Anda di halaman 1dari 32

1.

KESEIMBANGAN ASAM BASA DALAM TUBUH


2. BIOLISTRIK

Setyo Rini, S.Pd., M.Pd


Keseimbangan Asam Basa
 Keseimbangan asam basa merupakan keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang diproduksi sama
dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel.
 Keseimbangan asam basa diidentifikasikan dari nilai pH. Pengaturan pH pada cairan ekstraseluler
tubuh secara homeostatis disebut sebagai mekanisme homeostatis asam-basa.
 Salah satu sistem dalam mengatur derajat keasaman (pH) yaitu dengan sistem buffer atau larutan
penyangga.
 Nilai pH suatu larutan penyangga bergantung pada rasio dari konsentrasi molar asam lemah dengan
basa lemah.
Sistem Buffer (Larutan Penyangga)
Secara kimia:
 Dalam ilmu kimia dikenal 3 jenis larutan berdasarkan tingkat keasaman atau pH, yaitu larutan asam,
basa, dan garam. Larutan basa adalah larutan yang mempunyai pH antara 7 sampai 14, larutan asam
mempunyai pH antara 1 sampai 7, dan larutan garam merupakan larutan netral dengan pH 7.
 Larutan tersebut tentunya mempunyai fungsi masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. Namun
dengan kondisi tertentu, pH larutan dapat berubah. Ketika pH larutan berubah, maka sifatnya juga dapat
berubah, padahal fungsi larutan hanya dapat bekerja optimal dengan pH biasa. Oleh karena itu, ada jenis
larutan yang disebut larutan penyangga, yaitu membuat campuran zat tidak berubah pH dan sifatnya.
 Larutan penyangga adalah larutan yang mampu mempertahankan derajat keasaman (pH) pada saat
asam atau basa dimasukkan dalam suatu larutan. Larutan penyangga disebut juga “buffer” atau
“penahan”.
 Larutan penyangga akan bereaksi dengan asam kuat atau basa kuat sehingga menyerap
kelebihan ion hidrogen H+, atau ion hidroksida OH−.
Sistem Buffer (Penyangga)
Larutan Penyangga Asam:
 Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7). Larutan buffer asam terdiri dari
komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A−).
 Larutan penyangga asam ini akan mengubah kesetimbangan kimia bergeser ke kiri.

 Penambahan asam pada larutan penyangga asam akan membuat pH hanya sedikit turun, sehingga sifat
larutan dapat dipertahankan.
 Sementara penambahan basa pada larutan penyangga asam akan menghilangkan ion hidorksida.
 Contoh: CH₃COOH (Asam Lemah) Dan CH₃COO– (Basa Konjugasinya).
Sistem Buffer (Penyangga)
Larutan Penyangga Basa:
 Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa terdiri dari
komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+).
 Larutan penyangga basa akan menyebabkan kesetimbangan kimia bergeser ke kiri sama dengan asam.
Namun, pergeseran menunjukkan kondisi kesetimbangan masing-masing.
 Penambahan asam pada larutan penyangga basa akan menghilangkan ion hidrogen yang kemudian
membentuk air.
 Sedangkan penambahan basa pada larutan penyangga basa akan menghilangkan ion hidroksida pula.
 Contoh: NH₃ (Basa Lemah) dan NH₄+ (Asam Konjugasinya).
Sistem Buffer Ion Hidrogen dalam Tubuh
 Sistem penyangga pH dalam tubuh adalah kombinasi asam lemah dan basa lemah yang terbentuk secara
alami di dalam tubuh. Asam dan basa lemah ini berpasangan dan seimbang pada kondisi pH normal.
Sistem buffer ini terdiri dari pasangan substansi yang bekerja dalam reaksi reversible dengan melepas dan
mengikat ion hidrogen (H+).
 Keseimbangan asam basa merupakan hal yang penting bagi tubuh agar proses metabolisme dan fungsi
organ dapat berjalan optimal, diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal.
 Dalam kaitannya dengan fungsi tubuh, pH tubuh menjadi tolok ukur keseimbangan kadar asam dan basa
darah serta cairan tubuh lainnya. Pada kondisi normal (tanpa adanya penyakit), pH tubuh yang ideal
berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
 Paru-paru dan ginjal menjaga keseimbangan pH dengan mengatur kadar bikarbonat. Senyawa ini
menjadi penyeimbang ketika nilai pH mulai berubah.
 Setiap detik, ginjal, dan paru-paru terus bekerja untuk menjaga keseimbangan pH tubuh → semua organ
dapat bekerja dengan baik. Ketika keseimbangan pH tubuh terganggu → lebih rentan mengalami berbagai
masalah kesehatan.
Larutan Penyangga dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel
 Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari banyak terdapat dalam
tubuh manusia atau ditambahkan dalam berbagai kegiatan manusia.
Larutan penyangga banyak digunakan dalam cairan sel.
 Cairan ekstra-sel adalah cairan yang berada di luar sel dan mencakup
45% dari total cairan tubuh, sisanya 55% merupakan cairan intra-sel yaitu
cairan yang berada di dalam sel. Kedua cairan ini dipisahkan oleh
membran semipermeabel yang mengelilingi sel. Membran ini
memungkinkan cairan masuk dan keluar.
 Cairan ekstra-sel memiliki perbedaan dengan cairan intra-sel yaitu pada
cairan ekstra-sel dapat ditemukan banyak ion Na+ (natrium), dan
Cl- (klorin). Pada cairan intra-sel banyak ditemukan ion K+ (kalium). Ion
natrium memiliki peran dalam kontraksi otot, transmisi impuls,
kesetimbangan cairan dan elektrolit, sedangkan ion klorin memiliki peran
dalam meregulasi tekanan osmotik dan membentuk HCl dalam lambung.
Larutan penyangga dalam tubuh diantaranya adalah sistem penyangga bikarbonat, sistem penyangga fosfat,
dan sistem penyangga protein.
a. Sistem buffer bikarbonat adalah
mekanisme homeostatis asam-basa yang melibatkan
keseimbangan asam karbonat (H2CO3), ion bikarbonat
(HCO3-), dan karbon dioksida (CO2) untuk menjaga pH
dalam darah dan duodenum, di antara jaringan lain,
untuk mendukung fungsi metabolisme yang tepat.

Karbon dioksida (CO2) hasil dari respirasi bereaksi


dengan air ↔ asam karbonat (H2CO3), yang kemudian
berdisosiasi dengan cepat membentuk ion bikarbonat
(HCO3-) dan ion hidrogen (H+).

Konsentrasi bikarbonat juga diatur lebih lanjut oleh kompensasi ginjal, proses dimana ginjal mengatur
konsentrasi ion bikarbonat dengan mensekresikan ion H + ke dalam urin sementara, pada saat yang sama,
menyerap kembali HCO3- ion ke dalam plasma darah, atau sebaliknya
https://hmn.wiki/id /Bicarbonate_buffer_system
b. Sistem Buffer Fosfat
 Sistem buffer fosfat berperan penting pada cairan tubulus ginjal
dan cairan intrasel. Fosfat ditemukan dalam darah dalam dua
bentuk: natrium dihidrogen fosfat (Na2H2PO4−), yang merupakan
asam lemah, dan natrium monohidrogen fosfat (Na2HPO42-), yang
merupakan basa lemah.

 Selain sistem pernapasan dan ginjal, sistem buffer fosfat juga


berfungsi menjaga pH homeostatis dalam tubuh. Sistem buffer HCl + Na2HPO4 ↔ NaH2PO4 + NaCl
fosfat hampir identik dengan sistem buffer bikarbonat, tempat (asam kuat) + (basa lemah) ↔ (basa kuat) + garam
kerja buffer fosfat dalam cairan intraseluler.
NaOH + NaH2PO4 ↔ Na2HPO4 + H2O
 Sistem buffer fosfat beroperasi di cairan internal semua sel. (basa kuat) + (asam lemah) ↔ (basa lemah) + garam
Terdiri dari ion dihidrogen fosfat sebagai donor ion hidrogen
(asam) dan ion hidrogen fosfat sebagai akseptor ion (basa).

 Perubahan pH karena fosfat (dalam bentuk asam fosfat)


dikendalikan pada ekskresi fosfat oleh ginjal.
c. Sistem Buffer Protein

 Buffer protein adalah proses dimana senyawa protein mengonsumsi sejumlah kecil asam atau basa.
Misalnya, hemoglobin adalah protein yang mengikat sejumlah kecil asam dalam darah,
menghilangkan asam tersebut sebelum mengubah pH darah.

 Dalam darah terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh
tubuh. Reaksi kesetimbangan larutan penyangga hemoglobin melibatkan Deoksihemoglobin (HHb) dan
Oksihemoglobin (HHbO2).

HHb + O2 ↔ HbO2- + H+

 Adanya oksigen pada reaksi diatas dapat mempengaruhi konsentrasi ion H+ dan otomatis juga
mempengaruhi pH darah.

 Protein pada hemoglobin mengikat H+. Hal inilah mengapa hemoglobin berperah sebagai sistem
penyangga.
Apa saja gangguan pada keseimbangan asam basa darah?

 Nilai pH tubuh harus selalu berada pada rentang yang ideal. Jika pH tubuh terlalu asam atau terlalu
basa, hal ini memengaruhi metabolisme dan fungsi organ tubuh. Ini karena organ-organ tubuh hanya bisa
berfungsi pada kondisi pH tertentu.
 pH tubuh terlalu asam bila penyimpanan dan produksi asam terlalu banyak atau tidak ada cukup cairan
untuk menyeimbangkannya. Kondisi ini bisa menyebabkan asidosis (Darah memiliki terlalu banyak
asam atau terlalu sedikit basa, mengakibatkan penurunan pH darah).
 Sedangkan alkalosis, berupa kondisi banyaknya basa atau alkali di dalam darah. Sedikit saja nilai pH
tubuh mengalami kenaikan, sifat darah akan cenderung lebih basa. Ini lantas mengganggu
keseimbangan kalium dalam tubuh dan darah.
 Asidosis dan alkalosis bukanlah penyakit melainkan akibat dari berbagai macam kelainan → Adanya
masalah serius.
Bagaimana ginjal dan sistem pernapasan mempengaruhi pH
darah?
 Sistem pernapasan (bersama dengan pusat pernapasan di otak) mengatur
kadar asam karbonat dalam darah dengan mengontrol CO2,
sedangkan sistem ginjal mengontrol kadar bikarbonat dalam darah.
 Sistem pernapasan berkontribusi terhadap keseimbangan asam dan basa
dalam tubuh dengan mengatur kadar asam karbonat dalam darah.
 CO2 dalam darah mudah bereaksi dengan air membentuk asam karbonat.
Kadar CO2 dan asam karbonat dalam darah berada dalam keseimbangan.
 Ketika kadar CO2 dalam darah meningkat (seperti saat Anda menahan
napas), kelebihan CO2 bereaksi dengan air untuk membentuk asam
karbonat tambahan, sehingga menurunkan pH darah.
 Meningkatkan kecepatan dan/atau kedalaman pernapasan memungkinkan
untuk mengeluarkan lebih banyak CO2. Hilangnya CO2 dari tubuh
mengurangi kadar asam karbonat dalam darah dan dengan demikian
meningkatkan pH, menuju tingkat normal.

https://open.oregonstate.education/aandp/chapter/26-4-acid-base-balance
Kesimpulan:

pH tubuh
< 7,35 → Acidemia → Asidosis
> 7,45 → Alkademia → Alkalosis

Dapat dicegah dengan

Mengendalikan pH (homeostatis)

Proses metabolisme dan fungsi


organ dapat berjalan optimal.
Metabolisme Karbohidrat, Lipid, dan Protein
Metabolisme adalah proses biokimia yang menunjukkan sintesis (anabolisme), dan
pemecahan melalui katabolisme.
A. Metabolisme Karbohidrat
 Metabolisme karbohidrat adalah keseluruhan proses biokimia yang bertanggung jawab atas pembentukan
metabolisme, pemecahan, dan interkonversi karbohidrat dalam organisme hidup.
 Karbohidrat merupakan pusat dari banyak jalur metabolisme penting.
 Manusia dapat mengkonsumsi berbagai macam karbohidrat, pencernaan memecah karbohidrat kompleks →
monomer sederhana (monosakarida): glukosa, fruktosa, manosa dan galaktosa.
 Setelah proses resorpsi di usus, monosakarida diangkut ke hati, di mana semua monosakarida non-glukosa
(fruktosa, galaktosa) diubah menjadi glukosa.
 Glukosa (gula darah) didistribusikan ke sel-sel di jaringan, di mana glukosa dipecah melalui respirasi sel, atau
disimpan sebagai glikogen.
 Dalam respirasi seluler (aerobik), glukosa dan oksigen dimetabolisme untuk melepaskan energi, dengan karbon
dioksida dan air sebagai produk akhir.
 Glukosa ini kemudian dapat diubah menjadi trigliserida dan disimpan dalam sel lemak.
A. Metabolisme Karbohidrat
B. Metabolisme Lemak
Metabolisme lipid adalah sintesis dan degradasi lipid di dalam sel, yang melibatkan pemecahan dan
penyimpanan lemak untuk energi dan sintesis lipid struktural dan fungsional, seperti yang terlibat dalam
pembangunan membran sel.
 Mayoritas lipid yang ditemukan dalam tubuh manusia dari konsumsi makanan adalah trigliserida dan
kolesterol. Jenis lipid lain yang ditemukan dalam tubuh adalah asam lemak dan lipid membran.
 Metabolisme lipid sering dianggap sebagai proses pencernaan dan penyerapan lemak makanan; namun, ada dua
sumber lemak yang dapat digunakan organisme untuk memperoleh energi: dari lemak makanan yang
dikonsumsi dan dari lemak yang disimpan.
 Vertebrata (termasuk manusia) menggunakan kedua sumber lemak tersebut untuk menghasilkan energi agar
organ seperti jantung dapat berfungsi. Karena lipid adalah molekul hidrofobik, lipid perlu dilarutkan sebelum
metabolisme dapat dimulai.
 Metabolisme lipid sering kali diawali dengan hidrolisis, yang terjadi dengan bantuan berbagai enzim dalam
sistem pencernaan. Setelah hidrolisis adalah penyerapan asam lemak ke dalam sel epitel di dinding usus, asam
lemak dikemas dan diangkut ke seluruh tubuh.
C. Metabolisme Protein
Metabolisme protein menunjukkan berbagai proses biokimia yang bertanggung jawab atas sintesis protein dan
asam amino (anabolisme), dan pemecahan protein melalui katabolisme.
 Anabolisme protein adalah proses dimana protein dibentuk dari asam amino melalui lima proses: sintesis asam
amino, transkripsi, translasi, modifikasi pasca translasi, dan pelipatan protein. Pada manusia, beberapa asam amino
dapat disintesis menggunakan zat antara yang sudah ada (asam amino non-esensial). Asam amino esensial
memerlukan zat antara yang tidak ada dalam tubuh manusia.
 Protein makanan dipecah menjadi asam amino individu oleh berbagai enzim dan asam klorida yang ada di
saluran pencernaan. Asam amino ini diserap ke dalam aliran darah untuk diangkut ke hati dan selanjutnya ke
seluruh tubuh.
 Asam amino yang diserap biasanya digunakan untuk membuat protein fungsional, tetapi juga dapat digunakan
untuk menghasilkan energi. Mereka juga dapat diubah menjadi glukosa.
 Protein dapat dipecah oleh enzim yang disebut peptidase atau dapat dipecah akibat denaturasi. Protein dapat
mengalami denaturasi pada kondisi lingkungan dimana protein tersebut tidak dibuat.
Katabolisme Protein

https://pocketdentistry.com/the-metabolism-of-proteins-and-amino-acids/
D. Biosintesis Purin dan Pirimidin
 Salah satu jalur khusus yang penting dari sejumlah asam amino adalah sintesis nukleotida purin dan
pirimidin. Nukleotida ini penting karena kebanyakan dari mereka, bukan hanya ATP, adalah sumber
energi yang menggerakkan sebagian besar reaksi kita dan terlibat dalam berbagai proses enzimatik.
 Purin dan pirimidin merupakan komponen dasar nukleotida dalam DNA dan RNA dan penting untuk
penyimpanan informasi di dalam sel.
 Purin terdiri dari cincin yang mengandung nitrogen beranggota enam dan beranggota lima, menyatu
bersama. Piridmidin hanya memiliki cincin beranggota enam yang mengandung nitrogen.

Purin Pirimidin
Biosintesis Purin

Jalur biosintesis:

Ribose 5-phosphate + ATP → Phosphoribosyl phyrophosphate (PRPP) →


Inosine 5-monophosphate (IMP) → Adenosine 5-monophosphate (AMP) atau
Guanosine 5-monophosphate (GMP)
Jalur 1 biosintesis:
Sintesis Karbamoyl Fosfat dari Bikarbonat dan Glutamin →
Penambahan Aspartat → PRPP → Orotidine Monophosphate
(OMP) → Uridine Monophosphate (UMP)

Jalur 2 biosintesis:
UMP → UDP → UTP dan CTP
Biolistrik

Bio Listrik

Hidup Rangkaian fenomena fisika yang


berhubungan dengan kehadiran dan
aliran muatan listrik

Biolistrik adalah daya listrik hidup yang terdiri


dari pancaran elektron-elektron yang keluar
dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul
akibat adanya rangsangan penginderaan.
 Listrik yang dihasilkan di dalam tubuh berfungsi untuk mengendalikan dan mengoperasikan saraf,
otot, dan berbagai organ. Pada dasarnya, semua fungsi dan aktivitas tubuh sedikit banyak
melibatkan listrik. Gaya-gaya yang ditimbulkan oleh otot disebabkan oleh tarik-menarik antara
muatan listrik yang berbeda. Kerja otak pada dasarnya bersifat elektrik, oleh karena itu semua
sinyal saraf dari dan ke otak melibatkan aliran arus listrik.

 Sistem saraf berperan penting pada hampir semua fungsi tubuh. Otak, yang pada dasarnya adalah
bagian sentral, menerima sinyal internal dan eksternal dan menghasilkan respons yang sesuai.
Informasi disalurkan sebagai sinyal listrik di sepanjang saraf-saraf.

 Sistem saraf dapat dibagi menjadi dua bagian-sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem
saraf pusat terdiri dari otak, korda spinalis, dan saraf perifer. Serat saraf (neuron) yang
menyalurkan informasi sensorik ke otak atau korda spinalis disebut saraf aferen. Serat saraf yang
menyalurkan informasi dari otak atau korda spinalis ke otot dan kelenjar yang sesuai disebut
saraf eferen.

 Sistem saraf otonomi mengendalikan berbagai organ internal, misalnya jantung, usus, dan
kelenjar.
Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang
merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif
pada permukaan dalam bidang batas/membran. Sel yang mampu menghantarkan isyarat biolistrik
terutama adalah sel saraf (neurons).

Sel Saraf

 Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi
mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron.
 Akson berperan menghantarkan informasi ke bagian sel saraf lain.
 Aktivitas bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.
Hubungan Biolistrik dan Sumber Energi
Respirasi
 Tubuh bergerak karena adanya energi yang sel
terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang
bersumber dari ATP (Adenosine Tri
Posphate) yang dihasilkan oleh ATP
mitokondria dalam proses respirasi sel.
 Energi yang dihasilkan berupa ion-ion Energi
yang memiliki muatan yang berbeda-
beda sehingga mengakibatkan timbulnya
perbedaan bio potensial tegangan sel.
Sel Bio potensial
Tegangan yang paling besar dihasilkan Sel Otot
Saraf tegangan sel
oleh sel-sel saraf (nefron) dan sel-sel otot
(muscle).
Rangsangan
Konstan Berubah ekstrenal dan
internal
Saat kita menjalankan fungsi-fungsi khusus tubuh, banyak sinyal listrik yang dihasilkan. Sinyal-sinyal listrik
ini dihasilkan dari proses elektrokimiawi sel-sel tertentu. Dengan mengukur sinyal yang sesuai secara
selektif, kita dapat memperoleh informasi klinis yang bermanfaat mengenai fungsi tubuh tertentu.

Contohnya:
a. Sinyal listrik yang direkam dari jantung, elektrokardiogram (EKG);
b. Sinyal listrik dari otak, elektroensefalogram (EEG); dan
c. Sinyal listrik dari otot, elektromiogram (EMG) merupakan sinyal yang paling banyak diketahui.
a. Sinyal Listrik dari Otot—Elektromiogram
 Elektromiogram (EMG) adalah prosedur diagnostik untuk merekam
aktivitas kelistrikan yang dihasilkan oleh otot rangka untuk
mengevaluasi fungsi saraf dan otot.

 Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosis kelainan


neuromuscular.

 Kerja otot dimulai oleh potensial aksi yang berjalan di sepanjang


suatu akson dan melewati motor end plate menuju ke dalam serat
otot, menyebabkan serat tersebut berkontraksi.

 Rekaman potensial aksi di satu sel otot diperlihatkan secara


skematis. Pengukuran semacam ini dilakukan dengan menggunakan
sebuah elektrode yang sangat halus (mikroelektroda) yang
dimasukkan melalui membran otot.
b. Sinyal Listrik dari Jantung—Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) adalah perekaman potensial listrik di antara dua titik yang terletak di
berbagai lokasi di permukaan tubuh.
 Kerja jantung yang ritmis dikendalikan oleh suatu sinyal listrik yang diawali oleh
stimulasi spontan sel-sel otot khusus yang terletak di atrium kanan. Sel-sel ini
membentuk nodus sinoatrium (SA), atau pemacu jantung. Nodus SA melepaskan
sinyal dengan interval teratur sekitar 72 kali per menit.

 Sinyal listrik dari nodus SA memicu depolarisasi sel-sel otot kedua atrium (kanan
dan kiri) sehingga keduanya berkontraksi dan memompa darah ke dalam ventrikel
→ repolarisasi atrium

 Sinyal listrik kemudian berjalan menuju nodus atrioventrikel (AV) → depolarisasi


ventrikel kanan dan kiri sehingga kedua ventrikel berkontraksi dan mendorong
darah ke dalam sirkulasi paru.

 Otot ventrikel → repolarisasi dan rangkaian proses ini kembali berulang.


Depolarisasi dan repolarisasi otot jantung → arus mengalir di dalam badan →
menimbulkan potensial listrik di kulit.
c. Sinyal Listrik dari Otak—Elektroensefalogram

Sinyal-sinyal ini terutama dihasilkan oleh aktivitas listrik neuron-neuron di korteks otak. Perekaman
sinyal-sinyal di otak disebut elektroensefalogram (EEG), dilakukan dengan meletakkan elektrode di
kulit kepala dan mengukur aktivitas listrik, akan diperoleh beberapa sinyal listrik kompleks yang sangat
lemah.

Anda mungkin juga menyukai