Anda di halaman 1dari 14

Keseimbangan Asam Basa

Di susun oleh : Ns. MB. Purbo Kuncoro.

Pengertian
Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Molekul yang
mengandung atom – atom hidrogen yang dapat melepaskan ion hidrogen dalam larutan dikenal sebagai
asam, contoh asam adalah asam hidroklorida ( HCL ), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion
hidrogen ( H+ ) dan ion klorida ( CL - ) demikian juga, asam karbonat ( H 2CO3) berionisasi dalam air
membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-).

Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion bikarbonat (HCO 3-),
adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat
( H2CO3). Demikian juga ( HPO4 ) adalah suatu basa karena dia dapat menerima satu ion hidrogen untuk
membentuk ( H2PO4 ). Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam
amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion  hidrogen. Protein
hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel-se tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh
yang paling penting.

Istilah “ basa “  sering digunakan secara sinonim dengan “ alkali”. Alkali adalah suatu molekul yang
terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali – natrium, kalium, litium dan seterusnya dengan ion
yang sangat mendasar seperti ion Hidroksil ( OH - ). Bagian dasar dari molekul-molekul ini bereaksi secara
tepat dengan ion-ion hidrogen untuk menghilangkanya dari larutan dan oleh karena itu, merupakan basa-
basa yang khas untuk alasan yang serupa, istilah “ alkalis ” merujuk pada kelebihan pengeluaran ion-ion
hidrogen dari cairan tubuh, sebaliknya penambahan ion-ion hidrogen yang berlebihan dikenal sebagai
“asidosis “

Asam dan basa kuat dan lemah

Asam kuat adalah  asam yang berdisosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan sejumlah besar ion
H dalam larutan. Contohnya adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk
+

mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H +. Contohnya H2CO3.

Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H +. Oleh karena itu dengan cepat
menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH -, yang bereaksi dengan H+ untuk
membentuk air ( H2O ). Basa lemah yang khas adalah HCO 3- karena HCO3- berikatan dengan H+ secara
jauh lebih lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan
dengan pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa lemah.
KESEIMBANGAN ASAM BASA

Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia
mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat
berjalan optimal.

Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal.
Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.

Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui adalah:

1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen
asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40
mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya
jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya
jumlah komponen asam.

PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA

Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain
dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau
produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal
memainkan peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan
konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi
sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang
melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen
normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.

Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion hidrogen, dengan
penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion –
ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai
cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang terjadi pada asidosis
dan alkalalosis.

Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal
sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam
kondisi yang ekstrim, konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi
160 nEq/liter tampa menyebabkan kematian.

            Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang kecil ini
tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan
satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.

            pH normal darah arteri adalah 7,4 , sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar
7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida ( CO2 ) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3.
Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah
nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat
hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.

       pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme sel
menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung pada jenis sel, pH cairan intraseluler diperkirakan
berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran darah yang buruk ke jaringan dapat
menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH intraseluler.

       pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam basa cairan ekstraseluler.
Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat asam adalah HCL yang diekskresikan kedalam
lambung oleh oksintik  ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.

Pengaturan

Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrigen dalam cairan tubuh untuk mencegah
asidosis atau alkalosis adalah:

1. Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan.
2. Pusat pernapasan yang mengatur pembuangan CO2 dari cairan ekstraseluler.
3. Ginjal yang dapat mengekskresikan urin asam atau urin alakalin, sehingga
menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju normal
selama asidosis dan alkalisis.

Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen ,sistem penyangga cairan tubuh bekerja dalam
waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-perubahan ini. Sistem penyangga tidak mengeliminasi ion-
ion hidrogen dari tubuh atau menambahnya kedalam tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka tetep terikat
sampai keseimbangan tercapai kembali. Kemudian sistem pernafasan juga bekerja dalam beberapa menit
untuk mengeliminasi CO2 dan oleh karena itu H2CO3 dari tubuh. Kedua pengaturan ini menjaga
konsentrasi ion hidrogen dai perubahan yang terlalu banyak sampai pengaturan yang ketiga bereaksi lebih
lambat,Ginjal dapat mengeliminasi kelebihan asam dan basa dari tubuh.

Walaupun ginjal relatif lambat memberi respon,dibandingkan sistem penyangga dan pernafasan,
ginjal merupakan sistem pengaturan asam-basa yang paling kuat selama beberapa jam sampai beberapa
hari.

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-bas darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia Ginjal
memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer).

Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan
yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk
meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paliing penting dalam darah
menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan
karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka
akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit
bikarbonat.

Pembuangan karbondioksida.

Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang
dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru paru karbondioksida
tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat,
kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar
karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan
kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi
menit.

Sistem Penyangga Ion Hidrogen dalam Cairan Tubuh

Penyangga adalah zat apapun yang secara terbalik dapat mengikat ion-ion hidrogen,yang segera
bergabung dengan asam basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
Sistem ini bekerja sangat cepat dan menghasilkan efek dalam hitungan detik.

Ada 4 sistem penyangga dalam cairan tubuh yaitu:

1. Sistem penyangga bikarbonat

Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat:

1.      Asam lemah ( H2CO3 )

2.      Garam bikarboant ( NaHCO3 )

H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O :

CO2 + H2O       H2CO3

Reaksi ini lambat, dan sangat sedikit jumlah H 2CO3  yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik
anhidrase. Enzim ini banyak sekali di dinding alveoli paru-paru, dimana CO 2  ( oksigen ) dilepaskan,
karbonik anhidrase juga ditemukan di sel-sel epitel tubulus ginjal, dimana CO 2 bereaksi dengan H2O 
untuk membentuk  H2CO3.

H2CO3  berionasi seara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H+ dan HCO3- :  

H2CO3               H+  + HCO3-                           

Komponen dari kedua sistem, yaitu garam bikarbonat, terbentuk secara dominan sebagai natrium
bikarbonat ( NaHCO3 ) dalam cairan ekstraseluler.

Oleh karena itu hasil akhinya adalah kecenderungan penurunan kadar CO 2 dalam darah,tetapi
penurunan CO2  dalam darah menghambat pernapasan dan penurunan laju ekspirasi CO 2 . Peningkatan
HCO3- yang terjadi didala darah dikompensasi oleh peningkatan ekskresi  HCO3- ginjal.
Sistem penyangga bikarbonat merupakan penyangga ekstraselular yang paling penting. Sistem alasan
bikarbonat kuat karena dua alasan berikut :

1. pH cairan ekstraseluler sekitar 7,4 , sedangkan pK sistem penyangga bikarbonat adalah 6,1 . Hal
ini berarti bahwa terdapat sistem penyangga bikarbonat dalam bentuk HCO 3- sebanyak 20 kali
lebih besar daripada bentuk CO2 yang terlarut. Karena alasan inilah sistem tersebut bekerja pada
bagian kurva penyangganya buruk.
2. Konsentrasi kedua elemen bikkarbonat, yaitu CO2 dan HCO3- tidak besar ( kecil ).

Selain ciri-ciri ini, sistem penyangga bikarbonat merupakan penyangga ekstraseluler yang paling
kuat dalam tubuh. Sifat berlawanan yang jelas ini terutama akibat kenyataan bahwa kedua elemen sistem
penyangga. HCO3- dan CO2 diatur oleh ginjal dan paru-paru. pH cairan ekstraseluler dapat diatur dengan
tepat oleh kecepatan relatif dan penambahan HCO 3- oleh ginjal dan kecepatan pemindahan CO2 oleh paru-
paru.

2. Sistem penyangga fosfat

Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah asam kuat menjadi asam
lemah dan basa kuat menjdi basa lemah. Natrium hidrogen fosfat ( Na2HPO4) adalah basa lemah dan
natrium dihidrogen fosfat ( Na H2PO4) adalah asam lemah

HCl + Na2HPO4 ↔ NaH2PO4 + NaCl

NaOH + NaH2PO4 ↔ Na2HPO4 + H2O     

Walaupun sistem penyangga fosfat tidak mempunyai manfaat yang besar sebagai penyangga cairan
ekstraseluler, sistem penyangga ini memainkan peranan penting dalam penyangga cairan tubulus ginjal
dan cairan intraseluler.

            Elemen utama dalam sistem penyangga fosfat adalah H 2PO4- dan HPO4- , bila suatu asam kuat
seperti HCL ditambah kedalam campuran kedua zat ini, hidrogen diterima oleh basa HPO 4- dan
dikonversikan menjadi H2PO4- :

HCL+Na2HPO4                                     Na2HPO4  + NaCL

Hasil dari reaksi ini adalah asam kuat, yaitu HCL, digantikan oleh sejumlah asam lemah tambahan    
Na2HPO4 dan penurunan pH menjadi minimal.

Penyangga fosfat menpunyai peran yang sangat penting dalam cairan tubulus ginjal
Alasannya :

1.        Fosfat biasanya menjadi sangat pekat dalam bentuk tubulus, sehingga meningkatkan tenaga penyangga
sistem fosfat.

2.    Cairan tubulus biasanya mempunyai pH yang lebih rendah daripada airan ekstraseluler, menyebabkan
jangkauan kerja penyangga lebih mendekati pK sistem.

Sistem penyangga fosfat juga penting dalam  penyangga intraseluler karena konsentrasi fosfat dalam
cairan ini beberapa kali lebih besar daripada dalam cairan ekstraseluler. Juga pH cairan intraseluler lebih
rendah daripada pH cairan ekstraseluler dan oleh karena itu biasanya  lebih mendekati pK sistem
penyangga fosfat, dibandingkan dengan pK cairan ekstraseluler.

3. Sistem protein

Sistem protein Sistem penyangga terkuat dalam tubuh. Karena mengandung gugus karboksil yang
berfungsi sebagai asam dan gugus amino yang berfungsi sebagai basa. Protein banyak diantara para
penyangga yang paling kuat dalam tubuh karena konsentrasinya yang tinggi, terutama didalam sel.

pH sel, walaupun sedikit lebih rendah daripada ph dalam cairan ekstraseluler, perubahannya kira-kira
sesuai dengan perubahan pH cairan ekstraseluler. Ada sedikit ion hidrogen dan ion bikarbonat yang
berdifusi melalui membran sel, walaupun ion-ion ini membutuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi
seimbang dengan cairan ekstraseluler, kecuali keseimbangan cepat yang terjadi didalam sel-sel darah
merah. Akan tetapi CO2 dapat dengan cepat berdifusi melalui semua membran sel. Difusi elemen sistem
penyangga bikarbonat ini mrnyebabkan pH cairan intraseluler berubah ketika terjadi perubahan pH cairan
ekstraseluler. Karena alasan ini, sistem penyangga didalam sel membantu mencegah perubahan pH cairan
ekstraseluler tetapi mungkin membutuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi efektif secara maksimal.

Dalam sel darah merah, hemoglobin adalah penyangga penting sebagai berikut :

H+ + Hb                          HHb

Penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa 60 sampai 70 persen penyangga kimia total
dalam cairan tubuh berada didalam sel-sel, kebanyakan dihasilkan dari protein intraseluler. Akan tetapi,
kecuali untuk sel-sel darah merah, lambatnya pergerakan ion hidrogen dan ion bikarbonat melalui
membran sel sering memperlambat kemampuan maksimal protein intraseluler sampai beberapa jam untuk
menyangga gangguan asam basa ekstraseluler.

           
C.        Pengaturan Pernapasan Terhadap Keseimbangan Asam Basa

Gangguan pada asam basa adalah pengaturan konsentrasi CO 2 cairan ekstraseluler oleh paru-paru.
Peningkatan cairan ekstra seluler akan menurunkan pH, sedangkan penurunan Pco 2  akan meningkatkan
pH. Oleh karena itu dengan menyesuaikan Pco 2 meningkat atau menurun, paru-paru secara efektif dapat
mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler. Peningkatan ventilasi CO 2  dari cairan
ekstraseluler yang melalui kerja massa akan mengurangi konsentrasi ion hidrogen. Sebaliknya penurunan
ventilasi akan meningkatkan CO2, jadi juga meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan
ekstraseluler.

1.      Ekspirasi CO2  paru-paru mengimbangi pembentukan CO2  metabolik.

CO2 dibentuk secara teruss menerus dalam suhu tubuh melalui proses metabolisme intraseluler.
Setelah itu CO2  berdifusi dari sel masuk kedalam cairan interstisial dan darah, dan aliran darah
mentranspor CO2  ke paru, tempat CO2 berdifusi kedalam alveoli dan kemudian ditransfer ke atmosfer
melalui paru-paru. Rata-rata secara normal terdapat sekitar 1,2 mol/liter CO 2  yang terlarut dalam cairan
ekstraseluler, yang sama dengan Pco2 40 mmHg.

Bila kecepatan pembentukan CO2  metabolik meningkat, Pco2 cairan ekstraseluler juga meningkat.
Sebaliknya penurunan kecepatan metabolik menurunkan Pco 2. Bila kecepatan ventilasi paru-paru dan Pco 2
dalam cairan ekstraseluler menurun. Oleh karena itu perubahan ventilasi paru atau kecepatan
pembentukan CO2  oleh jaringan dapat mengubah Pco2  cairan ekstraseluler.

2.        Peningkatan ventilasi alveolus menurunkan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler
dan meningkatkan pH

Bila pembentukan CO2 metabolik tetap konstan, satu-satunya faktor lain yang mempengaruhi Pco 2
dalam cairan ekstraseluler adalah kecepatan ventilasi alveolus, semakin rendah Pco 2  dan sebaliknya,
semakin rendah kecepatan ventilasi alveolus, semakin tinggi Pco 2 . bila konsentrasi CO2 meningkat,
konsentrasi H2CO3 dan konsentrasi ion hidrogen juga meningkat, sehingga menurunkan pH cairan
ekstraseluler.

3.         Peningkatan konsentrasi ion hidrogen merangsang ventilasi alveolus

Tidak hanya kecepatan ventilasi alveolus saja yang mempengaruhi konsentrasi ion hidrogen dengan
mengubah  Pco2  cairan tubuh, tetapi konsentrasi ion hidrogen juga mempengaruhi kecepatan ventilasi
alveolus. Kecepatan alveolus meningkatkan empat sampai lima kali kecepatan normal sewaktu pH turun
dari nilai normal. Oleh karena itu kompensasi pernapasan terhadap peningkatan pH tidak seefektif respon
penurunan pH yang nyata.

4.      Kontrol umpan balik konsentrasi hidrogen oleh sistem pernapasan

Karena peningkatan konsentrasi ion hidrogen meransang pernapasan dan karena peningkatan
ventilasi  alveolus sebaliknya menurunkan konsentrasi ion hidrogen, sistem pernapasan bekerja sebagai
kontrol umpan balik negatif yang khas untuk konsentrasi ion hidrogen : 

( H+ )     ventilasi alveolus

            (  -  )                            Pco2  

Yaitu kapanpun konsentrasi ion hidrogen meningkat di atas normal, sistem pernapasan dirangsang
dan diventilasi alveolus meningkat. Keadaan ini menurunkan Pco 2 cairan ekstraseluler dan mengurangi
konsentrasi ion hidrogen kembali menuju normal. Sebaliknya bila konsentrasi ion turun dibawah normal,
pusat pernapasan menjadi tertekan, ventilasi alveolus menurun dan konsentrasi ion hidrogen meningkat
kembali menuju normal.

5.      Efisiensi kontrol pernapasan terhadap konsentrasi  ion hidrogen

Kontrol pernapasan tidak mengembalikan konsentrasi ion hidrogen kembali normal bila beberapa
gangguan diluar sistem pernapasan telah menghambat pH, biasanya mekanisme pernapasan untuk
mengontrol konsentrasi ion hidrogen mempunyai efektifitas antara 50 dan 75 persen. Bila konsentrasi ion
hidrogen tiba-tiba meningkat melalui penambahan asam kedalam cairan ekstraseluler dan pH turun dari
7,4 menjadi 7,0 , sistem pernapasan dapat mengembalikan pH ke nilai sekitar 7,2 sampai 7,3. Respon ini
terjadi dalam waktu 3 sampai 12 menit.

6.      Kekuatan pernapasan sistem pernapasan

Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam basa merupakan tipe sistem penyangga
fisiologis karena pengaturan ini bekerja dengan cepat dan menjaga konsentrasi ion hidrogen dari
perubahan yang terlalu besar sampai respon ginjal yang kebih lambat dapat menghilangkan ketidak
seimbangan. Pada umumnya seluruh tenaga penyangga sistem pernapasan adalah satu sampai dua kali
lebih besar daripada tenaga penyangga seluruh penyangga kimia lainnya dalam gabungan cairan
ekstrasel.uler. artinya satu sampai dua kali lebih banyak asam atau basa yang secara normal dapat
disangga oleh mekanisme ini daripada oleh penyangga kimia.
Akan tetapi gangguan pernapasan dapat juga menyebabkan perubahan konsentrasi ion hidrogen.
Sebagai contoh, gangguan fungsi paru untuk menghilangkan  CO2 keadaan ini kemudian menyebabkan
pembentukan  CO2 dalam cairan ekstraseluler dan kecenderungan ke arah asisdosis respirotarik. Juga
kemampuan untuk memberi respon terhadap oksidasi metabolik menjadi terganggu karena pengurangan
kompensasi Pco2  yang secara normal akan menjadi tumpul. Pada keadaan ini ginjal menjadi mekanisme
fisiologis tunggal yang masih ada untuk mngembalikan pH ke arah normal setelah terjadi penyanggaan
kimia awal dalam cairan ekstraseluler.

Kontrol Keseimbangan  Asam-Basa Oleh Ginjal

Ginjal mengontrol keseimbangan asam basa dengan mengeluarkan urin yang asam atau yang basa.
Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran
urin basa berarti menghilangkan  basa dari cairan ekstraseluler.

Keseluruhan mekanisme urin asam basa oleh ginjal adalah sebagai berikut : sejumlah besar ion
bikarbonat disaring secara terus menerus kedalam tubulus, dan bila ion bikarbonat diekskresikan kedalam
urin, keadaan ini menghilangkan basa dari darah. Sebaliknya sejumlah besar ion hidrogen juga
dieksresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah. Bila
lebih banyak ion hidrogen yang diekskresikan daripada ion karbonat yang disaring, akan terdapat
kehilangan asam dari ciran ekstraseluler. Sebaliknya bila lebih banyak bikarbonat yang disaring daripada
hidrogen yang dieksresikan, akan terdapat kehilangan  basa.

Setiap hari tubuh menghasilkan sekitar 80 miliekuivalen asam yang tidak menguap, terutama dari
metabolisme protein. Asam-asam ini disebut tidak menguap karena mereka bukan  H2CO3  oleh karena itu
tidak dapat diekskresikan oleh paru-paru. Mekanisme primer untuk menghilangkan asam-asam ini dari
tubuh adalah melalui ekskresi ginjal. Ginjal juga mencegah kehilangan bikarbonat dalam urin, suatu tugas
yang seara kuantitatif lebih penting daripada ekskresi asam yang tiak menguap. Setiap hri ginjal
menyaring sekitar 4320 miliekuivalen bikarbonat ( 180 liter/hari x 24 mEg/liter ) dan dalm kondisi
normal, hampir semuanya direabsorbsi dari tubulus, sehingga mempertahankan sistem penyangga utama
airan ekstraseluler.

Reabsorbsi bikarboanat dan ekskresi ion hidrogen ole tubulus. Karen ion bikarbonat harus bereaksi
dengan ion hidogen yang disekresikan untuk membentuk H 2CO3 sebelum dapat direabsobsi, 4320
miliekuivalen ion hidrogen harus disekresikan tiap hari hanya untuk mereabsorbsi bikarbonat yang
disaring kemudian penambahan 80 miliekuivalen ion hidrogen harus diekskresikan untuk menghilangkan
asam-asam yang tidak menguap dari tubuh yang diproduksi  setiap hari, sehngga total 4400 miliekuivalen
ion hidrogen yang diekskresikan kedalam cairan tubulus setiap harinya.
Bila terdapat pengurangan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler ( alkaisis ), ginjal gagal
mereabsorbsi semua bikarbonat yang disaring, sehingga meningkatkan ekskresi bikarbonat. Karena ion
bikarbonat normalnya menyangga hidrogen dalam cairan ekstraseluler, kehillangan bikarbonat ini sama
dengan penambahan satu ion hidrogen kedalam cairan ekstraseluler. Oleh karena itu pada alkalisis
pengeluaran ion bikarbonat akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler kmbali
menuju normal.

Pada asidosis, ginjal tidak mengekskresikan bikarbonat kedalam urin tetapi mereabsobsi semua
bikarbonat yang disaring dan menghasilkan bikarbonat baru, yang ditambahkan kembali kecairan
ekstraseluler, hal ini mengurangi konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler kembali menuju normal.

Jadi, ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler melalui tiga mekanisme dasar :

1.    Sekresi ion-ion hydrogen


2.    Reabsobsi ion-ion bikarbonat baru
3.    Produksi ion-ion bikarbonat baru  

Sekresi Ion Hidrogen Dan Reabsorsi Ion Bikarbonat Oleh Tubulus GinjaL

Sekresi ion hidrogen dan reabsorsi bikarbonat sebenarnya terjadi di seluruh bagian tubulus kecuali
cabang tipis desenden dan asenden ansa Henle. Bahwa untuk setiap bikarbonat yang direabsorsi, harus
ada satu ion hydrogen yang disekresikan. Sekitar 80 sampai 90 % reabsorsi bikarbonat ( dan sekresi ion
hidrogen ) terjadi ditubulus proksimal, sehingga hanya sebagian kecil bikarbonat yang mengalir ke dalam
tubulus distal dan duktus koligentes. Mekanisme reabsorsi bikarbonat juga meliputi ekresi ion hydrogen
oleh tubulus, tetapi terdpat beberapa perbedaan dalam hal bahwa segmen-segmen tubulus yang
menyelesaikan tugas ini adalah berbeda.

·         Ion – Ion hydrogen Disekresikan Oleh Transpor Aktif Sekunder di segmen Tubulus Awal

Sel – sel tobulus proksimal,segmen tebal tobulus ansa Henle, dan tobulus distal semuanya semuanya
menyekresi ion hidrogen kedalam cairan tobulusmelalui transport – imbangan natrium – hydrogen.
Sekresi aktif sekunder dari ion hydrogen ini berpasangan dengan transport natrium ke dalam sel pada
membrane luminal, dan energy untuk sekresi ion hydrogen melawan gradient konsentrasi berasal dari
gradient natrium yang membantu pergerakan natrium ke dalam sel. Gradien ini dihasilakan pompa
natrium – kalium adenosine trifosfat ( ATPase ) di membrane basolateral. Lebih dari 90 % bikarbonat
dreabsorsi dengan cara ini, mambutuhkan sekitar 3900 miliekuivalen hydrogen untuk dieksresikan setiap
hari oleh tobulus. Akan tetapi melanisme ini tidak mencapai konsentrasi ion hidrogenyang sangat tinggi
dalam cairan tobulus, cairan tobular menjadi sangat asam di bagian berikutnya dari system tobulus.

Proses sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke dalam sel tubulusatau dibentuk melelui metabolisme
di sel epitel tobulus, CO2 dibawah pengaruh enzim karbunik anhidrase , bergabung dengan H2O untuk
membentuk H2CO3 yang brdisosiasi HCO3- dan H+. Ion – ion hydrogen disekresikan dari sel masuk
kedalam lumen tubulus melalui transport - imbangan natrium – hydrogen. Artinya ketika natrium
bergerak dari lumen tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula – mula bergabung dengan protein
pembawa di batas luminal membran sel ; pada waktu yang bersamaan, ion hydrogen di bagian dalam sel
bergabung dengan protein pembawa. Natrium bergerak kedalam melalui gradient konsentrasi yang telah
dicapai oleh natrium – kalium ATPase di membrane basolateral. Gradien untuk pergerakan natrium
kedlam sel kemudian menyediakan energy untuk menggerakkan ion hidrigen dalam arah yang belawanan
dari dalam sel ke lumen tubulus.

Ion bikarbonat yang dihasilakan dlam sel ( bila ion hydrogen berdisosiasi  dari H2CO3 ) kemudian
bergerak turun melintasi membrane basolateral ke dalam cairan intertisial ginjal dan darah kapiler peri –
tubular. Hasil akhirnya adalah bahawa untuk setiap ion hydrogen yang disekresikan kedalam lumen
tubulus, satu ion bikarbonat masuk kedalam darah.

·         Ion –Ion Bikarbonat yang Disaring Direabsorsi melalui Interaksi dengan Ion Hidrogen dalam
Tubulus

Ion – ion bikarbonat tidak mudah menembus membrane luminal sel – sel tbulus ginjal; oleh karena
itu, ion – ion bikarbonat yang di disring oleh glomerulus tidak dapat direabsorsi secara lagsung.
Sebaliknya, bikarbonat direabsorsi melalui proses khusus dimana bikarbonat pertama kali brgabung
dengan ion hydrogen untuk membentuk H2CO3, yang akhirnya menjadi CO2 dan H2O.

Reabsorsi ion – ion bikarbonat ini diawlai oleh reksi diantara tubulus antara ion – ion bikarbonat
yang disaring pada glomerulus dan ion – ion hydrogen yang disekresi oleh sel – sel tubulus. H 2CO3 yang
terbentuk kemudian berdisosiasi menjadi CO 2 dan H2O. CO2 dapat bergerak dengan mudah melewati
membran tubulus; oleh karena itu, CO2 bergabung kembali dengan H2O, dibaeah pengaruh karbonik
anhidrase, untuk menghasilakan molekul H2CO3 yang baru. H2CO3 ini kemudian berdisosiasi membentuk
ion bikarboanat dan ion hydrogen; ion bikarbonat kemudian berdifusi melalui membrane basolateral
kedalam cairan intertisial dan dibawa naik ke darah kapilere peritubular. Jadi setiap kali ion hydrogen
dibentuk di dalam  sel – sel epitel tubular, ion bikarbonat juga dibentuk dan dilepaskan kembali ke dalam
darah. Efek bersih dari reaksi ini adalah “reabsorsi” ion bikarbonat dari tubulus, walaupun ion – ion
bikarbonat yang sebenarnya memasuki cairan ekstraseluler tidak sama dengan yang disaring ke dalam
tubulus.

·         Ion – ion Bikarbonat “ Dititrasi ” Terhadap Ion – ion Hidrogen Dalam Tubulus.

Dalam kondisi normal, kecepatan sekresi ion hydrogen tubular adalah sekitar 4400mEq/hari. Jadi,
jumalah kedua ion yang memasuki tubulus ini hampir sama, dan mereka bergabung untuk membentuk
CO2 dan H2O. Oleh karena itu peningkatan bahwa ion – ion bikarbonat dan ion –ion hydrogen normalnya
bertitrasi satu sama lain dengan tubulus.

Proses titrasi ini tidak begitu tepat karena biasanya sedikit kelebiahn ion hydrogen dalm tubulus akan
dieksresikan dalm urin. Kelebihan ion ini sekitar ( 80mEq/hari ) membersihkan tubuh dari asam – asam
yang tidak menguap yang dihasilakan oleh metabolisme. Kebanyakan ion hydrogen tidak diekskresikan
sebagai ion hydrogen bebas tetepi lebih dalam bentuk kombinasi dengan penyangga urin lainya, terutama
fosfat dan ammonia

Bila terdapat kelebiahan ion bikarbonat melebihi ion hydrogen dalam urin, eperti yang terjadi
alkalosis metabolic, kelebihan ion bikarbonat tidak dapat direabsorsi; oleh karena itu, kelebiahan ion
bikarbonat ditinggalkan di dalam tubulus dan akhirnya diekskresiakn ke dalam urin, yang membantu
mengoreksi alkalosis metabolic.

Pada asidosis, teradapat kelebihan jumlah ion hydrogen dibandingkan dengan ion bikarboanat,
menyebabkan reabsorsi menyeluruh bikarbonat,dan kelebiahan ion hydrogen dikeluarkan kedalam urin.
Kelebihan ion hydrogen ini disangga didalam tubulus olen fosfata dan ammonia dan akhirnya
dieksresikan sebagai garam. Jadi, mekanisme dasar dimana ginjal mengoreksi asidosis atau alkalosis
merupakan titrasi tidak lengkap dari ion hydrogen terhadap ion bikarbonat, meninggalakan salah satu dari
kedua ion ini untuk dikeluarkan ke dalam urin, oleh karena itu dihilangkan dari cairan ekstraseluler.

Sekresi Aktif Primer dari Ion Hidrogen dalam Sel –Sel Intercalated pada Tubulus Distal Bagian Akhir
dan Duktus Koligentes.

Dimulai dari bagian akhir tubulus distal dan berlanjut melelui sisa system tubular, epitel tubulus
menyekresikan ion – ion hydrogen melalui transport aktif primer. Ciri – ciri transport ini berbeda dengan
transport yang didiskusikan untuk tubulus proksimal dan ansa henle.

Mekanisme sekresi aktif primer  ion hydrogen terjadi pada membrane luminal sel tubulus, tempat ion
– ion hydrogen ditranspor secara langsung oleh suatu protein khusus, yaitu pentranspor-hidrogen ATPase.
Energi yang dibutuhkan untuk memompa ion hydrogen dihasilakn dari pemecahan ATP menjadi adenin
difosfat.

Sekresi primer ion hydrogen terjadi di suatu sel jenis khusus yang disebut sel intercalated  pada
tubulus distal bagian akhir dan duktus koligentes. Sekresi hydrogen dalam sel – sel ini dicapai melalui
dua langkah:

1. CO2 terlarut dalam sel ini bergabung dengan H2O membentuk H2O dan H2CO3
2. H2CO3 kemudian berdisosiasi menjadi ion bikarbonat yang direabsorsi menjadi ion bikarbonat
yang direabsorsi ke dalam darah ditambah ion hydrogen yang disekresikan kedalam
tubulusmelelui mekanisme hydrogen-ATPase

Untuk setiap ion hydrogen yang disekresikan, satu bikarbonat direabsorsi, mirip dengan proses
didalam tubulusproksimal. Perbedaan utama adalah bahwa hydrogen bergerak melewati membrane
luminal melalui pompa aktif H+ dan bukan melalui transport-imbangan, seperti yang terjadi pad bagian
awl nefron.

     Walaupun sekresi ion hydrogen di tubulus distal bagian akhir dan duktus koligentes hanya
merupakan sekitar 5 % dari ion hydrogen total yang disekresikan, mekanisme ini penting dalam
pembentukan urin asam yang maksimal. Ditubulus proksimal, konsentrasi ion hydrogen dapat
ditingkatkan hanya sekitar 3 – 4 kali lipat, walaupun sejumlah besra ion hydrogen disekresikan melalui
segmen nefron ini. Sebaliknya, konsentrasi ion hydrogen dapat ditingkatkan sebanyak 900 kali lipat di
dalam duktus koligentes. Penurunan pH cairan tubulus ini sampai sekitar 4,5, yang merupakan batas
bawah pH yang dapat dicapai oleh ginjal normal.                                                      

Anda mungkin juga menyukai