Kata asam berasal dari bahasa Latin acidus yang berarti masam. Asam adalah zat (senyawa)
yang menyebabkan rasa masam pada berbagai materi. Basa adalah zat(senyawa) yang dapat
beraksi dengan asam, menghasilkan senyawa yang disebut garam. Sedangkan basa adalah zat-zat
yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan. Sifat basa pada
Asam dan basa sangat erat kaitannya dalam kehidupan kita, didalam tubuh manusia juga terdapat
keseimbangan asam basa untuk beradaptasi dan tetap menjaga fungsinya dengan baik.
Contohnya saja seperti asam lambung yang dapat membunuh mikroorganisme yang terdapat
pada makanan yang kita konsumsi. Begitu juga dengan gaya hidup kita sehari-hari sangat sering
dihadapkan dengan asam basa tersebut, seperti asam cuka, minuman bersoda, jeruk, aki bersifat
asam. Sedangkan sabun dan bahan pembuatan pupuk yang bersifat basa. Beberapa hewan
tertentu juga mempertahankan diri dengan menghasilkan basa, seperti sengatan tawon.
yang mengatakan Asam adalah suatu sifat yang mana berupa senyawa yang dapat melepas ion
hidrogen (H+) jika dilarutkan dalam air, Sedangkan basa merupakan suatu sifat yang mana
berupa senyawa yang dapat melepas ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan dalam air. Reaksi asam
basa (reaksi penetralan) adalah reaksi pembentukan H2O dari ion-ion H+ dan OH-.
Teori lainnya dikemukakan yaitu Teori Bronsted-Lowry yang mengatakan asam berupa
senyawa yang dapat memberi proton (H+) kepada senyawa lain, sedangkan basa dapat menerima
proton (H+) dari senyawa lain. Reaksi asam basa adalah reaksi perpindahan proton dari satu
Teori terakhir yaitu Teori Lewis yang mengatakan Asam adalah senyawa yang dapat
Menerima pasangan elektron bebas dari senyawa lain, sedangkan Basa adalah senyawa yang
dapat memberi pasangan elektron bebas kepada spesi (senyawa) yang lain. Reaksi asam basa
Rasanya masam/asam
Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau ion ion hidrogen dan ion sisa
asam yang bermuatan negatif. Peristiwa terurainya asam menjadi ion-ion dapat di
tuliskan sebagai berikut:
Bila diuji dengan indikator kertas lakmus biru dapat mengubah lakmus tersebut menjadi
merah. Sedangkan jika diuji dengan indikator kertas lakmus yang berwarna merah, kertas
lakmus tersebut tidak akan berubah warna. Indikator adalah suatu alat untuk
menunjukkan suatu zat apakah bersifat asam maupun basa.
Rasanya pahit
Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil dan ion logam
atau gugus lain yang bermuatan negatif. Apabila ion OH- hampir seluruhnya dilepaskan
atau ionisasinya sempurna, maka termasuk basa kuat atau dikatakan memiliki derajat
keasaman yang rendah dan begitu juga sebaliknya. Secara umum peristiwa peruraian basa
menjadi ion-ion dapat dituliskan sebagai berikut:
Bila diuji dengan indikator yang berupa lakmus merah, maka akan mengubah warna
lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan kertas lakmus biru, tidak akan
mengubah warna kertas lakmus tersebut.
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hidrogen didalam tubuh. Kadar normal
ion hidrogen (H) didalam darah yaitu 4x10-8 atau dengan pH = 7,4. Keseimbangan ini penting
untk mengendalikan afinitas Hb terhadap O2 (kemampuan mengikat), yang mana ketika terjadi
gangguan keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh, maka akan mengganggu beberapa
Keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen atau pH terlalu tinggi, disebut dengan asidosis,
sendangkan keadaan yang mana konsentrasi ion hidrogen atau pH terlalu rendah disebut dengan
alkalosis. Agar tidak terjadi dua kelainan tersebut maka diperlukan pengatur khusus, yaitu:
Sistem penyangga (buffer) asam-basa yang segera bergabung dengan asam atau basa
yang kemudian akan mencegah terjadinya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen
yang berlebihan.
Apabila konsentrasi ion hidrogen berubah, maka pusat pernafasan di otak akan teransang
atau terstimulasi untuk mengubah kecepatan pernafasan pada paru-paru, yang akan
mengakibatkan perubahan kecepatan pengeluaran karbondioksida dari tubuh sehingga
akan membuat konsentrasi ion hidrogen kembali normal.
Perubahan konsentrasi ion hidrogen juga akan menyebabkan ginjal mengeluarkan urin
yang bersifat asam atau basa tergantung senyawa apa yang berlebih, sehingga membantu
konsentrasi ion hidrogen didalam cairan tubuh kembali nomal.
Sistem buffer ini dapat bekerja dalam sepersekian detik untuk mencegah perubahan
konsentrasi ion hidrogen secara berlebihan. Sebaliknya sistem pernafasan membutuhkan
waktu 1-3 menit untuk menyesuaikan kembali konsentrasi ionhidrogen setelah terjadinya
perubahan mendadak. Kemudian ginjal yang merupakan komponen pengatur asam-basa
yang paling kuat, memerlukan waktu beberapa jam hingga lebih dari 24 jam untuk
menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen tersebut.
Suatu asam atau basa disebut kuat jika terurai sempurna (atau mendekati sempurna) di dalam air,
Beberapa contoh asam kuat yaitu: HCl, HBr, H2SO4, HNO3, HI, HIO4, dan HbrO4. Sedangkan
beberapa contoh basa kuat yaitu: NAOH (natrium hidroksida), KOH (kalium hidroksida),
Ba(OH)2 dan juga yang berasal dari golongan alkali (golongan IA) seperti Na dan K, dan logam
Asam dan basa yang lemah tidak akan terurai atau terionisasi secara sempurna ketika dilarutkan
kedalam air. Contohnya asam lemah seperti HA. Sedangkan basa lemah contohnya adalah
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan reaksi asam basa.
Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem biologis. Enzim pepsin yang
berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat bekerja optimal dalam suasana asam,
yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika enzim berada pada kondisi pH yang jauh berbeda
dari pH optimal tersebut, maka enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu,
perlu ada suatu sistem yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk
mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini terjadi
sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat penahan yang terdiri dari
komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan kenaikan pH sedangkan komponen
basa akan menahan penurunan pH.
Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat berperan penting.
Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh turun di bawah 7,0
ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH darah dipertahankan pada 7,4
oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat (H2CO3/HCO3) dengan menjaga perbandingan
konsentrasi [H2CO3] : [HCO3] sama dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga
terdapat larutan penyangga dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4/HPO42). Larutan
penyangga H2PO4/HPO42 juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH
mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa makanan
yang dapat merusak gigi.
Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7). Larutan buffer asam
terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A). Larutan seperti ini dapat
diperoleh dengan:
1. mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang dapat
terionisasi menghasilkan ion A)
2. mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa kuat
sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah tersebut.
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi
mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO).
Pada penambahan basa (OH), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi
pembentukan CH3COO dan H+, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion H+ yang
menjadi berkurang karena OH yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Dengan
kata lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah (CH3COOH).
Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa terdiri
dari komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh
dengan:
1. mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang dapat
terionisasi menghasilkan ion BH+)
2. mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam kuat
sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah tersebut.
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi
pembentukan NH4+ dan OH, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion OH yang
menjadi berkurang karena H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH membentuk H2O. Dengan
kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa lemah (NH3).
Pada penambahan basa (OH), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi
mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi (NH4+).
pH Larutan Penyangga
Larutan penyangga asam
Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO, terdapat
kesetimbangan:
Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi persamaan larutan penyangga
yang dikenal sebagai persamaan Henderson Hasselbalch sebagaimana persamaan berikut ini:
Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V = volum larutan
penyangga,
Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V = volum larutan
penyangga,
Jawab:
a. Larutan penyangga dengan CH3COOH sebagai asam lemah dan CH3COONa sebagai garam
basa konjugasi
a = mol CH3COOH = 10 mL 0,1 mmol/mL = 1 mmol
b. 10 mL larutan basa kuat KOH 0,1 M (1 mmol KOH) akan bereaksi dengan 20 mL larutan
asam lemah CH3COOH 0,1 M (2 mmol CH3COOH) menghasilkan air dan garam basa konjugasi
CH3COOK.
c. Larutan penyangga dengan NH3 sebagai basa lemah dan NH4Cl sebagai garam asam konjugasi
Kita juga sering memakai bayclin atau sunklin untuk memutihkan pakaian kita. Produk ini
mengandung kira-kira 5 % NaOCl yang sangat reaktif sehingga dapat menghancurkan pewarna,
sehingga pakaian menjadi putih kembali. Garam ini terbentuk dari asam lemah HOCl dengan
basa kuat NaOH. Ion OCl - terhidrolisis menjadi HOCl dan OH -, sehingga garam NaOCl
bersifat basa.
Keterangan:
Kh : tetapan hidrolisis
Kw : tetapan kesetimbangan air
Kb : tetapan ionisasi basa
[BH + ] : konsentrasi kation dari garam
3. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang berasal dari asam lemah dengan basa kuat jika dilarutkan dalam air maka larutan
tersebut bersifat basa (pH > 7). Anion basa (A - ) dari garam bereaksi dalam air yang
menghasilkan ion OH - .
A - (aq) + H 2 O (l) HA (aq) + OH - (aq)
Reaksi ini mempunyai tetapan hidrolisis sebagai berikut.
Karena nilai relatif kecil (dapat diabaikan) sehingga nilai (M-) sama dengan M.
Asam lemah akan terionisasi menjadi:
HA H + + A -
Konsentrasi HA sama dengan konsentrasi OH -, sehingga diperoleh persamaan tetapan:
Selanjutnya konsentrasi OH - dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
Kh : tetapan hidrolisis
Kw : tetapan kesetimbangan air
Ka : tetapan ionisasi asam
[A-] : konsentrasi anion dari garam
4. Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah jika dilarutkan dalam air dapat bersifat
asam, basa atau netral tergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya. Larutan
garam ini akan terhidrolisis sempurna baik kation [BH + ] maupun anionnya [A - ].
Tetapan hidrolisis (Kh) dari hidrolisis di atas dapat ditulis sebagai berikut.
Selanjutnya untuk menghitung [H + ] adalah sebagai berikut.
Keterangan:
Kh : tetapan hidrolisis
Kw : tetapan kesetimbangan air
Ka : tetapan ionisasi asam
Kb : tetapan ionisasi basa
Pencampuran larutan asam dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Namun
demikian, garam dapat bersifat asam, basa maupun netral. Sifat garam bergantung pada jenis
komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat, asam
lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, atau asam lemah dengan basa lemah.
Jadi, sifat asam basa suatu garam dapat ditentukan dari kekuatan asam dan basa penyusunnya.
Sifat keasaman atau kebasaan garam ini disebabkan oleh sebagian garam yang larut bereaksi
dengan air. Proses larutnya sebagian garam bereaksi dengan air ini disebut hidrolisis (hidro yang
berarti air dan lisis yang berarti peruraian).
1. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam berasal
dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral, pH larutan ini
sama dengan 7.
Contoh
Larutan KCl berasal dari basa kuat KOH terionisasi sempurna membentuk kation dan anionnya.
KOH terionisasi menjadi H + dan Cl - . Masing-masing ion tidak bereaksi dengan air, reaksinya
dapat ditulis sebagai berikut.
KCl (aq) K + (aq) + Cl - (aq)
K + (aq) + H 2 O (l)
Cl - (aq) + H 2 O (l)
2. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial)
dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini
bersifat asam, pH <7. Contoh Amonium klorida (NH 4 Cl) merupakan garam yang terbentuk dari
asam kuat, HCl dalam basa lemah NH 3 . HCl akan terionisasi sempurna menjadi H + dan Cl -
sedangkan NH 3 dalam larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH 4 + dan OH - .
Anion Cl - berasal dari asam kuat tidak dapat terhidrolisis, sedangkan kation NH 4 + berasal dari
basa lemah dapat terhidrolisis. NH 4 Cl (aq) NH 4 + (aq) + Cl - (aq) Cl - (aq) + H 2 O (l)
NH 4 + (aq) + H 2 O (l) NH 3 (aq) + H 3 O + (aq) Reaksi hidrolisis dari amonium (NH 4 + )
merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini menghasilkan ion oksonium (H 3 O + ) yang
bersifat asam (pH<7). Secara umum reaksi ditulis: BH + + H 2 O B + H 3 O + 3. Garam dari
Asam Lemah dengan Basa Kuat Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat
mengalami hidrolisis parsial dalam air. Garam ini mengandung anion basa yang mengalami
hidrolisis. Larutan garam ini bersifat basa (pH > 7).
Contoh
Natrium asetat (CH 3 COONa) terbentuk dari asam lemah CH 3 COOH dan basa kuat NaOH.
CH 3 COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH 3 COO - dan Na + . Anion CH 3 COO -
berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal dari basa kuat
yang tidak dapat terhidrolisis.
CH 3 COONa (aq) CH 3 COO - (aq) + Na + (aq)
Na + (aq) + H 2 O (l)
CH 3 COO - (aq) + H 2 O (l) CH 3 COOH (aq) + OH - (aq)
Reaksi hidrolisis asetat (CH 3 COO ) merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini
menghasilkan ion OH yang bersifat basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis:
A - + H 2 O HA + OH -
4. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total (sempurna)
dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan garam ini dapat
bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan kekuatan kation
terhadap anion dalam reaksi dengan air.
Contoh
Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH 3 akan terbentuk garam NH 4 CN.
HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H + dan CN - sedangkan NH 3 dalam air
terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH-. Anion basa CN - dan kation asam NH 4 + dapat
terhidrolisis di dalam air.
NH 4 CN (aq) NH 4 + (aq) + CN - (aq)
NH 4 + (aq) + H 2 O NH 3(aq) + H 3 O (aq) +
CN - (aq) + H 2 O (e) HCN (aq) + OH - (aq)
Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb)
Jika Ka < Kb (asam lebih lemah dari pada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih banyak
dan larutan bersifat basa. jika Ka > Kb (asam lebih kuat dari pada basa) maka kation akan
terhidrolisis lebih banyak dalam larutan bersifat asam.
Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral.
Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut
dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan
dalam satuan mol.L1. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M).
Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut, terdapat kesetimbangan antara
zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut.
Jawaban :
Oleh karena s dan Ksp sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antara s dan Ksp ada
hubungan yang sangat erat. Jadi, nilai Ksp ada keterkaitannya dengan nilai s.
Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (K sp) untuk
larutan elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut.
Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO3 adalah 2 106 mol/L, tentukan harga tetapan hasil kali
kelarutannya!
Penyelesaian :
Konsentrasi ion Ag+ = konsentrasi ion IO3 = s = kelarutan AgIO3 = 2 106 mol/L
Ksp = [Ag+][IO3]
Ksp = (s)(s)
Ksp = (2 106)(2 106) = 4 1012
Harga Ksp Ag2S adalah 1049, berapa kelarutan senyawa ini dalam air?
Pembahasan :
s= = 2,92 1017
Dalam larutan jenuh Ag2CrO4 terdapat kesetimbangan antara Ag2CrO4 padat dengan ion Ag+ dan
ion CrO42.
Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan AgNO3 atau
larutan K2CrO4? Penambahan larutan AgNO3 atau K2CrO4 akan memperbesar konsentrasi
ionAg+ atau ion CrO42 dalam larutan.
Akibatnya jumlah Ag2CrO4 yang larut menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion
senama memperkecil kelarutan (Keenan, 1992).
Jawaban :
Harga pH sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya,
harga Ksp suatu basa dapat digunakan untuk menentukan pH larutan (James E. Brady, 1990).
Jika larutan MgCl2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada pH berapakah endapan Mg(OH)2 mulai
terbentuk? (Ksp Mg(OH)2 = 3 1011)
Pembahasan :
Harga Ksp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan yang
bercampur dengan cara pengendapan. Proses pemisahan ini dengan menambahkan suatu larutan
elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan
dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka secara
otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga
masing-masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk endapannya.
Jika larutan itu belum jenuh (MA yang terlarut masih sedikit), sudah tentu harga [M+] [A] lebih
kecil daripada harga Ksp. Sebaliknya jika [M+] [A] lebih besar daripada Ksp, hal ini berarti
larutan itu lewat jenuh, sehingga MA akan mengendap.
Jika [M+] [A] < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan).
Jika [M+] [A] = Ksp, maka larutan tepat jenuh (tidak terjadi endapan).
Jika [M+] [A] > Ksp, maka larutan lewat jenuh (terjadi endapan).
Jika dalam suatu larutan terkandung Pb(NO3)2 0,05 M dan HCl 0,05 M, dapatkah terjadi
endapan PbCl2? (Ksp PbCl2 = 6,25 104)
Jawaban :
[Pb2+] = 0,05 M
[Cl] = 0,05 M
[Pb2+] [Cl]2 = 0,05 (0,05)2 = 1,25 104
Oleh karena [Pb2+][Cl]2 > Ksp PbCl2, maka PbCl2 dalam larutan itu akan mengendap.
Koloid
A.Dispersi Koloid
Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara merata dari
suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi.Tepung kanji bila dimasuk- kan
ke dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi, dengan air sebagai medium pen-
dispersi dan tepung kanji sebagai zat terdispersi.
Berdasarkan ukuran partikel hasil pendispersian dapat digolongkan menjadi tiga macam sistem
dispersi, yaitu: larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi.
Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersi yang menyusun sistem koloid, dapat
dibedakan menjadi 8 sistem koloid
Campuran gas dengan gas tidak membentuk system koloid, sebab semua gas akan bercampur
homogen dalam segala perbandingan.
B.Sifat-Sifat Koloid
1.Efek Tyndall
2.Gerak Brown
Adalah gerakan acak/gerak lurus ke segala arah yang ditunjukkan oleh partikel koloid
3.Adsorpsi
Adalah penyerapan suatu molekul atau ion pada permukaan suatu zat. Suatu sistem koloid
mempunyai kemampuan mengadsorbsi, sebab partikel koloid memiliki permukaan yang sangat
luas.
d.Deodoran dan antiperspirant (zat anti keringat) yang menghilangkan bau badan.
e.Daya adsorpsi dari koloid dalam tanah mampu menahan bahan makanan yang diperlukan
tumbuhan, sehingga tidak terbawa oleh air hujan.
4.Koagulasi/Aglutinasi
Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan atau pengendapan koloid. Koagulasi ada dua cara
yaitu:
a.Cara mekanik, misalnya pemanasan, pendinginan, dan pengadukan.
Contoh: partikel karet dalam lateks dapat dikoagulasi dengan penambahan asam asetat.
5.Elektroforesis
c.Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan oleh cerobong asap pabrik.
Cerobong asap pabrik bagian dalam dilengkapi dengan pengendap elektrostatika berupa
lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan menarik dan menggumpalkan debu
6.Opalesensi
Adalah peristiwa dimana warna koloid pada sinar dating tidak sama dengan sinar pergi.
D.Kestabilan Koloid
Kestabilan koloid dapat disebabkan oleh: adanya muatan listrik pada permukaan partikel
koloid dan adanya fase terdispersi yang afinitasnya lebih tinggi daripada medium pendispersi.
Koloid yang dapat memberikan efek kestabilan terhadap koloid lain disebut koloid pelindung
atau koloid protektif. Koloid pelindung banyak digunakan pada pembuatan es krim, tinta, cat,
dan sebagainya.
Proses untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid disebut dialisis. Peristiwa
dialisis dapat dipercepat dengan elektrodialisis, yaitu dengan memberikan elektroda-elektroda.
E.Pembuatan Koloid
1.Cara kondensasi
Adalah cara pembuatan system koloid dengan mengubah partikel-partikel larutan sejati menjadi
partikel-partikel koloid.
a.Cara kimia
1). Hidrolisis
Cara ini dipakai untuk logam-logam seperti Al, Fe, dan Cr karena basa logam tersebut ber-
bentuk koloid.
Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3
2).Reaksi reduksi-oksidasi
Sol logam seperti sol emas dapat diperoleh dengan mereduksi larutan garamnya, mengguna-
Sol belerang dan iodin dapat dibuat dengan mengoksidasi ion sulfida dan iodida.
5 HI + HIO 3 I2 + 3 H2O
3).Reaksi pengendapan
Dua buah larutan encer yang masing-masing mengandung elektrolit dicampurkan sehingga
b.Cara fisis
Cara fisis dilakukan dengan pendinginan, penggantian pelarut, dan pengembunan uap.
2.Cara dispersi
Yaitu menghaluskan partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel yang berukuran koloid.
a.Cara mekanik
b.Cara peptisasi
Dengan menambahkan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis.
Cara ini khusus untuk membuat sol logam. Dua kawat logam yang berfungsi sebagai elektroda
dicelupkan ke dalam air, kemudian kedua ujung kawat diberi loncatan listrik