Anda di halaman 1dari 27

ASAM BASA

A. PENGERTIAN ASAM DAN BASA

Kata asam berasal dari bahasa Latin acidus yang berarti masam. Asam adalah zat (senyawa)

yang menyebabkan rasa masam pada berbagai materi. Basa adalah zat(senyawa) yang dapat

beraksi dengan asam, menghasilkan senyawa yang disebut garam. Sedangkan basa adalah zat-zat

yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan. Sifat basa pada

umumnya ditunjukkan dari rasa pahit dan licin.

Asam dan basa sangat erat kaitannya dalam kehidupan kita, didalam tubuh manusia juga terdapat

keseimbangan asam basa untuk beradaptasi dan tetap menjaga fungsinya dengan baik.

Contohnya saja seperti asam lambung yang dapat membunuh mikroorganisme yang terdapat

pada makanan yang kita konsumsi. Begitu juga dengan gaya hidup kita sehari-hari sangat sering

dihadapkan dengan asam basa tersebut, seperti asam cuka, minuman bersoda, jeruk, aki bersifat

asam. Sedangkan sabun dan bahan pembuatan pupuk yang bersifat basa. Beberapa hewan

tertentu juga mempertahankan diri dengan menghasilkan basa, seperti sengatan tawon.

B. TEORI ASAM DAN BASA


Teori Asam-Basa dikemukakan oleh beberapa ilmuwan, salah satunya adalah Teori Arrhenius

yang mengatakan Asam adalah suatu sifat yang mana berupa senyawa yang dapat melepas ion

hidrogen (H+) jika dilarutkan dalam air, Sedangkan basa merupakan suatu sifat yang mana

berupa senyawa yang dapat melepas ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan dalam air. Reaksi asam

basa (reaksi penetralan) adalah reaksi pembentukan H2O dari ion-ion H+ dan OH-.

Teori lainnya dikemukakan yaitu Teori Bronsted-Lowry yang mengatakan asam berupa

senyawa yang dapat memberi proton (H+) kepada senyawa lain, sedangkan basa dapat menerima

proton (H+) dari senyawa lain. Reaksi asam basa adalah reaksi perpindahan proton dari satu

senyawa ke senyawa yang lain.

Teori terakhir yaitu Teori Lewis yang mengatakan Asam adalah senyawa yang dapat
Menerima pasangan elektron bebas dari senyawa lain, sedangkan Basa adalah senyawa yang

dapat memberi pasangan elektron bebas kepada spesi (senyawa) yang lain. Reaksi asam basa

adalah adalah reaksi pembentukan ikatan antara asam dan basa.

C. SIFAT ASAM DAN BASA

1. Sifat-sifat asam yaitu :

Rasanya masam/asam

Bersifat korosif atau merusak

Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau ion ion hidrogen dan ion sisa
asam yang bermuatan negatif. Peristiwa terurainya asam menjadi ion-ion dapat di
tuliskan sebagai berikut:

HA (aq) H+ (aq) + A- (aq)

Bila diuji dengan indikator kertas lakmus biru dapat mengubah lakmus tersebut menjadi
merah. Sedangkan jika diuji dengan indikator kertas lakmus yang berwarna merah, kertas
lakmus tersebut tidak akan berubah warna. Indikator adalah suatu alat untuk
menunjukkan suatu zat apakah bersifat asam maupun basa.

2. Sifat-sifat basa yaitu:

Rasanya pahit

Bersifat kaustik atau dapat merusak kulit

Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil dan ion logam
atau gugus lain yang bermuatan negatif. Apabila ion OH- hampir seluruhnya dilepaskan
atau ionisasinya sempurna, maka termasuk basa kuat atau dikatakan memiliki derajat
keasaman yang rendah dan begitu juga sebaliknya. Secara umum peristiwa peruraian basa
menjadi ion-ion dapat dituliskan sebagai berikut:

BOH (aq) B+ (aq) + OH- (aq)

Bila diuji dengan indikator yang berupa lakmus merah, maka akan mengubah warna
lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan kertas lakmus biru, tidak akan
mengubah warna kertas lakmus tersebut.

D. PERBEDAAN ASAM DAN BASA


Rangkuman perbedaan asam dan basa dapat dituliskan sebagai berikut :

SIFAT SIFAT ASAM DAN BASA


SIFAT SIFAT ASAM DAN BASA 2

E. KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA


Keseimbangan asam dan basa terdapat pada beberapa makhluk hidup, contohnya saja manusia.

Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hidrogen didalam tubuh. Kadar normal

ion hidrogen (H) didalam darah yaitu 4x10-8 atau dengan pH = 7,4. Keseimbangan ini penting

untk mengendalikan afinitas Hb terhadap O2 (kemampuan mengikat), yang mana ketika terjadi

gangguan keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh, maka akan mengganggu beberapa

sistem seperti pernafasan dan pencernaan

Keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen atau pH terlalu tinggi, disebut dengan asidosis,

sendangkan keadaan yang mana konsentrasi ion hidrogen atau pH terlalu rendah disebut dengan

alkalosis. Agar tidak terjadi dua kelainan tersebut maka diperlukan pengatur khusus, yaitu:

Sistem penyangga (buffer) asam-basa yang segera bergabung dengan asam atau basa
yang kemudian akan mencegah terjadinya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen
yang berlebihan.

Apabila konsentrasi ion hidrogen berubah, maka pusat pernafasan di otak akan teransang
atau terstimulasi untuk mengubah kecepatan pernafasan pada paru-paru, yang akan
mengakibatkan perubahan kecepatan pengeluaran karbondioksida dari tubuh sehingga
akan membuat konsentrasi ion hidrogen kembali normal.
Perubahan konsentrasi ion hidrogen juga akan menyebabkan ginjal mengeluarkan urin
yang bersifat asam atau basa tergantung senyawa apa yang berlebih, sehingga membantu
konsentrasi ion hidrogen didalam cairan tubuh kembali nomal.

Sistem buffer ini dapat bekerja dalam sepersekian detik untuk mencegah perubahan
konsentrasi ion hidrogen secara berlebihan. Sebaliknya sistem pernafasan membutuhkan
waktu 1-3 menit untuk menyesuaikan kembali konsentrasi ionhidrogen setelah terjadinya
perubahan mendadak. Kemudian ginjal yang merupakan komponen pengatur asam-basa
yang paling kuat, memerlukan waktu beberapa jam hingga lebih dari 24 jam untuk
menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen tersebut.

F. KEKUATAN ASAM DAN BASA

Suatu asam atau basa disebut kuat jika terurai sempurna (atau mendekati sempurna) di dalam air,

kekuatan ini disebut juga dengan kekuatan ionisasi.

Beberapa contoh asam kuat yaitu: HCl, HBr, H2SO4, HNO3, HI, HIO4, dan HbrO4. Sedangkan

beberapa contoh basa kuat yaitu: NAOH (natrium hidroksida), KOH (kalium hidroksida),

Ba(OH)2 dan juga yang berasal dari golongan alkali (golongan IA) seperti Na dan K, dan logam

alkali tanah (golongan IIA) seperti Mg, dan Ca.

Asam dan basa yang lemah tidak akan terurai atau terionisasi secara sempurna ketika dilarutkan

kedalam air. Contohnya asam lemah seperti HA. Sedangkan basa lemah contohnya adalah

NH4OH (ammonium hidroksida)


Larutan Penyangga
Pengertian Larutan Penyangga
Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH larutan
agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam atau basa maupun
pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau dapar.

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan reaksi asam basa.
Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem biologis. Enzim pepsin yang
berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat bekerja optimal dalam suasana asam,
yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika enzim berada pada kondisi pH yang jauh berbeda
dari pH optimal tersebut, maka enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu,
perlu ada suatu sistem yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk
mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini terjadi
sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat penahan yang terdiri dari
komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan kenaikan pH sedangkan komponen
basa akan menahan penurunan pH.

Fungsi Larutan Penyangga


Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan mikrobiologi. Selain
itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses seperti fotografi, electroplating
(penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit, sintesis zat warna, sintesis obat-obatan,
maupun penanganan limbah.

Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat berperan penting.
Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh turun di bawah 7,0
ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH darah dipertahankan pada 7,4
oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat (H2CO3/HCO3) dengan menjaga perbandingan
konsentrasi [H2CO3] : [HCO3] sama dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga
terdapat larutan penyangga dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4/HPO42). Larutan
penyangga H2PO4/HPO42 juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH
mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa makanan
yang dapat merusak gigi.

Komponen Larutan Penyangga


Larutan penyangga asam

Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7). Larutan buffer asam
terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A). Larutan seperti ini dapat
diperoleh dengan:
1. mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang dapat
terionisasi menghasilkan ion A)

2. mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa kuat
sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah tersebut.

Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO

Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:

CH3COOH(aq) CH3COO(aq) + H+(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi
mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO).

Pada penambahan basa (OH), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi
pembentukan CH3COO dan H+, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion H+ yang
menjadi berkurang karena OH yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Dengan
kata lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah (CH3COOH).

Larutan penyangga basa

Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa terdiri
dari komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh
dengan:

1. mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang dapat
terionisasi menghasilkan ion BH+)

2. mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam kuat
sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah tersebut.

Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+

Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan:

NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi
pembentukan NH4+ dan OH, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion OH yang
menjadi berkurang karena H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH membentuk H2O. Dengan
kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa lemah (NH3).
Pada penambahan basa (OH), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi
mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi (NH4+).

pH Larutan Penyangga
Larutan penyangga asam

Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO, terdapat
kesetimbangan:

CH3COOH(aq) CH3COO(aq) + H+(aq)

Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi persamaan larutan penyangga
yang dikenal sebagai persamaan Henderson Hasselbalch sebagaimana persamaan berikut ini:

Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V = volum larutan
penyangga,

Larutan penyangga basa


Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+, terdapat kesetimbangan:

NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH(aq)

Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V = volum larutan
penyangga,

Contoh Soal Larutan Penyangga


Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan:

a. 10 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL larutan CH3COONa 1 M

b. 20 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL larutan KOH 0,1 M

c. 40 mL larutan NH3 0,1 M dengan 4 mL larutan NH4Cl 0,1 M

Ka CH3COOH = 1 105; Kb NH3 = 1 105

Jawab:

a. Larutan penyangga dengan CH3COOH sebagai asam lemah dan CH3COONa sebagai garam
basa konjugasi
a = mol CH3COOH = 10 mL 0,1 mmol/mL = 1 mmol

g = mol CH3COO = mol CH3COONa = 10 mL 1 mmol/mL = 10 mmol

b. 10 mL larutan basa kuat KOH 0,1 M (1 mmol KOH) akan bereaksi dengan 20 mL larutan
asam lemah CH3COOH 0,1 M (2 mmol CH3COOH) menghasilkan air dan garam basa konjugasi
CH3COOK.

CH3COOH(aq) + OH(aq) CH3COO(aq) + H2O(l)

c. Larutan penyangga dengan NH3 sebagai basa lemah dan NH4Cl sebagai garam asam konjugasi

b = mol NH3 = 40 mL 0,1 mmol/mL = 4 mmol

g = mol NH4+ = mol NH4Cl = 4 mL 0,1 mmol/mL = 0,4 mmol


Hidrolisis Garam
Hidrolisis Garam dalam Kehidupan Sehari-Hari
Agar tanaman tumbuh dengan baik, maka pH tanaman harus dijagam pH tanah di daerah
pertanian harus disesuaikan dengan pH tanamannya. Oleh karena itu diperlukan pupuk yang
dapat menjaga pH tanah agar tidak terlalu asam atau basa. Biasanya para petani menggunakan
pelet padat (NH 4 ) 2 SO 4 untuk menurunkan pH tanah. Garam (NH 4 ) 2 SO 4 bersifat asam,
ion NH 4 + akan terhidrolisis dalam tanah membentuk NH 3 dan H + yang bersifat asam.

Kita juga sering memakai bayclin atau sunklin untuk memutihkan pakaian kita. Produk ini
mengandung kira-kira 5 % NaOCl yang sangat reaktif sehingga dapat menghancurkan pewarna,
sehingga pakaian menjadi putih kembali. Garam ini terbentuk dari asam lemah HOCl dengan
basa kuat NaOH. Ion OCl - terhidrolisis menjadi HOCl dan OH -, sehingga garam NaOCl
bersifat basa.

Menentukan pH Larutan Garam


Garam yang mengalami hidrolisis membentuk suatu reaksi kesetimbangan. Pada reaksi
kesetimbangan anion basa atau kation asam, akan dibebaskan OH - atau H + . Ion OH - dan ion
H + inilah yang dapat menentukan apakah larutan tersebut bersifat asam, basa atau netral. Karena
hidrolisis garam merupakan reaksi refersibel (bolak-balik), maka reaksi ini mempunyai tetapan
kesetimbangan yang disebut tetapan hidrolisis (Kh). Besarnya Kh bergantung pada harga tetapan
ionisasi asam (Ka) atau tetapan ionisasi basa (Kb). Tetapan hidrolisis dapat digunakan untuk
menentukan pH larutan garam.
1. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat jika dilarutkan dalam air menunjukkan reaksi
netral, karena anion maupun kationnya masing-masing tidak ada yang bergabung dengan ion
hidrogen atau hidroksida. Untuk menentukan produk yang sangat sedikit berdisosiasi. Karena itu
kesetimbangan air tidak terganggu.
H 2 O (l) H + (aq) + OH - (aq)
Karena konsetrasi H + dan OH - dalam larutan sama, maka larutan bersifat netral (pH=7)
2. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Jika garam yang berasal dari asam kuat dengan basa lemah dilarutkan ke dalam air, maka larutan
tersebut bersifat asam (pH < 7). Kation asam (BH + ) dari garam bereaksi dengan air yang
menghasilkan ion H 3 O + . BH + (aq) + H 2 O (l) B (aq) + H 3 O + (aq) . Reaksi ini
mempunyai tetapan hidrolisis (Kh) sebagai berikut.

Konsentrasi BH + semula, sama dengan konsentrasi garamnya. Jika konsentrasi BH + mula-mula


sebesar M dan hidrolisis sebesar , maka konsentrasi semua komponen dalam persamaan
tersebut adalah:
Karena nilai sangat kecil, maka besarnya pada M- diabaikan, sehingga untuk M- = M.
Besarnya konsentrasi B dan H 3 O + adalah sama. Karena H 3 O + dapat diganti H +, persamaan
tetapan hidrolisis dapat ditulis.

Suatu basa dapat mengalami kesetimbangan sebagai berikut.


B (aq) + H 2 O (l) BH + (aq) + OH - (l)

Selanjutnya konsentrasi ion H + dapat ditulis:

Keterangan:
Kh : tetapan hidrolisis
Kw : tetapan kesetimbangan air
Kb : tetapan ionisasi basa
[BH + ] : konsentrasi kation dari garam
3. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang berasal dari asam lemah dengan basa kuat jika dilarutkan dalam air maka larutan
tersebut bersifat basa (pH > 7). Anion basa (A - ) dari garam bereaksi dalam air yang
menghasilkan ion OH - .
A - (aq) + H 2 O (l) HA (aq) + OH - (aq)
Reaksi ini mempunyai tetapan hidrolisis sebagai berikut.

Konsentrasi A - semula sama dengan konsentrasi garamnya. Jika konsentrasi A - mula-mula


sebesar M dan terhidrolisis sebesar , maka untuk konsentrasi semua komponen dalam
persamaan tersebut adalah:

Karena nilai relatif kecil (dapat diabaikan) sehingga nilai (M-) sama dengan M.
Asam lemah akan terionisasi menjadi:
HA H + + A -
Konsentrasi HA sama dengan konsentrasi OH -, sehingga diperoleh persamaan tetapan:
Selanjutnya konsentrasi OH - dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
Kh : tetapan hidrolisis
Kw : tetapan kesetimbangan air
Ka : tetapan ionisasi asam
[A-] : konsentrasi anion dari garam
4. Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah jika dilarutkan dalam air dapat bersifat
asam, basa atau netral tergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya. Larutan
garam ini akan terhidrolisis sempurna baik kation [BH + ] maupun anionnya [A - ].

Tetapan hidrolisis (Kh) dari hidrolisis di atas dapat ditulis sebagai berikut.
Selanjutnya untuk menghitung [H + ] adalah sebagai berikut.

Keterangan:
Kh : tetapan hidrolisis
Kw : tetapan kesetimbangan air
Ka : tetapan ionisasi asam
Kb : tetapan ionisasi basa

Konsep Hidrolisis Garam

Pencampuran larutan asam dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Namun
demikian, garam dapat bersifat asam, basa maupun netral. Sifat garam bergantung pada jenis
komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat, asam
lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, atau asam lemah dengan basa lemah.
Jadi, sifat asam basa suatu garam dapat ditentukan dari kekuatan asam dan basa penyusunnya.
Sifat keasaman atau kebasaan garam ini disebabkan oleh sebagian garam yang larut bereaksi
dengan air. Proses larutnya sebagian garam bereaksi dengan air ini disebut hidrolisis (hidro yang
berarti air dan lisis yang berarti peruraian).
1. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam berasal
dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral, pH larutan ini
sama dengan 7.
Contoh
Larutan KCl berasal dari basa kuat KOH terionisasi sempurna membentuk kation dan anionnya.
KOH terionisasi menjadi H + dan Cl - . Masing-masing ion tidak bereaksi dengan air, reaksinya
dapat ditulis sebagai berikut.
KCl (aq) K + (aq) + Cl - (aq)
K + (aq) + H 2 O (l)
Cl - (aq) + H 2 O (l)
2. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial)
dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini
bersifat asam, pH <7. Contoh Amonium klorida (NH 4 Cl) merupakan garam yang terbentuk dari
asam kuat, HCl dalam basa lemah NH 3 . HCl akan terionisasi sempurna menjadi H + dan Cl -
sedangkan NH 3 dalam larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH 4 + dan OH - .
Anion Cl - berasal dari asam kuat tidak dapat terhidrolisis, sedangkan kation NH 4 + berasal dari
basa lemah dapat terhidrolisis. NH 4 Cl (aq) NH 4 + (aq) + Cl - (aq) Cl - (aq) + H 2 O (l)
NH 4 + (aq) + H 2 O (l) NH 3 (aq) + H 3 O + (aq) Reaksi hidrolisis dari amonium (NH 4 + )
merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini menghasilkan ion oksonium (H 3 O + ) yang
bersifat asam (pH<7). Secara umum reaksi ditulis: BH + + H 2 O B + H 3 O + 3. Garam dari
Asam Lemah dengan Basa Kuat Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat
mengalami hidrolisis parsial dalam air. Garam ini mengandung anion basa yang mengalami
hidrolisis. Larutan garam ini bersifat basa (pH > 7).
Contoh
Natrium asetat (CH 3 COONa) terbentuk dari asam lemah CH 3 COOH dan basa kuat NaOH.
CH 3 COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH 3 COO - dan Na + . Anion CH 3 COO -
berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal dari basa kuat
yang tidak dapat terhidrolisis.
CH 3 COONa (aq) CH 3 COO - (aq) + Na + (aq)
Na + (aq) + H 2 O (l)
CH 3 COO - (aq) + H 2 O (l) CH 3 COOH (aq) + OH - (aq)
Reaksi hidrolisis asetat (CH 3 COO ) merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini
menghasilkan ion OH yang bersifat basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis:
A - + H 2 O HA + OH -
4. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total (sempurna)
dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan garam ini dapat
bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan kekuatan kation
terhadap anion dalam reaksi dengan air.
Contoh
Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH 3 akan terbentuk garam NH 4 CN.
HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H + dan CN - sedangkan NH 3 dalam air
terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH-. Anion basa CN - dan kation asam NH 4 + dapat
terhidrolisis di dalam air.
NH 4 CN (aq) NH 4 + (aq) + CN - (aq)
NH 4 + (aq) + H 2 O NH 3(aq) + H 3 O (aq) +
CN - (aq) + H 2 O (e) HCN (aq) + OH - (aq)
Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb)
Jika Ka < Kb (asam lebih lemah dari pada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih banyak
dan larutan bersifat basa. jika Ka > Kb (asam lebih kuat dari pada basa) maka kation akan
terhidrolisis lebih banyak dalam larutan bersifat asam.
Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral.

KELARUTAN DAN HASIL KELARUTAN


Pengertian Kelarutan, Tetapan Hasil Kali Kelarutan, Ksp, Rumus, Contoh Soal, Pembahasan,
Kimia - Jika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda aduk, apa
yang terjadi? Ya, gulanya larut dalam air. Tetapi jika Anda tambahkan lagi gula lalu diaduk,
kemudian tambah gula lagi dan diaduk, begitu seterusnya, maka apa yang terjadi? Ya, larutan
akan mencapai jenuh dan tidak dapat melarutkan gula lagi.

1. Pengertian Kelarutan (Solubility)

Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut
dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan
dalam satuan mol.L1. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M).

2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut, terdapat kesetimbangan antara
zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut.

MxAy(s) x My+(aq) + y Ax(aq)


Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas hanya
melibatkan ion-ionnya saja, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali kelarutan
(Ksp) (James E. Brady, 1990).

Ksp = [My+]x [Ax]y

Contoh Soal Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) (1) :

Tuliskan rumus tetapan hasil kali kelarutan untuk senyawa Mg(OH)2!

Jawaban :

Mg(OH)2 dalam larutan akan terurai menjadi ion-ionnya,

Mg(OH)2(s) Mg2+(aq) + 2OH(aq)

maka dari rumus umum Ksp diperoleh Ksp = [Mg2+][OH]2

3. Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Oleh karena s dan Ksp sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antara s dan Ksp ada
hubungan yang sangat erat. Jadi, nilai Ksp ada keterkaitannya dengan nilai s.

Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (K sp) untuk
larutan elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut.

AxBy(s) x Ay+(aq) + y Bx(aq)


s xs ys

Ksp = [Ay+]x [Bx]y


Ksp = (xs)x (ys)y
Ksp = xx yy s(x+y)

Contoh Soal (2) :

Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO3 adalah 2 106 mol/L, tentukan harga tetapan hasil kali
kelarutannya!

Penyelesaian :

AgIO3 Ag+ + IO3


s s s

Konsentrasi ion Ag+ = konsentrasi ion IO3 = s = kelarutan AgIO3 = 2 106 mol/L

Ksp = [Ag+][IO3]
Ksp = (s)(s)
Ksp = (2 106)(2 106) = 4 1012

Contoh Soal (3) :

Harga Ksp Ag2S adalah 1049, berapa kelarutan senyawa ini dalam air?

Pembahasan :

Ag2S 2Ag+ + S2-


s
2s

Ksp = [Ag+]2 [S2]


Ksp = (2s)2 (s)
Ksp = 4s3
1049 = 4s3

s= = 2,92 1017

Maka kelarutan Ag2S sebesar 2,92 1017 M.

4. Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan

Dalam larutan jenuh Ag2CrO4 terdapat kesetimbangan antara Ag2CrO4 padat dengan ion Ag+ dan
ion CrO42.

Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42(aq)

Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan AgNO3 atau
larutan K2CrO4? Penambahan larutan AgNO3 atau K2CrO4 akan memperbesar konsentrasi
ionAg+ atau ion CrO42 dalam larutan.

AgNO3(aq) Ag+(aq) + NO3(aq)


K2CrO4(aq) 2K+(aq) + CrO42(aq)

Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi


ion Ag+ atau ion CrO42 akan menggeser kesetimbangan ke kiri.

Akibatnya jumlah Ag2CrO4 yang larut menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion
senama memperkecil kelarutan (Keenan, 1992).

Contoh Soal (4) :


Kelarutan Ag2CrO4 dalam air adalah 104 M. Hitunglah kelarutan Ag2CrO4 dalam
larutan K2CrO4 0,01 M!

Jawaban :

Ksp Ag2CrO4 = 4 s3 = 4(104)3 = 4 1012


Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42]
4 1012 = [Ag+]2 102
[Ag+] = 2 105 M

Ag2CrO4 2Ag+ + CrO42

Kelarutan Ag2CrO4 = x 2 105 = 105 M

Jadi, kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan K2CrO4 adalah 105 M.

5. Hubungan Ksp dengan pH

Harga pH sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya,
harga Ksp suatu basa dapat digunakan untuk menentukan pH larutan (James E. Brady, 1990).

Contoh Soal (5) :

Jika larutan MgCl2 0,3 M ditetesi larutan NaOH, pada pH berapakah endapan Mg(OH)2 mulai
terbentuk? (Ksp Mg(OH)2 = 3 1011)

Pembahasan :

Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH]2


3 1011 = 3 1011 [OH]2
[OH]2 = 1010
[OH] = 105 M
pOH = 5
pH = 14 pOH
pH = 14 5 = 9

6. Penggunaan Konsep Ksp dalam Pemisahan Zat

Harga Ksp suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan yang
bercampur dengan cara pengendapan. Proses pemisahan ini dengan menambahkan suatu larutan
elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan
dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka secara
otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga
masing-masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk endapannya.

Misalnya pada larutan jenuh MA berlaku persamaan :


Ksp = [M+] [A]

Jika larutan itu belum jenuh (MA yang terlarut masih sedikit), sudah tentu harga [M+] [A] lebih
kecil daripada harga Ksp. Sebaliknya jika [M+] [A] lebih besar daripada Ksp, hal ini berarti
larutan itu lewat jenuh, sehingga MA akan mengendap.

Jika [M+] [A] < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan).
Jika [M+] [A] = Ksp, maka larutan tepat jenuh (tidak terjadi endapan).
Jika [M+] [A] > Ksp, maka larutan lewat jenuh (terjadi endapan).

Contoh Soal (6) :

Jika dalam suatu larutan terkandung Pb(NO3)2 0,05 M dan HCl 0,05 M, dapatkah terjadi
endapan PbCl2? (Ksp PbCl2 = 6,25 104)

Jawaban :

[Pb2+] = 0,05 M
[Cl] = 0,05 M
[Pb2+] [Cl]2 = 0,05 (0,05)2 = 1,25 104
Oleh karena [Pb2+][Cl]2 > Ksp PbCl2, maka PbCl2 dalam larutan itu akan mengendap.
Koloid
A.Dispersi Koloid

Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara merata dari
suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi.Tepung kanji bila dimasuk- kan
ke dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi, dengan air sebagai medium pen-
dispersi dan tepung kanji sebagai zat terdispersi.

Berdasarkan ukuran partikel hasil pendispersian dapat digolongkan menjadi tiga macam sistem
dispersi, yaitu: larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi.

Perbedaan larutan sejati, koloid, dan suspensi

No Larutan sejati Koloid Suspensi

1 Diameter < 10-7cm Diameter 10-7 cm 10-5 cm Diameter > 10-5 cm


2 Satu fase Dua fase Dua fase
3 Jernih Agak keruh keruh
4 Homogen Antara homogen dan Heterogen
heterogen
5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring
6 Tidak mengendap Sukar mengendap Mudah mengendap
7 Stabil Relatif stabil Tidak stabil
8 Amikron, dapat dilihat Submikron, dapat dilihat Mikron, dapat dilihat
dengan mikroskop dengan mikroskop ultra, tetapi dengan mikroskop biasa
electron, tetapi tidak dapat tidak dapat dilihat dengan
dilihat dengan mikroskop mikroskop biasa
ultra

Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersi yang menyusun sistem koloid, dapat
dibedakan menjadi 8 sistem koloid

No Fase Medium Nama koloid Contoh


terdispersi pendispersi

1 Gas Cair busa Buih sabun, ombak, limun, krem


kocok (whipped cream)
2 Gas Padat Busa padat Batu apung, lava, karet busa, biscuit
3 Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan, hairspray, obat semprot
4 Cair Cair emulsi Susu, santan, minyak ikan
5 Cair Padat gel Keju, mentega, nasi, selai, lateks,
agar-agar, mutiara, semir padat, lem
padat
6 Padat Gas Aerosol padat Asap, debu, buangan knalpot
7 Padat Cair sol Kanji, cat, tinta, putih telur, lumpur,
semir cair, lem cair
8 Padat Padat Sol padat Tanah, kaca, permata, perunggu,
kuningan

Campuran gas dengan gas tidak membentuk system koloid, sebab semua gas akan bercampur
homogen dalam segala perbandingan.

B.Sifat-Sifat Koloid

1.Efek Tyndall

Adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid.

2.Gerak Brown

Adalah gerakan acak/gerak lurus ke segala arah yang ditunjukkan oleh partikel koloid

3.Adsorpsi

Adalah penyerapan suatu molekul atau ion pada permukaan suatu zat. Suatu sistem koloid
mempunyai kemampuan mengadsorbsi, sebab partikel koloid memiliki permukaan yang sangat
luas.

Peristiwa adsorbsi digunakan dalam:

a.Penyembuhan sakit perut dengan menggunakan serbuk karbon (norit).

b.Proses pemurnian gula pasir.

c.Pencelupan serat wol, kapas atau sutera.

d.Deodoran dan antiperspirant (zat anti keringat) yang menghilangkan bau badan.

e.Daya adsorpsi dari koloid dalam tanah mampu menahan bahan makanan yang diperlukan
tumbuhan, sehingga tidak terbawa oleh air hujan.

4.Koagulasi/Aglutinasi

Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan atau pengendapan koloid. Koagulasi ada dua cara
yaitu:
a.Cara mekanik, misalnya pemanasan, pendinginan, dan pengadukan.

b.Cara kimia, misalnya dengan penambahan larutan elektrolit.

Contoh: partikel karet dalam lateks dapat dikoagulasi dengan penambahan asam asetat.

Peristiwa koagulasi dalam kehidupan sehari-hari:

a.Terbentuknya delta di muara sungai

b.Proses penutupan luka

c.Proses penjernihan air

d.Pengolahan karet dari bahan mentahnya (lateks)

5.Elektroforesis

Adalah pergerakan partikel koloid di bawah pengaruh medan listrik.

Beberapa kegunaan dari proses elektrolisis:

a.Untuk menentukan muatan suatu partikel koloid.

b.Untuk memproduksi barang industry yang terbuat dari karet.

c.Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan oleh cerobong asap pabrik.

Cerobong asap pabrik bagian dalam dilengkapi dengan pengendap elektrostatika berupa

lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan menarik dan menggumpalkan debu

halus dalam asap buangan.

6.Opalesensi

Adalah peristiwa dimana warna koloid pada sinar dating tidak sama dengan sinar pergi.

7.Sifat koligatif yang tidak jelas.

C.Koloid Liofob dan Koloid Liofil

Perbedaan sol liofob dan sol liofil:


Sol liofob Sol liofil

Kurang stabil Stabil, mantap


Terdiri atas zat anorganik Terdiri atas zat organic
Bermuatan listrik tertentu Muatan listrik tergantung pada medium
Kekentalan rendah Kekentalan tinggi
Untuk koagulasi perlu sedikit elektrolit Untuk koagulasi perlu banyak elektrolit
Gerak Brown sangat jelas Kurang menunjukkan gerak Brown
Dibuat dengan cara kondensasi Umumnya dibuat dengan cara dispersi
Partikel terdispersi mengadsorpsi ion Partikel terdispersi mengadsorpsi
molekul
Reaksinya irreversible Reaksinya reversible

D.Kestabilan Koloid

Kestabilan koloid dapat disebabkan oleh: adanya muatan listrik pada permukaan partikel
koloid dan adanya fase terdispersi yang afinitasnya lebih tinggi daripada medium pendispersi.

Koloid yang dapat memberikan efek kestabilan terhadap koloid lain disebut koloid pelindung
atau koloid protektif. Koloid pelindung banyak digunakan pada pembuatan es krim, tinta, cat,
dan sebagainya.

Proses untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid disebut dialisis. Peristiwa
dialisis dapat dipercepat dengan elektrodialisis, yaitu dengan memberikan elektroda-elektroda.

E.Pembuatan Koloid

Pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu:

1.Cara kondensasi

Adalah cara pembuatan system koloid dengan mengubah partikel-partikel larutan sejati menjadi
partikel-partikel koloid.

Pembuatan koloid secara kondensasi dapat dilakukan dengan:

a.Cara kimia

1). Hidrolisis

Cara ini dipakai untuk logam-logam seperti Al, Fe, dan Cr karena basa logam tersebut ber-

bentuk koloid.
Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3

FeCl3(aq) + 3 H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3 HCl(l)

2).Reaksi reduksi-oksidasi

Sol logam seperti sol emas dapat diperoleh dengan mereduksi larutan garamnya, mengguna-

kan reduktor nonelektrolit seperti formaldehid.

2 AuCl3 + 3 HCHO + 3 H2O 2 Au + 6 HCl + 3 HCOOH

Sol belerang dan iodin dapat dibuat dengan mengoksidasi ion sulfida dan iodida.

2 H2S + SO2 3 S + 2 H2O

5 HI + HIO 3 I2 + 3 H2O

3).Reaksi pengendapan

Dua buah larutan encer yang masing-masing mengandung elektrolit dicampurkan sehingga

menghasilkan endapan yang berukuran koloid.

As2O3 + 3 H2S As2S3 (s) + 3 H2O

AgNO3 + NaCl AgCl (s) + NaNO3

b.Cara fisis

Cara fisis dilakukan dengan pendinginan, penggantian pelarut, dan pengembunan uap.

2.Cara dispersi

Yaitu menghaluskan partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel yang berukuran koloid.

Beberapa cara disperse yang sering dilakukan adalah:

a.Cara mekanik

Dengan penggerusan/penggilingan lalu didispersikan dalam medium pendispersi, untuk mence-

gah penggumpalan ditambahkan zat pemantap (stabilizer).

b.Cara peptisasi
Dengan menambahkan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis.

c.Cara busur Bredig (cara elektrodispersi)

Cara ini khusus untuk membuat sol logam. Dua kawat logam yang berfungsi sebagai elektroda
dicelupkan ke dalam air, kemudian kedua ujung kawat diberi loncatan listrik

Anda mungkin juga menyukai