Anda di halaman 1dari 25

Tugas Nutrisi Dan Cairan II Keseimbangan Asam Basa Dosen Pembimbing : Fitri Handayani, S.Kp, M.

Kep

Disusun Oleh: Anggi Faizal Galuh Forestry Kartika Ekawati Kristianto Dwi Nugroho Lailatun Nurul Chusna Lilyana Septiayu Tiffany Nur Alifah Risky Asriningati Wulan Suci Ningrum 22020111130034 22020111130056 22020111130042 22020111130078 22020111120022 22020111120019 22020111140106 22020111130059 22020111130097

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

1. Jelaskan definisi sistem penyangga tubuh! Dalam keadaan normal pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah antara 7.35-7.5. walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil metabolisme dari zat-zat tetapi keadaaan setimbang harus selalu di pertahankan dengan jalan membuang kelebihan asam tersebut, sebab penurunan pH sedikit saja menujukkan keadaan sakit misalnya pada diabetic coma dimana pH darah turun sampai 6.82 sehingga harus selalu ada kesetimbangan asam basa dalam tubuh kita. Untuk ini maka tubuh kita mempunyai : a. Sistem buffer Untuk mempertahankan pH tubuh agar tetap normal. b. Sistem pernafasan. Dengan mengatur pernafasan CO2 melalui pernafasan, jadi juga mengatur kosentrasi H2CO3 dalam tubuh. c. Ginjal Mengatur kelebihan asam basa melalui ginjal Sistem Buffer Buffer atau penyangga adalah larutan kimia yang menahan perubahan PH jika terdapat penambahan asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari : larutan asam lemah dan garamnya,seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat atau larutan basa lemah dan garamnya,seperti larutan amonia dan amonium klorida. Jika pH menurun, maka garam ( natrium bikarbonat ) berperan sebagai basa yang akan menerima ion hidrogen yang ditambahkan pada larutan. Jika Ph meningkat asam lemah ( asam karbonat ) akan mendonorkan ion hidrogen kepada larutan, sehingga perubahan pH akan disangga. Hal yang dsebaliknya berlaku untuk basa lemah dan garamnya. Secara umum buffer bereaksi dengan melepaskan atau mengambil ion hidrogen:

Penurunan konsentrasi ion hidrogen H+ + BufferHbuffer

Peningkatan konsentrasi ion hidrogen Perhatikan bahwa ion hidrogen tidak dibuang dari tubuh hanya terperangkap oleh buffer. Sistem buffer kimiawi utama dalam tubuh adalah: a. Sistem Buffer Bikarbonat b. Sistem Buffer Fosfat c. Sistem Buffer Protein d. Sistem Buffer Hemoglobin e. Sistem Buffer Amonia Semua sistem buffer akan bekerja sama untuk mengembalikan pH dalam sekejap, tetapi terdapat keterbatasan perubahan pH sebesar apa yang dapat dijaga konstan oleh buffer. Hal ini tergantung pada cadangan buffer yang tersedia, disebut juga kapasitas buffer. Jumlah asam atau basa yang ditambahkan sangat besar maka sistem buffer tidak bisa mengatasinya. 1) Sistem Buffer bikarbonat Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer ekstra selular utama dan bertanggung jawab mempertahankan pH darah. Karbondioksida yang terbentuk selama respirasi sel akan larut dalam air plasma untuk membentuk asam karbonat. Asam Karbonat ini akan berdisosiasi sebagai menghasilkan ion hidrogen dan ion bikarbonat. Ion bikarbonat akan berperanasebagai akseptor ion hidrogen. Jika ion hidrogen ditambahkan kedalam tubuh, seperti asam laktat yang dihasilkan saat berolahraga, maka ion bikarbonat dan ion hidrogen yang terbentuk dari asam laktat akan membentuk asam karbonat. Asam karbonat berperan sebagai donor ion hidrogen. Jika ion hidrogen hilang dari tubuh, sepereti pada kasus muntahmuntah berat, asam karbonat akan berdisosiasi lebih banyak untuk melepaskan ion hidrogen dan ion bikarbonat. Rasio normal bikarbonat terhadap asam karbonat adalah 20:1 (lihat persamaan 1). Sistem bikarbonat

menyangga 90% ion hidrogen dalam darah dan sngat penting karena jumlah karbondioksida dan ion bikarbonat juga dapat diatur oleh paru dan ginjal. Jumlah ion bikarbonat yang tersedia untuk buffer disebut juga cadangan alkali. 2) Sistem buffer Fosfat Sistem ini serupa dengan sistem buffer bikarbonat. Garam natrium dari dihidrogen fosfat dan monohidrogen fosfat masing-masing akan berperan sebagai asam lemah dan basa lemah (lihat persamaan 2). Buffer fosfat terutama mempertahankan Ph fluida intra selular dan tubulus ginjal, sehingga tidak akan mempertahankan Ph darah, namun merupakan buffer yang penting untuk urine. 3) Sistem Buffer Protein Protein merupakan rantai panjang asam-asam amino yang bersatu. Asam amino mengandung gugus amino dasar ( NH2 ) dan gugus asam (COOH). Tiga bentuk asam amino yang ada tergantung dari Ph ( lihat persamaan 3). Buffer protein merupakan sistem yang sangat komplek dan akan mempertahankan Ph fluida intra selular dan plasma. Protein hemoglobin memiliki dua fungsi khusus, yaitu mentransport oksigen kejaringan dan juga menyangga ion hidrogen yang transit dari sel ke paru. 4) Sistem Buffer Hemoglobin Karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit (sel darah merah). Di dalam sel, karbon dioksida akan diubah menjadi asam karbonat oleh enzim karbonat anhidrase. Asam karbonat akan berdisosiasi sebagian

menghasilkan ion hidrogen dan ion bikarbonat (lihat persamaan 4). Kemudian hemoglobin dan ion hidrogen tersebut bergabung membentuk hemoglobin tereduksi (lihat persamaan 5).Reaksi ini terjadi karena hemoglobin tereduksi merupakan asam yang lebih lemah dibandingkan oksihemoglobin dan asam karbonat sehingga akan berikatan lebih kuat dengan hidrogen. Sehingga ketika oksigen dilepas, ion hidrogen yang terbentuk dari asupan karbondioksida akan terperangkap oleh hemoglobin, dan hal ini akan mencegah perubahan pH.

Saat ion bikarbonat terbentuk dalam eritrosit, ion bikarbonat ini akan berdifusi keluar kedalam plasma, menjadi bagian jadangan alkali dan menyangga ion hidrogen. Pada saat ion bikarbonat berdifusi keluar eritrosit, ion klorida akan berdifusi masuk kedalam. Hal ini terjadi untuk mempertahankan muatan sel tetap netral atau seimbang, dan disebut juga reaksi pergeseran klorida. Di alveoli paru terjadi kebalikan dari seluruh proses ini,

karbondioksida dan air akan dibuang melalui proses pernafasan. 1) Sistem buffer amonia Amonia terbentuk dalam tubulus ginjal dari pemecahan asam amino. Amonia akan berdifusi kedalam tubulus ginjal, menyanggha ion hidrogen dalam filtrat ginjal dan membentuk ion amonium. Ion amonium diekskresi diurin dan mencegah urin terlalu asam. H+ ion hidrogen NH4+ ion amonium

NH3 Amonia

2. Jelaskan definisi asidosis metabolik, alkalosis metabolik, asidosis respiratori, dan alkalosisi respiratori! a. Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebih, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat (HCO3) dalam darah. Penurunan konsentrasi HCO3 plasma, penurunan pH darah, dan mekanisme kompensasinya adalah penurunan PCO2 yang dapat dicapai dengan meningkatkan ventilasi, untuk mengembalikan rasio PCO2/HCO3 dan pH darah kembali normal. b. Alkalosis metabolik adalah keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat serta dimana darah kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat sampai di atas 26 mEq/L, dan pH darah arteri meningkat dia atas 7,45. c. Asidosis respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Serta ekskresi karbondoksida paru yang tidak adekuat pada keadaan produksi normal gas. Kerusakan pernapasan ini menimbulkan peningkatan PCO2 arteri di atas 45 mmHg, dengan penurunan pada nilai pH samapi 7,35 atau kurang. d. Alkalosis respiratorik adalah keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah. Atau kehilangan

karbondioksida berlebih dari paru-paru pada keadaan produksi normal. Hal ini menimbulkan penurunan PCO2 arteri di bawah 35 mmHg, dengan pH lebih besar dari 7,45.

3. Apa yang disebut dengan asidosis metabolic terkompensasi sebagian dan terkompensasi penuh ? Asidosis metabolit sebagian adalah gangguan sistemik yang ditandai dengan penurunan [rimer dari kadar bikarbonat plasma ,sehingga terjadi penurunan PH HCO3- ,ECF adalah 22mEq/L dan PH 7,35 tekanan Co2 dalam

batas normal dan PH > 7,3 merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat. Asidosis metabolit penuh adalah tekanan CO2<30 mmHg dan PH 7,3-7,4 Asidosis metabolit telah terkompensasi dengan perbaikan.

Gangguan Keseimbangan Asam- Basa dan Kompensasi Asidosis Metabolik : Murni Terkompensasi Sebagian Terkompensasi Sempurna pH

Nilai Analisis Gas Darah PaCO2 HCO3

N N

Nilai normal pH adalah 7,35 7,45. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis. Jika gangguan disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran. Asidosis metabolik terkompensasi sebagian apabila tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat. Asidosis metabolik terkompensasi penuh apabila tekaan CO2 < 30 mm Hg dan pH 7,30 7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.

4. Apa yang disebut dengan asidosis respiratorik terkompensasi sebagian dan terkompensasi penuh? Jenis Gangguan Murni Asidosis Respiratorik Terkompensasi penuh N Terkompensasi sebagian pH PCO2 HCO3 N

Sumber : Buku Ajar Asuhan Keperawatan dan Gangguan Sistem Persarafan A Asidosis respiratorik (kelebihan asam karbonat) ditandai dengan peningkatan primer dari PaCO2 (hiperkapnea), sehingga terjadi penurunan pH: PaCO2 > 45 mmHg dan pH > 7,35. Kompensasi ginjal mengakibatkan peningkatan HCO3- serum. Sebab mendasar dari asidosis respiratorik adalah hipoventilasi alveolar, istilah yang sebenarnya berarti sama dengan penumpukan CO2, yaitu tidak adekuatnya ekskresi karbondiokasida karena tidak adekuatnya ventilasi, sehingga kadar karbondioksida plasma meningkat. Keadaan awal asidosis respiratorik ini adalah pH rendah < 7,35, PaCO2 naik, dan HCO3 normal/naik. Tubuh memberikan respon dengan cara mekanisme kompensasi yang dilakukan oleh ginjal dengan meningkatkan sekresi dan ekskresi H+ disertai dengan resorpsi dan pembentukan HCO3- baru. Jika kelainan asam basa ini hanya terkompensasi sebagian, nilai pH masih berada di luar rentang normal atau rendah, kadar PaCO2 tinggi, dan kadar HCO3 juga masih tinggi. Sedangkan yang sudah terkompensasi sempurna atau sepenuhnya membutuhkan waktu 2-3 hari, nilai pH telah kembali ke rentang normal, walaupun nilai yang lain mungkin masih abnormal, seperti kadar PaCO2 dan kadar HCO3 yang masih tinggi.

5. Apa yang disebut dengan alkalosis metabolik terkompensasi sebagian dan terkompensasi penuh ?

Gangguan Keseimbangan Asam- Basa dan Kompensasi Alkolisis Metabolik : Murni Terkompensasi Sebagian Terkompensasi Sempurna pH

Nilai Analisis Gas Darah PaCO2 N HCO3

Nilai normal pH adalah 7,35 7,45. Peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosi. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian apabila sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50. Misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama. Alkalosis metabolik terkompensasi penuh apabila ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50. 6. Apa yang disebut dengan alkalosis respiratorik terkompensasi sebagian dan terkompensasi penuh? Alkalosis RespiratoriK (kekurangan asam karbonat) merupakan kondisi klinis dimana pH arterial lebih tinggi dari 7,45 dan PaCO3 kurang dari 38 mm Hg.

Jenis Gangguan Alkalosis Respiratori sebagian Terkompensasi penuh Note: Terkompensasi

pH N

PaCO2 HCO3

Tabel. Gas-gas darah normal dari sampel arteri dan vena campuran Parameter Ph PaCO2 HCO3 Sampel arteri 7,35-7,45 35-45 mmHg 22-26 mEq/L Sampel vena 7,32-7,38 PCO2 42-50 mmHg 23-27 mEq/L

a. Alkalosis respiratorik terkompensasi sebagian disebut juga sebagai alkolisis respiratorik kronik. Dimana keadaan ini terjadi sebagai akibat hipokapnia kronik, sehingga mengkibatkan penurunan bikarbonat serum. Insufisiensi hepatik kronis dan tumor serebral adalah faktor resiko. Pasien biasanya asimptomatik dan evaluasi diagnostik serta rencana asuhan adalah sama dengan alkalosis respiratorik akut. Dikatakan alkalosis terkompensasi sebagian jika pH naik, PaCO2 dan HCO3 turun. b. Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh Kompensasi penuh ada bila pH bergerak ke rentang normal, dimana rentang nilai pH normal 7,35-7,45. Dikatkan Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh jika nilai Phnya normal, PaCO2 dan HCO3 menurun. Evaluasi diagnostik: Pada keadaan akut, pH naik di atas normal sebagai akibat rendahnya PaCO2 dan kadar bikarbonat. (ginjal tidak dapat

10

mengubah kadar bikarbonat dengan cepat) pada fase kompensasi, ginjal sudah mempunyai waktu cukup untuk menurunkan kadar bikarbonat hingga mendekati kadar normal. Evaluasi elektrolit

diindikasikan untuk mengidentifikasi semua penurunan kalium karena hydrogen ditarik keluar sel dalam pertukaran kalium; penurunan kalsium, karena alkalosis berat menghambat

ionisasikalsium sehingga mengakibatkan spasme kapopedal dan tetani; atau penurunan fosfat karena alkalosis, sehingga

menyebabkan ambilan fosfat oleh sel meningkat. Manifestasi klinik: Tanda klinis terdiri dari pening karena vasokonstruksi dan penurunan aliran darah serebral, ketidakmampuan untuk

berkonsentrasi, kebas dan kesemutan karena penurunan ionisasi kalsium, tinnitus dan pada waktunya kehilangan kesadaran. Penatalaksanaan: Pengobatan bergantung pada penyebab mendasar dari alkalosis respiratorik. Jika penyebabnya adalah ansietas, pasien

diinstruksikan untuk bernafas lebih lambat untuk menimbulkan akumulasi CO2 atau bernafas kedalam sistem tertutup (seperti kantung kertas). Sedative pengobatan untuk alkalosis penyebab lainnya diarahkan pada memperbaiki masalah yang mendasari. 7. Bagaimana peran paru- paru dan ginjal dalam menjaga keseimbangan asam- basa? Bagian tubuh yang menjaga keseimbangan asam basa adalah paru-paru dan ginjal. Peran paru-paru dalam menjaga keseimbangan asam basa adalah mengendalikan konsentrasi asam karbonat (H2CO3), sedangkan ginjal berperan dalam pengendalian konsentrasi bikarbonat (HCO3-).

11

a. Kompensasi oleh paru-paru Jumlah karbon dioksida (CO2) bervariasi bergantung pada kecepatan dan kedalaman pernafasan. Perubahan ventilasi paru-paru akan mengubah konsentrasi CO2 dan hydrogen dalam tubuh. Hal tersebut berarti bila terjadi peningkatan hydrogen, maka terjadi peningkatan CO2. Kondisi ini akan merangsang pusat respirasi yang menyebabkan napas cepat dan dalam sehinggan CO2 terbuang. Hasilnya, keasaman tubuh relative normal. Bila kadar CO2 ditahan dalam jumlah besar, maka CO2 akan lebih mudah bersenyawa dengan air membentuk asam karbonat atas bantuan suatu enzim. Berikut ini merupakan reaksi kimia yang terjadi : CO2 + H2O H2CO3 Reaksi kimia diatas menunjukkan bahwa paru-paru memegang peranan penting dalam mengendalikan konsentrasi asam karbonat. Karbondioksida akan selalu dibentuk di dalam tubuh oleh metabolisme. Penurunan metabolisme akan menyebabkan konsentrasi karbondioksida dan hidrogen menjadi kecil atau sedikit. H2CO3 dan HCO3- pasti ada dalam tubuh dengan perbandingan tertentu. Rasio H2CO3 dengan HCO3ini berpengaruh terhadapkeseimbangan asam basa. Untuk menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh maka konsentrasi H2CO3 dan HCO3- harus tetap dengan rasio 1:20 yaitu 1 H2CO3 berbanding dengan 20 HCO3- . bila rasio ini berubah pada salah satu zat tersebut maka terjadilah ketidakseimbangan asam basa sehingga dapat terjadi asidosis atau alkalosis. Tubuh mempertahankan keseimbangan rasio H2CO3 terhadap HCO3- dilakukan melalui proses respirasi dan eliminasi urin. Kedua proses ini berlangsung terus-menerus baik dalam keadaan sehat ataupun sakit. b. Kompensasi oleh ginjal Konsentrasi bikarbonat dikendalikan oleh ginjal dengan manahan atau mengekskresi bikarbonat (HCO3-), secara relatif, bergantung pada

12

kebutuhan tubuh. Adapun mekanisme ginjal dalam mengendalikan ion hidrogen dan bikarbonat adalah melalui tiga proses antara lain : 1) Sekresi ion hidrogen oleh tubulus Sel epitel tubulus (tubulus proksimal, distal ataupun duktus koligens) menyekresi hidrogen ke dalam cairan tubulus. Berikut ini merupakan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubulus : CO2 + H2O H2CO3 HCO3- + H+ 2) Pengaturan sekresi ion H+ oleh konsentrasi CO2 di dalam cairan ekstrasel Reaksi kimia untuk sekresi ion hidrogen dimulai dengan CO2, maka makin besar konsentrasi CO2 makin cepat pula proses sekresi ion hidrogen tersebut. Jadi, kecepatan sekresi ion hidrogen bisa meningkat atau menurun sesuai dengan perubahan konsentrasi CO2 ekstrasel. a) Interaksi HCO3- dengan H+ di dalam tubulus Tubulus hampir sama sekali tidak permeabel terhadap ion HCO3sebab HCO3- merupaka ion besar dan bermuatan listrik. Meskipun demikian, ion HCO3- dapat direabsorbsi yang prosesnya dimulai dengan reaksi di dalam tubulus antara HCO3disekresikan oleh sel tubulus menjadi H2CO3. Kemudian H2CO3 berdisosiasi menjadi H2O dan CO2. H2O menjadi bagian cairan tubulus, sedangkan CO2 berdifusi menuju ke dalam darah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka berikut ini merupakan reaksi kimia : CO2 + H2O H2CO3 HCO3- + H+ Oleh sebab itu, bila terjadi kerusakan ginjal, maka proses reabsorbsi HCO3- tidak terjadi dan pembuangan hidrogen tidak terjadi. Akibatnya urin dan daraha akan kelebihan asam. dan H+ yang

13

8. Bagaimana perubahan paru- paru dan ginjal dalam berespon terhadap perubahan asam dan basa? Perubahan primer pada kadar karbondioksida akan merangsang respons kompensasi olej ginjal yang akan mengubah bikarbonat plasma ke arah yang sama. Sebaliknya, suatu perubahan primer pada kadar bikarbonat akan merangsang respons kompensasi respiratorik yang mengubah karbon dioksida plasma ke arah yang sama.

9. Identifikasi kebutuhan cairan dan elektrolit pada klien dengan perubahan asam- basa! Indikasi koreksi asidosis metabolik perlu diketahui dengan baik agar koreksi dapat dilakukan dengan tepat tanpa menimbulkan hal-hal yang membahayakan pasien. a. Langkah Pertama Menetapkan berat ringannya gangguan asidosis. Gangguan tersebut letal bila pH darah kurang dari 7 atau kadar ion H lebih dari 100nmol/L.Gangguan yang perlu mendapat perhatian bila pH darah 7,1 7,3 atau kadar ion H antara 50 80 nmol/L. b. Langkah Kedua Menetapkan menetapkan anion-gap atau anion-gap urine untuk

mengetahui dugaan etiologi asidosis metabolik.Dengan bantuan tanda klinik lain kita dengan mudah menetapkan etiologi. c. Langkah Ketiga Bila kita mencurigai adanya kemungkinan asidosis laktat,hitung rasio delta anion-gap dengan delta HCO3(delta anion gap: anion gap pada saat pasien diperiksa dikurangi dengan median anion gap normal; Delta HCO3; kadar HCO3 normal dikurangi dengan kadar HCO3 pada saat pasien diperiksa). Bila rasio lebih dari 1, asidosis disebabkan oleh asidosis laktat atau lebih tepat 1,6. Langkah ketiga adalah menetapkan sampai sejauh mana koreksi dapat dilakukan. Koreksi yang dilakukan dengan pemberian Na-Bikarbonat, setalah diketahui kebutuhan bikarbonat pada pasien.Kebutuhan bikarbonat adalah

14

berapa banyak bikarbonat yang akan kita berikan untuk mencari kadar bikarbonat darah yang kita tuju. Untuk ini kita harus mengetahui bicarbonate space atau ruang bikarmobat pasien pada kadar bikarmbonat tertentudari pasien. Ruang bikarbonat adalah besarnya kapasitas penyangga total tubuh, kermasuk bikarbonat ekstra seluler, protein intraseluler dan bikarbonat tulang. Rumus untuk menghitung ruang bikarbonat pada kadar bikarbonat plasma tertentu adalah sebagai berikut. Ru-bikar = {0,4 +(2,6 :[HCO3]} x bb (kg) Alkolisis Metabolik 1. Pada keadaan alkolisis metabolik disebut letal bila ph darah lebih dari 7,7. 2. Bila ada deplesi volume cairan tubuh normalkan kembali volum plasma dengan pemberian NaCl isotonik 3. 4. Bila penyebabnya hipokalemi, koreksi kalium dalam plasma. Bila penyebabnya hipokloremi koreksi klorida dengan pemberian NaCl isotonis 5. Bila etiologinya adalah pemberian bikarbonat berlebih, stop pemberian bikarbonat. 6. Dalam keadaa fungsi ginjal turun atau pada keadaan edema akibat gagal jantung, cor-pulmonale atau sirosis hati, koreksi dengan NaCl isotonis tidak dapat dilakukan karena ditakutkan terjadi retensi Na dan kelebihan cairan atau ( edema bertambah). Dapat diberika antagonis enzime karbonik anhidrase, sehinga reabsobsi bikarbonat terhambat bila dengan antalgonis enzime karbonik unhindrase tak berhasil, dapat diberikan HCl dalam larutan isotonis (150 meq /L) selam 8-24 ja. Kebutuhan HCl dapat dihitung dengan mengetahui jumplah distribusei bikarbonat pada keadaan elkolisis tersebut sebagai berikut: Kelebihan bikarbonat = 0,5 x bb x (HCO3 plasma -24.

15

10. Jelaskan tanda dan gejala perubahan keseimbangan asam- basa pada klien! Tanda dan gejala perubahan keseimbangan asam- basa pada klien :

Gangguan Asam Basa

Tanda dan Gejala Pernapasan kussmaul, hipotensi, letargi,

Asidosis Metabolik

mual dan muntah Nonspesifik : refleks hiperaktif, tetani,

Alkalosis Metabolik

hipertensi, kram otot, dan kelemahan Tanda-tanda narkosis kepala, letargi, CO2 : sakit koma, jantung, penurunan

mengantuk, frekuensi

peningkatan Asidosis Respiratorik hipertensi,

berkeringat,

responsivitas, papiledema, dan dispnea (bisa ada atau tidak ada) Gejala tak jelas : pusing, kebas, kesemutan Alkalosis Respiratorik tetani, ekstremitas, kram otot, refleks

kejang,

peningkatan

tendon dalam, aritmia dan hiperventilasi

11. Apakah kebutuhan dasar manusia yang terganggu akibat perubahan asam-basa? Pengaturan asam-basa tubuh merupakan salah satu mekanisme penting untuk mempertahankan tingkat keasaman (pH) cairan tubuh. Ada tiga faktor utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam tubuh guna mencegah terjadinya asidosis atau alkalosis. Ketiga faktor tersebut antara lain sistem penyangga asam-basa, pusat pernapasan dan ginjal.

16

Keseimbangan asam dalam tubuh Zat tubuh Cairan ekstraseluler Darah Arteri Darah Vena Cairan intraseluler Urine Cairan lambung 1 x 10-3 4 x 10-5 3 x 10-2 1 x 10-5 160 6,0 7,4 4,5 8,0 0,8 4,0 x 10-5 4,5 x 10-5 7,4 7,35 Konsentrasi H+ (mEq/l) pH

Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson : 1. Bernapas secara normal 2. Makan dan minum cukup 3. Eliminasi 4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki 5. Istirahat dan tidur 6. Memilih cara berpakaian 7. Mempertahankan temperatur tubuh normal 8. Menjaga tubuh agar bersih dan rapi 9. Menghindari bahaya dari lingkungan 10. Berkomunikasi dengan orang lain 11. Beribadah menurut keyakinan 12. Bekerja yang menjajikan prestasi 13. Rekreasi 14. Belajar, menggali/memuaskan rasa keingintahuan

17

Contoh gangguan asam basa yang dapat mengganggu kebutuhan dasar manusia : Kebutuhan Dasar Manusia Makan dan minum cukup Asidosis Metabolisme : Peningkatan produksi asam sehingga dapat menyebabkan kelaparan. Alkolisis Metabolik : Muntah atau penyedotan nasogastrik Gangguan Asam Basa

Eliminasi

Asidosis Metabolisme : Diare Ureterosigmoidostomi Ileostomi ; fistula pankreas, kantong empedu, usus halus Alkolisis Metabolik : Diare

Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki

Asidosis Metabolisme : Hipoaldosteronisme Alkolisis Metabolik : Hipoaldosteronisme Kram otot Asidosis Respiratori : Henti Jantung Apnea saat tidur Pneumonia atau asma yang berat Alkolisis Metabolik : Hiperventilasi Hipoksia

Oksigenasi

18

12. Susunlah rencana keperawatan pada klien dengan perubahan asambasa! Rencana keperawatan klien yang mengalami perubahan asam basa

Diagnosa Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan eliminasi karbondioksida.

Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan ketidak seimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa klien normal, dengan kriteria hasil : 1. Frekuensi dan pola pernapasan normal 2. Tidak terdapat indicator hipoksia dan hiperkapnia 3. Mengembalikan GDA dalam batas normal

Jenis gangguan Asidosis metabolic

Intervensi a) Mengkaji dan memonitor : 1. Tanda-tanda vital 2. Suara dan fungsi usus 3. Konsentrasi serum elektrolit 4. Rate dan irama EKG rasional : mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat dari PPOK 5. Intake - output cairan&berat badan 6. Fungsi persrafan dan status mental b) Menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien

19

c) Melatih kllien untuk melakukan nafas dalam dengan ekspirasi memanjang Rasional : meningkatkan ekshalasi CO2 d) Memantau GDA klien secara ketat selama perawatan rasional : mendeteksi tandatanda kanaikan PaCO2 dan kemunduran ventilasi alveolar e) Memberikan cairan dan elektrolit secara intravena (rencana terintegrasi)

Asidosis respiratorik

a. Mengkaji dan memonitor : 1. Tanda-tanda vital 2. Suara dan fungsi usus 3. Konsentrasi serum elektrolit 4. Rate dan irama

20

EKG rasional :mengidentifika s isegala keterlibatan jantung sebagai akibat dari PPOK 5. Intake - output cairan&berat badan 6. Fungsi persarafan dan status mental b. Anjurkan klien untuk melakukan latihan napas, Rasional :meningkatkan pengeluaran CO2 dari paru-paru c. Memantau GDA klien secara ketat selama perawatan rasional : mendeteksi tandatanda kanaikan PaCO2 dan kemunduran ventilasi alveolar d. Memberikan cairan dan elektrolit secara

21

intravena (rencana terintegrasi)

Alkalosis metabolik

a. Mengkaji dan memonitor : 1. Tanda-tanda vital 2. Suara dan fungsiusus 3. Konsentrasi serum elektrolit 4. Rate dan irama EKG rasional :mengidentifika si segala keterlibatan jantung sebagai akibat dari PPOK 5. Intake - output cairan&berat badan 6. Fungsi persarafan dan status mental b. Dorong klien untuk istirahat pada posisi semi-fowler setelah makan Rasional : mengurangi rasa

22

mual dan konsistensi muntah pada klien

Alkalosis repiratorik

c. Mengkaji dan memonitor : 7. Tanda-tanda vital 8. Suara dan fungsiusus 9. Konsentrasi serum elektrolit 10. Rate dan irama EKG rasional :mengidentifika si segala keterlibatan jantung sebagai akibat dari PPOK 11. Intake - output cairan&berat badan 12. Fungsi persarafandan status mental d. Dorong klien untuk istirahat pada posisi semi-fowler setelah makan dan mengganti posisi

23

badan secara perlahan Rasional : mengurangi rasa mual dan konsistensi muntah padaklien

NB: untuk nomor 2 pH >7,4 (alkalosis) a. Jika PaCO2 <40 mm Hg gangguan primer adalah alkalosis respiratorik. (situasi ini timbul jika pasien mengalami hiperventilasi dan blow off terlalu banyak karbondioksida. Ingat kembali bahwa karbondioksida terlarut dalam air menjadi asam karbonik, bagian asam dari sistem buffer asam karbonikbikarbonat). b. Jika HCO3 >24 mEq/L Gangguan primer adalah alkalosis metabolic, (situasi ini timbul jika tubuh memperoleh terlalu banyak bikarbonat, suatu substansi alkali. Bikarbonat adalah basa, atau bagian alkali dari sistem buffer asam karbonikbikarbonat).

pH <7,4 (asidosis) a. Jika PaCO2 > 40 mm Hg Gangguan utama adalah asidosis respiratorik. (situasi ini timbul jika pasien mengalami hipoventilasi dan karenanya menahan terlalu banyak karbondioksida, suatu substansi asam). b. Jika HCO3 <24 mEq/L c. Gangguan primer adalah asidosis metabolic. (situasi ini timbul jika kadar bikarbonat tubuh turun, baik karena kehilangan langsung bikarbonat atau karena penambahan asam seperti asam laktat atau keton).

24

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba. Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3. Jakarta: EGC. Mitchell, Campbell Reece. 2004. Biologi. Edisi 5. Jilid 4. Jakata: Erlangga. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 1. Jakarta: EGC. Tambayong, dr. Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: ECG. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC Herdman, Heather. 2010. Diagnosos Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: E

25

Anda mungkin juga menyukai