1. MM Keseimbangan Asam-Basa
1.1. Definisi
Menurut Arrhenius
Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat
menghasilkan ion hidrogen (atau ion hidronium, H 3O+) sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi ion hidronium (H3O+).
basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Reaksi keseluruhannya :
Secara umum :
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga
tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana
tidak ada H+ dan OH-.
Menurut Bronsted-Lowry
Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton (H+) Basa
adalah suatu senyawa yang dapat berperan sebagai menerima proton (H+).
Pada kedua contoh reaksi di atas, air dapat bertindak sebagai basa
dalam larutan HCl dan sebagai asam dalam larutan amonia. Senyawa yang
dapat bertindak sebagai asam dan basa disebut sebagai senyawa amfoter.
Contoh lain senyawa yang bersifat amfoter yaitu Al 2O3. Reaksi di atas
menunjukkan pasangan asam-basa konjugasi. Pada reaksi kebalikannya, ion
Cl- menerima proton dari ion oksonium (H 3O+). Ion Cl- disebut sebagai basa
dan ion oksonium (H3O+) disebut sebagai asam, sehingga HCl merupakan
pasangan asam-basa konjugasi dari Cl- dan H2O merupakan pasangan asam-
basa konjugasi dari ion oksonium (H3O+).
Menurut Lux-Flood
Sistem Lux-Flood terbatas pada sistem lelehan oksida, namun merupakan aspek
anhidrida asam-basa dari kimia asam- basa yang sering diabaikan.
Secara umum :
2. Asam lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan didalam air
kurang bereaksi kuat dengan asam. Contoh H3PO4, H2SO3, HNO2, CH3COOH
Basa lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan dalam air.
Contoh NaHCO3, N H 4 OH
Asam volatil adalah asam yang mudah menguap, dapat berubah bentuk
menjadi bentuk cair maupun gas. Asam volatil merupakan hasil akhir dari
metabolisme asam amino, lemak dan karbohidrat.
Contoh : karbondioksida, asam karbonat
Asam nonvolatil adalah asam yang tidak mudah menguap, tidak dapat
berubah bentuk menjadi gas untuk diekskresi oleh paru-paru, tapi harus
dieksresikan oleh ginjal.
Contoh : asam organik, asam non-organik
1.3. Fungsi
2. MM Ukuran keasaman pH
2.1. Definisi
Simbol yang berhubungan dengan konsentrasi hidrogen ] atau
aktivitas larutan dibandingkan larutan standar yang diberikan. Secara numeric, pH
kira-kira sama dengan logaritma negative konsentrasi yang dinyatakan dalma
molaritas, pH 7 merupakan keadaan netral; di atas 7 terjadi peningkatan alkalinitas
sedangkan dibawah 7 dan peningkatan keasaman (asiditas).
atau
pH = pK + log [HCO3-]/[H2CO3]
dimana :
Pk = konstanta disosiasi asam karbonat =6,1
Beban respirasi
Peningkatan laju pernafasan yang tidak di sertai peningkatan aliran CO2 ke paru-
paru akan mengurangi tekanan Co2 dalam alveoli . begitu juga pada darah yang
kembali menuju ke jaringan perifer sehingga terjadi akibat respiratorik à H+
menurun PH meningkat
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen, keseimbangan antara ion [
+¿¿ −¿¿
H ] bebas dan [HC O3 ] dalam cairan tubuh sehingga pH darah 7,35 – 7,45 atau
+¿
keseimbangan tubuh yang harus dijaga kadar ion [ H ¿ ] bebas dalam batas normal maupun
pembentukan asam maupun basa terus berlangsung dalam kehidupan.
Cairan tubuh harus dilindungi dari perubahan pH karena sebagian besar enzim sangat peka
terhadap perubahan pH. Mekanisme protektif harus berlangsung aktif dan secara terus
menerus karena proses metabolisme juga menyebabkan terbentuknya asam dan basa secara
terus menerus (asam karbonat, asam sulfat, asam fosfat, asam laktat, asam sitrat, asam
asetoasetat, ion ammonium, β-hidroksibutirat).
+¿
Karena ion [ H ¿ ] berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa, maka faktor yang
+¿
mempengaruhi [ H ¿ ] juga mempengaruhi keseimbangan asam basa, yaitu :
+¿
a) Lebihnya kadar [ H ¿ ] yang ada dalam cairan tubuh, berasal dari
Pembentukan H 2 C O3 yang sebagian berdisosiasi menjadi H+ dan HC
−¿¿
O3
Katabolisme zat organik
Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedik, contoh pada metabolik
lemak terbentuk asam lemak dan laktat yaitu melepaskan [H+]
b) Keseimbangan intake dan output ion [H+] tubuh
Bervariasi tergantung dari:
Diet ( makanan ), H+ naik, jika kebanyakan makan asam (asidosis), sedangkan
dengan mengkonsumsi sayur dan buah bersifat basa banyak menghasilkan HC
−¿¿
O3 .
Aktivitas yaitu lari cepat membuat tubuh kita asam karena menghasilkan
banyak CO2 sehingga pH turun
Proses anaerob yaitu lebih banyak penumpukan asam laktat seperti olahraga
berat sehingga menimbulkan reaksi asam dan membuat pH turun
Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari tiga
sistem,yaitu :
1. Sistem buffer
2. Sistem respiratorik (sistem paru)
3. Sistem metabolik (sistem ginjal)
1. Sistem buffer
Sistem buffer disebut juga sistem penahan atau sistem penyangga, karena dapat
menahan perubahan pH. Sistem buffer merupakan larutan yang mengandung asam dan
basa konjugasinya.
Sistem buffer kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam basa sementara.
Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru paru yang merespon secara cepat terhadap perubahan ion H + dalam
darah karena rangsangan kemoreseptor dan pusat pernafasan mempertahankan kadar [H+]
sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut, ginjal mampu meregulasi
−¿
ketidakseimbangan ion H+ dengan mensekresikan ion H+ dan menambahkan HC O¿
3
baru dalam darah karena memiliki dapar fosfat.
Di dalam tubuh terdapat beberapa sistem buffer, yaitu :
Fungsi utama sistem buffer ini adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organik pada cairan ekstraseluler. Sistem ini memiliki
keterbatasan, yaitu :
Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan
karena peningkatan CO2
Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal.
Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion
bikarbonat.
−¿
Sistem Buffer H 2 CO 3 : HCO 3¿
−¿
Pasangan buffer H 2 CO 3 : HCO ¿ adalah sistem buffer terpenting di CES untuk
3
−¿
+¿+ HCO 3¿
CO2 + H 2 O⇌ H 2 CO 3 ⇌ H ¿
Cairan interstitium yang mengandung protein dan asam amino terdisosiasi ikut
berperan mengatur pH. Protein mengandung asam amino histidin yang mempunyai
cincin imitazol dengan Pka = 6.0. Pada kebanyakan protein Pk sekitar 7.0-7.4. Proses
pengaturan melalui sistem buffer protein berjalan lambat karena ion hidrogen harus
melalui proses difusi membran sel yang dipengaruhi oleh pompa natrium.
Pada sel darah merah, Hb dapat mengikat karbondioksida dan mengubahnya menjadi
karbonat karena di dalam sitoplasma terkandung anhidrase karbonat, dan proses
pengikatan terjadi dengan cepat karena CO 2 berdifusi cepat melintasi membran sel
darah merah tanpa memerlukan mekanisme transport aktif membran sel. Kemampuan
pengaturan ini dikenal sebagai sistem buffer hemoglobin.
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya
sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
Di bawah ini tabel penyesuaian sistem pernapasan terhadap asidosis dan alkalosis
yang ditimbulkan oleh penyebab non-respirasi (metabolik) :
Status Asam-Basa
Kompensasi Pernapasan Normal (pH Asidosis Metabolik (pH Alkalosis Metabolik (pH
7,4) 7,1) 7,7)
Ventilasi Normal ↑ ↓
Laju Pengeluaran CO2 Normal ↑ ↓
Laju Pembentukan H2CO3 Normal ↓ ↑
Laju Pembentukan H+ dari CO2 Normal ↓ ↑
b. Ekskresi bikarbonat
Sebelum
+¿
dibuang oleh ginjal, H ¿ yang dihasilkan dari asam non-karbonat disangga
−¿
oleh HC O¿ plasma.
3
−¿
Ginjal mengatur konsentrasi HC O¿ plasma melalui 2 mekanisme yaitu :
3
−¿¿
1. Reabsorpsi HC O yang difiltrasi kembali ke plasma
3
Ion bikarbonat tidak mudah menembus membran luminal sel-sel
tubulus ginjal sehingga tidak dapat difiltrasi dan direabsorpsi secara
langsung.
Ion hidrogen yang disekresikan ke luar sel tubulus berikatan dengan
−¿ −¿
HC O¿ yang difiltrasi untuk membentuk H 2 C O¿ . Lalu di
3 3
−¿¿
bawah pengaruh karbonat anhidrase, H 2 C O tersebut teruari
3
menjadi H 2 O dan C O2 . Lalu C O2 masuk kembali ke dalam
sel tubulus karena C O2 mampu dengan mudah menembus membran
sel tubulus. Di dalam sel, di bawah pengaruh karbonat anhidrase
intrasel, C O2 bergabung kembali dengan H2O membentuk H 2 C
−¿¿ +¿ −¿
O3 yang akan terurai menjadi H ¿ dan HC O¿3 . Karena dapat
−¿
menembus membran basolateral sel tubulus, HC O¿ secara pasif
3
berdifusi keluar sel masuk ke dalam plasma kapiler-peritubulus. HC
−¿¿
O3 ini seolah-olah direabsorpsi padahal sebenarnya tidak.
Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan ke dalam
lumen tubulus lebih banyak dibandingkan dengan ion bikarbonat yang
difiltrasi. Sehingga semua ion bikarbonat yang difiltrasi biasanya
+¿
direabsorpsi karena tersedia H ¿ di lumen tubulus untuk berikatan
dengannya.
−¿
2. Penambahan HC O¿ yang baru ke dalam plasma
3
−¿
Pada saat semua HC O¿ yang difiltrasi telah direabsorpsi dan
3
+¿¿
sekresi H tambahan telah dihasilkan oleh disosiasi H 2 C O 3 ,
−¿
HC O¿ yang dihasilkan berdifusi ke dalam plasma sebagai HC
3
−¿¿
O3 yang baru. Disebut baru karena kemunculannya di dalam
−¿
plasma tidak berikatan dengan reabsorpsi HC O¿ yang difiltrasi.
3
+¿¿
Sementara itu, H yang dihasilkan bergabung dengan penyangga
fosfat basa dan kemudian dieksresi di urin.
Selama
Di bawah ini tabel ringkasan respon ginjal terhadap asidosis dan alkalosis :
Asidosis Metabolik adalah penurunan kadar ion HCO 3- diikuti dengan penurunan
tekanan parsial CO2 didalam arteri (Gangguan Keseimbangan Asam basa, FKUI)
4.2. Etiologi
1. Pembentukan asam yang berlebhan di dalam tubuh. Ion hidrogen dibebaskan oleh
sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, sehingga terjadi penurunan pH. Dalam
klinik ditemukan keadaan ini seperti pada:
- Asidosis laktat. Timbul karena hipoksia jaringan berkepanjangan,
mengakibatkan jaringan mengalami proses metabolisme anaerob.
- Ketoasidosis. Timbul karena produksi badan keton dalam jumlah sangat tinggi
pada metabolisme fase pasca absortif. Ketoasidosis merupakan akibat dari
starvasi dan komplikasi diabetes mellitus yang tidak terkendali, jaringan tidak
dapat memanfaatkan glukosa dari sirkulasi, sehingga mengandalkan
metabolisme lipid dan keton
- Intoksikasi salisat
- Intoksikasi etanol
2. Berkurangnya kadar ion-HCO3 didalam tubuh
Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat yang mengatur keseimbangan ion
hidrogen dan mempengaruhi keseimbangan pH. Penurunan konsentrasi HCO3 di
cairan ekstraseluler menyebabkan penurunan efektifitas sistem buffer dan asidosis
timbul. Penyebab penurunan konsentrasi HCO3 anatara lain adalah diare, renal
tubular acidosis (RTA ) , pemakaian obat inhibitor enzime anhidrase karbonat atau
pada penyakit ginjal kronik stadium III-IV
semua jenis asidosis selain yang disebabkan oleh kelebihan CO2 dicairan tubuh.
Pada keadaan tak terkompensasi (gambar 15-12), asidosis metabolik selalu ditandai
HCO
¿
oleh penurunan −¿ plasma (dalam contoh kita menjadi separuhnya), sementara
¿
¿
[ CO2 ] normal sehingga terbentuk rasio asidotik 10/1. Masalah dapt timbul karena
−¿
pengeluaran cairan kaya HCO¿ yang berlebihan dari tubuh/karena akumulasi
3
−¿
asam nonkarbonat. Pada kasus yang terakhir, HCO ¿ plasma.
3
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Asidosis dapat terjadi jika diare.
Bila peningkatan keasaman melampaui system penyangga pH, darah akan menjadi
asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, eprnapasan menjadi lebih salam dan
lebih cepat sebagai usaha tubuh untuj menurunkan kelebihan asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah CO2.
Jika kita makan, saluran pencernaan seperti lambung, usus dsb akan
menghasilkan HCO3. Nanti HCO3 akan diserap oleh plasma yang akan dieksresi
bersama urin. Tetapi jika terjadi diare, HCO 3 akan banyak keluar bersama feses.
Karena diare tidak terjadi absorbsi pada usus. Diare dapat disebabkan oleh infeksi,
alergi, virus serta bakteri. Sehingga HCO3 dalam plasma akan terjadi penurunan
besar-besaran karena keluar bersama feses. Sedangkan jika HCO3 berkurang, H+ tidak
dapat diikat. Karena HCO3 berperan sebagi buffer bagi H+ agar tidak kelebihan asam
dalam tubuh. Karena penurunan HCO3 akan menyebabkan kenaikan H+ dalam tubuh
lalu pH akan turun, HCO3 turun, tetapi H+ naik sehingga tubuh menjadi asam. Maka
terjadilah Asidosis Metabolik.
Kompensasi
4.4. Gejala
Mual
Muntah
Kelelahan
Pernapasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat (pernafasan kussmaul’s);
Rasa mengantuk
Mengalami kebingungan
Tekanan darah menurun, menyebabkan syok, koma dan kematian
4.6. Penanganan
Tujuan penanganan asidosis metabolic adalah untuk meningkatkan pH sistemik
sampai ke batas aman, dan mengobati penyebab asidosis yang mendasari.
2. Langkah kedua, tetapkan anion gap atau bila perlu anion gap urin untuk
mengetahui dugaan etiologi asidosis metabolic. Dengan bantuan gejala klinis lain
dapat dengan mudah ditetapkan etiologinya.
Langkah ketiga, bila dicurigai kemungkinan asidosis laktat, hitung rasio delta anion
gap dengan delta HCO3 (delta anion gap : anion gap pada saat pasien diperiksa
dikurangi dengan median anion gap normal, delta HCO3: kadar HCO3 normal
dikurangi dengan kadar HCO3 pada saat pasien diperiksa). Bila rasio lebih dari 1,
asidosis disebabkan oleh asidosis laktat. Langkah ini menetapkan sampai sejauh mana
koreksi dapat dilakukan.
Sumber
Darwis D, Munajat Y., dkk. 2010. Gangguan Keseimbangan Air, Elektrolit dan Asam Basa.
Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ganong, WF. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 21,ab. M. Djauhari
Widjajakusumah. Jakarta : EGC
Guyton, Arthur c, dkk. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC