Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA KLIEN DENGAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

Dosen Pengampu : Hermani Tri Redjeki, M. Kes.

Disusun Oleh :

1. Amelia Putri (P1337420722036)


2. Yogi Kurnia Ningrum (P1337420722037)
3. Lintang Kusumawati (P1337420722038)
4. Caroko Patrio Wibowo (P1337420722040)
5. Dyah Ayu Retnoasih (P1337420722041)
6. Azzahra Dewi Maulida (P1337420722042)
7. Ika Setiyani (P1337420722043)
8. Ferdinand Alfairuz (P1337420722044)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAGELANG

PROGRAM SARJANA TERAPAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur
atas nikmat rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
asuhan keperawatan pada mata kuliah Dokumentasi Keperawatan yang berjudul
“DENGUE HAEMORAGIC FEVER” dengan tepat waktu.

Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak guna memperlancar penulisan tugas ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Hermani Tri Redjeki, M. Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Dokumentasi Keperawatan.
2. Kepada seluruh keluarga dan teman-teman kami yang telah memberikan
dukungan serta doa sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan tepat waktu.
Terlepas dari semua ini, kami sepenuhnya menyadari bahwa masih ada
kekurangan baik dalam susunan kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala kritik dan saran pembaca agar kami dapat menyempurnakan
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, atas kritik dan saran yang diberikan, kami
ucapkan terima kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................3

BAB I............................................................................................................................5

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................5

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................6

C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................6

BAB II...........................................................................................................................7

A. DEFINISI........................................................................................................7

B. ETIOLOGI......................................................................................................7

C. TANDA DAN GEJALA.................................................................................8

D. ANATOMI FISIOLOGI..................................................................................9

E. PATHWAYS..................................................................................................11

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ATAU LABORATORIUM..........................11

G. TERAPI OBAT.............................................................................................12

H. PENATALAKSANAAN...............................................................................13

BAB III.......................................................................................................................15

A. PENGKAJIAN..............................................................................................15

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................18

C. RENCANA KEPERAWATAN.....................................................................24

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN...........................................................34

E. EVALUASI KEPERAWATAN.....................................................................34

BAB IV........................................................................................................................35

A. PENGKAJIAN..............................................................................................35

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................42

C. RENCANA KEPERAWATAN.....................................................................43

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI...........................................................46

BAB V.........................................................................................................................60

A. KESIMPULAN...................................................................................................60

3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................61

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hak dasar setiap individu yang dipertanyakan secara global dalam
konstitusi WHO adalah kesehatan. Selama satu dekade terakhir, komitmen
global terhadap Millenium Development Goals (MDGs) telah disepakati, yang
menyatakan bahwa pembangunan kesehatan adalah dasar bagi kecerdasan,
produktivitas, dan kebahagiaan manusia. dan Kementerian Kesehatan untuk
mengembangkan visi “masyarakat sehat dan mandiri yang adil” (Kemenkes,
2011)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), sekitar 500.000
pasien DBD membutuhkan perawatan di rumah sakit setiap tahunnya, dan
sebagian besar yang terinfeksi adalah anak-anak. Ironisnya, sekitar 2,5% dari
pasien anak ini diduga meninggal. Penyebaran DBD meningkat seiring
dengan datangnya musim hujan atau pergantian musim. Hampir dipastikan
akan terjadi peningkatan jumlah penderita DBD (Mufidah, 2012). Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008, insiden rate (IR)
adalah 59,02 per 100.000 penduduk dengan case fatality rate (CFR) sebesar
0,86%. Sedangkan pada tahun 2009, Incident Rate (IR) sebesar 68,22 per
100.000 penduduk dengan Fatality Rate (CFR) sebesar 0,89%. Dan pada
tahun 2010, Incident Rate (IR) sebesar 65,70 per 100.000 penduduk dengan
Disease Fatality Rate (CFR) sebesar 0,87% (Kemenkes RI, 2011). 
Kepadatan penduduk menjadi penyebab tingginya kasus DBD karena
sebagian besar tempat tinggal nyamuk adalah buatan manusia, mulai dari
kaleng dan ban bekas hingga bak mandi. Sebab, 10 kota dengan angka DBD
tertinggi semuanya merupakan ibu kota provinsi yang padat penduduk. Data
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat jumlah
kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai sekitar
150.000 kasus, angka ini cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga tidak
dapat dikatakan mengalami pergeseran. Demam berdarah di Indonesia
mengalami penurunan. Demikian pula, angka kematian tidak banyak berubah
dari 0,89%. Pada tahun 2009 angka ini meningkat menjadi 0,87% pada tahun
2010. Artinya terdapat sekitar 1.420 kematian DBD pada tahun 2009 dan
sekitar 1.317 kematian pada tahun 2010. (pramudiarja, 2011)

5
Salah satu peran perawat pada penyakit DHF adalah memberikan
informasi kepada penderita DHF, agar tidak terjadi akibat yang mungkin
terjadi di kemudian hari. Banyak efek samping yang terjadi selama DHF,
sehingga sangat penting bagi perawat untuk memberikan informasi tentang
DHF. Selain itu, peran perawat sebagai advokat pasien memberikan pelayanan
dengan standar yang harus diberikan kepada pasien. Dan juga sebagai
fasilitator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim medis yang
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain yang berupaya
menentukan pelayanan keperawatan yang dibutuhkan, termasuk diskusi atau
konsultasi untuk menentukan bentuk pelayanan selanjutnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien Anak
dengan DHF yang di Rawat di Rumah Sakit?”

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap asuhan keperawatan
pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).
2. Mampu menyusun intervensi keperawatan terhadap asuhan keperawatan
pada anak mengalami Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).
3. Mampu melakukan implementasi keperawatan terhadap asuhan
keperawatan pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF)
4. Mampu melakukan evaluasi keperawatan terhadap asuhan keperawatan
pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
5. Mampu melakukan pendokumentasian keperawatan terhadap asuhan
keperawatan pada anak yang mengalami Dengue Hemorhagic Fever
(DHF).

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue atau DBD merupakan penyakit menular
yang diakibatkan oleh virus dengue. Menurut Kemenkes RI (2018), DBD
disebabkan oleh virus DEN1, DEN2, DEN3, atau DEN4 yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk vektor dengue yang termasuk dalam keluarga virus
Flaviviridae dan genus flavivirus dan masuk ke dalam aliran darah (Apriyana
& dkk, 2023). Penyakit ini menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
DBD, yang dalam istilah medis disebut Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF), menyebabkan perdarahan karena virus-virus tersebut mengganggu
kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah (Prasetyono, 2016). Virus-
virus ini dapat menyebabkan gejala seperti demam kronis, perdarahan, perih
otot, dan sendi pada anak-anak dan orang dewasa.
Penyakit DBD banyak ditemukan di daerah tropis seperti Asia
Tenggara, India, Brazil, dan Amerika, termasuk di seluruh wilayah Indonesia
kecuali tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas
permukaan air laut. Diagnosis DBD seringkali sulit karena gejalanya yang
mirip dengan penyakit lain, sehingga dokter dan tenaga kesehatan lainnya
seperti bidan dapat salah dalam menegakkan diagnosis (Apriyana & dkk,
2023).

B. ETIOLOGI
Virus dengue merupakan penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD).
Virus ini termasuk dalam kelompok virus yang berasal dari arthropoda
(Arboviroses) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavi dari keluarga
Flaviviridae, dengan memiliki empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4. Infeksi dengan satu serotipe akan menghasilkan antibodi yang
melawan serotipe tersebut, namun antibodi terhadap serotipe lain sangat
jarang sehingga tidak memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain. Serotipe DEN3 merupakan serotipe utama yang diperkirakan
menunjukkan persentase gejala klinis berat dan serius (Agnesia & dkk, 2023).
Virus dengue dapat bertahan hidup di alam melalui dua metode.
Pertama, virus ini dapat menginfeksi nyamuk secara langsung, yaitu ketika

7
virus ditularkan dari betina ke telur nyamuk dan kemudian tumbuh menjadi
nyamuk dewasa. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan ke nyamuk
betina melalui kontak intim. Metode kedua adalah penularan virus dari
nyamuk ke manusia dan sebaliknya. Nyamuk mendapatkan virus ini ketika
mereka mengisap darah manusia yang terinfeksi. Setelah virus berada di perut
nyamuk, virus bereplikasi dan bermigrasi ke kelenjar ludah. Virus ini
kemudian dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
(Prasetyono, 2016).

C. TANDA DAN GEJALA


Inkubasi penyakit DBD berlangsung selama 3-15 hari setelah
seseorang terpapar virus dengue. Setelah itu, penderita akan menunjukkan
berbagai tanda dan gejala demam berdarah, sebagai berikut (Prasetyono,
2016):
1. Demam tinggi secara tiba-tiba yang berlangsung selama 2-7 hari
dengan suhu mencapai 38-40 °C.
2. Pada pemeriksaan Uji Torniquet, terlihat adanya bercak perdarahan
atau puspura.
3. Munculnya bentuk-bentuk perdarahan seperti di kelopak mata bagian
dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis), buang air besar dengan
lendir berdarah (melena), dan lain-lain.
4. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun yang dapat menyebabkan keadaan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium darah, pada hari ke 3-7 terjadi
penurunan jumlah trombosit di bawah 100.000 per mm³
(trombositopeni) dan peningkatan nilai hematokrit lebih dari 20% dari
nilai normal (hemokonsentrasi).
7. Munculnya berbagai gejala klinis lainnya seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil,
kejang, dan sakit kepala.
8. Terjadi perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Penderita yang demam akan mengalami rasa pegal dan nyeri pada
persendian.
10. Munculnya tanda seperti bintik merah pada kulit dikarenakan
pecahnya pembuluh darah

8
D. ANATOMI FISIOLOGI

Gambar. Anatomi Pembuluh Darah ( (Tok, 2015)


Darah adalah cairan yang terdapat dalam pembuluh darah yang
berperan sebagai transportasi oksigen, karbohidrat, dan metabolit, serta
mengatur keseimbangan asam-basa. Darah juga dapat difungsikan sebagai
pengatur suhu tubuh lewat hantaran atau konduksi, dan mengambil panas dari
hepar atau otot untuk disalurkan ke seluruh tubuh, serta menghantar hormon
mulai dari kelenjar sampai ke sel-sel target. Warna darah adalah merah,
namun warnanya dapat berubah tergantung pada konsentrasi oksigen dan
karbon dioksida di dalamnya. Darah berada dalam tubuh berkat kerja pompa
jantung, sehingga selama berada di dalam pembuluh darah, darah tetap dalam
keadaan cair. Namun, di luar pembuluh darah, darah akan membeku.
Fungsi darah antara lain:
a. Sebagai sistem transportasi di dalam tubuh untuk menghantarkan bahan
kimia, oksigen, dan nutrisi ke seluruh tubuh
b. Mengangkut sisa metabolisme ke organ pembuangan.
c. Menghantarkan hormon-hormon ke organ sasaran.
d. Mengangkut enzim, zat penyangga (buffer), dan elektrolit ke seluruh
tubuh.
e. Mengatur keseimbangan suhu tubuh.

Dalam darah terdapat tiga macam sel-sel darah yaitu:


a. Eritrosit (sel darah merah) yang memiliki fungsi khusus dalam
mengangkut oksigen. Eritrosit mengandung hemoglobin yang berperan
dalam mengikat oksigen dari paru-paru dan membawanya ke seluruh
jaringan tubuh. Sel darah merah ini juga membawa karbon dioksida dari
jaringan kembali ke paru-paru untuk dikeluarkan melalui proses

9
pernapasan. Kekurangan eritrosit, hemoglobin, dan zat besi (Fe) dapat
menyebabkan anemia.
b. Leukosit (sel darah putih) yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dengan cara melakukan fagositosis, yaitu menelan dan
menghancurkan penyakit. Oleh karena itu, leukosit juga disebut sebagai
sel fagosit. Sel darah putih ini memiliki inti dan jumlahnya berkisar antara
6.000 hingga 9.000 sel/mm³.
c. Trombosit (sel pembeku darah) adalah keping darah berbentuk cakram
protoplasma kecil yang tidak berwarna saat berada dalam peredaran
darah. Jumlah trombosit dapat bervariasi antara 200.000 hingga 300.000
keping/mm³. Trombosit diproduksi di sumsum tulang, paru-paru, dan
limpa dengan ukuran sekitar 2-4 mikron. Fungsi trombosit sangat penting
dalam proses pembekuan darah dan hemostasis untuk menghentikan
aliran darah. Ketika terjadi kerusakan pada dinding pembuluh darah,
trombosit akan berkumpul di tempat tersebut dan menutup lubang dengan
cara saling melekat, berkelompok, dan membentuk gumpalan untuk
menghentikan aliran darah. Proses ini dikenal sebagai pembentukan
bekuan darah.

Struktur sel dalam darah meliputi:


a. Membran sel (selaput sel)
Merupakan struktur elastik sangat tipis dengan ketebalan hanya 7,5
hingga 10 nanometer. Hampir seluruhnya terdiri dari kepingan halus
yang terdiri dari gabungan protein lemak yang berfungsi sebagai jalan
masuk dan keluar berbagai zat dari sel. Membran sel ini berperan
dalam mengatur kehidupan sel dan merespons berbagai rangsangan
yang diterima.
b. Plasma yang terdiri dari beberapa komponen yaitu:
1) Air yang membentuk sekitar 90% dari volume plasma.
2) Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan
darah serta melawan kuman penyakit, termasuk immunoglobulin
3) Garam dan mineral plasma serta gas seperti O2 dan CO2,
berperan dalam menjaga tekanan osmotik dan pH darah untuk
memastikan fungsi normal jaringan tubuh.
4) Zat-zat makanan yang berperan sebagai sumber nutrisi bagi sel.
5) Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang membantu
dalam proses metabolisme.

10
6) Antibodi dan antitoksin yang melindungi tubuh dari infeksi
bakteri.

E. PATHWAYS

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ATAU LABORATORIUM


Infeksi demam berdarah memiliki gejala yang mirip dengan penyakit
demam lainnya, sehingga untuk mengonfirmasi infeksi virus, diperlukan
diagnosis lebih lanjut melalui teknik laboratorium. Dalam diagnosis
laboratorium, biasanya menggunakan biomarker untuk mendeteksi demam
berdarah. Salah satu metode diagnostik yang lebih tradisional adalah isolasi
virus dari sampel pasien yang dicurigai terinfeksi virus demam berdarah
(DENV) dan dikultur dalam beberapa jenis sel, seperti sel nyamuk (C6/36)
dan sel mamalia (Vero, BHK-21, dan LLC-MK2), atau dalam nyamuk hidup.
Namun, metode ini memerlukan waktu yang lama dan tidak praktis. Oleh

11
karena itu, diperkenalkan metode molekuler dengan menggunakan Reaksi
Rantai Polimerase (PCR), yang awalnya dijelaskan sebagai uji RT-PCR 2
langkah dan telah dimodifikasi menjadi uji Real Time-PCR satu langkah.
Metode berbasis PCR memiliki beberapa keunggulan, karena RNA virus
dapat diidentifikasi sejak awal penyakit, lebih cepat, lebih spesifik, dan lebih
sensitif. Namun, metode berbasis PCR mungkin tidak selalu menjadi pilihan,
terutama di negara-negara berkembang atau daerah dengan keterbatasan
sumber daya (Wang & etc, 2020).
Selain deteksi langsung virus atau produk virus, demam berdarah
dapat dikonfirmasi berdasarkan respons imun tubuh. Beberapa diagnosa
serologis yang tersedia mencakup Western blotting, uji pengurangan plak, uji
antibodi imunofluoresensi tidak langsung, ELISA penangkapan antibodi IgM
dan IgG, serta uji inhibisi hemaglutinasi (HI) sebagai tes diagnostik yang
lebih bermanfaat. Deteksi IgM dapat dilakukan sejak 3-5 hari setelah infeksi
dan tetap dapat dideteksi selama beberapa bulan. Di sisi lain, IgG muncul
lebih lambat selama infeksi primer, dan respons yang cepat terjadi pada
infeksi sekunder. Selain itu, deteksi tingkat IgM dan IgG dalam serum pasien
membantu membedakan infeksi demam berdarah primer atau sekunder.
Namun, penggunaan serologi untuk mendeteksi DENV menjadi rumit
di daerah di mana flavivirus lainnya beredar, seperti ensefalitis Jepang,
demam kuning, dan virus Zika, karena adanya kesamaan pada epitop pada
protein E dari flavivirus ini menyebabkan reaktivitas silang dari respons
antibodi. Untuk meminimalkan hasil positif palsu, penangkapan antigen NS1
harus digabungkan dengan serologi IgM dan IgG. Kombinasi deteksi NS1
bersamaan dengan deteksi IgM dan/atau IgG telah menunjukkan peningkatan
besar dalam diagnosis demam berdarah. Saat ini, ada beberapa kit komersial
yang tersedia yang memanfaatkan pendekatan ini. Metode kombinasi ini
memiliki sensitivitas deteksi mencapai hampir 100%.

G. TERAPI OBAT
Menurut (Prasetyono, 2016), terdapat beberapa metode terapi
pengobatan untuk penderita demam berdarah (DBD), yaitu:
1. Tujuan utama pengobatan pada penderita DBD yakni mengatasi
perdarahan dan mengatasi atau mencegah keadaan shock atau preshock.
Hal ini dapat dilakukan dengan upaya agar penderita banyak minum
sekitar 1,5-2 liter air dalam 24 jam, seperti air teh, gula, sirup, atau susu.

12
2. Penting untuk memberikan penambahan cairan tubuh melalui infus
(intravena) guna mencegah dehidrasi dan kekentalan darah yang
berlebihan.
3. Jika jumlah platelet (sel pembeku darah) menurun secara drastis, maka
transfusi platelet diperlukan.
4. Untuk mengatasi keluhan yang timbul, beberapa obat dapat diberikan,
antara lain:
a. Paracetamol dapat membantu menurunkan demam.
b. Garam elektrolit (oralit) dapat diberikan jika penderita mengalami
diare.
c. Antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.
5. Kompress dingin dapat digunakan untuk membantu meredakan demam,
namun perlu dihindari penggunaan es karena dapat menyebabkan shock.
Beberapa tim medis menyarankan kompres dingin dengan menggunakan
alkohol.
6. Beberapa pasien meminum jus jambu biji bangkok sebagai terapi
tambahan. Walaupun terapi ini belum terbukti secara medis, jambu biji
bangkok diyakini dapat membantu mengembalikan cairan intravena dan
meningkatkan jumlah trombosit dalam darah

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD) melibatkan penggantian
cairan yang hilang akibat kerusakan pada pembuluh darah mikro, yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas dan kebocoran plasma. Selain itu,
diperlukan juga pemberian obat penurun panas. Penatalaksanaan DBD
menurut (Apriyana & dkk, 2023) adalah sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan DBD Tanpa Syok: Penatalaksanaan disesuaikan dengan
gejala klinis dan fase penyakit. Pada derajat I dan II, anak mengalami
DBD tanpa syok, sedangkan pada derajat III dan IV, anak mengalami
DBD dengan syok. Pengelolaan untuk anak yang dirawat di rumah sakit
mencakup:
a. Memberi dan menganjurkan anak untuk minum larutan oralit ataupun
air sirup, juice buah, susu untuk mengganti dan mengubah cairan
yang lenyap akibat kebocoran plasma, demam, muntah, serta diare.

13
b. Memberikan parasetamol untuk mengatasi demam, sementara
asetosal atau ibuprofen tidak diberikan karena dapat menyebabkan
perdarahan.
c. Memberikan infus untuk mengatasi dehidrasi ringan:
1) Menggunakan larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
2) Memantau tanda-tanda vital dan produksi urine setiap jam, serta
melakukan pemeriksaan laboratorium (hematokrit, trombosit,
leukosit, dan hemoglobin) setiap 6 jam.
3) Jika hematokrit menurun dan klinis membaik, maka turunkan
jumlah cairan secara bertahap dan berkala sampai keadaan stabil.
Umumnya cairan intravena hanya memerlukan waktu 24-48 jam
sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan.
d. Jika terjadi perburukan klinis, maka penatalaksanaan sesuai dengan
penanganan syok terkompensasi.
2. Penatalaksanaan medis DBD dengan syok, menurut WHO (2016),
meliputi:
a. Perlakuan sebagai gawat darurat dengan memberikan oksigen 2-4
L/menit secara nasal.
b. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid, bisa menggunakan ringer laktat
atau asetan secepatnya.
c. apabila tidak ada perubahan klinis, ulangi pemberian 20 ml/kgBB
larutan kristaloid secepatnya maksimal 30 menit atau pertimbangkan
pemberian koloid 10-20 ml/kgBB/jam, maksimal 30 ml/kgBB/24
jam.
d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin
menurun, pertimbangkan adanya perdarahan tersembunyi dan berikan
transfusi darah atau komponen darah.
e. Apabila terdapat perbaikan klinis seperti tekanan nadi melebar,
pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, , jumlah cairan
dikurangi sampai 10 ml/kgBB selama 2-4 jam dan secara berkala
diturunkan tiap 4-6 jam sesuai keadaan klinis laboratorium.
f. Cairan intravena dalam beberapa kasus dapat dihentikan setelah 36-
48 jam.

14
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas klien/ pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
PendidikanIdentitas penanggung jawab
b. Identitas penanggung jawab
Mengkaji identitas penanggungjawab meliputi nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
dan alamat serta hubungan penanggunng jawab dengan klien.
2. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara
hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati
dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
6. Riwayat imunisasi

15
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindari
7. Riwayat gizi Status gizi
Anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut
dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
8. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
9. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami
diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi
melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahat kurang.
e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.
10. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
dari ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:
a. Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.

16
Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit.
b. Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII),
nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun ( sistolik
menurun sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)
c. Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa
nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
d. Mata Konjungtiva anemis
e. Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
gradeII,III, IV.
f. Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
g. Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia
pharing.
h. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
i. Dada / thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena ada cairan yang tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi pada grade III, dan IV.
j. Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
k. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji
tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin, dan

17
lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan tekanan
antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada
tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan
timbulnya petekie di bagian volarlenga bawah.
l. Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
m. Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tida
n. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
2) Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
3) Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
4) Ig. D. dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah meunjukan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Urium dan pH darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
8) SGOT / SGPT mungkin meningkat.
Analisa Data
Analisa data merupakan proses membandingkan data dengan nilai
normal dan mengelompokkan data berdasarkan pola kebutuhan dasar
untuk menentukan masalah atau diagnosa kesehatan yang dialami klien.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut SDKI, Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis
terhadap respon individu atau pengalaman, respon keluarga, atau komunitas
pada suatu masalah kesehatan, resiko masalah kesehatan, dan proses
kehidupan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
1. Hipovolemia (Kekurangan volume cairan) berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering
(D.0023)
Definisi
Penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dan/atau intraselular.

18
Penyebab
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
c. Peningkatan permiabilitas kapiler
d. Kekurangan intake cairan
e. Evaporasi
Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif : tidak tersedia
b. Objektif :
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Nadi teraba lemah
3) Tekanan darah menurun
4) Tekanan nadi menyempit
5) Tugor kulit menurun
6) Membrane mukosa kering
7) Volume urine menurun
8) Hematokrit meningkat
Gejala dan tanda minor
a. Subjektif :
1) Merasa lemah
2) Mengeluh haus
b. Objektif :
1) Pengisian vena menurun
2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh meningkat
4) Konsentrasi urin meningkat
5) Berat badan turun tiba tiba
c. Kondisi klinis terkait
1) Penyakit Addison
2) Trauma/ pendarahan
3) Luka bakar
4) AIDS
5) Penyakit Crohn
6) Muntah
7) Diare
8) Kolitis ulseratif
9) Hipoalbuminamia

19
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun (D.0019)
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab
a. Ketidakmampuan menelan makanan
b. Ketidakmampuan mencerna makanan
c. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
d. Peningkatan kebutuhan metabolisme
e. Factor ekonomi (misal finansial tidak mencukupi)
f. Factor psikologis (missal stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif : tidak tersedia
b. Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor
a. Subjektif
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
b. Objektif:
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membrane mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare
Kondisi klinis terkait
a. Stroke
b. Parkison
c. Mobius syndrome
d. Cerebral palsy
e. Cleft lip
f. Cleft palate
g. Amvotropic letteral sclerosis

20
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi (D.0111)

Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu
Penyebab
a. Keteratasan kognitif
b. Gangguan fungsi kognitif
c. Kekeliruan mengikuti anjuran
d. Kurang terpapar informasi
e. Kurang minat dalam belajar
f. Kurang mampu mengingat
g. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif (tidak tersedia)
b. Objektif
1) Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
2) Menunjukan presepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif (tidak ada)
b. Objektif
1) Menjalani pemeriksaan yang tepat
2) Menunjukan perilaku berlebihan (misalnya apatis, bermusuhan,
agitasi,histeria)
Kondisi Klinis terkait
a. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
b. Penyakit akut
c. Penyakit kronis
4. Risiko Perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (penurunan
trombosit) ditandai dengan trombositopenia (D.0012)

Definisi
Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam
tubuh) maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh).
Faktor Risiko
a. Aneurisma.
b. Gangguan gastrointestinal (misalnya ulkus, polip, varises).

21
c. Gangguan fungsi hati (misal sirosis hepatitis).
d. Komplikasi kehamilan (misalnya ketuban pecah sebelum waktunya,
plasenta previa/abrupsio, kehamilan kembar).
e. Komplikasi pasca partum (misalnya atoni uterus, retensi plasenta).
f. Gangguan koagulasi (misal trombositopenia),
g. Efek agen farmakologis.
h. Tindakan pembedahan.
i. Trauma.
j. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan pencegahan
perdarahan.
k. Proses keganasan.
Kondisi Klinis Terkait :
a. Aneurisma.
b. Koagulasi intravaskuler diseminata.
c. Sirosis Hepatis.
d. Ulkus lambung.
e. Varises.
f. Trombositopenia.
g. Ketuban pecah sebelum waktunya.
h. Plasenta previa/abrupsio.
i. Atonia uterus.
j. Retensi plasenta.
k. Tindakan pembedahan.
l. Kanker.
m. Trauma.
5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal (D.0130)
Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
Penyebab
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (missal infeksi kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan

22
h. Penggunaan incubator
Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif : tidak tersedia
b. Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor
a. Subjektif : tidak tersedia
b. Objektif :
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
6) Kondisi kllinis terkait
7) Proses infrksi
8) Hipertiroid
9) Stroke
10) Dehidrasi
11) Trauma
12) Prematuritas
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan mengeluh Lelah (D.0056)
Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab
a. Ketidakseimbanganan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
e. Gaya hidup monoton
Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif : menegeluh Lelah
b. Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
a. Subjektif :
1) Dispnea saat/ setelah aktivitas
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
3) Merasa lemah

23
b. Objektif :
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukan aritma saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukan iskemia
4) Sianosis
Kondisi klinis terkait
a. Anemia
b. Gagal jantung kongestif
c. Penyakit jantung coroner
d. Penyakit katup jantung
e. Aritma
f. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
g. Gangguan metabolic
h. Gangguan muskuloskletal

C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
berhubungan tindakan keperawatan 1 x Observasi
dengan 24 jam diharapkan - Periksa tanda dan gejala
kehilangan cairan hipovolemia terpenuhi. hipovolemik (tekanan
aktif ditandai (L.03028) darah menurun, membrane
dengan mukosa Ekspektasi : Membaik mukosa kering, hematocrit
bibir kering Kriteria Hasil : meningkat)
Status Cairan - Monitor intake dan output
- Turgor kulit cairan
- Perasaan lemah Terapeutik
- Keluhan haus - Hitung kebutuhan cairan
- Tekanan darah - Berikan posisi modified
- Intake cairan membaik Trendelenburg
- Suhu tubuh - Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari

24
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
(misalnya : NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(misal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid misal :
albumin, plasmanate
- Kolaborasi pemberian
produk darah
Pemantauan cairan
Observasi :
- Monitor status hidrasi
(mis. Frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler,
kelembaban mukosa,
turgor kulit, tekanan
darah)
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium ( mis. MAP,
CVP, PAP, PCWP jika
tersedia )
- Terapeutik
- Catat intake
- Output dan hitung balance
cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena,

25
jika perlu
- Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakuan Manajemen nutrisi
berhubungan tindakan keperawatan 1 x Observasi
dengan psikologis 24 jam diharapkan - Identifikasi status nutrisi
(keengganan ketidakseimbangan - Identifikasi alergi dan
untuk makan) nutrisi kurang dari intoleransi makanan
makanan ditandai kebutuhan tubuh - Identifikasi makanan
dengan berat terpenuhi. yang disukai
badan menurun (L03030) - Identifikasi kebutuhan
(D.0019) Ekspektasi : membaik kalori dan jenis nutrient
Kriteria Hasil : - Identifikasi perlunya
Status Nutrisi penggunaan selang
- Porsi makanan yang nasogastric
dihabiskan (3) - Monitor asupan makanan
- Frekuensi makan (3) - Monitor berat badan
- Nafsu makan (4) - Monitor hasil
- Membran mukosa (3) pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene,
jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman dier ( mis.
Piramida makanan )
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk menjegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian

26
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk
jika mampu
- Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
Pemantauan nutrisi
(I.03123)
Observasi
- Identifikasi factor yang
mempengaruhi asupan
gizi ( mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan,
agama/kepercayaan,
budaya, mengunyah tidak
adekuat, gangguan
menelan, penggunaan
obat-obatan atau
pascaoperasi )
- Identikasi perubahan
berat badan
- Identifikasi kelainan pada

27
kulit
- Identifikasi kelainan
eliminasi ( mis. Kering,
tipis, kasar, dan mudah
patah )
- Identifikasi pola makan
(mis. kesukaan/
ketidaksukaan makanan,
konsumsi makanan cepat
saji, makan terburu-buru )
- Identifikasi kelainan pada
kuku ( mis. Diare, darah,
lender, dan eliminasi yang
tidak teratur )
- Identifikasi kemampuan
menelan ( mis. Fungsi
motoric wajah, reflex
menelan, dan reflex gag )
- Identifikasi kelainan
rongga mulut ( mis.
Peradangan, gusi
berdarah, bibir kering dan
retak, luka )
- Identifikasi kelainan
eliminasi ( mis. Diare,
darah, lender. Dan
eliminasi yang tidak
teratur )
- Monitor mual dan muntah
- Monitor asupan oral
- Monitor warna
konjungtiva
- Monitor hasil
laboratorium ( mis. Kadar
kolestrol, albumin serum,
transferrin, kreatinin,
hemoglobin, hematocrit,

28
dan elektrolit darah)
Terapeutik
- Timbang berat badan
- Ukur antropometrik
komposisi tubuh ( mis.
Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang,
dan ukuran lipatan kulit )
- Hitung perubahan berat
badan
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauaan
Edukasi
- Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan tindakan keperawatan 1 x (I.12383)
berhubungan 24 jam diharapkan deficit Observasi
dengan gangguan pengetahuan meningkat. - Identifikasi kesiapan dan
fungsi kognitif (L.12111) kemampuan menerima
ditandai dengan Ekspektasi : Meningkat informasi
kurang informasi Kriteria Hasil : - Identifikasi faktor-faktor
(D.0111) Tingkat Pengetahuan yang dapat meningkatkan
- Kemampuan dan menurunkan motivasi
menjelaskan perilaku hidup bersih dan
pengetahuan tentang sehat
suatu topik (5) Terapeutik
- Pertanyaan tentang - Sediakan materi dan
masalah yang media pendidikan
dihadapi (1) kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai

29
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan factor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
4. Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
Perdarahan tindakan keperawatan 1 x (I.02067)
berhubungan 24 jam diharapkan Observasi
dengan tingkat perdarahan - Monitor tanda dan gejala
gangguaan menurun. perdarahan
koagulasi (L.02017) - Monitor nilai hematocrit /
(penurunan Ekspektasi : Menurun hemoglobin sebelum dan
trombosit) Kriteria Hasil : sesudah kehilangan darah
ditandai dengan Tingkat Perdarahan - Monitor tanda dan gejala
trombositopenia - Kelembapan ortostatik
(D.0012) membran mukosa (3) - Monitor koagulasi ( mis.
- Suhu tubuh (5) Prothrombin time (PT),
- Hematokrit (5) Partial thromboplastin
time (PTT), fibrinogen,
deradasi fibrin dan/atau
platelet )
Terapeutik
- Pertahankan bedrest
selama perdarahan
- Batasi tindakan invasive,
jika perlu
- Gunakan kasur pencegah
decubitus
- Hindari pengukuran suhu

30
rektal

Pencegahan Perdarahan
(I.02067)
Observasi
- Monitor tanda dan gejala
perdarahan
- Monitor nilai hematocrit /
hemoglobin sebelum dan
sesudah kehilangan darah
- Monitor tanda dan gejala
ortostatik
- Monitor koagulasi ( mis.
Prothrombin time (PT),
Partial thromboplastin
time (PTT), fibrinogen,
deradasi fibrin dan/atau
platelet )
Terapeutik
- Pertahankan bedrest
selama perdarahan
- Batasi tindakan invasive,
jika perlu
- Gunakan kasur pencegah
decubitus
- Hindari pengukuran suhu
rektal
5. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
berhubungan tindakan keperawatan 1 x (I.15506)
dengan proses 24 jam diharapkan Observasi
infeksi virus hipertermi membaik. - Identifikasi penyebab
dengue (D.0130) (L.14134) hipertemia (mis.
Ekspektasi : Membaik Dehidrasi, terpapar
Kriteria Hasil : lingkungan panas,
Termoregulasi penggunaan incubator)
- Menggigil (2) - Monitor suhu tubuh

31
- Kulit merah (2) - Monitor kadar elektrolit
- Kejang (1) - Monitor haluan urine
- Pucat (1) - Monitor komplikasi akibat
- Suhu tubuh (5) hipertermia
- Tekanan darah (5) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebihan)
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Seliput
hipotermia atau kompres
dingin di dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspiriN
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tiring baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan elektrolit intravena,
jika perlu
6. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi (I.05178)
aktivitas tindakan keperawatan 1 x Observasi
berhubungan 24 jam diharapkan - Identifikasi gangguan
dengan intoleransi aktivitas fungsi tubuh yang
kelemahan fisik meningkat. mengakibatkan kelelahan
(D.0056) (L.05047) - Monitor kelelahan fisik

32
Ekspektasi : Meningkat dan emosional
Kriteria Hasil : - Monitor pola dan jam
Toleransi aktivitas tidur
- Frekuensi nadi (4) - Monitor lokasi dan
- Kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
sehari-hari (5) - Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus ( mis. Cahaya,
suara, kunjungan )
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempay tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah barinng
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawatb jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

33
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursallam, 2011).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu :
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.

34
BAB IV
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal pengambilan data : 2 Juli 2023
Masuk RS : 1 Juli 2023
Ruang : Inap Anak
Nomor Register : 123xxx
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : An. A
Tempat Tanggal Lahir : Magelang/ 12 Maret 2009
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ibu : Ny. A

b. Identitas penanggung jawab


Nama Ayah : Tn. A
Pekerjaan Ayah : PNS
Alamat : Magelang Utara, Kota Magelang.
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Biaya ditanggung : BPJS
Hubungan pada klien : Ayah

2. Alasan Masuk
Klien datang ke IGD pada tanggal 1 Juli 2023 jam 11.00 dengan keluhan
demam sejak 3 hari yang lalu, sebelum masuk rumah sakit, mimisan 2
jam sebelum datang ke rumah sakit, BAB sulit, dan muntah 2 kali.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien menyatakan bahwa mulai demam 3 hari yang lalu, suhu badan
naik turun, klien mengatakan bahwa terasa pusing saat duduk dan berdiri,
ibu klien menyatakan klien tidak BAB dari hari sabtu, klien mengalami
penurunan nafsu makan, badan terasa letih, minum kurang, dan trombosit
menurun.
4. Riwayat Kesehatan dahulu

35
Ibu klien menyatakan bahwa klien pernah masuk rumah sakit atau dirawat
pada umur 5 tahun di RSUD Tidar dengan penyakit yang sama.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan keluarga klien ada yang sedang mengalami
penyakit yang sama yaitu kakak klien, ibu mengatakan ibu memiliki
penyakit vertigo, dan tidak ada keluarga lainnya yang memiliki penyakit
hipertensi, DM, jantung dan penyakit lainnya
6. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal Ibu klien mengatakan saat hamil klien rutin melakukan
pemeriksaan kehamilan 1 x 1 bulan ke bidan. Ibu klien tidak ada
mengkonsumsi obat-obatan saat hamil.
b. Natal Ibu klien melahirkan klien secara normal di RS. Achmad
Mochtar, usia kehamilan saat lahir 9 bulan 15 hari. Berat Badan 4 Kg,
Panjang Badan 47 cm.
c. Post Natal Keadaan ibu saat pasca melahirkan tidak ada mengalami
perdarahan, ASI ibu dapat keluar dan banyak
7. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh : klien tinggal di kos bersama kakaknya, kakaknya
saying dengan adiknya dan orang tua klien sering ke kosan klien dan
orang tua klien sangat sayang dengan klien
b. Hubungan dengan keluarga : saat di rumah sakit ibu dan ayah klien
selalu nemanin klien dan anggota keluarga yang lain bergantian untuk
menjaga klien seperti adik dari ibunya klien.
c. Hubungan dengan teman sebaya : baik
d. Pembawaan secara umum : pada saat komunikasi dengan perawat
klien tampakk malu tapi klien sangat kooperatif dan mudah akrab
e. Lingkungan rumah : Bersih, aman dan nyaman
8. Kebutuhan Dasar
a. Makanan yang disukai / tidak disukai
Klien mengatakan suka makan ayam, ikan, nasi goring, mangga,
pisang, dan makanan yang tidak disukai klien nanas.
b. Pola Tidur
Klien mengatakan tidur siang hanya 4 jam semenjak sakit dan tidur
malam hanya 6 jam.
c. Mandi
Klien saat sehat rajin mandi,klien mandi 2 kali sehari tetapi semenjak
sakit klien tidak ada mandi atau hanya di lap dengan waslap basah.

36
d. Aktivitas Bermain
Klien waktu sehat sering bermain dengan teman sebayanya, tapi saat
sakit sekarang klien tidak ada bermain.
e. Eliminasi
BAB : klien belum ada BAB semenjak sakit ini.
BAK : buang air kecil klien lancar, frekuensi 4x sehari, bau
pesing,warna kuning, konsistensi cair dan tidak ada kesulitan dalam
BAK.
9. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 = 15
BB / TB : 45 Kg / 140 Cm
Tanda Vital : TD : 100/70 mmHg
N : 64 x/m
P : 20 x/m
S : 36,5 ˚C
a. Kepala
1) Rambut I : Rambut klien tampak hitam, rambut klien berminyak
dan lepek, tidak ada ketombe, tidak ada kutu P : Tidak ada terdapat
udem dan pembengkakan pada kepala
2) Mata Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, Pupil
isokor, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, tidak ada gangguan
penglihatan.
3) Telinga Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
tidak ada gangguan pendengaran.
4) Hidung Bersih, bentuk simetris, tidak ada sekresi, tidak ada polip,
tidak ada gangguan penciuman.
5) Mulut dan Gigi Bersih, mukosa bibir kering, , gigi rapi, bibir
simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan
b. Leher Tidak ada terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tida ada kelainan
pada leher.
c. Thorak
1) Paru – Paru I : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
menggunakan otot bantu pernafasan. P : Pergerakan dinding dada
teratur, traktil fremitus sama, tidak ada oedem P : Sonor A : Irama
pernafasan vesikuler

37
2) Jantung I : simetris kiri dan kanan, Ictus cordis Terlihat, tidak ada
palpitasi P : Ictus Cordis P : Suara jantung vesikuler A : Suara
jantung terdengar S1 S2, lup dup
d. Abdomen I : Perut klien tampak simetris, Tidak ada bekas operasi,
tidak ada lesi A : Bising usus 12 x/menit P : Tidak ada nyeri tekan,
tidak ada oedem atau masa, pembesaran hepar tidak ada P : Tympani
e. Punggung : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada kelainan
pada punggung
f. Esktremitas
Atas : CRT < 2 detik, Klien terpasang infus RL 30 tts/m ditangan
sebelah kiri.
Bawah : Klien tidak terpasang kateter
Kekuatan otot :

g. Genetalia
Tampak bersih, tidak ada kelainan pada genetalia
h. Integument
Warna kulit sawo matang, kulit ada bintik-bintik merah, turgor kulit
jelek.
10. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. Kemandian dan Bergaul
Klien sangat mandiri saat bermain, klien sudah mampu mandi atau
memakai pakaian sendiri dan berinteraksi dengan keluarga secara baik.
b. Motorik Halus
Klien mampu membaca,menggambar dan belajar sendiri
c. Motorik Kasar
Klien mampu berjalan mundur dan melangkah, klien mampu bermain
aktif saat sehat dan tidak ada kendala saat berjalan dan bermain.
d. Kognitif dan Bahasa
Klien mampu menjawab dengan benar dan berbahasa Indonesia atau
bahasa minang dengan benar. Klien mampu mengucapkan kata-kata
lebih dari 2 kata atau mengucapkan dengan baik
11. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 2 Juli 2023 (09.00 WIB)

38
Pemeriksaan laboratorium tanggal 2 Juli 2023 (17.00 WIB)

Pemeriksaan laboratorium tanggal 3 Juli 2023

39
Pemeriksaan laboratorium tanggal 4 Juli 2023

12. Data Pengobatan


a. Paracetamol tablet 3x500 mg
b. Infus RL 30 tts/menit
13. Data fokus
a. Data Subjektif
1) Ibu klien mengatakan klien kurang minum
2) Ibu klien mengatakan klien letih
3) Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien turun naik
4) Ibu klien mengatakan nafsu makan klien menurun
5) Klien mengatakan pusing saat berdiri dan duduk
6) Ibu klien mengatakan klien tadi siang muntah
7) Ibu klien mengatakan klien sudah 3 hari tidak BAB
8) Ibu klien mengatakan kurang pengatuhuan tengtang penyakitnya
9) Ibu tampak mengatakan kurang informasi tentang penyakit
anaknya
10) Ibu klien mengatakan trombosit anaknya menurun

40
11) Klien mengatakan lemah
b. Data Objektif
1) Klien tampak letih
2) Klien tampak ada bintik-bintik merah di tangan klien, pada
tangan ( + )
N : 64 x/m
TD : 100/70
S: 36,5 ˚C
P : 24 x/m
- Input : 1170 cc
- Output : urine : 1300 cc
- IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam = 110,8 cc
- Balance Cairan : - 240,8 cc
3) Klien tampak tidak nafsu makan
4) Klien hanya menghabiskan 3 sendok dari porsi yang diberikan
5) Mukosa bibir klien tampak pucat
6) Ibu klien tampak bingung
7) Ibu klien tampak sering bertanya tentang penyakit anaknya
8) Trombosit : 19* [10^3/uL]

Analisis data

No Data Masalah Etiologi


1 DS : Hipovolemia Peningkatan
- Ibu klien mengatakan klien permeabilitas
kurang minum
kapiler
- Ibu klien mengatakan klien letih
- Ibu klien mengatakan klien tadi
siang muntah 2x
- Ibu klien mengatakan suhu
tubuh klien turun naik
DO :
- Klien tampak letih
- Klien tampak ada bitnik-bintik
merah di tangan klien
- TD : 100/70
P : 24 x/m
N : 64 x/m
S: 36,5 ˚C
- Pteke pada tangan ( + )
Input : 1170 cc
Output : urine : 1300 cc
IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam =110,8
cc
Balance Cairan : - 240,8 cc
2 DS : Defisit Psikologis
- Ibu klien mengatakan nafsu

41
makan klien berkurang nutrisi (keengganan
- Klien mengatakan pusing saat
untuk makan)
berdiri dan duduk
- Ibu klien mengatakan klien tadi
siang muntah
- Ibu klien mengatakan klien
sudah 3 hari tidak BAB
DO :
- Klien tampak tidak nafsu makan
- Klien hanya menghabiskan 3
sendok dari porsi yang diberikan
- Mukosa bibir klien tampak
pucat
- TD : 100/70 mmHg
N : 64 x/m
P : 24 x/m
S : 36,5 °C
BB : 38 Kg
TB : 1 cm
IMT : BB / TB² 38 / (144)² =
18,3
3 DS : Defisit Gangguan
- Ibu klien mengatakan kurang
pengetahuan fungsi kognitif
pengatuhuan tengtang
penyakitnya
- Ibu tampak mengatakan kurang
informasi tentang penyakit
anaknya
DO :
- Ibu klien tampak bingung
- Ibu klien tampak sering
bertanya tentang penyakit
anaknya
DS : Risiko Gangguan
- Ibu klien mengatakan trombosit
pendarahan koagulasi
klien menurun
- Pasien mengatakan lemas (penurunan
DO : trombosit)
- Trombosit klien 19* [10^3/uL] -
Pasien tampak lemah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
1. Kekurangan volume cairan (Hipovolemia) berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering.
(D.0023)

42
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun. (D.0019)
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi. (D.0111)
4. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi (penurunan
trombosit) ditandai dengan trombositopeni. (D.0012)

C. RENCANA KEPERAWATAN
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

NO DIAGNOSIS TUJUAN INTERVENSI


1. Hipovolemia Setelah dilakukan Tindakan a. Manajemen
b.d peningkatan keperawatan 3 x 24 jam, Hipovolemia (I.03116)
permeabilitas diharapkan hipovolemia membaik. Observasi:
kapiler ditandai Kriteria hasil: - Periksa tanda dan
dengan mukosa - Tugor kulit menurun gejala hipovolemik
bibir kering - Perasaan cemas (tekanan darah
(D.0023) - Intake cairan membaik menurun,
- Suhu tubuh meningkat membrane mukosa
kering, hematocrit
meningkat)
- Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan
cairan
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis
(misalnya : RL)
b. Pemantauan cairan
(I.03121)

43
Observasi :
- Monitor berat
badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Berikan cairan
intravena
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian diuretik
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Tindakan a. Manajemen nutrisi
b.d psikologis keperawatan selama 3x24 jam (I.03119)
(keengganan diharapkan ketidakseimbangan Observasi
untuk makan) nutrisi dapat terpenuhi. - Identifikasi alergi
ditandai dengan Kriteria hasil: - Identifikasi
berat badan Status nutrisi makanan yang
menurun - Porsi makan yang dihabiskan disukai
(D.0019) sedang Terapeutik
- Frekuensi makan - Berikan makanan
- Nafsu makan membaik tinggi serat untuk
- Membrane mukosa sedang mencegah
konstipasi
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk jika mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Pemantauan nutrisi
(I.08242)

44
Observasi
- Identifikasi
kelainan pada kulit
- Identintifikasi
kelainan eliminasi
- Monitor mual dan
muntah
Terapeutik
- Timbang berat
badan
Edukasi
- Jelaskan tujuan
prosedur
pemantauan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi
3. Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Observasi
berhubungan deficit pengetahuan meningkat. - Identifikasi kesiapan
dengan fungsi Kriteria Hasil : Tingkat dan kemampuan
kognitif Pengetahuan - Kemampuan menerima informasi
ditandai dengan menjelaskan pengetahuan tentang - Identifikasi faktor-
kurang suatu topik meningkat - Pertanyaan faktor yang dapat
informasi tentang masalah yang dihadapi meningkatkan dan
meningkat menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih
dan sehat
Terapeutik
- Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
- Berikan kesempatan
bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko
yang dapat

45
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
sehat
4. Resiko Setelah dilakukan tindakan Mencegahan Perdarahan
Perdarahan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi
berhubungan tingkat perdarahan menurun . - Monitor tanda dan
dengan Kriteria Hasil : Tingkat Perdarahan gejala perdarahan
gangguaan  Kelembapan membran mukosa  - Monitor nilai
koagulasi Suhu tubuh meningkat  hematokrit /
(penurunan Hematokrit membaik hemoglobin sebelum
trombosit) dan sesudah kehilangan
ditandai dengan darah
trombositopenia Terapeutik
- Pertahankan bedrest
selama perdarahan
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan
- Anjurkan
meningkatkan asupan
untuk menghindari
konstipasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Hari/ Diagnosa Jam Implemetasi Evaluasi
Tanggal
1 Minggu, 1 Hipovolemia Manajemen Jam : 13.00 S :
Juli 2023 berhubungan hypovolemia  Ibu klien
dengan Observasi : 1. mengatakan
Peningkatan Memperiksa tanda dan klien kurang
permeabilitas gejala hipovolemik minum  Ibu

46
kapiler ditandai ( tekanan darah 100/70 klien
dengan mukosa mmHg, membran mengatakan
bibir kering mukosa bibir klien klien letih 
kering, bibir pecah- Ibu klien
pecah, lidah klien mengatakan
putih,hematocrit klien tadi
meningkat, dari hasil siang muntah
laboratorium klien  Ibu klien
hematokrit klien tidak mengatakan
meningkat 41.2 [%] ) 2. suhu tubuh
Memonitor intake dan klien turun
output cairan naik O : 
Intake: 1170 cc Output : Klien tampak
urine : 1300 cc T : 3. letih  Klien
Memberikan asupan tampak ada
cairan oral, sebanyak 4 bintik-bintik
gelas dari jam 08.00- merah di
14.00, 1200 cc E : 4. tangan klien,
Menganjurkan Pteke pada
memperbanyak asupan
tangan ( + ) 
cairan oral, dengan cara
TD : 100/70
memberi tahu kepada
P : 24 x/m : 64
keluarga atau klien
x/m S: 36,5 ˚C
untuk memperbanyak
Intake : 1170
minum sesuai
cc Output :
kebutuhan tubuh sekitar
urine : 1300 cc
tts/m )  Memantauan IWL : 38 x 10
cairan Observasi : 1. x 7 / 2 jam =
Memonitor berat badan 110,8 cc
(BB sebelum sakit 45 Balance
Kg) 2. Memonitor hasil Cairan : - 20,8
pemeriksaan cc A :
laboratorium Hipovolekimi
( hematokrit 41.2 [%] ) P : Intervensi
Terapeutik : 3. Berikan
dilanjutkan 
asupan cairan oral
Memanajemen
sebanyak 4 gelas dari

47
jam 08.00-14.00, 1200 hipovolemia
cc 4. Memberikan no 1,2,3, dan 5
cairan intravena ( RL 30  Memantau
tts/m ) Kolaborasi : 5. cairan no 2,3
Melakukan Kolaborasi dan 4
pemberian diuretic tidak
dilakukan, karena tidak
sesuai dengan kondisi
2400 cc / 24 jam K : 5.
Memantau pemberian
cairan IV isotonis ( RL
30 tts/m ) 
Memantauan cairan
Observasi : 1.
Memonitor berat badan
(BB sebelum sakit 45
Kg) 2. Memonitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
( hematokrit 41.2 [%] )
Terapeutik : 3. Berikan
asupan cairan oral
sebanyak 4 gelas dari
jam 08.00-14.00, 1200
cc 4. Memberikan
cairan intravena ( RL 30
tts/m ) Kolaborasi : 5.
Melakukan Kolaborasi
pemberian diuretic tidak
dilakukan, karena tidak
sesuai dengan kondisi
klien. Klien urine nya
lancar tidak memakai
kateter.
2 Minggu, 1 Defisit Nutrisi  Manajemen nutrisi S :  Ibu klien
juli 2023 berhubungan Observasi : 1. mengatakan
dengan Mengidentifikasi alergi, nafsu makan

48
psikologis klien tidak ada alergi klien
(keengganan terhadap obat maupun menurun. 
untuk makan) makanan. 2. Klien
ditandai dengan Mengidentifikasi mengatakan
berat badan makanan yang disukai, pusing saat
menurun makanan yang disukai berdiri dan
klien. Makanan yang duduk  Ibu
disukai klien ayam, klien
ikan, nasi goring, mengatakan
mangga, pisang dan klien tadi
makanan yang tidak siang muntah
disukai klien nenas.  Ibu klien
Terapeutik :
3. mengatakan
Memberikan makanan klien sudah 3
tinggi serat untuk hari tidak
mencegah konstipasi BAB O : 
( pepaya ) Edukasi : 4. Klien tampak
Menganjurkan posisi tidak nafsu
duduk jika mampu, agar
makan  Klien
klien tidak merasa letih
hanya
dan lemah. K : 5.
menghabiskan
Melakukan kolaborasi
3 sendok dari
dengan ahli gizi untuk
porsi yang
menentukan jumlah
diberikan 
kalori dan jenis nutrien
Mukosa bibir
yang dibutuhkan 
klien tampak
Memantau nutrisi
pucat TD :
Obdervasi : 1.
100/70 mmHg
Mengidentifikasi
N : 64 x/m P :
kelainan pada kulit,
24 x/m S :
( pada kulit klien
36,5 ˚C BB :
terdapat bintik-bintik
38 Kg TB : 1
merah di tangan klien ).
cm IMT : BB /
2. Mengidentintifikasi
TB² 38 / (1)² =
kelainan eliminasi,
18,3 A :
BAK klien lancar,
Defisit nutrisi
sedangkan BAB klien

49
susah 3. Memonitor P : Intervensi
mual dan muntah ( klien dilanjutkan 
merasakan mual dan Memanajemen
muntah ) Terapeutik : 4. Nutrisi no 3,4
Menimbang berat dan 5 
badan, berat badan klien Pemantauan
42 kg Edukasi : 5. Nutrisi NO
Menjelaskan tujuan 1,2,3 dan 4
prosedur pemantauan
(ibu tujuan pemantauan
nutrisi agar nutrisi klien
terpenuhi)
Minggu, 1 Defisit  Edukasi Kesehatan S :  Ibu klien
Juli 2023 pengetahuan Observasi : 1. mengatakan
berhubungan Mengidentifikasi kurang
dengan faktorfaktor yang dapat pengatuhuan
gangguan fungsi meningkatkan dan tengtang
kognitif ditandai menurunkan motivasi penyakitnya 
dengan kurang perilaku hidup bersih Ibu
informasi dan sehat ( yang dapat mengatakan
meningkatkan hidup kurang
bersih dan sehat dengan informasi
cara mencuci tangan tentang
setiap sebelum atau penyakit
sesudah melakukan anaknya O : 
aktivitas, membersihkan Ibu klien
rumah. Yang dapat tampak
menurunkan motivasi bingung  Ibu
prilaku hidup bersih dan klien tampak
sehat yaitu kurangnya sering
partisipasi keluarga bertanya
dalam membersihkan tentang
lingkungan rungan dan penyakit
keluarga tidak anaknya 
mengajarkan hidup TD : 100/70
bersih dan sehat kepada mmHg N : 64
anak ) Terapeutik : 2.

50
Memberikan x/m P : 24 x/m
kesempatan bertanya S : 36,5 ˚ A :
( keluarga klien Masalah
menanyakan bagaimana defisit
cara menaikan trombosit Pengetahuan
anaknya yang turun ) belum teratasi
Edukasi : 3. P : Intervensi
Menjelaskan faktor dilanjutkan 
risiko yang dapat Edukasi
mempengaruhi Kesehatan
kesehatan ( faktor yang
dapat mempengaruhi
kesehatatan yaitu
lingkungan, bak mandi,
genangan air jernih
banyak jentik-jentik
nyamuk yang
mengakinatkan demam
berdarah ) 4.
Mengajarkan perilaku
hidup sehat
( mengajarkan cara cuci
tangan yang benar, dan
membuang sampah pada
tempatnya )
Minggu, 1 Resiko  Mencegahan Jam 13.00 S :
Juli 2023 Perdarahan Perdarahan Observasi :  Ibu klien
berhubungan 1. Memonitor tanda dan mengatakan
dengan gejala perdarahan trombosit
gangguaan (perdarahan pada anaknya
koagulasi hidung / mimisan, menurun 
(penurunan muntah terus menerus) Pasien
trombosit) 2. Memonitor nilai mengatakan
ditandai dengan hematokrit 2.95 lemah O : 
trombositopenia [10^3/uL] Terapeutik : Trombosit
3. Mempertahankan klien 19*
bedrest selama [10^3/uL] 

51
perdarahan Edukasi : 4. Pasien tampak
Menjelaskan tanda dan lemah A :
gejala perdarahan Resiko
( tanda gejala Perdarahan P :
perdarahan yaitu Intervensi
mimisan, mual muntah, dilanjutkan 
feses berwarna hitam, Mencegahan
kesemutan ditangan atau perdarahan 1,
kaki ) 5. Menganjurkan 2, 3 dan
meningkatkan asupan
untuk menghindari
konstipasi ( banyak
mengkonsumsi pepeaya
agar tidak terjadi
konstipasi ) Kolaborasi :
6. Melakukan
Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
(tidak ada diberikan
obat)
Senin, 2 Hipovolemia  Memanajemen Jam 13.00 S :
Juli 2023 berhubungan hipovolemia Observasi :  Ibu klien
dengan 1. Memperiksa tanda mengatakan
Peningkatan dan gejala hipovolemik klien sudah
permeabilitas ( tekanan darah mau minum 
kapiler ditandai menurun 100/70 mmHg, Ibu klien
dengan mukosa membran mukosa klien mengatakan
bibir kering masih kering, bibir klien tidak ada
pecah-pecah, lidah klien merasa letih
putih, hematokrit atau lemah
meningkat, dari hasil lagi  Ibu
laboratorium klien klien
hematokrit klien tidak mengatakan
meningkat 42,4 [%] ) 2. klien siang
Memonitor intake dan tidak ada
output cairan Intake: muntah  Ibu

52
oral : 1200 Output : klien
urine : 100 cc mengatakan
Terapeutik : 3. suhu tubuh
Memberikan asupan klien masih
cairan oral, sebanyak 4 turun naik O :
gelas dari jam 08.00-  Klien
14.00, 1200 cc Edukasi : tampak sudah
4. Mengingatkan segar  Bintik-
kembali kepada bintik merah
keluarga dan klien untuk di tangan klien
memperbanyak minum sudah
sesuai kebutuhan tubuh berkuran  TD
sekitar 2400 cc / 24 jam : 100/70 P : 30
Kolaborasi :
5. x/m N : 83
Memantau pemberian x/m S : 35,0
cairan IV isotonis ( RL ˚C  Pteke
30 tts/m )  Memantau pada tangan
cairan Observasi : 1. ( + ) Input :
Memonitor berat badan 1200 cc
( BB 38 Kg ) 2. Output :
Memonitor hasil urine : 100 cc
pemeriksaan IWL : 38 x 10
laboratorium x 7 / 2 jam =
( hematokrit 42,4 [%] ) 110,8 cc
Terapeutik : 3. Berikan Balance
asupan cairan
oral Cairan : -
sebanyak 4 gelas dari 310,8 A :
jam 08.00-14.00, 1200 Hipovolemik
cc 4. Memberikan teratasi
cairan intravena ( RL 30 sebagian P :
tts/m ) Kolaborasi : Intervensi
Melakukan Kolaborasi dilanjutkan 
pemberian diuretic tidak Memanajemen
dilakukan, karena tidak Hipovolekimia
sesuai dengan kondisi no 1,2,3, dan 5
klien. Klien urine nya
lancar tidak memakai

53
kateter
Senin, 2 Defisit Nutrisi Manajemen nutrisi O : 1 S :  Ibu klien
Juli 2023 berhubungan dan 2 sudah dilakukan mengatakan
dengan pada hari pertama T : 3. nafsu makan
prikologis Memberikan makanan klien sudah
(keengganan tinggi serat untuk mulai enak. 
untuk makan) mencegah konstipasi Klien
ditandai dengan ( papaya, sayur bayam ) mengatakan
berat badan E : 4. Menganjurkan pusing saat
menurun posisi duduk jika berdiri dan
mampu, agar klien tidak duduk sudah
merasa letih dan lemah. berkurang 
K : 5. Melakukan Ibu klien
kolaborasi dengan ahli mengatakan
gizi untuk menentukan klien tidak ada
jumlah kalori dan jenis muntah  Ibu
nutrien yang dibutuhkan klien
 Memantau nutrisi O : mengatakan
1. Mengidentifikasi klien sudah
kelainan pada kulit, ada BAB satu
( pada kulit klien kali O : 
tbintik-bintik merah di Klien tampak
tangan klien sudah nafsu makan
berkurang ). 2. mulai
Mengidentintifikasi
membaik 
kelainan eliminasi,
Klien hanya
BAK klien lancar, kali.
menghabiskan
3. Memonitor mual dan
½ dari porsi
muntah ( klien sudah
yang diberikan
tidak merasakan mual
 Mukosa
dan muntah ) T : 4.
bibir klien
Menimbang berat
tampak pucat
badan, berat badan 45
 TD : 100/70
kg
mmHg N : 84
x/m P : 30 x/m
 S : 35 ˚C A :

54
Defisit nutrisi
teratasi
sebagian P :
Intervensi
dilanjutkan 
Memanajemen
Nutrisi 
Pemantauan
Tanda Vital
Senin, 2 Defisit  Edukasi Kesehatan S :  Ibu klien
Juli 2023 Pengetahuan Observasi : 1. mengatakan
berhubungan Mengulang kembali kurang
dengan Mengidentifikasi pengatuhuan
gangguan fungsi faktorfaktor yang dapat tentang 
kognitif ditandai meningkatkan dan penyakitnya 
dengan kurang menurunkan motivasi Ibu
informasi perilaku hidup bersih mengatakan
dan sehat ( yang dapat kurang
meningkatkan hidup informasi
bersih dan sehat dengan tentang
cara mencucitangan penyakit
setiap sebelum atau anaknya O : 
sesudah melakukan Ibu klien
aktivitas, membersihkan tampak
rumah. Yang dapat bingung  Ibu
menurunkan motivasi klien tampak
prilaku hidup bersih dan sering
sehat yaitu kurangnya bertanya
partisipasi keluarga entang
dalam membersihkan penyakit
lingkungan rungan dan
anaknya 
keluarga tidak
TD : 100/70
mengajarkan hidup
mmHg N : 64
bersih dan sehat kepada
x/m P : 24 x/m
anak ) Terapeutik : 2.
S : 36,5 ˚C A :
Memberikan
Defisit
kesempatan bertanya

55
( dan keluarga klien Pengetahuan
menanyakan kenapa teratasi
trombosit anaknya sebagian P :
masih turun, bagaimana Intervensi
cara mengatasinya ) dilanjutkan 
Edukasi : 3. Edukasi
Menjelaskan kembali kesehatan
faktor risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan ( faktor yang
dapat mempengaruhi
kesehatatan yaitu
lingkungan, bak mandi,
genangan air jernih
banyak jentik-jentik
nyamuk yang
mengakinatkan demam
berdarah ) 4.
Mengajarkan perilaku
hidup sehat
( mengajarkan kembali
cara cuci tangan yang
benar, dan membuang
sampah pada
tempatnya )
Senin, 2 Resiko  Mencegahan Jam 13.00 S :
Juli 2023 Perdarahan Perdarahan Observasi :  Ibu klien
berhubungan 1. Memonitor tanda dan mengatakan
dengan gejala perdarahan trombosit
gangguaan (perdarahan pada anaknya
koagulasi hidung / mimisan, menurun 
(penurunan muntah terus menerus) Pasien
trombosit) 2. Memonitor nilai mengatakan
ditandai dengan hematokrit 2.95 lemah O : : 
trombositopenia [10^3/uL] Terapeutik : Trombosit
3. Mempertahankan klien 12*
bedrest selama [10^3/uL] 

56
perdarahan Edukasi : 4. Pasien tampak
Menjelaskan tanda dan lemah A :
gejala perdarahan Resiko
( tanda gejala Perdarahan P :
perdarahan yaitu Intervensi
mimisan, mual muntah, dilanjutkan 
feses berwarna hitam, Mencegahan
kesemutan ditangan atau perdarahan 1
kaki ) 5. Menganjurkan dan 2
meningkatkan asupan
untuk menghindari
konstipasi ( banyak
mengkonsumsi pepeaya
agar tidak terjadi
konstipasi ) Kolaborasi :
6. Melakukan
Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
( tidak ada diberikan
obat)
Rabu, 4 Hipovolemia  Memanajemen Jam 13.00 S :
Juli 2023 berhubungan hipovolemia Observasi :  Ibu klien
dengan 1. Memperiksa tanda mengatakan
Peningkatan dan gejala hipovolemik klien sudah
permeabilitas (tekanan darah menurun sering minum
kapiler ditandai 100/70 mmHg,  Ibu klien
dengan mukosa membran mukosa bibir mengatakan
bibir kering klien sudah lemab, bibir sudah tidak
tidak pecahpecah, lidah merasa letih
klien putih, hematokrit lagi  Ibu
meningkat, dari hasil klien
laboratorium klien mengatakan
hematokrit klien tidak klien tidak ada
meningkat 40.4 [%] ) 2. muntah  Ibu
Memonitor intake dan klien
output cairan Intake: mengatakan

57
1850 cc Output : urine : suhu tubuh
1350 cc Terapeutik : 3. klien masih
Memberikan asupan turun naik O :
cairan oral, sebanyak 4  Klien
gelas dari jam 08.00- tampak segar
14.00, 1200 cc  Bintik-bintik
Kolaborasi : 4. merah di
Memantau pemberian tangan klien
cairan IV isotonis ( RL sudah tidak
30 tts/m )  Memantau ada lagi  TD :
cairan Observasi : 1. 110/80 P : 28
Memonitor berat badan x/m N : 70
( BB 45 Kg 2. x/m S: 35,5 ˚C
Memonitor hasil Input : 1850
pemeriksaan cc Output :
laboratorium urine : 1350 cc
( hematokrit 40.4 [%] ) IWL : 38 x 10
Terapeutik : 3. Berikan x 7 / 2 jam =
asupan cairan oral 110,8 cc
sebanyak 8-9 gelas 1880 Balance
cc dalam 2 jam 4. Cairan : +
Memberikan cairan 389,2 A :
intravena ( RL 30 tts/m ) Masalah
Hipovolemik
teratasi P :
Intervensi
dihentikan
Rabu, 4 Defisit Nutrisi  Manajemen nutrisi T : S :  Ibu klien
Juli 2023 berhubungan 4. Memberikan mengatakan
dengan makanan tinggi serat nafsu makan
psikologis untuk mencegah klien membaik
(keengganan konstipasi ( papaya,  Klien
untuk makan) sayur bayam ) K : 6. mengatakan
ditandai dengan Melakukan kolaborasi tidak ada
penurunan berat dengan ahli gizi untuk merasa pusing
badan menentukan jumlah saat berdiri
kalori dan jenis nutrien

58
yang dibutuhkan  dan duduk 
Memantau nutrisi O : 1. Ibu klien
Mengidentifikasi mengatakan
kelainan pada kulit, klien sudah
( pada kulit klien ada BAB O : 
tbintik-bintik merah di Klien tampak
tangan klien sudah tidak menghabiskan
ada lagi ). 5. makan nya 
Mengidentintifikasi Mukosa bibir
kelainan eliminasi, klien tampak
BAK klien lancar, lembab  TD :
sedangkan BAB klien 110/80 mmHg
sudah mulai lancar 6. N : 70 x/m P :
Memonitor mual dan 28 x/m  S :
muntah (klien sudah 35,5 ˚C A :
tidak ada mual dan defisit nutrisi
muntah lagi ) T : 7. teratasi P :
Menimbang berat Intervensi
badan, berat badan klien dihentikan
45 kg
Rabu, 4 Defisit  Edukasi Kesehatan S :  Ibu klien
Juli 2023 pengetahuan Sudah mengasih tahu mengatakan
berhubungan kepada keluarga tentang sudah tau
dengan faktor yang tengtang
gangguan fungsi mempengaruhi hidup penyakit
kognitif ditandai bersih dan sehat, dan anaknya  Ibu
dengan kurang cara meningkatkan mengatakan
informasi hidup bersih dan sehat tau informasi
tentang
penyakit
anaknya O : 
Ibu klien
tampak sudah
tidak bingung
lagi  TD :
110/80 mmHg

59
N : 70 x/m P :
28 x/m S :
35,5 ˚C A :
defisit
Pengetahuan
teratasi P :
Intervensi
dihentikan
Senin, 2 Resiko  Mencegahan Jam 13.00 S :
Juli 2023 Perdarahan Perdarahan Observasi :  Ibu klien
berhubungan 1. Memonitor tanda dan mengatakan
dengan gejala perdarahan trombosit
gangguaan (perdarahan pada anaknya sudah
koagulasi hidung / mimisan, mulai
(penurunan muntah terus menerus) meningkat 
trombosit) 2. Memonitor nilai Pasien
ditandai dengan hematokrit 2.95 mengatakan
trombositopenia [10^3/uL] tidak terasa
lemah lagi
O : : 
Trombosit
klien 23*
[10^3/uL] 
Pasien tampak
segar A :
Resiko
Perdarahan
teratasi P :
Intervensi
dihentikan

60
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Peningkatan yang bergantung pada antibodi, disregulasi sitokin, dan variasi
profil lipid berkorelasi dengan kejadian DBD. Diagnosis yang
cepat , pengobatan yang tepat, pengawasan kasus dan vektor yang aktif dan terus
menerus adalah faktor penentu penting untuk pencegahan dan pengendalian demam
berdarah.

61
DAFTAR PUSTAKA

Agnesia, Y., & dkk, &. (2023). Monograf Demam Berdarah Dengue (DBD)
Determinan & Pencegahan. Pekalongan: Penerbit NEM .

Apriyana, A., & dkk, &. (2023). Buku Ajar Anak S1 Keperawatan Jilid 1. Jakarta:
Mahakarya Citra Utama.

Prasetyono, D. S. (2016). Tanda dan Bahaya dari Tubuh. (P. E. Nareswati, Ed.)
Jakarta: FlashBook.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI). Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta: DPP PPNI.

Tok, P. (2015, 08 21). Edubio. Retrieved from Organ-organ sistem peredaran darah:
https://www.edubio.info/2013/10/alat-peredaran-darah.html

Wang, W. H., & etc, &. (2020). Dengue hemorrhagic fever - A systemic literature
review of current perspectives on pathogenesis, prevention and control.
Journal of Microbiology, Immunology and Infection, 53(6), 963-978.

62

Anda mungkin juga menyukai