Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

HIPERBILIRUBIN

Di susun oleh:

Denia Putri Ariyani (18011)

Gatrya Indarti Futanto (18019)

POLITEKNIK HANG TUAH JAKARTA


PRODI D-III KEPERAWATAN
Komplek RSAL Dr. Mintoharjo Jl.Bendungan Hilir No.17
Jakarta Pusat 10210 Telp. (021) 5743272 Fax.(021) 5731910
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga menyusun dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak Hiperbilirubin”.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini pernankan penyusun dengan segala
kerendahan hati menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Rita wismajuani, S.kep, SKM, M.Ap, Direktur Politeknik Hang Tuah
Jakarta
2. Ns.Sugeng Haryono, S.kep, M.Kep, Wadir III Politeknik Hang Tuah
Jakarta
3. Ns. Tri Purnamawati, M.Kep Sp.An Kaprodi Prodi D-III Keperawatan
Politeknik Hang Tuah Jakarta, selaku dosen pembimbing.
4. Ns. Handayani Sitorus, S.Kep, M.Kep, Sekertaris Prodi D-III
Keperawatan Politeknik Hang Tuah Jakarta.
5. Ns. Siti Narsih, M.Kep, Kepala Pemutu Prodi Politeknik Hang Tuah
Jakarta.
6. Ns. Eny Susyanti, S.Kep., M.Kep Anggota Pusrendikbag Keperawatan
Politeknik Hang Tuah Jakarta, selaku koordinator mata ajar.

Dalam pembuatan makalah ini, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa


masih banyak kekurangan. Untuk itu kelompok mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang bersifat membangun guna penyempurnaan di masa
yang akan datang. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 20 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
C. Metode penulisan.........................................................................................................2
D. Sistematika Penulisan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4
A. Pengertian....................................................................................................................4
B. Etiologi.........................................................................................................................4
C. Patofisiologi.................................................................................................................4
D. Patoflow.......................................................................................................................6
E. Metabolism Hyperbilirubinemia..................................................................................7
F. Tanda dan gejala..........................................................................................................7
G. Komplikasi...................................................................................................................8
H. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................8
I. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................................9
J. Penatalaksanaan Medis................................................................................................9
K. Asuhan Keperawatan..................................................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................18
A. Kesimpulan................................................................................................................18
B. Saran..........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering di
temukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25-50% bayi baru lahir menderita
ikterus pada minggu pertama. Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar plasma
bilirubin, standar deviasi atau lebih dan kadar yang diharapkan berdasarkan
umur bayi atau lebih dari 90%. Dalam perhitungan bilirubin terdiri dari
bilirubin direk dan biliribun indirek. Peningkatan bilirubin oleh hati atau
kelainan konjungsi bilirubin.
Menurut WHO (2010) dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat
pada 60% bayi cukup bulan dan di jakarta dilaporkan 32,19% menderita
ikterus. Menurut penelitian Greco dkk ditahun 2015 angka kernikterus tidak
terdekteksi karena sangat sedikit insidensinya, babhkan tidak ditemukan sama
sekali. Sebagian lagi dari ikterus mungkin bersifat patologik yang dapat
menimbulkan gangguan yang menatap atau menyebabkan kematian. Karena
setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus
ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin
meningkat lebih dari 5ml/dl dalam 24 jam. Dalam keadaan tersebut
penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk
ikterus dapa dihindari. Untuk itu peran perawat sebagai. pelaksana (care
porider)‚ pengelola (manager)‚ pembela (advokat), pendidik (educator),
sangat diperlukan untuk upaya menekan dan mencegah terjadinya ikterus pada
bayi. Serta upaya peningkatan kesehatan yaitu peningkatan hidup sehat
dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan
olahragga yang teratur. Secara preventif yaitu dengan melakukan pendidikan
kesehatan tentang penyakit hiperbilirubin, secara kuratif dengan pengobatan,
secara rehabilitatif yaitu pengaturan diit dirumah.

1
2

Berdasarkan uraian tersebut pentingnya peran perawat dalam upaya promotif,


preventif, kuratif dan rehabilitatif sehingga penulis tertarik untuk menerapkan
asuhan keperawatan pada anak hiperbilirubin.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa/I dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan
keperawatan pada anak dengan hiperbilirubin.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/I mampu memahami penyakit hiperbilirubin diantaranya:
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Pathway
e. Metabolisme hiperbilirubin
f. Tanda dan gejala
g. Komplikasi
h. Pemeriksaan penunjang
i. Pemeriksaan diagnostik
j. Penatalaksanaan Medis
k. Asuhan keperawatan

C. Metode penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kelompok menggunakan metode perpustakaan
dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan asuhan keperawatan
pada anak hiperbilirubin.

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu:
3

Bab I pendahuluan terdiri dari, latar belakang, tujuan penulisan, metode


penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teori terdiri dari, pengertian, etiologi, patofisiologi, pathway,
tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan.
Bab III Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar pustaka.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hyperbilirubinemia adalag suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapainsuatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan
kernicterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik atau mempunyai hubungan
dengan keadaan patologis (Kartikasari W, 2013)
Hyperbilirubinemia adalah salah satu masalah yang paling umum yang
dihadapi bayi baru lahir. Secara historis, manajemen berasal dari studi tentang
toksisitas bilirubin pada penyakit hemolitik (Ely Susan, 2011)
Hyperbilirubinemia adalah suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar
bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai
dengan icterus, yang dikenal dengan icterus neonatum patologis (Sudoyo,
2010).

B. Etiologi
Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
hypoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu. Gangguan fungsi
hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat
langsung merusak sel hati dan sel darah merah. Peningkatan kadar bilirubin
tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.

C. Patofisiologi
Hyperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang
melebihi kemampuan hati normal untuk mengekskresikannya atau disebabkan
oleh kegagalan hati (karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang
dihasilkan dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi
saluran ekskresi juga akan menyebabkan hyperbilirubinemia (Kartikasari W,
2013). Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun dalam darah dan jika

4
5

konsentrasi mencapai nilai tertentu (2 – 2.5 mg/dl), senyawa ini akan berdifusi
kedalam jaringan yang kemudian menjadi kuning (Sudoyo, 2010)
6

D. Patoflow

Gangguan hati, gangguan transport,


gangguan produksi bilirubin

Defisiensi albumin

Jumlah bilirubin yang akan diangkat


kehati menurun

Jumlah bilirubin yang akan diangkat


kehati menurun

Bilirubin inderek meningkat

Toksik bagi jaringan

HIPERBILIRUBINEMIA

Dalam jaringan ekstraseluler (kulit,


konjungtiva, mukosa, dsb)

ikterus Kecemasan orang tua

Kurangnya informasi
fototerapi

Resiko gangguan integritas kulit, resiko


gangguan vol. cairan
7

E. Metabolism Hyperbilirubinemia
Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan dari
tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin
darah dan sebagian proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan
bilirubin tadi dimulai dari proses oksidasi yang menghasilakn biliverdine serta
beberapa zat lain. Biliverdine ini lah yang mengalami reduksi dan menjadi
bilirubin bebas atau bilirubin inderek. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut
dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan
mudah melalui membrane biologic seperti plasenta. Bilirubin inderek tersebut
kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa kehepar. Dalam hepar
terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membrane
sel hepar dan masuk kedalam hepar. Segera setelah ada dalam sel hepar terjadi
persenyawaan ligandin dan glutation hepar lain yang membawanya ke
reticulum endosplasma hepar tempat terjadinya konjugasi. Proses ini timbul
berkat adanya enzim glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan
bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air dan pada kadar
tertentu dapat dieksresi oleh ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi
diekskresi melalui ductus hepatikus kedalam saluran pencernaan dan
selanjutnya menjadi urabilinogen dan keluar dengan tinja sebagao sterkobilin.
Dalam usus, sebagian diabsorbsi kemballi oleh mukosa usus dan terbentuklah
proses absorbsi entero hepatic.

F. Tanda dan gejala


1. Tampak icterus, sklera mata, kuku, atau kulit dan membrane mukosa.
Jaundice (kulit kuning) yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan
oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan
diabetic atau infeksi. Jaundice yang tampak pada hari ketiga sampai hari
ketujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
8

2. Ikterus, adalah akibat pengendapan bilirubin inderek pada kulit yang


cenderung tampak kuning terang atau orange, icterus pada kehijauan atau
keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
3. Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat. (Suriati
& Rita, 2010)
Sedangkan tanda dan gejala menurut Sudoyo, 2010:
1. Gejala akut
a. Gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernicterus pada neonatus
adalah alergi, tidak mau minum dan hipotermi
b. Tanda akut; kuning, muncul pertama kali lebih dari 24 jam setelah
lahir.
2. Gejala kronik
a. Tangisan yang melengking meliputi hipertonus dan oprstonus.
b. Tanda kronik; kuning muncul menghilang dalam waktu 1 minggu
untuk bayi yang cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang
premature atau kurang bulan dan kenaikan kadar bilirubin <5.

G. Komplikasi
1. Bilirubin encephalopathy
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hyperaktif, bicara lambat, tidak dapat mengkoordinasi otot, dan tangisan
melengking (Suriadi & Rita, 2010).

Komplikasi menurut sudoyo (2010), terjadi kerniterus yaitu kerusakan otak


akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern gejala klinik pada
pemula tidak jelas antara lain bayi tidak menghisap, letalgi, mata berputar-
putar, gerakan tidak menentu, kaku pada leher lalu akhirnya opistatonus.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat
kelahiran
9

2. Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan


darah tali pusat pada saat persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang
dibutuhkan.
3. Kadar bilirubin serum total di perlukan bila ditemukan ikterus pada 24
jam pertama kelahiran. ( Kartika,2013 )

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan bilirubin serum
a. Bayi cukup bulan puncak kira-kira 6 mg/dl antara 2 dan 4 hari
kehidupan. Abnormal 10 mg/dl.
b. Bayi prematur puncak kadar 10-12 mg/dl antara 5 dan 7 hari kelahiran.
Abnormal 14 mg/dl.
2. Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantung empedu.
3. Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan
hepatitis dari atresia biliary. (Suriadi & Rita, 2010)

J. Penatalaksanaan Medis
Berdasarkan pada penyeab, maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia
diarahkan untuk mencegah anemia dan memberi efek dari hiperbilirubin.
Pengobatan mempunyai tujuan: (Kartika,2013)
1. Menghilangkan antibodi maternal dan eritrosit tersensitrasi.
2. Meningkatkan kadar serum albumin.
3. Menurunkan serum bilirubin

Metode terapi hiperbilirubin meliputi, fototerapi, transfusi pengganti, infus


albumin, dan terapi obat.

Penatalaksanaan medis yang lainnya diantaranya:

1. Fototerapi
Fototerapi merupakan kadar bilirubin dengan cara menifestasi eksrasi
bilirubin tak terkonjungtasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorbsi
10

jaringan merubah menjadi dua isomer yang disebut foto bilirubin . foto
bilirubin bergerak dari jaringan ke pembulu darah melalui mekanisme
dispusi, dari dalam darah foto bilirubin bergerak dan berkaitan dengan
albumin dan dikirim ke hati. Terapi sinar di berikan jika kadar bilirubin
darah indirek lebih dari 10 mb % . terapi sinar menimbulkan dekomposisi
bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi
senyawa dipirol mudah larut dalam air dan di keluarkan melalui urin,
tinja, sehingga kadar bilirubin menurun. Selain itu pada terapi sinar di
temukan pula peninggian konsentrasi bilirubin indirek dalam cairan
empedu , duodenum yang menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan
empedu kedalam usus sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin
akan keluar bersama feses .
Pelaksaan terapi sinar :
a. Baringkan bayi telanjang , hanya genitalia yang ditutup (maks 500 jam
) agar sinar dapat merata keseluruh tubuh .
b. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya. Dapat
dengan kain kasa yang dilipat lipat dan dibalut.
c. Posisi bayi sebaiknya diubah ubah, telentang, tengkurep, setiap 6 jam
bila mungkin.
d. Pertahankan suhu bayi selalu 36,5 - 37°C dan observasi suhu setiap 4 –
6 jam sekali. Jika terjadi kenaikan suhu matikan lampunya sebentar
dan bayi diberikan banyak minum.
e. Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi dan peningkatan
suhu tubuh.
f. Pada waktu memberi bayi minum, dikeluarkan, dipangku, penutup
mata dibuka. Perhatikan tanda terjadi iritasi atau tidak.
g. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24 jam.
h. Bila kadar bilirubin menurun menjadi 7,5 mb % atau kurang, terapi
dihentikan walaupun belum 100 jam.
11

i. Jika setelah terapi selama 100 jam bilirubin tetap tinggi atau kadar
bilirubin dalam serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu
belum melebihi 500 jam digunakan. Selanjutnya hubungi dokter,
mungkin perlu teransfusi tukar.
j. Pada kasus ikterus karena hemolisis, kadar hb diperiksa tiap hari.
12

2. Transfus Penganti
a. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak rentah terhadap antibodi
maternal.
b. Menghilangkan sel darah merah untuk kepekaan.
c. Menghilangkan serum bilirubin.
d. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan bilirubin.
3. Terapi Obat
a. Phenobarbital dapat menstimulus hati menghasilkan enzime yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dang mengeksresikannya. Obat itu
efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai
13

beberapa minggu sebelum melahirkan. Pengguna phenobarbital pada


post natal masih menjadi pertentangan karena efek samping
(letalegin).
b. Colotrain dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat
urine sehingga menurunkan sirkulus enteopatika.

K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat orang tua
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO,
Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi pencernaan, dan ASI.
b. Pengkajian psikososial
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua
merasa bersalah, merasa bonding, perpisahan dengan anak.
c. Pengetahuan keluarga
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah
mengenal keluarga lain yang memiliki penyakit yang sama, tingkat
pendidikan, kemampuan mempelajari hiperbilirubin.
d. Pola kebutuhan sehari hari
1. Data dasar klien
a) Aktifitas atau istirahat : latergi, malas.
b) Sirkulasi : mungkin pucat, menandakan anemia.
c) Eliminasi : bising usus hipoaktif, pasase mekontum mungkin
lambat, feses lunak atau coklat kehijauan selama pengeluaran
bilirubin, urin gelap pekat, hitam kecoklatan (sindrom bayi
bronze).
d) Makanan atau cairan : riwayat perlambatan atau makan oral
buruk, lebih mungkin disusui daripada menyusu botol, palpasi
apdomen dapat menunjukan pembesaran limfa, hepar.
14

e) Neurosensorik : hepatos plenomegali, atau hidropsfetalis


dengan inkompatibilitas Rh berat. Opistetanus dengan
kekakuan lengkung punggung, menangis lirih, aktifitas
kejang(tahap krisis).
f) Pernafasan : riwayat afiksia
g) Keamanan : riwayat positif infeksi atau sepsi neonatus, tampak
ikterik pada awalnya di wajah dan berlanjut pada bagian distal
tubuh, kulit hitam kecoklatan sebagai efek foto terapi.
h) Penyuluhan atau pembelajaran : faktor keluarga, misalnya :
keturunan, etnik, riwayat hiperbilirubin pada kehamilan
sebelumnya, penyakit hepar, distrasia darah (defisit glukosa – 6
– fosfat dehidrogenase (G-6-PD). Faktor penunjang
intrapartum, misalnya persalinan pratern.
e. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan derajat ikterus, ikterus
terlihat pada sklera, tanda tanda penyakit hati kronis yaitu eritema
palmaris, jari tubuh (clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan
termasuk pemeriksaan organ hati (tentang ukuran, tepi dan
permukaan ) ; ditemukan adanya pembesaran limfa (splenomegalih),
pelebaran kantung empedu dan masa abdomen, selaput lendir, kulit
berwarna mera tua, urin pekat warna teh, letargi, hipotonus, reflek
menghisap kurang atau lemah, peka rangsangan, tremor, kejang dan
tangisan melengking.
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Golongan darah bayi dan ibu, mengindentifikasi inkompatibilitas
ABO.
2) Bilirubin total : kadar direk bermakna jika melebihi 1,0 – 1,5
mg/dl kadar indirek tidak lebih 20 mg/dl pada bayi cukup bulan
atau 15 mg /dl pada bayi pratern.
3) Darah lengkap : hb mungkin rendah (<1mg/dl) karena hemolisis.
15

4) Meter ikterik transhutan : mengindetifikasi bayi yang memerlukan


penentuan bilirubin serum.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubangan dengan ketidakmampuan untuk memasukkan atau
mencerna nutrisi oleh karen faktor belum sempurna organ
pencernaan.
b. Resiko perubahan suhu tubuh berhubungan dengan pemajanan
panas yang lama sekunder fototerapi.
c. Resiko kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan
peningkatan bilirubin di kulit dan efek fototerapi.

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubangan dengan
ketidakmampuan untuk memasukkan atau
mencerna nutrisi oleh karen faktor belum
sempurna organ pencernaan .
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
3X24 jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi
dapat teratasi.
Keriteria hasil : 1. Albumin dalam rentang normal
2. Penurunan BB tidak lebih dari 10%.
3. Tugor kulit baik.
4. Jumlah intake dan output seimbang.
Intervensi Kep : 1. Monitor TTV setiap 2 jam, tingkat
kesadaran,
Rasional: mengetahui perubahan suhu bayi
terkait dengan penurunan suhu tubuh.
16

2. Monitor berat badan bayi.


Rasional : mengetahui dan membandingkan
BB bayi.
3. Pertahankan intake 8cc ASI
Rasional: menjaga keseimbangan nutrisi
bayi.
4. Pantau jumlah residu
Rasional: mengetahui jumlah residu dan
sebagai patokan pemberian intake.

b. Diagnosa Kep: Resiko perubahan suhu tubuh berhubungan


dengan pemajanan panas yang lama sekunder
fototerapi.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24
jam diharapkan resiko perubahan suhu tubuh
tidak terjadi.
Kriteria hasil : 1. Suhu tubuh 36,5-37,5 °C
2. Nadi dan RR dalam rentang normal.
Intervensi : 1. Monitor suhu sesring mungkin.
Rasional: untuk mengetahui apakah ada
peningkatan suhu tubuh pada bayi.
2. Monitor warna kulit
Rasional: mengetahui perubahan warna
kulit.
3. Monitor penurunan kesadaran
Rasional: mengetahui tingkat kesadaran.
4. Monitor gerakan bayi
Rasional: mengetahui keaktifan bayi.
17

5. Matikan lampu sementara bila terjadi


kenaikan suhu berikan kompres dingin serta
ekstrak minum.
Rasional: mengurangi pajanan sinar
sementara.
6. Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap
tinggi
Rasional: untuk membantu memberikan
parasetamol agar suhu turun.

c. Diagnosa kep : Resiko kerusakan intregritas kulit berhubungan


dengan peningkatan bilirubin di kulit dan efek
fototerapi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24
jam diharapkan resiko kerusakan integritas
kulit tidak terjadi
kriteria hasil : 1. Tidak ada luka dan lesi pada kulit.
2. Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan
3. Menunjukan terjadinya proses
penyembuhan luka.
Intervensi Kep : 1. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering.

Rasional: agar kulit bayi tidak iritasi dan


menimbulkan luka.

2. Monitor kulit yang ada kemerahan


Rasional: untuk mengetahui warna kulit.
18

3. Kaji lingkungan dan peralatan yang


menyebabkan tekanan
Rasional: agar tidak ada alat atau benda
yang dipakai bayi menimbulkan iritasi pada
kulit.
4. Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby
oil/lotion.
Rasional: mencegah lecet
5. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar
bilirubin, bila kadar turun 7,5 mg%
fototerapi dihentikan.
Rasional: untuk mencegah pemajanan sinar
yang terlalu lama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensin untuk menimbulkan
kernikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai
hubungan dengan keadaan patolis.
Hiperbilirubin adalah suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin
serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan
ikterus, yang dikenal dengan ikterus neonatus patologis.
Tanda dan gejalanya tersendiri adalah tampak ikterus, muntah, anorexia,
hipotermi, alergi, enggan minum. Penyebab dari hiperbilirubinemia
terdapat beberapa faktor, secara garis besar penyebab dari
hiperbilirubinemia adalah produksi bilirubin yang berlebihan, gangguan
dalam proses uptake dan konjungasi hepar, gangguan dalam ekskresi.
Komplikasi dari hiperbilirubin adalah kernikterus. Kernikterus yaitu
kerusakan otak akibat pelengketan bilirubin indirek pada anak.

B. Saran
Perawat diharapkan dapat mengetahui tanda dan gejala dari hiperbilirubin
sehingga dapat menangani pasien secara tepat. Perawat dapat
menyarankan kepada pasien untuk hidup sehat dengan memakan makanan
bergizi serta perawat dapat mengedukasi keluarga maupun pasien tentang
hiperbilirubinemia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Latief, Abdul, dkk. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika

Jakarta.

Nurarif, Amin H. 2013. Panduan Penyusun Asuhan Keperawatan


Profesional. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Sudoyo, Aru W,dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi V. Jakarta:
Internal Publishing.

Suriandi dan Rita Y. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Wijayaningsih, Kartika. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV.
Trans Infomedia.
http:// asus10.wordpress.com/asuhan-keperawatan/askep-pada-kasus-
bayi-
hiperbilirubin./diakses pada tanggal 01 oktober 2015 pukul 16.20

WIB.

http://cnennisa.files.wordpress.com/asuhan-keperawatan-dengan
hiperbilirubin.pdf/diakses pada tanggal 01 oktober 2015 pukul 16.30
WIB.

19

Anda mungkin juga menyukai