Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kewarganegaraan

Vol. 5 No.1 Maret 2022


P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN:

IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA SEBAGAI LANDASAN


BHINNEKA TUNGGAL IKA

Ahmad Ferry Zainul Haq


Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Manajemen, Universitas Islam Lamongan
ferryzainulhaq@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan mengetahui lebih dalam apakah
penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia sudah benar-
benar diterapkan oleh masyarakat Indonesia. Dan nyatanya seperti yang kita ketahui kekacauan atau
konflik antar masyarakat masih banyak dan sering kali terjadi di sekitar kita. Bhinneka Tunggal Ika
memiliki makna dan arti yang sangat mendalam bagi Indonesia yang memiliki masyarakat dengan
berbagai macam kebudayaan yang berbeda. Tetapi salah satu contoh konflik yang sering terjadi di
masyarakat adalah rasisme dan diskriminasi. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk,
untuk menciptakan kehidupan yang rukun diantara perbedaan yang ada, nilai-nilai Pancasila harus
benar-benar diterapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Kata kunci: Nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Rasisme, Diskriminasi.

PENDAHULUAN Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno


Keberagaman ras, suku, agama dan yang artinya adalah “Berbeda-beda tetapi
golongan masyarakat di Indonesia tetap satu”.
merupakan hal alamiah bagi negara Setyani (2009) mengemukakan
kepulauan. Sebagai negara kepulauan, bahwa frasa Bhineka Tunggal Ika berasal
perbedaan antar suku yang mendiami satu dari bahasa Jawa Kuno dan diterjemahkan
pulau dengan pulau lain atau berada di dengan kalimat “berbeda- beda tetapi tetap
satu kawasan berbeda-beda budayanya. satu”. Diterjemahkan per kata, kata
Dan Indonesia mempunya Pancasila bhinneka berarti "beraneka ragam". Kata
sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila neka dalam bahasa Sanskerta berarti
dibuat untuk menjadi landasan atau "macam" dan menjadi pembentuk kata
pedoman dalam beperilaku sebagai warga "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata
negara Indonesia yang baik. Dengan tunggal berarti "satu". Kata ika berarti
mengikutinya dan mengimplementasikan "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal
dalam kehidupan, maka akan tercipta Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang
keharmonisan dalam kehidupan bernegara bermakna meskipun beranekaragam tetapi
dan berbangsa antar rakyat Indonesia pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap
(Nurgiansah, 2021a). adalah satu kesatuan. Semboyan ini
Seperti menurut Damanhuri, dkk digunakan untuk menggambarkan
(2016) nilai-nilai yang terkandung dalam persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara
Pancasila akan mengajarkan cara berfikir Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri
dan bertindak yang sesuai dengan ideologi atas beraneka ragam budaya, bahasa
negara. Bangsa Indonesia mempunyai daerah, ras, suku bangsa, agama dan
moto atau semboyan yang tertulis pada kepercayaan (Dewantara & Nurgiansah,
lambang negara Indonesia, Garuda 2021) Di dalam UUD 1945 menjelaskan
Pancasila yaitu Bhinneka tunggal Ika. bahwa Lambang Negara Indonesia adalah

Ahmad Ferry Zainul Haq – Universitas Islam Lamongan 1


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No.1 Maret 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN:
Garuda Pancasila dengan semboyan dan mengelola rasisme sebagai alat
“Bhinneka Tunggal Ika”. Tujuan dalam pemukul tiap orang yang berseberangan
semboyan ini adalah mempersatukan dengan kekuasaan. Seperti menurut Yenita
bangsa Indonesia, mempertahankan Irab (2007) pada dasarnya rasisme
kesatuan bangsa, meminimalisir konflik menimbulkan dampak negatif terhadap
atas kepentingan pribadi atau kelompok hubungan sosial dalam masyarakat.
serta mencapai cita-cita negara Indonesia Sedangkan diskriminasi adalah sikap
(Dewantara, Nurgiansah, et al., 2021). pembedaan secara sengaja terhadap
Sesuai dengan artinya makna kelompok yang terkait dengan kepentingan
Bhinneka Tunggal Ika mampu menjaga tertentu. Pembedaan ini biasanya
Indonesia dalam persatuan dan menjadi berdasarkan agama, suku, dan ras.
inspirasi bagi negara-negara lain di dunia Kelompok mayoritas cenderung
dalam menjaga persatuan. Semboyan melakukan diskriminasi terhadap kelompok
Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan minoritas. Dan selain itu masih banyak
tentang keadaan Nusantara yang memiliki media berita dan koran yang membahas
keberagaman, mulai dari ras, suku, agama mengenai rasisme dan diskriminasi. Bahkan
dan budaya. Semboyan ini tentu menurut riset yang telah saya baca, kasus
mengingatkan kita bahwa semua negara rasisme atau diskriminasi hampir setiap
Indonesia itu adalah satu kesatuan hari dimuat dalam media koran dan berita.
(Nurgiansah, 2021d). Hal ini tentu saja menjadi bukti bahwa
Namun apakah masyarakat Indonesia kasus rasisme dan diskrimanasi masih
sendiri sudah benar-benar memahami arti sangat banyak terjadi di Indonesia
kesatuan itu sendiri, dan apakah
masyarakat Indonesia sudah benar- benar METODE PENELITIAN
menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai Penelitian kali ini metode yang
bangsa Indonesia. Nyatanya konflik antar digunakan oleh Peneliti yaitu Kualitatif atau
masyarakat masih banyak terjadi dan Pendekatan Deskriptif, yang bertujuan
sering kita jumpai dalam kehidupan kita untuk mengkaji permasalahan yang lebih
sehari-hari. Dalam masyarakat Indonesia mendalam dengan meganalisis teori-teori
yang multikultural, salah satu konflik antar tanpa menggunakan persentase
masyarakat yang sering kita jumpai adalah perhitungan, seperti pendapat Lukas S.
rasisme dan diskriminasi (Nurgiansah & Musianto (2002) yang mengatakan
Widyastuti, 2020). pendekatan kualitatif adalah suatu
Menurut Oliver C. Cox dalam jurnal pendekatan yang di dalam usulan seperti
Avuan Muhammad Rizki (2020) Rasisme penelitian, proses, hipotesis, analisis data
sendiri merupakan peristiwa, situasi yang dan kesimpulan data hingga dengan
menilai berbagai tindakan, dan nilai dalam penulisannya mempergunakan aspek- aspek
suatu kelompok berdasar perspektif kecenderungan, tidak ada perhitungan
kulturalnya yang memandang semua nilai numerik, situasional deskriptif,
sosial masyarakat lain diluar diri mereka interview mendalam, serta analisis isi.
itu salah dan tidak dapat diterima. Seperti
yang telah saya kutip dari berita CNN
Indonesia, menuliskan bahwa Kasus
rasisme terhadap orang Papua kembali
muncul. Salah satu narasumber
mengatakan bahwa pembantaian,
pembunuhan dan kejahatan HAM di Papua
cenderung didasari rasisme (Nurgiansah,
2021b). Menurutnya, negara memelihara

Ahmad Ferry Zainul Haq – Universitas Islam Lamongan 2


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No.1 Maret 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN:
Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tertuang dalam Pasal 5 yang berbunyi, “Di
Hasil Penelitian bawah lambang tertulis dengan huruf latin
Pancasila adalah dasar ideologi sebuah semboyan dalam bahasa Jawa-
negara Indonesia. Untuk menjadi warga Kuno, yang berbunyi: Bhinneka Tunggal
negara yang baik (good citizen) di Ika. Penjelasan dari Pasal 5 tersebut,
Indonesia harus sesuai dengan Pancasila perkataan Bhinneka adalah gabungan dua
dan UUD 1945. Hal inilah yang menjadi perkataan: bhinna dan ika. Kalimat
dasar pentingnya Pancasila sebagai acuan seluruhnya itu bisa disalin, ‘berbeda-beda
atau pedoman dalam bertindak. Warga tetapi tetap satu jua’ (Nurgiansah, 2021c).
negara Indonesia yang baik (good citizen). Indonesia memiliki masyarakat
Mengingat bangsa Indonesia adalah negara dengan beragam suku bangsa, agama, ras,
kepulauan yang memiliki jumlah penduduk budaya dan antargolongan. Faktor
sekitar 270,20 juta jiwa dan memiliki penyebab keberagaman masyarakat
keberagaman ras, suku, agama dan Indonesia antara lain, letak strategis
golongan masyarakat. wilayah Indonesia, kondisi negara
Hal ini tentu saja menyatakan bahwa kepulauan, perbedaan kondisi alam,
Indonesia sangat penting untuk keadaan transportasi dan komunikasi, dan
mempunyai dasar ideologi negara. Dengan penerimaan masyarakat terhadap
masyarakatnya yang multikultural perubahan. Keberagaman masyarakat
Indonesia tidak bisa berjalan tanpa adanya Indonesia memiliki dampak positif
landasan negara yang bertujuan untuk sekaligus dampak negatif bagi diri sendiri,
mempersatukan bangsa Indonesia, masyarakat, bangsa dan negara. Dampak
mempertahankan kesatuan bangsa, positif, keberagaman memberikan manfaat
meminimalisir konflik atas kepentingan bagi perkembangan dan kemajuan.
pribadi atau kelompok serta mencapai cita- Sedangkan dampak negatifnya
cita negara Indonesia. mengakibatkan ketidakharmonisan bahkan
Indonesia juga memiliki moto atau perpecahan bangsa dan negara.
semboyan yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Keberagaman masyarakat Indonesia
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan memiliki arti penting, diantaranya seperti
bangsa Indonesia yang tertulis pada Keberagaman tersebut akan menjadi
lambang negara Indonesia, Garuda modal sosial yang besar untuk membangun
Pancasila. Menurut I Nyoman Pursika bangsa dan negara Indonesia yang maju dan
(2009) Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” sejahtera. Sebaliknya, bila Paham ini
dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu seharusnya tidak dikembangkan dalam
Tantular. Semula istilah tersebut masyarakat yang heterogen karena
menunjukkan pada semangat toleransi tujuannya yang hanya mementingkan
keagamaan, khususnya antara agama kepentingan satu pihak saja dan merugikan
Hindu dan Buddha. Setelah diangkat pihak lainnya. Stev Koresy (2013) juga
menjadi semboyan bangsa Indonesia mengatakan bahwa masalah mayoritas dan
kontekspermasalahannya menjadi lebih minoritas muncul karena kekuasaan dan
luas yang meliputi suku, agama, ras, dan kekuatan pihak mayoritas yang lebih besar
antar golongan (SARA). dari kelompok minoritas sehingga
Bhinneka Tunggal Ika sebagai menimbulkan konflik antara mayoritas dan
semboyan bangsa tertuang dalam minoritas.
Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun
1951 dan Undang Undang RI Nomor 24
tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan

Ahmad Ferry Zainul Haq – Universitas Islam Lamongan 3


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No.1 Maret 2022
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN:

Ahmad Ferry Zainul Haq – Universitas Islam Lamongan 4


Jurnal
Kewarganegaraan
Vol. 5 No.1 Juni
Dengan demikian, semboyan Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat
Bhinneka Tunggal Ika dipergunakan didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan
sebagai upaya mempertahankan persatuan lokal yang telah ada sebelum terbentuknya
dan kesatuan bangsa Indonesia termasuk bangsa Indonesia pada tahun 1945. Seluruh
dari konflik-konflik yang terjadi seperti kebudayaan lokal yang berasal dari
rasisme dan diskriminasi. Meskipun rakyat kebudayaan beraneka ragam suku-suku di
Indonesia berbeda-beda suku bangsa, adat Indonesia adalah merupakan bagian
istiadat, ras dan agama, tetapi kita sebagai integral dari kebudayaan Indonesia.
masyarakat Indonesia harus tetap bersatu Kebudayaan Indonesia walau beraneka
dalam perjuangan mengisi kemerdekaan. ragam namun pada dasarnya terbentuk dan
Untuk mewujudkan cita-cita negara yang dipengaruhi oleh kebudayaan besar
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan lainnya seperti kebudayaan Tionghoa,
makmur. kebudayaan India dan kebudayaan Arab
(Nurgiansah, 2019).
Pembahasan Kebudayaan India terutama masuk
Bangsa Indonesia adalah masyarakat dari penyebaran agama Hindu dan Buddha
yang multikultural. Seperti menurut Bhiku di Nusantara jauh sebelum Indonesia
Parekh, dalam Azra A. (2006) mengatakan terbentuk. Kerajaan- kerajaan yang
bahwa Masyarakat multikultural adalah bernafaskan agama Hindu dan Buddha
suatu masyarakat yang terdiri dari sempat mendominasi Nusantara pada abad
beberapa macam komunitas budaya ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya
dengan segala kelebihannya, dengan kerajaan tertua di Nusantara, Kutai sampai
sedikit perbedaan konsepsi mengenai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
dunia, suatu sistem arti, nilai, Masyarakat Indonesia adalah masyarakat
bentukorganisasi sosial, sejarah, adat yang majemuk. Amir syaefullah (2012)
serta kebiasaan. Di Indonesia ini terdapat memandang bahwa kemajemukan
656 suku bangsa dengan bahasa lokal 300 masyarakat sebagaimana yang ada di
macam. Indonesia adalah suatu keniscayaan yang
Keanekaragaman tidak mungkin disangkal. Dalam masyarakat
majemuk, terdapat kekuatan besar dalam
tersebut merupakan kekayaan milik berbagai adat istiadat, agama dan
Bangsa Indonesia yang harus kita jaga dan kepercayaan, serta berbagai bentuk bahasa
lestarikan sehingga mampu memberikan yang mengikat kelompok-kelompok
warna ketentraman dan kedamaian bagi masyarakat untuk bersatu melawan
rakyat Indonesia agar ke depan tidak penjajahan. Namun keberagaman
banyak menimbulkan persoalan yang juga menimbulkan konflik antar
mengancam disintegrasi bangsa. kelompok masyarakat. Seperti menurut
Persatuan dan kesatuan bangsa yang Rianny Puspita dan Dikdik Baehaqi (2014)
terwujud dari sejumlah suku bangsa yang mengatakan contohnya Institusi
semula merupakan masyarakat yang pendidikan sangat rentan terhadap konflik
berdiri sendiri dan mendukung terkait ras, gender, budaya dan pemahaman
kebudayaan yang beraneka ragam itu agama. Menurut Djaka Soetapa (1998)
perlu diperkokoh dengan kerangka acuan kemajemukan itu juga dapat menjadi
yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan bencana bagi bangsa Indonesia, karena
nasional. Suatu kebudayaan yang mampu kemajemukan dapat menjadi sumber dan
memberi makna bagi kehidupan potensi konflik yang dapat mengganggu dan
berbangsa dan berkepribadian, akan bahkan mengancam kesatuan dan persatuan
dapat dibanggakan sebagai identitas bangsa. Masalah yang biasanya dihadapi
nasional. oleh masyarakat majemuk adalah adanya
Ahmad Ferry Zainul Haq - Universitas Islam Lamongan 5
Jurnal
Kewarganegaraan
Vol. 5 No.1 Juni
persentuhan dan saling hubungan antara Konstruksi Imajiner
kebudayaan suku bangsa dengan
Sosiolog Inggris Gail Lewis menjelaskan
kebudayaan umum lokal, dan dengan
bahwa konsep rasisme (rasialisation)
kebudayaan nasional. Dengan kata lain,
mengacu pada gagasan lama bahwa ras
sebagai akibat dari kemajemukan
merupakan ciri biologis dan juga merujuk
masyarakat, Indonesia tidak terlepas dari
pada gagasan baru bahwa budaya
diskriminasi dan rasisme yang bisa terjadi
merupakan penanda perbedaan. Tidak ada
dimana saja. Hampir setiap hari kasus
fakta biologis tentang ras, semua manusia
diskriminasi dan rasisme terjadi di
secara genetik saling berhubungan, tetapi
masyarakat Indonesia, pemberitaan media
pemikiran ras selalu hadir dalam imajinasi
mencatat apa yang telah terjadi. Salah satu
sosial. Selama kita menganggap bahwa
media pemberitaan memuat berita tentang
budaya, suku, atau warna kulit
kasus rasisme yang cukup besar dan
mempengaruhi kemampuan, sikap,
menjadi sorotan publik terkait konflik yang
motivasi, bahkan cara berpikir dan gaya
dipicu oleh perlakuan rasis aparat
hidup, maka rasisme akan selalu ada.
keamanan dan anggota masyarakat
Sementara itu, media berita lain
terhadap mahasiswa Papua di Jawa.
menulis artikel berjudul "5 Bentuk
Banyak orang Papua lainnya juga
Diskriminasi yang Sering Terjadi di
mengalami perlakuan rasis, hal ini
Indonesia". Indonesia belum lepas dari
mengakar kuat dalam budaya dan sejarah
praktik diskriminasi yang tumbuh dan
Indonesia. Bentuk perlakuannya berbeda-
berkembang di masyarakat. Media
beda, ada yang berupa kekerasan, ada pula
merangkum beberapa jenis diskriminasi
yang tidak jelas. Rasisme justru meningkat
yang banyak di antaranya bermunculan di
karena masyarakat Indonesia tidak
Indonesia
membicarakan apa itu rasisme, seperti apa
rupa dan apa konsekuensinya.
Diskriminasi ras / etnis
Ada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
Prasangka yang terus berlanjut
2008 tentang Penghapusan Diskriminasi
Masyarakat Papua memang sudah
Ras / Suku, namun Komnas HAM mencatat
lama mengalami perlakuan rasis di
101 pelanggaran ras dan etnis selama 2011-
Indonesia, namun mereka selalu dituntut
2018. Kasus tersebut berkisar dari
untuk berdiam diri demi persatuan dan
pembatasan layanan publik, maraknya
kerukunan. Pihak berwenang menganggap
politik etnis / identitas, pembubaran ritual
orang Papua perlu diajar untuk tunduk
adat, diskriminasi hak kepemilikan tanah
pada otoritas. Jadi, selain diancam dan
bagi kelompok minoritas, dan akses yang
digerebek, mereka juga diminta
tidak adil terhadap pekerjaan.
melakukan kerja fisik untuk aparat
setempat. Pendidik perguruan tinggi juga
Diskriminasi gender
menganggap orang Papua lambat secara
Indonesia telah membentuk Komnas
intelektual, lemah pikiran, dan gaya hidup
Perempuan sebagai upaya untuk melindungi
primitif, bahkan di tengah kota. Pelajar
perempuan dan hak-haknya. Namun pada
Papua sering diganggu oleh pelajar lain,
tahun 2018, masih terdapat
ditanya apakah Anda pernah 421 kebijakan di tingkat nasional dan
menggunakan koteka, apakah Anda daerah yang mendiskriminasi perempuan dan
memasak dengan kayu bakar, apakah kelompok rentan lainnya.
Anda berburu dan mencari makan di
hutan karena mereka primitif.

Ahmad Ferry Zainul Haq - Universitas Islam Lamongan 6


Jurnal
Kewarganegaraan
Vol. 5 No.1 Juni
khususnya generasi muda.
Diskrimiasi agama
Pada tahun 2018, SETARA Institute Bhinneka Tunggal Ika menjadi bagian
penting bagi bangsa Indonesia. Bhinneka
mencatat terdapat 109 peristiwa
pelanggaran kebebasan beragama dan Tunggal Ika merupakan semboyan yang
tertera dalam lambang negara Indonesia,
berkeyakinan. Pelanggaran tidak hanya
datang dari masyarakat biasa, tetapi ada Pancasila. Semboyan ini menjadi gambaran
luas dari Indonesia. Tak hanya sebagai
juga yang melibatkan unsur negara.
simbol dan semboyan, makna
Diskriminasi pada penyandang Bhinneka Tunggal Ika sangat kuat dalam
disabilitas prinsip bangsa Indonesia. Makna Bhinneka
Penyandang disabilitas seringkali Tunggal Ika sangat terkait dengan identitas
terpinggirkan untuk mendapatkan bangsa.
kesempatan yang sama dengan individu Dengan semboyan ini, keragaman
lainnya. Yang paling terlihat adalah akses sekaligus kesatuan bangsa Indonesia
pekerjaan di sektor formal dan akses tergambar dengan jelas. Makna Bhinneka
layanan publik. Tunggal Ika mampu menyatukan perbedaan
bangsa. Makna Bhinneka Tunggal Ika juga
Diskriminasi kelas sosial punya sejarah panjang terkait berdirinya
Masyarakat yang berada di kelas Indonesia. Sebagai warga negara yang baik,
sosial bawah seringkali mengalami sudah semestinya, makna Bhinneka Tunggal
kesulitan dalam mengakses pendidikan Ika dipahami. Bhinneka Tunggal Ika dalam
dan kesehatan. Biaya mereka yang keberagaman sosial di Indonesia adalah
terbatas menjadi penghalang bagi mereka sebagai pemersatu, perekat berbagai
untuk mendapatkan apa yang seharusnya budaya dari suku bangsa di Indonesia.
menjadi haknya sebagai warga negara.
Persatuan dan kesatuan bangsa yang
Menurut Nasikun (2007) bahwa
terwujud dari sejumlah suku bangsa yang
kemajemukan masyarakat Indonesia
semula merupakan masyarakat yang berdiri
paling tidak dapat dilihat dari dua cirinya
sendiri dan mendukung kebudayaan yang
yang unik, pertama secara horizontal, ia
beraneka ragam itu perlu diperkokoh
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-
dengan kerangka acuan yang bersifat
kesatuan sosial berdasarkan perbedaan
nasional, yaitu kebudayaan nasional. Suatu
suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan
kebudayaan yang mampu memberi makna
kedaerahan, dan kedua secara vertikal
bagi kehidupan berbangsa dan
ditandai oleh adanya perbedaan-
berkepribadian, akan dapat dibanggakan
perbedaan vertikal antara lapisan atas dan
sebagai identitas nasional. Pancasila
lapisan bawah yang cukup tajam.
merupakan dasar negara Indonesia yang
Keberagaman yang dimiliki bangsa
terdriri atas lima ideologi dasar. Peran
Indonesia merupakaan kekayaan yang
Pancasila dalam keberagaman bangsa
sangat berharga. Dengan keberagaman
adalah mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika
untuk mempersatukan perbedaan suku,
yang berarti berbeda-beda tetapi tetap
adat istiadat, ras, dan agama bukan untuk
satu. Pancasila
perpecahan. Adanya keinginan bangsa
mempersatukan perbedaan suku, ras, etnis,
Indonesia untuk tetap bersatu
agama, budaya, dan geografis dalam satu
mempertahankan kebhinekaan
titik dan mebangun kebhinekaan pada setiap
merupakan tanggung jawab kita bersama
silanya. Sehingga seluruh keberagaman dan
dimana dibutuhkan kerjasama antara
perbedaan dipersatukan oleh Pancasila
pemerintah dan warga masyarakat

Ahmad Ferry Zainul Haq - Universitas Islam Lamongan 7


Jurnal
Kewarganegaraan
Vol. 5 No.1 Juni
sebagai dasar negara. Pancasila sebagai sama senantiasa mengimplementasikan
dasar negara memberikan pedoman bagi atau mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila
masyarakat yang beragam untuk untuk bisa mewujudkan cita-cita bangsa ini.
berperilaku dalam kehidupan Seperti menurut Kusumohamidjojo (2000)
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai negara yang plural dan heterogen,
Pancasila merupakan pandangan hidup Indonesia memiliki potensi kekayaan multi
yang jelas bagi masyarakat tidak peduli etnis, multikultur, dan multi agama yang
apapun agama, ras, budaya, maupun status kesemua nya merupakan potensi untuk
sosialnya. membangun negara multikultur yang besar
Walau suku, agama, ras, bahasa, dan “multikultural nation-state”. Sehingga kita
budaya kita berbeda, kita tetaplah bisa hidup rukun dan menjadikan
masyarakat Indonesia yang dipersatukan perbedaan yang kita miliki sebagai
oleh Pancasila. Visi dan misi kita sama kekuatan bangsa Indonesia.
yaitu membangun dan mempertahankan
kedaulatan Indonesia. Dengan adanya
KESIMPULAN
pedoman dan rambu-rambu tersebut,
Sebagai negara dengan jumlah
masyarakat Indonesia dapat menyikapi
penduduk terbanyak ke-4 dari seluruh
kemajuan jaman dengan baik dan
dunia, dengan jumlah penduduk menurut
mempertahankan kesatuan serta
sensus yang dilakukan pada September
persatuan bangsa.
2020 sebanyak 270,20 juta jiwa dan dengan
Menurut Zuhairi Misrawi (2013),
latar belakang ras, suku, agama dan
meskipun Indonesia dikenal sebagai
kepercayaan yang berbeda, masyarakat
negara yang mempunyai aneka ragam
Indonesia hidup berdampingan sesuai
budaya, agama, dan suku, tetapi mereka
dengan slogan kami "Bhinneka Tunggal Ika".
dapat dipersatukan melalui falsafah
Dengan kekayaan yang kita miliki sebagai
“Bhinneka Tunggal Ika”. Falsafah tersebut
warga Indonesia ini sepatutnya kita turut
semakin kokoh, karena diperkuat oleh
bangga. Namun dengan adanya
Pancasila sebagai landasan ideal dalam
keberagaman yang berarti banyaknya
berbangsa dan bernegara. Pancasila
perbedaan yang otomatis akan membuat
mempersatukan keberagaman di
berbagai macam konflik.
Indonesia dengan memberikan pandangan
hidup, nilai-nilai luhur, pedoman hidup,
norma, hukum, aturan dalam berperilaku Sejarah menunjukkan bahwa bangsa
yang sama. Indonesia telah berhasil mengatasi
berbagai ancaman, gangguan, tantangan dan
Seperti menurut Winataputra (2012)
hambatan (AGTH). Banyak faktor
mengemukakan bahwa “Pilar-pilar
pemecah belah yang selalu membahayakan
kehidupan berbangsa dan bernegara
persatuan dan kesatuan bangsa, antara lain
kebangsaan Indonesia, yaitu Pancasila,
suku, agama, emosi suku dan kelompok
UUD NRI Tahun 1945, Bhineka Tunggal Ika,
(SARA), primitivisme dan ketimpangan
dan NKRI. Sehingga keberagaman tersebut
pembangunan. Dengan adanya
bukanlah perbedaan yang membatasi kita,
keberagaman budaya ini tentu saja
melainkan hal yang saling melengkapi
semakin banyak ancaman yang bisa terjadi.
dalam persatuan, kesatuan, dan kemajuan
Tetapi melihat bahwa bangsa
Bangsa Indonesia. Agar tidak terjadi lagi
Indonesia sudah bisa berdiri dan
konflik antar masyarakat entah itu rasisme,
melangkah sejauh ini adalah hal yang perlu
diskriminasi atau konflik lainnya, mari kita
kita sadari bahwa keberagaman budaya,
sebagai masyarakat Indonesia bersama-

Ahmad Ferry Zainul Haq - Universitas Islam Lamongan 8


Jurnal
Kewarganegaraan
Vol. 5 No.1 Juni
ras, suku, agama dan golongan masyarakat Indonesia mempunyai suatu pedoman
yang Indonesia miliki saat ini bisa menjadi hidup yang disebut juga dengan ideologi
kekuatan bagi bangsa kita. “keragaman ras negara, yaitu Pancasila. Pancasila
dan etnis, membangun keragaman yang merupakan ideologi negara Indonesia yang
inklusif, kesadaran multikultural, dapat menyatukan keberagaman yang ada
membangun sikap peka gender dan di Indonesia ini menjadi satu kesatuan
membangun toleransi”. Untuk itu mari kita yaitu bangsa Indonesia. Dan di dalamnya
semua sebagai generasi penerus bangsa terkandung lima nilai penting sebagai
Indonesia melanjutkan perjuangan yang pedoman bangsa Indonesia.
telah dilalui oleh para pahlawan kita.
Dengan bersatu dan menjadikan segala
perbedaan yang kita miliki sebagai
kekuatan untuk menjadikan bangsa kita,
bangsa yang memiliki wibawa dengan
keanekaragaman budaya yang dimiliki dan
menunjukkannya kepada mata dunia.
Oleh karena itu, kepada seluruh
warga masyarakat Indonesia mari kita
bersama-sama dengan senantiasa menjaga
serta mencintai keberagaman yang kita
miliki ini, yang juga merupakan wujud
dari semboyan kita yaitu Bhinneka
Tunggal Ika. Sasanti Bhinneka Tunggal Ika
yang bermakna persaudaraan harus
disosialisasikan kepada seluruh rakyat,
melalui lembaga-lembaga yangs udah ada
seperti lembaga pemerintah, swasta,
lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga
keagamaan,lembaga kepemudaan, agar
terbangun hidup yang rukun, damai,
aman, toleran, saling menghormati,
bekerjasama dan bergotong-royong dalam
rangka persatuan dan kesatuan bangsa.
Persatuan dikembangkan atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika, dengan memajukan
pergaulan demi kesatuan dan persatuan
bangsa. Sehingga perbedaan yang kita
miliki tidak menyebabkan perpecahan
diantara warga Indonesia. Keberagaman
bukan unsur perpecahan namun justru
yang menciptakan kesatuan bangsa
melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Kesatuan adalah upaya untuk
mempersatukan perbedaan suku, adat
istiadat, ras dan agama untuk menjadi
satu yaitu bangsa Indonesia. Dan patut
kita syukuri bahwa kita sebagai bangsa

Ahmad Ferry Zainul Haq - Universitas Islam Lamongan 9


Jurnal
Kewarganegaraan
Vol. 5 No.1 Juni

DAFTAR PUSTAKA
Arif, D.B., & Zuliyah, S. (2013). Nilai-nilai Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dala Mata Pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Program Studi PPKn.
Azra, A. (2002). Konflik Baru Antar Peradaban: Globalisasi, Radikalisme dan Pluralitas. Jakarta:
PT. Raja GrafindoPersada.
Azra, A. (2006). “Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia: Perspektif Multikulturalisme”.
Dalam Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Bogor:
Brighten Press. Jakarta: Rineka Cipta.
Damanhuri, Dkk. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Upaya Pembangunan
Karakter Bangsa. Untirta Civic Education Journal. Vol 1. No (2) , hlm 185-198
Dewantara, J. A., Hermawan, Y., Yunus, D., Prasetiyo, W. H., Efriani, Arifiyanti, F., & Nurgiansah,
T. H. (2021). Anti-Corruption Education as an Effort to Form Students With Character
Humanist and Law-Compliant. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 18(1), 70–
81.
Dewantara, J. A., & Nurgiansah, T. H. (2021). Building Tolerance Attitudes Of PPKN Students
Through Multicultural Education Courses. Jurnal Etika Demokrasi, 6(1), 103–115.
Dewantara, J. A., Nurgiansah, T. H., & Rachman, F. (2021). Mengatasi Pelanggaran Hak Asasi
Manusia dengan Model Sekolah Ramah HAM (SR-HAM). Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan,
3(2), 261–269.
Irab, Yenita. (2007). Rasisme. JurnalJaffray. Vol 5. No (1) , hlm 50-58
Kansil, C.S.T. dan S.T Kansil, C. (2006). Modul Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
Kusumohamidjojo B. (2000). Kebhinnekaan Masyarakat Indonesia: Suatu Problematik Filsafat
Kebudayaan. Jakarta: Grasindo.
Koresy Stev. (2013). Kekerasan dan Diskriminasi antar Umat Beragama di Indonesia. Lex
Administratum. Vol 1. No (2) , hlm 56-64
Misrawi, Z. (2013). Kesadaran Multikultural dan Deradikalisasi Pendidikan Islam: Pengalaman
Bhinneka Tunggal Ika Dan Qabul Al-akhar. Jurnal Pendidikan Islam. Vol 2. No (1) , hlm
197-215
Musianto, S. Lukas. (2010). Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif
dalam Metode Penelitian. Jurnal Ekonomi Manajemen. Vol 4. No (2) , hlm 123-136
Nasikun. (2007). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nurgiansah, T. H. (2019). Pemutakhiran Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di Era
Revolusi Industri 4.0. Prosiding Seminar Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan,
1(1), 95–102.
Nurgiansah, T. H. (2021a). Pendidikan Pancasila. In Solok: CV Mitra Cendekia Media.
Nurgiansah, T. H. (2021b). Pendidikan Pancasila Sebagai Upaya Membentuk Karakter Jujur.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 9(1), 33–41.
Nurgiansah, T. H. (2021c). Petuah Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Kontestasi Politik.
AoEJ: Academy of Education Journal, 12(1), 39–47.
Nurgiansah, T. H. (2021d). The Role of Citizenship Education in Building Bantul Community
Political Participation in The Pandemic Covid 19. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Dan Kewirausahaan, 4(1), 1–4.
Nurgiansah, T. H., & Sukmawati. (2020). Tantangan Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di
Masa Adaptasi Kebiasaan Baru. Jurpis: Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 17(2), 139–149.

Ahmad Ferry Zainul Haq - Universitas Islam Lamongan 10


Jurnal
Kewarganegaraan
Vol. 5 No.1 Juni
Nurgiansah, T. H., & Widyastuti, T. M. (2020). Membangun Kesadaran Hukum Mahasiswa
PPKn UPY Dalam Berlalu Lintas. Civic Edu: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan
Universitas Pasundan, 2(2), 97–102. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Pursika, Nyoman. (2009). Kajian Analitik Terhadap Semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran. Vol 4. No (1) , hlm 15-20
Rianny, Puspita., & Baehaqi, Dikdik. (2014). Implementasi Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika di
SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Jurnal Citizenship. Vol 4. No (1) , hlm69-85
Rizki Avuan, Dkk. (2020). Pengaruh Efektivitas Pembelajaran Bhineka Tunggal Ika Terhadap
Angka Rasisme Dan Diskriminasi Di Indonesia 2019. Jurnal Penelitian Agama. Vol 6. No
(1) , hlm 19-32
Sujanto, B. (2009). Pemahaman Kembali Makna Bhineka Tunggal Ika (Persaudaraan dalam
kemajemukan). Jakarta: SagungSeto.
Syaefullah, A. (2012). Merukunkan Umat Beragama. Jakarta: Penerbit Grafindo Khazanah Ilmu.
Turita, Setyani, I. 2009. Bhineka Tunggal Ika sebagai Pembentuk Jati Diri Bangsa. Yogyakarta :
Vol 24.
Winataputra, U. S. (2012). “Transformasi Nilai-Nilai Kebangsaan untuk Memperkokoh Jatidiri
Bangsa Indonesia : Suatu Pendekatan Pendidikan Kewarganegaraan” dalam Transformasi
Empat Pilar Kebangsaan dalam Mengatasi Fenomena Konflik dan Kekerasan: Peran
Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan
Universitas Pendidikan Indonesia.

Ahmad Ferry Zainul Haq - Universitas Islam Lamongan 11

Anda mungkin juga menyukai