Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas ridho dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah materi kuliah Konseling
Informasi dan Edukasi dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapa Dr. Apt. Saeful Amin M.Si
yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Diharapkan tulisan ini
menambah pengetahuan dan pemahaman dikalangan mahasiswa dan pembaca tentang
materi Konseling Informasi dan Edukasi dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh sebab itu dengan tangan terbuka kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi
kita semua. Demikian makalah ini kami susun, bila ada kata-kata yang salah dalam
penyusunan makalah ini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
penyebab kematian terbanyak dikalangan wanita. Kanker payudara didefenisikan
sebagai salah satu patologi yang dimulai dengan perubahan genetik pada sel tunggal
(Johnson, 2010). Perubahan ini disebabkan karena adanya pertumbuhan yang
berlebihan dan perkembangan yang tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara
sehingga memerlukan waktu beberapa tahun untuk dapat terpalpasi dengan
pertumbuhan yang berawal dari tumor sebesar 1 cm namun dalam kurun waktu 8-12
tahun sel pemicu akan tumbuh dalam tubuh inang (Johnson, 2010; Mulyani, 2013).
Disetiap tubuh kita mempunyai sel kanker, namun jika sel tersebut terus aktif dan
berkembang maka akan bergerak menyebar ke jaringan maupun organ sekitar
payudara sehingga terjadi kerusakan bahkan kematian jaringan maupun organ sekitar
payudara (Jhon, 2010). Munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil dari
mutasi atau perubahan yang tidak normal pada gen yang bertanggung jawab menjaga
pertumbuhan sel dan menjaganya tetap normal.
Obat antikanker merupakan obat spesialistik, dimana indeks terapi obat sempit
sehingga perubahan sejumlah kecil dosis obat dapat menyebabkan efek samping yang
tidak diinginkan atau bahkan efek toksik berat, yang dapat menyebakan kematian
baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena obat antikanker umumnya
bekerja pada sel yang sedang aktif, maka efek sampingnya terutama mengenai
jaringan dengan proliferasi tinggi yaitu sistem hemopoetik dan gastrointestinal
(Sukardja, 2010). Maka seorang farmasi wajib mengetahui bagaimana cara konseling
mengenai obat-obatan kemoterapi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kanker payudara?
2. Bagaimana gejala dari kanker payudara?
3. Bagaimana faktor risiko dari kanker payudara?
4. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri?
5. Bagaimana pengobatan dari kanker payudara?
6. Bagaimana cara komunikasi, informasi dan edukasi pada obat-obatan
sitostatika/ kemoterapi?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mendeskripsikan pengertian kanker payudara
2. Untuk mengetahui gejala dari kanker payudara
3. Untuk mengetahui faktor risiko dari kanker payudara
4. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
5. Untuk mengetahui pengobatan dari kanker payudara
6. Untuk mengetahui cara komunikasi, informasi dan edukasi pada obat-obatan
sitostatika/ kemoterapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
2. Gejala
Gejala klinis yang terjadi pada kanker payudara berupa (Zulkoni, 2011):
Nipple dischange adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan
tidak normal. Seorang wanita harus waspada apabila dari puting susu keluar cairan
berdarah, encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus
memijit puting susu dan berlangsung secara terus menerus, hanya pada satu
payudara dan cairannya ini bukan air susu.
3. Faktor Risiko
Penyebab dari kanker payudara belum diketahui secara pasti. Namun faktor risiko
sebagai pemicu timbulnya kanker payudara antara lain (Mardiana, 2009):
a. Konsumsi makanan berlemak dan berprotein tinggi, tetapi rendah serat dan dalam
porsi yang banyak. Makanan ini banyak mengandung zat karsinogen yang dapat
merangsang pertumbuhan sel kanker.
d. Perokok.
e. Wanita yang mengalami masa menopause setelah umur 50 tahun. Pada wanita yang
mengalami awal menopause berarti lebih lama terpapar dengan tingginya hormon
estrogen. Tingginya hormon estrogen menghambat terjadinya menopause sehingga
berisiko berkembang menjadi kanker payudara (Nani, 2009).
h. Wanita yang tidak pernah menyusui. Semakin lama ibu memberikan ASI maka
semakin kecil risiko untuk terkena kanker payudara. Hal ini berkaitan dengan kadar
estrogen ketika menyusui rendah.
i. Anggota keluarga pernah terkena kanker payudara. Wanita yang memiliki anggota
keluarga yang terkena kanker lebih berisiko 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang tidak memiliki anggota keluarga terkena kanker.
j. Wanita yang mengalami menarche lebih awal. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rianti, Tirtawati dan Novita (2012), didapatkan hasil
bahwa perempuan yang mempunyai riwayat umur menstruasi pertama < 12 tahun
lebih berisiko 6,68 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang usia menstruasi
pertama kali pada usia ≥ 12 tahun.
Salah satu cara deteksi dini kanker payudara yaitu dengan melakukan
pemeriksaan sendiri atau sadari. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap bulan
secara teratur. Bagi wanita masa reproduksi, pemeriksaan dilakukan 7-10 hari setelah
haid berhenti dengan pola pemeriksaan tertentu. Apabila terdapat benjolan segera
dikonsultasikan pada dokter (Nugroho dan Utama, 2014).
1. Berdiri
a. Lepas pakaian bagian atas, kemudian berdiri di depan cermin dengan posisi kedua
tangan lurus ke bawah. Perhatikan seluruh bagian kedua payudara dengan seksama.
b. Pastikan ada tidaknya perubahan yang tampak, baik bentuk maupun ukuran
payudara.
c. Angkat kedua tangan ke atas hingga lurus. Perhatikan kembali seluruh bagian
payudara. Pastikan ada tidaknya perubahan yang tampak, seperti adanya tarikan di
sekitar payudara atau kerutan dikulit payudara.
d. Pada kondisi berdiri sempurna dengan tangan lurus di samping badan, tangan kiri
diangkat lurus kemudian tangan kanan melakukan pijat atau tekan secara perlahan-
lahan dengan gerakan memutar pada payudara kiri. Lakukan hal yang sama pada
payudara kanan. Pastikan tidak ada benjolan dan cairan (bukan air susu) yang keluar
dari puting susu.
2. Posisi berbaring
b. Letakkan tangan kanan di bawah kepala dan tangan kiri meraba sambil menekan
perlahan-lahan payudara sebelah kanan. Begitu pula sebaliknya.
a. Kemoterapi Adjuvant
Adalah kemoterapi yang diberikan sesudah operasi kanker payudara dini untuk
menghancurkan sel-sel kanker yang dapat dideteksi secara klinis yang telah menyebar
ke luar payudara melalui aliran darah atau getah bening. Kemoterapi adjuvant
diberikan sebelum radioterapi.
b. Infus intravena (dari sebuah kantong atau botol cairan intravena, selama beberapa
menit sampai beberapa jam).
d. Per oral melalui mulut, berupa tablet, kapsul atau cairan (Junaidi, 2007).
Golongan ini bekerja selama ada pembelahan sel, dapat dikelompokkan menjadi :
a) Fase spesifik CCDD : bekerja pada fase tertentu dari pembelahan sel.
b) Fase non Spesifik CCDD : bekerja pada sel-sel tumor yang aktif membelah tetapi
tidak tergantung pada pembelahan sel, sehingga obat ini efektif bekerja pada sel-sel
tumor yang sedang aktif membelah tanpa tergantung fasenya.
Bekerja dengan jalan membunuh sel tumor pada setiap keadaan dan tidak tergantung
pada pembelahan sel. Suatu obat sitostatika dapat bekerja hanya pada satu fase saja,
misalnya golongan alkaloid atau dapat juga bekerja pada beberapa fase sekaligus,
misalnya golongan antimetabolit.
a. Persiapan kemoterapi
1) Pemeriksaan darah tapi : Hb, Leukosit, hitung jenis, trombosit
2) Fungsi hepar : bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase
3) Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan creatinine clearance test (bila serum
kreatinin meningkat)
4) Audiogram (terutama pemberian cis-platinum)
5) EKG (terutama pemberian Adriamycin, epirubicin)
b. Syarat kemoterapi
1) Keadaan umum cukup baik
2) Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang
akan terjadi
3) Faal ginjal dan hati baik
4) Diagnosis hispatologik
5) Jenis kanker diketahui cukup sensitive terhadap kemoterapi
6) Riwayat pengobatan (radioterapi atau kemoterapi sebelumnya)
7) Pemeriksaan laboratorium menunjukkan, Hb>10g%, leukosit > 5000/mm3,
trombosit > 150.000 mm3 (Rasjidi, 2007)
2.5. Efek samping Kemoterapi
PEMBAHASAN
Pada suatu pagi, Pasien A bersama Suaminya datang ke Rumah Sakit untuk
menebus resep obat. Resep yang ingin ditebus adalah resep obat-obatan untuk
pasien kanker
KESIMPULAN
Mulyani NS, Nuryani. 2013. Kanker Payudara dan PMS pada Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Ghoncheh, et. al. (2016). Incidence and Mortality and Epidemiology of Breast Cancer
in the World. Asian Pacific journal of cancer prevention : APJCP, 17, pp. 43–46. doi:
10.7314/APJCP.2016.17.S1.43.
Mardiana, Lina. 2009. Mencegah Dan Mengobati Kanker Pada Wanita Dengan
Tanaman Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ambarwati. 2013. Efek Samping Kemoterapi Secara Fisik Pasien Penderita Kanker
Servik. Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, hal. 97–106, Surakarta,