Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PRAKTIKUM KONSELING INFORMASI DAN EDUKASI (KIE)


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Konseling Informasi Dan
Edukasi (KIE)

Disusun Oleh :
Kelompok 5

Gina Violita 10027121052


Femi Yulianti 10027121053
Ghina Nadhifah 10027121054
Ari Syahrul Ramadhan 10027121055
Muhammad Irgi Novaldi 10027121056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas ridho dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah materi kuliah Konseling,
Informasi dan Edukasi dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapa Dr. Apt. Saeful Amin M.Si
yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Diharapkan tulisan ini
menambah pengetahuan dan pemahaman kepada dikalangan mahasiswa dan pembaca
tentang materi Konseling, Informasi dan Edukasi.
Kami menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh sebab itu dengan tangan terbuka kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi
kita semua.Demikian makalah ini kami susun, bila ada kata-kata yang salah dalam
penyusunan makalah ini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tasikmalaya, 03 Maret 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1. 1. Latar Belakang..................................................................................1
1. 2. Rumusan Masalah.............................................................................3
1. 3. Tujuan...............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4

2. 1. Penyakit Diare .................................................................................4

2.1.1. Pengertian.............................................................................4

2.1.2 Tanda dan Gejala..................................................................4

2.1.3 Etiologi.................................................................................4

2.1.3.a. Faktor Infeksi..........................................................4

2.1.3.b. Faktor Malabsporbsi...............................................5

2.1.4 Faktor Resiko........................................................................6

2.1.5 Fatofisiologi..........................................................................6

2.1.6 Cara Penularan......................................................................7

2.1.7 Pengobatan Dari Diare..........................................................8

2.1.7.a. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan

cairan, jumlah pemberianya....................................8

ii
2.1.7.b. Dietetik (cara pemberian makanan).......................9

2.1.7.c. Obat-obatan............................................................10

2.1.7.d. Terapi farmakologik...............................................10

2.1.8 Komunikasi, Informasi dan Edukasi pada obat-obatan

Diare.....................................................................................11

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................12

2. 1. Konseling Obat Pada Pasien Diare...................................................12

 Percakapan Pelayanan Asisten Apoteker dengan

Keluarga Pasien........................................................................12

 Percakapan Pelayanan Kasir dengan Keluarga Pasien.............13

 Percakapan Pelayanan Asisten Apoteker dengan

Keluarga Pasien (Lanjutan)..................................................... 13

 Percakapan KIE Apoteker kepada Pasien............................... 13

BAB IV KESIMPULAN.................................................................................19

4. 1. Kesimpulan ......................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejadian kematian pada anak usia dini banyak terjadi di negara –


negara berkembang. Diare, penyakit bawaan dan pneumonia merupakan
penyebab kematian utama pada anak usia dini. Penyakit tersebut mencakup
angka sebesar 10%, 13%, dan 36% dari semua penyebab kematian balita.
Selain itu resiko yang dihadapi anak-anak dari kondisi lingkungan buruk
sehingga meningkatakan angka kematian yang disebabkan diare (WHO,
2019).
Pada setiap tahunnya terdapat 2,5 milyar kasus diare yang
dilaporkan pada balita dengan 1,400 kematian setiap harinya (Barnes dkk.,
2002). Di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan diare menyebabkan 1 dari 8
kematian pada balita setiap tahunnya (Keddy dkk., 2016). Data Riskesdas
menunjukkan prevalensi diare di Indonesia sebesar 6,8 % pada tahun 2018
(Riskesdas, 2019a). Angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan
tahun 2013, yaitu 4,5%. Sedangkan untuk di Lampung angka prevalensi
diare pada balita sebesar 8,77% (Riskesdas, 2019b).
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja
dengan intensitas buang air besar secara berlebihan (lebih dari 3 kali dalam
kurun waktu satu hari). Penanganan cepat sangat dibutuhkan untuk mengatasi
penyakit diare karena apabila terlambat maka akan dapat menyebabkan
kekurangan cairan yang dapat menyebabkan kematian. Dalam negara
berkembang penyakit diare ada balita menjadi penyebab kedua angka sakit dan
kematian. Suratmaja pada tahun 2007 menyebutkan bahwa pada kasus penyakit
1
diare akut, mikroorganisme akan masuk ke saluran cerna, kemudian
mikroorganisme akan berkembang biak karena telah mampu melewati asam
lambung. Mikroorganisme tersebut akan membentuk racun kemudian
menyebabkan rangsang terhadap mukosa usus yang menyebabkan munculnya
hiperperistaltik. Sekresi cairan pada tubuh inilah yang mengakibatkan
terjadinya penyakit diare.
Diare dedefinisikan sebagai buang air besar (BAB) yang cair atau
berjumlah tiga kali atau lebih sehari yang disertai perubahan, dengan
disertai atau tanpa darah dan atau lendir (WHO, 2013a; WHO, 2013b).
Diare menandakan adanya infeksi atau inflamasi pada saluran pencernaan
yang dapat disebabkan organisme seperti bakteri, virus, dan parasite
(Nagabushana dkk., 2014). Infeksi paling banyak menyebabkan diare akut
dimana bersifat self-limited. Diare kronik adalah diare berdurasi lebih dari
4 minggu dengan penyebab tersering non-infectious. Penyebab non-
infectiousdapat berupa malabsorbsi, inflammatory bowel diseasedan efek
samping pengobatan (Wenzl, 2012). Salah satu penyebab kematian pada balita
adalah diare (WHO, 2013c).
Cara penularan diare umumnya melalui fekal oral yaitu melalui
makanan atau minuman, kontak langsung tangan, tinja penderita atau tidak
langusng melaui lalat yang tercemar oleh enteropatogen. (WHO, 2013a)
Diare dapat menyebabkan dehidrasi, terganggunya pertumbuhan dan
kekurangan gizi pada anak –anak (Pratama, 2018). Dampak yang
disebabkan oleh diare inilah yang menjadi faktor pentingnya
pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat.Kurangnya pengetahuan
mengenai diare ini menjadi penyebab tingginya kejadian diare. Oleh
karena itu diperlukan pengetahuan mengenai diagnosis dan penatalaksanaan
yang sesuai dengan keadaan pasien.

2
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan diare ?
2. Bagaimana tanda dan gejala dari diare?
3. Bagaimana faktor risiko dari diare ?
4. Bagaimana cara penularan diare?
5. Bagaimana pengobatan dari diare?
6. Bagaimana cara komunikasi, informasi dan edukasi pada obat-obatan
diare?

1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian diare
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare
3. Untuk mengetahui faktor risiko dari diare
4. Untuk mengetahui penularan diare
5. Untuk mengetahui pengobatan dari diare
6. Untuk mengetahui cara komunikasi, informasi dan edukasi pada obat-
obatan diare.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Diare


1. Pengertian
Diare dedefinisikan sebagai buang air besar (BAB) yang cair atau
berjumlah tiga kali atau lebih sehari yang disertai perubahan, dengan
disertai atau tanpa darah dan atau lendir (WHO, 2013a; WHO,
2013b). Diare menandakan adanya infeksi atau inflamasi pada saluran
pencernaan yang dapat disebabkan organisme seperti bakteri, virus,
dan parasite (Nagabushana dkk., 2014). Infeksi paling banyak
menyebabkan diare akut dimana bersifat self-limited. Diare kronik
adalah diare berdurasi lebih dari 4 minggu dengan penyebab
tersering non-infectious. Penyebab non-infectious dapat berupa
malabsorbsi, inflammatory bowel diseasedan efek samping pengobatan
(Wenzl, 2012). Salah satu penyebab kematian pada balita adalah diare
(WHO, 2013c).

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala Diare adalah buang air besar cair atau lembek,
muntah sebagai penyerta pada gastroenteritis akut, demam serta gejala
dehidrasi (Daldiyono dalam Sudoyo et al, 2006).

3. Etiologi
Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain

a. Faktor Infeksi

4
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi
eksternal sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris,
Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitits media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi
laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar).

5
4. Faktor Resiko
Banyak faktor resiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit
diare. Salah satu faktor antara lain adalah sanitasi lingkungan yang kurang
baik, persediaan air yang tidak hiegienis, dan kurangnya pengetahuan
(WHO, 2013).
Faktor risiko Diare menurut segitiga epidemiologi adalah penjamu
(host), agen penyebab penyakit (agent) dan lingkungan (environment).
Karakteristik pejamu terdiri atas : usia, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan,
ras, gaya hidup. Agent penyebab penyakit (agent) terdiri atas Bahan kimia,
mekanik, stress (psikologis), agen Biologis (infeksi bakteri, virus, parasit,
jamur). Lingkungan (environment) terdiri atas lingkungan fisik: keadaan
geografis, kelembaan udara, temperatur, lingkungan tempat tinggal
(rumah:cahaya, ventilasi, bahan bangunan, sarana air minum, jamban
keluarga, Sampah, SPAL) dan lingkungan non fisik:sosial (pendidikan,
pekerjaan) budaya (adat, kebiasaan turun temurun), ekonomi, politik)
(Widoyono, 2011).

5. Patofisiologi
Proses terjadinya diare disebabkan oleh berbagai factor diantaranya
1) Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus
dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan
elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan
6
transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2) Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah diare.
3) Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untukmenyerap makan yang
kemudian menyebabkan diare.
4) Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus
yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkan diare.

6. Cara penularan
Departemen Kesehatan RI (2005), kuman penyebab diare biasanya
menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman
yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.
Beberap perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan
meningkatkan resiko terjadinya dire yaitu: tidak memberikan ASI secara
penuh 4-6 bulanpada pertama kehidupan, menggunakan botol susu,
menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum
yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah membuang tinja anak, tidak

7
mencuci tangan sebelum dan sesudah menyuapi anak dan tidak membuang
tinja termasuk tinja bayi yang benar.

7. Pengobatan dari diare


Dasar pengobatan diare adalah

a. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan cairan,


jumlah pemberianya.
1) Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCL dan
NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L.Formula
lengkap sering disebut oralit.Cairan sederhana yang dapat dibuat
sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula
(NaCL dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula
untuk pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa berobat ke
rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih
jauh.
2) Cairan parental. Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi
atau pasien yang MEP. Tetapi kesemuanya itu bergantung
tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan ringer laktat
(RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari
berat /ringanya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badanya.
3) Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe
marasmik.

8
Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat
badan 3-10 kg, umur 1bln-2 tahun, jumlah cairan 200 ml/kg/24jam.
Kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada pasien MEP.Jenis
cairan DG aa. 20 jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20 jam atau 7
ml/kg BB/jam atau 1 ¾ tetes/kg/BB/menit ( 1 ml= 15 menit) atau 2
½ tetes /kg BB/menit (1 ml=20 tetes). Selain pemberian cairan pada
pasien-pasien yang telah disebutkan masih ada ketentuan
pemberian cairan pada pasien lainya misalnya pasien
bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan kelainan
jantung bawaan, yang memerlukan caiaran yang berlebihan pula.
Bila kebetulan menjumpai pasien-pasien tersebut sebelum
memasang infuse hendaknya menanyakan dahulu pada dokter.
b. Dietetik (cara pemberian makanan).
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan:
1) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenis
lainya)
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim),
bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
3) Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
missalnya susu yang tidsk mengandung laktosa atau asam lemak
yang berantai sedang atau tidak jenuh.
c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui
tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atu karbohidrat lain (gula,air tajin, tepung beras

9
dan sebagainya).
d. Terapi farmakologik
1) Antibiotik

Pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan setelah


diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur penderita,
perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotic
boleh diberikan bila :
a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan
atau biakan.
b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan
darah pada tinja.
c) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya
infeksi maternal.
d) Di daerah endemic kolera.
e) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial

2) Obat antipiretik
Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin) dalam
dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk menurunkan
panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi, juga mengurangi
sekresi cairan yang keluar bersama tinja.

3) Pemberian Zinc

Pemberianzinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan


tingkat keparah diare, mengurangi frekuensi buang air besar
(BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
diare pada tiga bulan berikutnya.

10
8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi pada obat-obatan diare
1) Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Depkes RI, 2011b)
a) Diare tanpa dehidrasi Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak
mencret Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 - 1½ gelas setiap kali anak mencret
b) Diare dengan dehidrasi ringan sedang Dosis oralit yang diberikan
dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg/ bb dan selanjutnya diteruskan
dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c) Diare dengan dehidrasi berat Penderita diare yang tidak dapat minum
harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus (Depkes RI, 2011b)
2) Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok 13 makan
air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Depkes RI,
2011b)
3) Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek colera (Depkes RI, 2011b)
4) Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2
minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Depkes RI, 2011b)
5) Penanganan diare secara mandiri dirumah :
- Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
- Oralit,Larutan gula garam,
- Cairan makanan (air tajin, kuah sayur, atau air matang).
- Lanjutkan pemberian makanan, untuk penderita dewasa akan lebih
nyaman dengan menghindari:Makanan tinggi serat (misalnya nasi
padat),Makanan/minuman yang terbuat dari susu (misalnya susu,
keju) dan kafein (seperti kopi dan cola).

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Konseling Obat Pada Pasien Diare


 Ari Syahrul Ramadhan : Anak

 Femi Yulianti : Kasir

 Gina Violita : Apoteker

 Ghina Nadhifah : Ibu

 Muhammad Irgi : Asisten Apoteker

Ibu Ghina (30 tahun) dan seorang anak datang ke apotek menebus obat
yang diberikan oleh dokter untuk anaknya Ari (3 tahun) yang sedang diare.
Diare yang diderita menurut ibu Ghina sudah berlangsung selama 2 hari.

 Percakapan Pelayanan Asisten Apoteker dengan Keluarga Pasien


Asisten Irgi : Selamat pagi siang, apakah ada yang saya bisa bantu?
Ibu Ghina : Siang, saya ingin menebus resep ini pa
Asisten Irgi : Maaf ibu, kalau boleh saya tahu resep ini untuk siapa?
Ibu Ghina : Resep ini untuk anak saya pa
Asisten Irgi : Baik ibu ditunggu sebentar ya bu. Dipersilahkan untuk duduk
terlebih dahulu. Saya siapkan obatnya dulu ya.
Ibu Ghina : Iyah pa
Asisten Irgi : Pasien anak atas nama Ari
Ibu Ghina : Iya, saya pa (sambil menghampiri asisten apoteker)
Asisten Irgi : Ibu untuk pembayaran obatnya bisa dilakukan ke kasir ya bu.

12
Setelah sudah selesai membayar ibu bisa kembali lagi.
Ibu Ghina : Baik pa

 Percakapan Pelayanan Kasir dengan Keluarga Pasien


Ibu Ghina : Saya ingin membayar obat untuk resep ini bu
Kasir Femi : Oh iya baik bu sebentar
Ibu Femi : Jadi berapa ya mba?
Kasir Femi : Semuanya jadi Rp 35.500 ya bu.
Ibu Ghina : Oh iya ini mba
Kasir Femi : Baik bu terima kasih

 Percakapan Pelayanan Asisten Apoteker dengan Keluarga Pasien


(Lanjutan)
Ibu Ghina : Mbak, saya sudah melakukan membayarannya
Asisten Irgi : Baik Ibu mari ikut saya ke ruangan konseling untuk
bertemu apoteker nya
Ibu Ghina : Oh iya mba

 Percakapan KIE Apoteker kepada Pasien


Apoteker Gina : Selamat siang bu, mbak. Silahkan duduk (sambil menjabat
tangan pasien)
Ibu & Anak : Baik terimakasih bu
Apoteker Gina : Bagaimana kabarnya bu?
Ibu Ghina : Alhamdulilah baik bu
Apoteker Gina : Baik perkenalkan saya apoteker Gina yang sedang bertugas
saat ini. Saya sedang berbicara dengan Ibu siapa ya?
Ibu Ghina : Dengan ibu Femi

13
Apoteker Gina : Baik ibu, sebelumnya saya mau memastikan ini resepnya atas
nama Ari ya bu? Umurnya 3 tahun dengan berat badan 14Kg
dan diresepkan obat diare. Diarenya sudah 2 hari ya bu betul?
Ibu Ghina : Iyah betul bu, anak saya sudah mengalami diare selama dua
hari
Apoteker Gina : Sebelumnya saya ingin meminta waktu ibu untuk melakukan
konseling selama 10 sampai 15 menit untuk memberikan
informasi dan edukasi terkait obat-obat yang diresepkan
dokter untuk anak ibu. Dimana dengan tujuan konseling ini
agar ibu paham dan mengetahui bagaimana cara penggunaan
obat untuk anak ibu nantinya. Apa ibu bersedia?
Ibu Ghina : Iyah boleh bu
Apoteker Gina : Nah disini saya ingin menanyakan dulu bu, keluhan apa yang
dirasakan anak ibu?
Ibu Ghina : Keliatannya lemas bu
Apoteker Gina : Baik ibu, jadi kan diarenya sudah 2 hari ya bu. Nah dalam
hari itu sudah berapa kali ya bu diarenya? Dan fesesnya lebih
ke bentuknya padat atau cair?
Ibu Ghina : Iya bu anak saya mengalami diare sudah 2 hari ini. Terus
dalam seharinya bisa diare 4-5 diarenya. Terus juga fesesnya
itu cair.
Apoteker Gina : Apakah dalam fesesnya terlihat ada darahnya bu?
Ibu Ghina : Tidak ada bu
Apoteker Gina : Kemudian apakah anak ibu mengalami rewel, lemas, gelisah
atau malas minum?
Ibu Femi : Iyah betul bu, kebetulan anak saya terlihat lemas, rewel, dan
agak susah untuk minum.

14
Apoteker Gina : Apakah kantung mata anak ibu terlihat cekung?
Ibu Ghina : Iya bu terlihat cekung
Apoteker Gina : Apakah banyak/atau tidaknya air mata pada saat anak ibu
menangis?
Ibu Ghina : Oh pada anak saya ketika menangis air mata yang keluar tidak
begitu banyak bu.

Berdasarkan penggalian data dan informasi dari ibu pasien. Ananda Ari
(3 tahun) mengalami diare dengan dehidrasi ringan, dengan hasil CDS-Skor
yaitu 4.

Apoteker Gina : Baik ibu, kemudian apakah anak ibu mempunyai alergi pada
obat?
Ibu Ghina : Kalau untuk alergi gaada bu
Apoteker Gina : Oh iya baik bu. Pada saat ke dokter itu apakah dokternya
sudah menjelaskan tentang obat yang diresepkan untuk anak
ibu?
Ibu Ghina : Dokter Cuma bilang bu, dia meresepkan obat diare untuk
anak saya
Apoteker Gina : Hm baik, Kalau untuk cara penggunaannya apakah sudah
dijelaskan?
Ibu Ghina : Oh itu belum bu
Apoteker Gina : Untuk harapan setelah meminum obat ini apakah sudah diberi
tahu dokternya bu?
Ibu Ghina : Untuk harapannya juga belum dijelaskan bu
Apoteker Gina : Baik, karena dokternya belum menjelaskan. Disini saya akan
mencoba untuk menjelaskan bagaimana cara penggunaan

15
obatnya ya bu.
Ibu Ghina : Boleh bu
Apoteker Gina : Jadi anak ibu disini diresepkan 2 jenis obat. Yang pertama ini
ada Oralit sedangkan untuk obat yang kedua ini ada Zinkid
syrup 60 mL dengan kandungan Zinc Sulfat. Untuk oralitnya
ini penggunaannya ibu harus larutkan dulu pada 600 mL atau 3
gelas pada 3 jam pertama, kemudian 200 mL setiap kali anak
ibu habis BAB ya bu. Harapan penggunaan Oralit ini adalah
untuk mencegah dehidrasi dan rasa lemas akibat diare dengan
cara menggantikan cairan dan garam di dalam tubuh.
Sedangkan untuk cara penggunaan Zinkid syrup ini adalah
diminum sebanyak 1 sendok takar, 1x sehari dan diminumnya
selama 10 hari, dan lebih bagus diminum sebelum makan. Nah
untuk harapan penggunaan Zinkid syrup itu sendiri adalah
untuk terapi pelengkap diare untuk mengganti cairan yang
hilang didalam tubuh kemudian untuk mencegah diare 2-3
bulan kedepan ya bu. Apakah jelas bu?
Ibu Ghina : Jelas bu, tapi saya ingin bertanya apakah obat-obat ini harus
dihabiskan?
Apoteker Gina : Kalau untuk Oralit ini bisa dihentikan saja bu, ketika anak ibu
sudah tidak diare ya. Sedangkan untuk Zinkid syrup ini tetap
harus diminum selama 10 hari meskipun anak ibu diarenya
sudah berhenti. Seperti itu bu. Nah untuk penyimpanannya, ibu
bisa simpan dalam suhu ruang, tapi kalua ibu punya kotak obat
juga bisa disimpan dalam kotak obat.
Ibu Ghina : Oh iya baik bu

16
Apoteker Gina : Nah saya rasa ibu sudah cukup paham ya dengan penjelasan
saya. Bisa saya meminta ibu untuk mengulang apa yang sudah
saya jelaskan tadi terkait penggunaan obatnya bu?
Ibu Ghina : Iyah, anak saya diresepkan 2 macam obat yaitu yang pertama
ada Oralit dan yang kedua ada Zinkid Syrup. Oralit ini
diminum sehabis anak saya diare itu dilarutkan terlebih dahulu
dengan 600 mL air pada 3 jam pertama dan 200 mL air sehabis
anak saya diare. Untuk Zinkid syrupnya diminum 1 kali sehari
sebelum makan 1 sendok takar selama 10 hari. Kalau sudah
tidak diare, Oralitnya dihentikan namun Zinkidnya tetap
diminum selama 10 hari.
Apoteker Gina : Iyah betul ibu, saya rasa ibu sudah cukup paham untuk
penggunaannya. Nah disini saya ingin menyarankan untuk anak
ibu untuk mengkonsumsi makan-makanan yang mengandung
zat besi yang tinggi seperti bayam, dan sayuran lainnya ya bu.
Sebaiknya tidak diberikan goreng-gorengan terlebih dahulu
atau makanan pedas karena dapat memperparah diarenya bu.
Dan cuci tangan yang bersih sebelum makan. Kemudian untuk
memperbaiki dehidrasinya ibu juga bisa meningkatkan asupan
cairan seperti minum air putih yang banyak, lalu istirahat yang
cukup ya bu.
Ibu Ghina : Ohiya bu saya mau nanya, untuk kedua obat ini ada efek
sampingnya ga bu?
Apoteker Gina : Untuk obat ini Alhamdulillah tidak ada efek sampingnya ya
bu
Ibu Ghina : Ohiya Alhamdulillah kalua gaada

17
Apoteker Gina : Nah ini bu ada kartu nama saya, jika ada yang ibu tanyakan
lagi bisa ibu hubungi dikontak yang ada dikartu nama. Dan jika
anak ibu belum ada perubahan atau diarenya masih berlanjut
ibu, itu ibu bisa kembali lagi periksakan lagi anak ibu ke
dokter, seperti itu bu.
Ibu Ghina : Oh iya baik
Apoteker Gina : Baik kalau begitu, terimakasih ibu sudah meluangkan
waktunya untuk konseling. Semoga anak ibu lekas sembuh
Ibu Ghina : Iyah sama-sama bu, terimakasih juga. Permisi,
Assalamualaikum
Apoteker Gina : Waalaikumsalam

18
BAB IV

KESIMPULAN

Diare merupakan masalah kesehatan yang masih banyak terjadi pada anak usia
dini terutama di negara berkembang. Ketepatan dalam melakukan diagnosis dan
tatalaksana sangat mempengaruhi kesembuhan dari penderita. Faktor penyebab yang
masih sering ditemui adalah infeksi virus. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebersihan
lingkungan, kebersihan penderita, dan asupan nutrisi. Diagnosis dari diare dapat
ditegakkan dari anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Terapi
utama terhadap diare ini adalah terapi cairan. Terapi cairan ini diberikan agar dapat
mencegah terjadinya dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit pada penderita.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aprianita.2016.Hubungan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan kejadian diare


pada balita di puskesmas kedondong Kabupaten Pesawaran 2015:Jurnal
Dunia Kesmas Volume 5 diakses tanggal 28 Februari 2022
DEPKES RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat.
Depkes Rl . 2010. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Jakarta : Depkes RI.
Fausi, A. 2011. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita.
Skripsi. STIKes Karya Husada, Kediri.
Nagabushana D, Rao D, Pushpalatha S. (2014). A Clinical and Epidemiological
Study of Enterovirus Associated Diarrhea in Hospitalized Children. Artikel. J
Pediatri Sci. 6(212).
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudoyo et al, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Widoyono, 2011, Penyakit Tropis Epidmeiologi, penularan


pencegahan dan pemberantasannya. Edisi kedua. Erlangga Medical
Series Jakarta.
World Health Organisasiton. (2013). Penyakit Diare. Diakses dari http://
www.who.int/mediacentre/factsheets/ s330/en/.
World Health Organization (2013). Diaksesdari:
https://www.who.int/en/newsroom/fact-sheets/detail/diarrhoel disease

WHO, 2014, Diarrhoea Disease Fact Sheet N0330 April 2013.

iv

Anda mungkin juga menyukai