Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
Keseimbangan asam basa merupakan hal yang sangat penting bagi tubuh manusia.
Keseimbangan asam basa memiliki pengaruh pada fungsi organ-organ vital seperti
aktivitas enzim, pembekuan darah dan aktivitas neuromuskular. Tingkat keasaman (pH)
normal adalah 7,35 7,45 dan tingkat keasaman yang masih memungkinkan untuk hidup
adalah berkisar antara 6,7 7,9.1
Molekul yang mengandung atom hidrogen (H) yang bisa melepaskan ion H+dalam
larutan disebut sebagai asam. Ion hidrogen adalah satu proton bebas yang dilepaskan oleh
atom hidrogen. Contohnya adalah asam hidroklorida (HCl), yang ketika diionisasi di dalam
air berubah menjadi ion hidrogen (H +) dan ion klorida (Cl-). Basa adalah ion ataupun
molekul yang bisa mengikat ion H+. contohnya HCO3-, yang bisa mengikat ion H+ menjadi
H2CO3. Demikian juga dengan HPO4- adalah suatu basa karena dapat menerima satu ion
hydrogen untuk membentuk H2PO4-. Beberapa protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai
basa, karena bisa mengikat ion hidrogen. Konsentrasi ion hidrogen dalam tubuh diatur
sedemikian rupa sehingga walaupun terdapat berbagai sumber H+ dan klirensnya, namun
dalam keadaan fisiologis nilai normalnya berada dalam batas yang relatif sempit

2,3

Konsentrasi ion hidrogen pada cairan ekstraseluler sebesar 4 x 10-8 atau 0,00000004 eq per
liter. Untuk lebih mempermudah penyebutan kadar asam, maka konsep pH mulai
diperkenalkan. Nilai pH adalah log 1/[H+]
pH = log 1/[H+]
Gangguan keseimbangan asam basa disebut dengan istilah asidosis bila pH darah
bersifat asam dan alkalosis bila pH darah bersifat basa. Tergantung dari proses primernya,
dapat dibagi menjadi asidosis/alkalosis respiratorik (proses primer pada pernafasan) dan
dapat dibagi menjagi asidosis/alkalosis metabolik (proses primernya adalah gangguan
metabolisme). 1
Pada asidosis/alkalosis ringan akan muncul mekanisme kompensasi dari tubuh
untuk mempertahankan pH normal. Kompensasi dari asidosis resperatorik adalah alkalosis
metabolik, sedangkan kompensasi dari alkalosis respiratorik adalah asidosis metabolik dan
demikian juga sebaliknya.1

Metabolik alkalosis adalah kelainan yang sering ditemukan di Rumah Sakit. Hal ini
tidaklah mengejutkan, karena hal-hal seperti muntah, penggunaan diuretik, dan nasogastric
suction sangat sering terjadi pada pasien. Angka kematian yang dihubungkan dengan
kejadian alkalosis metabolik juga cukup bermakna. Dari penelitian, angka kematian
mencapai 45% pada pasien yang memiliki pH darah lebih dari 7,55, dan mencapai 80%
ketika pH mencapai lebih dari 7,65. Walaupun data penelitian tersebut tidak menunjukkan
adanya hubungan kausal angka kematian dengan pH, namun pasien dengan alkalosis
metabolik yang berat harus lebih diperhatikan, dan dikoreksi dengan terapi yang tepat
ketika pH darah sudah mencapai lebih dari 7,55.4
Alkalosis metabolik terjadi ketika ada proses patofisiologis yang memicu terjadinya
akumulasi basa ataupun berkurangnya asam dari cairan ekstraselular. Hipoventilasi dan
hipercapnia adalah kompensasi dari tubuh untuk meminimalkan derajat alkalemia.

BAB II
ALKALOSIS METABOLIK
2.1 Definisi
2.1.1 Asam dan Basa
Asam dan basa merupakan 2 hal yang saling berhubungan, ketika memberikan definisi
mengenai basa, maka perlu pula definisi asam. Asam adalah suatu senyawa ataupun
molekul yang bisa membebaskan ion hidrogen (H +) dalam larutan. Terdapat banyak
senyawa yang mengandung hidrogen, namun tidak semua merupakan asam, karena ion
hidrogen dalam senyawa ini berikatan kuat dengan struktur molekulnya, sehingga tidak
bisa terlepas untuk menjadi ion hidrogen.
Sebaliknya basa didefinisikan sebagai senyawa yang bisa mengikat ion hidrogen.
Istilah basa sering digunakan secara sinonim dengan alkali. Alkali adalah suatu molekul
yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam-logam alkali-natrium, kalium, litium
dan seterusnya. Dengan ion yang sangat mendasar seperti ion hidroksil (OH -). Bagian
dasar dari molekul-molekul ini bereaksi secara cepat dengan ion-ion hydrogen untuk
menghilangkannya dari larutan, oleh karena itu merupakan basa-basa khas. Untuk alasan
yang serupa, istilah alkalosis merujuk pada kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen dari
cairan tubuh, sebaliknya penambahan ion-ion hidrogen dari cairan tubuh, sebaliknya
penambahan ion-ion hidrogen yang berlebihan dikenal sebagai asidosis.
Suatu basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H +, oleh
karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contohnya yang khas adalah OH -,
yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air (H20). Basa lemah yang khas adalah HC0 3-,
karena HC03- berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-.
2.1.2 Pengaturan pH Tubuh
Istilah keseimbangan asam basa mengacu pada regulasi dari konsentrasi ion hidrogen
bebas (H+) di cairan tubuh. Hal ini sangat penting untuk menjaga pH dalam rentang yang
normal.
Ketika pH berubah menjadi lebih tinggi ataupun lebih rendah, maka akan terjadi
perubahan pada proses fisiologis. Molekul yang sensitif terhadap kadar pH meliputi
berbagai macam enzim, reseptor dan ligannya, ion channel, serta beberapa protein

struktural. Pada beberapa protein perubahan pH memberikan dampak yang tidak terlalu
signifikan. Misalnya pada aktivitas pompa Na-K, yang aktivitasnya terpengaruh sampai
50% ketika pH berubah 1 unit dari nilai normal. Namun pada protein lain, misalnya
phosphofruktokinase, aktivitasnya menurun sampai 90% ketika pH hanya berubah 0,1 unit.
Tinggi atau rendahnya pH mempengaruhi jumlah kalsium ekstraseluler yang terionisasi,
pH juga secara langsung mempengaruhi afinitas protein transporter pada plasma, yang
nantinya berpengaruh pada farmakokinetik obat-obatan. Penurunan kadar ion H +
(alkalosis) juga bisa menyebabkan overeksitabilitas dari sistem saraf perifer dan sistem
saraf pusat.
Nilai pH bervariasi pada cairan dalam tubuh, hal ini bisa dilihat pada tabel ... nilai
pH darah arteri adalah 7,4 sedangkan cairan serebrospinal memiliki pH 7,3 atau sedikit
lebih asam dari darah arteri. Air pada suhu 37 oC memiliki pH 6,81 hal ini berarti sebagian
besar cairan tubuh bersifat lebih basa.5
Cairan tubuh
Cairan sekresi lambung

pH
0,7

Lisosom

5,5

Chromaffin granules

5,5

H2O pada suhu 37oC

6,81

Sitosol

7,2

CSF

7,3

Plasma darah arteri

7,4

Matriks mitokondrial

7,5

Cairan sekresi pankreas

8,1

Untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh, input ion
hidrogen harus seimbang dengan outputnya. Ion hidrogen sebagian kecil berasal dari
makanan, misalnya dari asam sitrat yang terkandung dalam buah jeruk. Namun, sebagian
besar ion hidrogen bersumber dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Sumber utama
penghasil ion hidrogen adalah melalui pembentukan H2CO3 yang dihasilkan dari
metabolisme CO2. Oksidasi selular menghasilkan CO2 dan H2O sebagai produk sampingan.
Dengan katalisasi enzim carbonic anhydrase, CO2 dan H2O membentuk H2CO3 yang
kemudian berdisosiasi melepaskan H+ dan HCO3-. Sumber lainnya adalah dari asam
organik yang dihasilkan metabolisme, misalnya asam laktat dan asam lemak.
4

Ada 3 mekanisme yang mempertahankan nilai pH agar tetap dalam batas normal
dalam cairan tubuh, yaitu:
a.

Sistem buffer kimia (penyangga)


Sistem buffer adalah zat kimia yang terdapat dalam cairan tubuh yang mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan pH apabila terjadi penambahan sejumlah asam atau basa
ke dalam cairan tubuh. Sistem buffer bisa merupakan campuran asam lemah dan garam
alkalinya atau campuran basa lemah dan garam asamnya.
Penyangga yang penting dalam tubuh adalah H2CO3 dan NaHCO3 atau KHCO3,
garam HPO4, protein dengan garam alkalinya, H Protein dan B Protein, B adalah kation
seperti Na dan K.3
Ada 3 sistem penyangga di dalam tubuh1,3,4
i.

Sistem penyangga bikarbonat-asam karbonat (HCO3- , H2CO3).


Merupakan sistem penyangga yang utama dalam tubuh dan berfungsi
terutama dalam cairan ekstrasel. Pada proses metabolisme normal, kebanyakan
asam organik dan anorganik yang terbentuk lebih kuat dari H 2CO3. hal ini
menimbulkan reaksi sebagai berikut :
HCl + NaHCO3

H2CO3 + NaCl

H2CO3

H2O + CO2

Bila suatu basa seperti NaOH memasuki tubuh atau terbetuk dalam tubuh,
maka akan bereaksi dengan CO2 membentuk bikarbonat dengan jalan sebagai
berikut:
NaOH + H2CO3

NaHCO3 + H2O

Karbon dioksida (CO2) diproduksi secara kontinyu melalui proses


metabolisme, oleh karena itu setiap basa yang masuk kedalam tubuh dengan segera
diubah menjadi bikarbonat.
Karena pentingnya bikarbonat dan karbon dioksida dalam pengaturan asam
basa, maka pH darah tergantung dari perbandingan ion HCO 3 : H2CO3 dalam
plasma dan cairan ekstrasel. Pada keadaan normal, perbandingan ini adalah 20 : 1.
Henderson & Hesselbach mendapatkan cara perhitungan pH sebagai
berikut:
pH = 6,1 + log HCO3/H2CO3
= 6,1 + log 20
= 6,1 + 1,3 = 7,4

Bila kadar bikarbonat naik atau kadar asam karbonat turun, maka
perbandingan HCO3/H2CO3 akan naik dan nilai pH naik, demikian juga sebaliknya.
ii. Sistem penyangga fosfat.
Sistem penyangga ini terutama berperan dalam eritrosit dan sel tubulus
ginjal yang berperan mengatur ekresi ion H.Ion fosfat terdapat dalam 2 bentuk,
yaitu HPO4- dan H2PO4-. Penambahan asam kuat seperti HCl aan menimbulkan
reaksi sebagai berikut :
HCl + Na2HPO4

NaCl + NaH2PO4

Dengan kata lain asam kuat diubah menjadi garam netral NaCl oleh garam
penyangga fosfat yang berubah bentuk dari basa lemah menjadi asam lemah.
Dengan cara serupa, basa kuat seperti NaOH akan menimbulkan reaksi
sebagai berikut :
NaOH + NaH2PO4

Na2HPO4

Atau dengan kata lain basa kuat akan diubah menjadi air oleh garam
penyangga fosfat yang mengalami perubahan bentuk dari asam lemah menjadi basa
lemah.
iii.

Sistem penyangga protein.


Sistem penyangga ini terutama berfungsi dalam sel jaringan dan juga
didalam plasma. Protein tubuh bertindak sebagai anion pada pH yang alkalis, dalam
bentuk asam (H-Protein) atau sebagai basa (B-Protein).
Dengan cara ini protein dapat melepas atau mengikat ion H sesuai dengan
kebutuhan.

iv.

Sistem penyangga hemoglobin.


Hb bekerja sebagai asam lemah dan membentuk sistem penyangga dengan
basa kuat eperti bikarbonat dan fosfat.
CO2 yang dibentuk selama proses metabolisme jaringan akan berdifusi ke
dalam rongga jaringan, ke dalam plasma dan kemudian ke dalam sel darah merah.
Di dalam sel darah merah dengan perantara enzim karbonik anhidrase, CO 2 akan
diubah menjadi H2CO3 yang segera terurai menjadi H+ dan HCO3-. H+ akan diikat
oleh Hb- membentuk HHb, sedangkan HCO3- akan diikat oleh ion kalium di dalam
sel darah merah membentuk KHCO3. bila konsentrasinya telah melampaui
kadarnya di dalam plasma, maka bikarbonat akan berdifusi ke dalam plasma dan

untuk menjaga keseimbangan elektronetralitas, maka ion klorida akan memasuki


sel darah merah membentuk KCL, jadi :
CO2 + H2O

H2CO3

(H+) + (Hb-)

HHb

(HCO3-) + (K+)

KHCO3 di dalam sel darah merah

KHCO3

(K+) + (HCO3-)

Plasma (Cl-)
b.

(H+) + (HCO3-)

masuk ke dalam plasma

sel darah merah

KCl

Mekanisme kompensasi respirasi.


Garis pertahanan kedua terhadap gangguan asam basa adalah pengaturan konsentrasi CO 2
cairan ekstraselular oleh paru-paru. Dalam persamaan Henderson-Hasselbalch, kita melihat
bahwa peningkatan PACO2 cairan ekstraselular akan menurunkan pH, sedangkan
penurunan PACO2 akan meningkatkan pH. Oleh karena itu, dengan menyesuaikan PACO 2
meningkat atau menurun, paru-paru secara efektif dapat mengatur konsentrasi ion hidrogen
cairan ekstraselular. Peningkatan ventilasi CO2 dari cairan ekstraselular yang melalui kerja
massa, akan mengurangi konsentrasi ion hidrogen. Sebaliknya, penurunan ventilasi akan
meningkatkan CO2, jadi juga meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan
ekstrselular.

c.

Mekanisme kompensasi ginjal.


Dalam keadaan normal ginjal berperan dalam keseimbangan asam basa melalui 3 cara,
yaitu :

i.

Reabsorpsi ion bikarbonat.


Pada keadaan normal, dengan laju filtrasi glomerulus 120 ml/menit dengan
kadar HCO3 serum 24 mEq/l, ginjal harus mereabsorpsi 4000 mEq/l HCO3. Hal ini
berlangsung melalui proses pertukaran ion H (sekresi sel tubulus ginjal) dengan ion
Na tubulus.
Sekresi ion H pada tubulus melalui enzim karbonik anhidrase yang
bertindak sebagai katalisator, seperti reaksi berikut ini :
CO2 + H2O

H2CO3

H+ + HCO3-

Ion H akan bereaksi dengan HCO3 di tubulus menjadi H2CO3, kemudian


menjadi H2O dan CO2. Selanjutnya H2O diekskresi dalam bentuk urin sedangkan
CO2 diabsorbsi oleh sel tubulus.

Ion Na dalam urin masuk ke dalam sel tubulus dan bergabung dengan
HCO3. Selanjutnya terurai kembali menjadi ion HCO 3 dan Na, kemudian ion HCO3
masuk ke plasma dan cairan ekstrasel.
Plasma

Sel tubulus

Urin tubulus

CO2 + H2O
H2CO3
HCO3 + H+

Na

HCO3

HCO3 +

H+

HCO3

Na
+
HCO3

CO2

Na

CO2

H2CO3
H2O
+
CO2

Gambar 2.1 Mekanisme sekresi aktif ion hydrogen dan reabsorbsi bikarbonat
ii.

Asidifikasi garam penyangga.


Mekanisme pertukaran yang serupa terjadi antara ion H dari sel tubulus dan
berbagai garam Na yang terdapat dalam urin, seperti garam Na2HPO4 yang
merupakan garam terbanyak. Garam ini berdisosiasi menjadi ion Na dan NaHPO 4,
selanjutnya ion Na direabsorpsi. Sebaliknya ion H bergerak ke urin bergabung
dengan NaHPO4 membentuk NaH2PO4 yang akan diekskresikan, dengan demikian
kelebihan ion H+ dalam tubuh dibuang melalui urin.

iii.

Ekskresi amoniak.
NH3 terbentuk pada sel tubulus ginjal sebagai hasil oksidasi asam amino.
NH3 diubah menjadi NH4 (bergabung dengan ion H) dan dieksresikan ke urin dalam
bentuk NH4Cl. Disamping itu NH3 bisa diubah menjadi urea dihati dan kemudian
dieksresikan oleh ginjal.
2.2 Klasifikasi dan Patofisiologi Alkalosis Metabolik
Hiperkarbonatremia merupakan tanda dari alkalosis metabolik. Rasio HCO3/H2CO3 akan
meningkat sehingga nilai pH akan naik.

Tabel 2.3 Penyebab Alkalosis Metabolik3


Sensitif klorida
Gastrointestinal
Muntah
Drainase lambung
Diare klorida
Adenoma vilus
Ginjal
Diuretik
Post hiperkapnik
Ambilan klorida yang rendah
Keringat
Fibrosis kistik
Resisten klorida
Peningkatan aktivitas mineralokortikoid
Hiperaldosteronism preimer
Gangguan edema (hiperaldosteronism sekunder)
Sindrom Cushing
Menelan licorice
Sindrom Bartter
Hipokalemia berat
Lain-lain
Transfusi darah massif
Larutan koloid yang mengandung asetat
Pemberian basa pada insufisiensi ginjal
Terapi biasa
Terapi kombinasi antasid dan resin pertukaran kation
Hiperkalsemia
Sindrom milk-alkali
Metastasis tulang
Penisilin sodium
Pemberian glukosa pada kelaparan
Efek alkalosis metabolik.
Kelebihan basa akan merangsang kemoreseptor di batang otak untuk menurunkan
ventilasi alveolar dalam usaha menahan CO 2 dari tubuh. Keadaan konpensasi ini juga akan
menyebabkan hipoksia ringan dan hiperbikarbonatremia.
Kenaikan

PACO2

menandakan

terjadinya

kompensasi

pernafasan

untuk

mengembalikan pH kearah normal.


Pada alkalosis metabolik tanpa komplikasi, PACO2 naik 6 mmHg untuk tiap 10 mEq/l
kenaikan HCO3 serum. Bila lebih atau kurang dari yang diharapkan, mungkin terdapat
kelainan primer lain.

Alkalosis metabolik menyebabkan afinitas protein terhadap kalsium bertambah


sehingga kadar kalsium bebas dalam serum berkurang.
Disamping itu akan menginduksi pelepasan asetilkolin pada hubungan saraf otot.
Kedua hal ini akan menimbulkan gejala atau tanda Chvostek dan Trousseau positif,
demikian juga twiching dan tetani merupakan tanda dari alkalemia berat (pH diatas 7,55).
Pasien yang alkalotik berada dalam resiko besar untuk timbulnya aritmia spontan terutama
dalam stress fisik seperti anestesia dan pembedahan.
Akibat lain dari keadaan ini adalah meningkatnya afinitas Hb terhadap O 2. Reabsorbsi
ginjal terhadap kalsium tinggi sedangkan terhadap K rendah.

BAB 3
PENATALAKSANAAN
ALKALOSIS METABOLIK
Pengobatan terutama ditujukan pada penyebab yang mengakibatkan timbulnya
alkalosis metabolick. Tindakan pengobatan untuk tujuan koreksi terhadap alkalosis
metabolik, sangat sulit dilakukan akhir-akhir ini dicoba penggunaan golongan obat
penghambat enzim karbonik anhidrase.
Apabila disebabkan karena muntah atau pengisapan lambung. Bisa diberikan infuse
cairan yang mengandung NaCl dan KCl sejumlah yang sama dengan volume cairan
lambung yang hilang. Apabila disebabkan hipokalemia, diberikan terapi dengan preparat
KCl yang jumlahnya sulit diperoleh di pasaran.

BAB 4
PENUTUP

10

DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku, G., Diktat Kumpulan Kuliah, Bagian/SMF Anestesiologi dan Reanimasi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, 2002.
2.

11

Anda mungkin juga menyukai