Penambahan asam pada larutan penyangga asam akan membuat pH hanya sedikit turun, sehingga sifat
larutan dapat dipertahankan.
Sementara penambahan basa pada larutan penyangga asam akan menghilangkan ion hidorksida.
Contoh: CH₃COOH (Asam Lemah) Dan CH₃COO– (Basa Konjugasinya).
Sistem Buffer (Penyangga)
Larutan Penyangga Basa:
Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa terdiri dari
komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+).
Larutan penyangga basa akan menyebabkan kesetimbangan kimia bergeser ke kiri sama dengan asam.
Namun, pergeseran menunjukkan kondisi kesetimbangan masing-masing.
Penambahan asam pada larutan penyangga basa akan menghilangkan ion hidrogen yang kemudian
membentuk air.
Sedangkan penambahan basa pada larutan penyangga basa akan menghilangkan ion hidroksida pula.
Contoh: NH₃ (Basa Lemah) dan NH₄+ (Asam Konjugasinya).
Sistem Buffer Ion Hidrogen dalam Tubuh
Sistem penyangga pH dalam tubuh adalah kombinasi asam lemah dan basa lemah yang terbentuk secara
alami di dalam tubuh. Asam dan basa lemah ini berpasangan dan seimbang pada kondisi pH normal.
Sistem buffer ini terdiri dari pasangan substansi yang bekerja dalam reaksi reversible dengan melepas dan
mengikat ion hidrogen (H+).
Keseimbangan asam basa merupakan hal yang penting bagi tubuh agar proses metabolisme dan fungsi
organ dapat berjalan optimal, diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal.
Dalam kaitannya dengan fungsi tubuh, pH tubuh menjadi tolok ukur keseimbangan kadar asam dan basa
darah serta cairan tubuh lainnya. Pada kondisi normal (tanpa adanya penyakit), pH tubuh yang ideal
berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
Paru-paru dan ginjal menjaga keseimbangan pH dengan mengatur kadar bikarbonat. Senyawa ini
menjadi penyeimbang ketika nilai pH mulai berubah.
Setiap detik, ginjal, dan paru-paru terus bekerja untuk menjaga keseimbangan pH tubuh → semua organ
dapat bekerja dengan baik. Ketika keseimbangan pH tubuh terganggu → lebih rentan mengalami berbagai
masalah kesehatan.
Larutan Penyangga dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari banyak terdapat dalam
tubuh manusia atau ditambahkan dalam berbagai kegiatan manusia.
Larutan penyangga banyak digunakan dalam cairan sel.
Cairan ekstra-sel adalah cairan yang berada di luar sel dan mencakup
45% dari total cairan tubuh, sisanya 55% merupakan cairan intra-sel yaitu
cairan yang berada di dalam sel. Kedua cairan ini dipisahkan oleh
membran semipermeabel yang mengelilingi sel. Membran ini
memungkinkan cairan masuk dan keluar.
Cairan ekstra-sel memiliki perbedaan dengan cairan intra-sel yaitu pada
cairan ekstra-sel dapat ditemukan banyak ion Na+ (natrium), dan
Cl- (klorin). Pada cairan intra-sel banyak ditemukan ion K+ (kalium). Ion
natrium memiliki peran dalam kontraksi otot, transmisi impuls,
kesetimbangan cairan dan elektrolit, sedangkan ion klorin memiliki peran
dalam meregulasi tekanan osmotik dan membentuk HCl dalam lambung.
Larutan penyangga dalam tubuh diantaranya adalah sistem penyangga bikarbonat, sistem penyangga fosfat,
dan sistem penyangga protein.
a. Sistem buffer bikarbonat adalah
mekanisme homeostatis asam-basa yang melibatkan
keseimbangan asam karbonat (H2CO3), ion bikarbonat
(HCO3-), dan karbon dioksida (CO2) untuk menjaga pH
dalam darah dan duodenum, di antara jaringan lain,
untuk mendukung fungsi metabolisme yang tepat.
Konsentrasi bikarbonat juga diatur lebih lanjut oleh kompensasi ginjal, proses dimana ginjal mengatur
konsentrasi ion bikarbonat dengan mensekresikan ion H + ke dalam urin sementara, pada saat yang sama,
menyerap kembali HCO3- ion ke dalam plasma darah, atau sebaliknya
https://hmn.wiki/id /Bicarbonate_buffer_system
b. Sistem Buffer Fosfat
Sistem buffer fosfat berperan penting pada cairan tubulus ginjal
dan cairan intrasel. Fosfat ditemukan dalam darah dalam dua
bentuk: natrium dihidrogen fosfat (Na2H2PO4−), yang merupakan
asam lemah, dan natrium monohidrogen fosfat (Na2HPO42-), yang
merupakan basa lemah.
Buffer protein adalah proses dimana senyawa protein mengonsumsi sejumlah kecil asam atau basa.
Misalnya, hemoglobin adalah protein yang mengikat sejumlah kecil asam dalam darah,
menghilangkan asam tersebut sebelum mengubah pH darah.
Dalam darah terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh
tubuh. Reaksi kesetimbangan larutan penyangga hemoglobin melibatkan Deoksihemoglobin (HHb) dan
Oksihemoglobin (HHbO2).
HHb + O2 ↔ HbO2- + H+
Adanya oksigen pada reaksi diatas dapat mempengaruhi konsentrasi ion H+ dan otomatis juga
mempengaruhi pH darah.
Protein pada hemoglobin mengikat H+. Hal inilah mengapa hemoglobin berperah sebagai sistem
penyangga.
Apa saja gangguan pada keseimbangan asam basa darah?
Nilai pH tubuh harus selalu berada pada rentang yang ideal. Jika pH tubuh terlalu asam atau terlalu
basa, hal ini memengaruhi metabolisme dan fungsi organ tubuh. Ini karena organ-organ tubuh hanya bisa
berfungsi pada kondisi pH tertentu.
pH tubuh terlalu asam bila penyimpanan dan produksi asam terlalu banyak atau tidak ada cukup cairan
untuk menyeimbangkannya. Kondisi ini bisa menyebabkan asidosis (Darah memiliki terlalu banyak
asam atau terlalu sedikit basa, mengakibatkan penurunan pH darah).
Sedangkan alkalosis, berupa kondisi banyaknya basa atau alkali di dalam darah. Sedikit saja nilai pH
tubuh mengalami kenaikan, sifat darah akan cenderung lebih basa. Ini lantas mengganggu
keseimbangan kalium dalam tubuh dan darah.
Asidosis dan alkalosis bukanlah penyakit melainkan akibat dari berbagai macam kelainan → Adanya
masalah serius.
Bagaimana ginjal dan sistem pernapasan mempengaruhi pH
darah?
Sistem pernapasan (bersama dengan pusat pernapasan di otak) mengatur
kadar asam karbonat dalam darah dengan mengontrol CO2,
sedangkan sistem ginjal mengontrol kadar bikarbonat dalam darah.
Sistem pernapasan berkontribusi terhadap keseimbangan asam dan basa
dalam tubuh dengan mengatur kadar asam karbonat dalam darah.
CO2 dalam darah mudah bereaksi dengan air membentuk asam karbonat.
Kadar CO2 dan asam karbonat dalam darah berada dalam keseimbangan.
Ketika kadar CO2 dalam darah meningkat (seperti saat Anda menahan
napas), kelebihan CO2 bereaksi dengan air untuk membentuk asam
karbonat tambahan, sehingga menurunkan pH darah.
Meningkatkan kecepatan dan/atau kedalaman pernapasan memungkinkan
untuk mengeluarkan lebih banyak CO2. Hilangnya CO2 dari tubuh
mengurangi kadar asam karbonat dalam darah dan dengan demikian
meningkatkan pH, menuju tingkat normal.
https://open.oregonstate.education/aandp/chapter/26-4-acid-base-balance
Kesimpulan:
pH tubuh
< 7,35 → Acidemia → Asidosis
> 7,45 → Alkademia → Alkalosis
Mengendalikan pH (homeostatis)
https://pocketdentistry.com/the-metabolism-of-proteins-and-amino-acids/
D. Biosintesis Purin dan Pirimidin
Salah satu jalur khusus yang penting dari sejumlah asam amino adalah sintesis nukleotida purin dan
pirimidin. Nukleotida ini penting karena kebanyakan dari mereka, bukan hanya ATP, adalah sumber
energi yang menggerakkan sebagian besar reaksi kita dan terlibat dalam berbagai proses enzimatik.
Purin dan pirimidin merupakan komponen dasar nukleotida dalam DNA dan RNA dan penting untuk
penyimpanan informasi di dalam sel.
Purin terdiri dari cincin yang mengandung nitrogen beranggota enam dan beranggota lima, menyatu
bersama. Piridmidin hanya memiliki cincin beranggota enam yang mengandung nitrogen.
Purin Pirimidin
Biosintesis Purin
Jalur biosintesis:
Jalur 2 biosintesis:
UMP → UDP → UTP dan CTP
Biolistrik
Bio Listrik
Sistem saraf berperan penting pada hampir semua fungsi tubuh. Otak, yang pada dasarnya adalah
bagian sentral, menerima sinyal internal dan eksternal dan menghasilkan respons yang sesuai.
Informasi disalurkan sebagai sinyal listrik di sepanjang saraf-saraf.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi dua bagian-sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem
saraf pusat terdiri dari otak, korda spinalis, dan saraf perifer. Serat saraf (neuron) yang
menyalurkan informasi sensorik ke otak atau korda spinalis disebut saraf aferen. Serat saraf yang
menyalurkan informasi dari otak atau korda spinalis ke otot dan kelenjar yang sesuai disebut
saraf eferen.
Sistem saraf otonomi mengendalikan berbagai organ internal, misalnya jantung, usus, dan
kelenjar.
Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang
merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif
pada permukaan dalam bidang batas/membran. Sel yang mampu menghantarkan isyarat biolistrik
terutama adalah sel saraf (neurons).
Sel Saraf
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi
mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron.
Akson berperan menghantarkan informasi ke bagian sel saraf lain.
Aktivitas bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.
Hubungan Biolistrik dan Sumber Energi
Respirasi
Tubuh bergerak karena adanya energi yang sel
terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang
bersumber dari ATP (Adenosine Tri
Posphate) yang dihasilkan oleh ATP
mitokondria dalam proses respirasi sel.
Energi yang dihasilkan berupa ion-ion Energi
yang memiliki muatan yang berbeda-
beda sehingga mengakibatkan timbulnya
perbedaan bio potensial tegangan sel.
Sel Bio potensial
Tegangan yang paling besar dihasilkan Sel Otot
Saraf tegangan sel
oleh sel-sel saraf (nefron) dan sel-sel otot
(muscle).
Rangsangan
Konstan Berubah ekstrenal dan
internal
Saat kita menjalankan fungsi-fungsi khusus tubuh, banyak sinyal listrik yang dihasilkan. Sinyal-sinyal listrik
ini dihasilkan dari proses elektrokimiawi sel-sel tertentu. Dengan mengukur sinyal yang sesuai secara
selektif, kita dapat memperoleh informasi klinis yang bermanfaat mengenai fungsi tubuh tertentu.
Contohnya:
a. Sinyal listrik yang direkam dari jantung, elektrokardiogram (EKG);
b. Sinyal listrik dari otak, elektroensefalogram (EEG); dan
c. Sinyal listrik dari otot, elektromiogram (EMG) merupakan sinyal yang paling banyak diketahui.
a. Sinyal Listrik dari Otot—Elektromiogram
Elektromiogram (EMG) adalah prosedur diagnostik untuk merekam
aktivitas kelistrikan yang dihasilkan oleh otot rangka untuk
mengevaluasi fungsi saraf dan otot.
Sinyal listrik dari nodus SA memicu depolarisasi sel-sel otot kedua atrium (kanan
dan kiri) sehingga keduanya berkontraksi dan memompa darah ke dalam ventrikel
→ repolarisasi atrium
Sinyal-sinyal ini terutama dihasilkan oleh aktivitas listrik neuron-neuron di korteks otak. Perekaman
sinyal-sinyal di otak disebut elektroensefalogram (EEG), dilakukan dengan meletakkan elektrode di
kulit kepala dan mengukur aktivitas listrik, akan diperoleh beberapa sinyal listrik kompleks yang sangat
lemah.