
biologis, psikososial, sosial, dan spiritual yang komprehensif, ditujukan
pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat.
4
2.3 Roy’s Adaptation Model
pada tahun 1977 di salah satu universitas di California, Amerika Serikat. Saat
beliau sedang menempuh pendidikan magisternya, beliau mulai
mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Alasannya karena beliau
merasa tertantang setelah menghadiri sebuah seminar dengan Dorrothy
E.Johnson. Roy membuat sebuah kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan, dan konsepnya memang sangat dipengaruhi oleh konsep
adaptasi. Setelah beliau mengembangkan konsep teorinya, beliau
menertibitkan banyak buku, artikel periodical, serta menghadirkan banyak
kuliah dan workshop pada teori adaptasi perawatnya. Teori konsepnya
berjudul Roy Adaptation Model (RAM) yang di dalamnya berisi sebagian
mengenai budi pekerti dan uraian baru.
5
model sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktik
keperawatan, dan penelitian. Sejak saat itu teori adaptasi Roy mulai
berkembang luas, sehingga para pengajar dan mahasiswa terbantu untuk
mengklasifikasi, menyaring, dan memperluas model.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Teori The Roy Adaptation Model melihat Manusia Sebagai Adaptive System
dimana manusia dianggap sebagai sebuah sistem yang dapat menyesuaikan diri.
1. Input
Manusia sebagai suatu sistem dapat menyesuaikan diri dengan
menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu
itu sendiri. Inputnya sendiri dapat berupa :
1. Stimulus
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus
(stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal)
dan diluar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989).
Stimulus Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia
berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses
stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.
Stimulus Eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis
yang diterima individu sebagai ancaman (dikutip Nursalam;2003)
Stimulus Fokal
Stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan
ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab
infeksi
Stimulus Kontektual.
Stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi)
seperti keadaan tidak sehat, dan tidak terlihat langsung pada saat ini,
misalnya penurunan daya tahan tubuh.
Stimulus Residual
7
Sikap, keyakina, dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi
terjadinya keadaan tidak sehat (faktor predisposisi), sehingga terjadi
kondisi Fokal, mis ; persepsi pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan
fungsi peran.
2. Tingkat adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar
dalam 3 (tiga kategori), yaitu
1) integrase
2) kompensasi
3) kompromi.
Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang
terbentuk dari stimulus. Stimulus merupakan masukan ( Input ) bagi
manusia sebagai sistem yang adaptif.
8
manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan. misalnya
terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi gula darah atau terlalu banyak
ketergantungan. Perawat menggunakan wawancara, observasi dan pengukuran
untuk mengkaji perilaku klien sekarang pada setiap mode. Berdasarkan
pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptif
atau potensial maladaptif.
Tahap II : Pengkajian faktor faktor yang berpengaruh Pada tahap ini
termasuk pengkajian stimuli yang signifikan terhadap perubahan perilaku
seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.
a. Identifikasi stimuli fokal
Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi.
Perawat dapat melakukan pengkajian dengan menggunakan pengkajian
perilaku yaitu: keterampilan melakukan observasi, melakukan
pengukuran dan interview.
b. Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya
perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagai contoh anak yang di
rawat dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak
belajar. Focal stimulus yang dapat diidentifikasi adalah adanya fakta
bahwa anak kehilangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat
diidentifikasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor
eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat
diidentifikasi oleh perawat melalui observasi, pengukuran, interview dan
validasi. Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual
yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap
perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi,
interdependensi, pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi
dan fisik religi, dan lingkungan fisik.
9
c. Identifikasi stimuli residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson
dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman
lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap,
budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan memberikan
efek pada situasi sekarang.
Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu
keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
1. Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan
praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi,
mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh
terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan
untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan
meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model
adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu
keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan
terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan
adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya,
peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih
ketika stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi
manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak
efektif dan memungkinkan individu untuk merespon.
2. Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem
yang adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan
yang memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus
manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
10
regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai
sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi
manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
3. Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi
manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model
keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi
adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia
digambarkan sebagai suatu sistemyang adaptif. Proses adaptasi termasuk
semua interaksi manusia dengan lingkunganysng terdiri dari dua proses,
proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal
dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang
menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
4. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam
dan diluar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai
suatu sistem yang adaptif.
3.3. Bagaimana Output yang Berupa Aplikasi dari Teori Adaptasi Roy dalam
Kehidupan?
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur
atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari
luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal adaptif.
Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara
keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan
tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,reproduksi
11
dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak
mendukung tujuan ini.
Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses
keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian
Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan, Rumusan Tujuan,
Intervensi dan Evaluasi.
A. Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan
bagi perawat untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim
adaptive. Data spesifik dikumpulkan oleh perawat melalui proses
Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor yang yang
mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetik, jenis kelamin, tahap
perkembangan, obat-obatan, alkohol, merokok, konsep diri, fungsi peran,
ketergantungan, pola interaksi sosial, mekanisme koping dan gaya hidup,
stress fisik dan emosi, budaya, lingkungan fisik” (Martinez yang dikutip
oleh Nursalam, 2003)
12
Pengkajian Interdependensi: menggambarkan atau Mengidentifikasi
pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut
terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap individu maupun
kelompok.
B. Pengkajian Stimulus.
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang
muncul ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku)
untuk mengidentifikasi respon-respon inefektif atau respon-respon adaptif
yang perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku
inefektif atau perilaku adaptif yang memerlukan dukungan perawat,
perawat membuat pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang
mungkin mempengaruhi perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat
mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontektual dan residual yang
dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi penyebab dari masalah dan
mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual
(factor Predisposisi) yang berhubungan erat dengan penyebab.
C. Diagnosa Keperawatan
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi
(E), Sinthom/karakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode
merumuskan diagnosa keperawatan.
D. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang
bertujuan untuk mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan
residual, Pelaksanaan juga difokus pada besarnya ketidakmampuan
koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya seluruh
stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat
merencanakan tindakan keperawatan spesifik terhadap gangguan atau
stimulus yang dialami. Tujuan intervensi keperawatan adalah
pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang
13
konstruktif. Intervensi ditujukan pada peningkatan kemampuan koping
secara luas. Tindakan diarahkan pada subsistim regulator (proses
fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir. Misalnya: persepesi,
pengetahuan, pembelajaran).
E. Implementasi/Intervensi Keperawatan
Suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi
fokal, kontekstual, residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada
kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya
stimulasi secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang
dicapai. Itu dicatat merupakan indikasi perilaku dari perkembangan
adaptasi masalah pasien. Pernyataan masalah meliputi perilaku.
Pernyataan tujuan meliputi: perilaku, perubahan yang diharapkan dan
waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan perkembangan individu,
dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya energi untuk
tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah manajemen
stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi
koping dari sub sistim regulator dan kognator.
F. Evaluasi
Keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi.
Perilaku tujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang
dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat
memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.
Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang
telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Seperti yang sudah dijelaskan di Bab II dan Bab III bahwa Teori Adaptasi Roy
adalah teori yang diciptakan oleh Callista Roy yang menjelaskan keterkaitan antara
manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan yang esensial dalam adaptasi.
Teori ini juga menjelaskan manusia merupakan sistem adaptif yang terdiri dari input
yang merupakan masukan dari lingkungan atau individunya sendiri berupa stimulus.
Stimulus sendiri dibagi menjadi stimulus internal, stimulus eksternal, stimulus fokal,
stimulus kontektual, dan stimulus residual. Serta adaptasi yang terdiri dari 3 kategori
yaitu integrase, kompensasi, dan kompromi.
4.2 Saran
15
b. Dengan melakukan pengkajian stimulus maka perawat akan mengetahui hal
apa saja yang menyebabkan faktor penyakit pada tubuh pasien tersebut dan
faktor apa saja yang menyebabkan berkembang atau tidak berkembangnya
suatu pasien. Sehingga perawat bisa mengevaluasi dirinya dan memberikan
pelayanan terbaik kepada pasien selanjutnya. Adapun apabila ditemukan
faktor yang membuat pasien berkembang, maka hal itu harus dipertahankan
dan ditingkatkan lagi untuk pasien selanjutnya.
c. Apabila sudah dilakukan pengkajian perilaku dan pengkajian stimulus maka
perawat-pun akan memberikan diagnosa keperawatan yang lebih baik dan
akurat untuk pasien tersebut.
d. Setelah diberikan diagnosa keperawatan, maka hal selanjutnya yang harus
dilakukan adalah pemberian rencana tindakan. Rencana tindakan yang
dilakukan-pun harus sesuai dengan diagnosa keperawatan dan sudah
mencakup dari hasil pengkajian perilaku dan pengkajian stimulus.
e. Perawat juga akan mendapatkan hasil yang bagus pada saat penanganan
yang diberikan kepada pasien sesuai dengan yang dibutuhkannya. Hal ini
sesuai dengan implementasi/Intervensi keperawatan yang berujung kepada
kepuasan pasien akan kinerja yang diberikan oleh perawat
16
DAFTAR PUSTAKA
Roy C. Intruduction to nursing: an adaptation model. Englewood Cliffs, NJ; Prentice-
Hall; 1976. Diambil dari
https://journals.iww.com/ajonline/Citation/1984/10000/Intoduction_to_Nursin
g_An_Adaptation_Model.57.aspx
Fawcett J. Middle range nursing theories are necessary for the advancement of the
discipline. Universidad de La Sabana, Colombia; 2004. Diambil dari
http://www.scielo.org.co/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1657-
59972005000100004
Pujiarto, P. (2012). aplikasi model adaptasi roy pada klien resiko prilaku kekerasan
dengan penerapan asertiveness training di RS.Dr.H Marzoeki Mahdi Bogor.
NERS Jurnal Keperawatan , 8, 66-74.
17