Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA, ANAK PRASEKOLAH


“Deteksi Dini Komplikasi dan Penanganan Awal Kegawatdaruratan pada Neonatus,
Bayi dan Balita”
Dosen Pengampu
Vita Raraningrum, S.ST., MPH.
Tria Eni Rafika Devi, S.ST., M.Kes.

Disusun oleh
Isabella Farona (15.401.20.003)
Lutfi Nuraini (15.401.20.004)
Nur Umamah (15.401.20.005)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
KRIKILAN – GLENMORE - BANYUWANGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah swt, karena atas rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Deteksi Dini Komplikasi dan
Penanganan Awal Kegawatdaruratan pada Neonatus, Bayi dan Balita” ini. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah tahun ajaran 2021.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengajar mata kuliah Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Ibu Vita Raraningrum, S.ST., MPH.
dan Ibu Tria Eni Rafika Devi, S.ST., M.Kes. serta teman-teman yang secara langsung
maupun yang tidak langsung telah mendukung selesainya makalah ini.
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode pustaka dengan sumber berupa
buku dan e-book. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih pemula, baik dari
segi susunan maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah yang kami susun ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Krikilan, 2 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TILIK

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 2

1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 3

1.3 Tujuan................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 4

2.1. Pengertian Kegawatdaruratan pada neonatus, bayi, dan balita............................ 4

2.2. Deteksi dini komplikasi dan penanganan awal kegawatdaruratan pada neonates

bayi, dan balita ........................................................................................................... 4

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 22

3.1 Simpulan............................................................................................................... 22

3.2 Saran..................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian perinatal yang terdiri atas jumlah yang tidak menunjukkan tanda-
tanda hidup waktu di lahirkan, penurunan jumlah kematian perinatal dapat di di capai
disamping dengan membuat persalinan seaman-amannya bagi bayi ibu. Dengan
mengusahakan agar janin dan ibu kondisinya baik-baik saja.

Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan bagi
bayi.Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterus) dengan
kehidupansekarang (ekstrauterus) yang sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur
ataupun bayi yangdilahirkan dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan
tersebut menjadi lebihsulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya
komplikasi lain yangmenyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke fase
berikutnya(meninggal). Bayi seperti ini yang disebut dengan istilah bayi resiko tinggi.
(surasmi,dkk.2003)
Faktor – faktor lain seperti, afiksia neonatorum, letak sungsang dan lain – lain Dua hal
yang banyak terjadinya angka kematian perinatal ialah tingkat kekurangan gizi Ibu dan janin
serta pelayanan petugas kesehatan. Latar belakang disusunnya makalah ini adalah agar
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tetang pengetahuan angka kematian
perinatal dan pelajaran yang lain.
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya.
Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun
denagn bantuan alat-alat medis modern sekalipun,sering kali memberikan gambaran berbeda
tergadap kondisi bayi saat lahir. Adapun contoh komplikasi yang dapat dialami pada
neonates, bayi dan balita yakni hipotermi, tetanus neonatrum, masalah pemberian ASI,
trauma lahir, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital.
Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran
bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tadak semua tenaga medis memiliki kemampuan dan
keterampilan standart, dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang dapat
dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar belakang pendidikan sebagai profesional
ahli.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Keterampilan Dasar Kebidanan pada Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Balita?
2. Bagaimana Perawatan bayi dengan metode kangguru?
3. Bagaimana Penanganan awal pada BBLR dengan komplikasi?
4. Bagaiamana Menjaga kebersihan bayi (mengganti popok bayi, perawatan tali pusat,
memandikan bayi)?
5. Bagaiamana Pencegahan kehilangan panas bayi (termoregulasi)?
6. Bagaiaman imunisasi dasar dan ulang pada bayi?
7. Bagaimana Penanganan awal kejang pada bayi?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Keterampilan Dasar Kebidanan pada Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita.
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu Mengetahui Perawatan bayi dengan metode kangguru.
2) Mahasiswa mampu Mengetahui Penanganan awal pada BBLR dengan komplikasi.
3) Mahasiswa mampu Mengetahui Menjaga kebersihan bayi (mengganti popok bayi,
perawatan tali pusat, memandikan bayi.
4) Mahasiswa mampu Mengetahui Pencegahan kehilangan panas bayi (termoregulasi).
5) Mahasiswa mampu Mengetahui imunisasi dasar dan ulang pada bayi.
6) Mahasiswa mampu Mengetahui Penanganan awal kejang pada bayi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kegawatdaruratan pada Neonatus, bayi dan balita


Kegawatdaruratan neonatal adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap
organisme yang beradap ada periode adaptasi kehidupan intra uterine keekstra uterin yang
memerlukan perawatan yang tidak direncanakan dan mendadak, serta untuk menekan angka
kesakitan dan kematian pasien.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan  manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau,
2006).

2.2 Deteksi Dini Komplikasi dan Penanganan Awal Kegawatdaruratan pada Neonatus,
Bayi, dan Balita
1) Hipotermi
a) Pengertian
Hipotermia adalah keadaan ketika suhu tubuh bayi di bawah/kurang
dari 36o C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin (Sulistyawati, 2010).
Hipotermia sering terjadi pada neonates terutama BBLR karena pusat
pengaturan suhu tubuh bayi belum sempurna, permukaan tubuh bayi relatif
luas, dan kemampuam dalam memproduksi dan menyimpan panas terbatas.
Suhu tubuh rendah disebabkan oleh lingkungan yang dingin, yaitu suhu
lingkungan rendah dengan permukaan yang dingin atau basah dan bayi dalam
keadaan basah atau tidak berpakaian. Hipotermia merupakan tanda bahaya
karena dapat menyebabkan terjadinya metabolisme tubuh yang berakhir
dengan kegagalan fungsi jantung, paru, dan kematian (Depkes RI, 2008).
b) Gejala klinis
1) Bayi tidak mau menyusu/minum.
2) Bayi tampak selalu mengantuk atau lesu.
3) Tubuh bayi teraba dingin

4
4) Dalam keadaan berat, denyut jantung menurun dan kulit bayi mengeras
(sklerema).

c) Klasifikasi
1) Hipotermia sedang (jika suhu bayi antara 32oC-36oC).
a. Aktivitas bayi berkurang dan letargi
b. Tangisan bayi lemah
c. Kulit bayi berwarna tidak merata
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kaki teraba dingin
2) Hipotermia berat (jika suhu bayi kurang dari 32oC).
a. Sama dengan hipotermia sedang
b. Bibir dan kuku kebiruan
c. Pernapasan bayi lambat dan tidak teratur
d. Bunyi jantung lambat
e. Mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolic
d) Penatalaksanaan
1) Jangan memandikan bayi sebelum berusia 12 jam
2) Jangan meletakan bayi dekat dengan beda yang dingin
3) Jangan menyentuh bayi dengan tangan yang dingin
4) Rawat bayi di ruangan yang hangat
5) Segera hangatkan tubuh bayi dengan pemanas radian atau masukan
dalam incubator atau melalui penyinaran lampu
6) Cara lain dengan kontak kulit secara langsung antara ibu dan bayi atau
lebih dikenal dengan metode kangguru
7) Gunakan selimut untuk menutupi tubuh bayi
8) Ganti popok setiap kali basah
9) Anjrkan ibu untuk sering menyusui bayi
10) Jika bayi mengalami hipotermia berat, segera rujuk ke fasilitas
Kesehatan yang lebih tinggi.
2) Tetanus Neonatrum
a) Pengertian
Tetanus Neonatrum adalah penyakit tetanus yang menyerang neonates
dan disebabkan oleh Clostridium tetani. Spora kuman tersebut masuk ke tubuh

5
bayi melalui tali pusat pada saat pemotongan dan perawatan tali pusat sebelum
lepas. Masa inkubasi tetanus neonatrum 3-28 hari, tetapi jika kurang dari 7
hari, penyakit ini lebih parah dan angka kematiannya lebih tinggi.
b) Gejala klinis
1) Bayi panas/demam tiba-tiba
2) Bayi tiba-tiba sulit menyusu karena kejang otot rahang dan faring
(trismus)
3) Mulut mencucu seperti mulut ikan
4) Kejang trauma jika terkena rangsangan cahaya, suara, atau sentuhan
5) Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah membiru, kaku kuduk,
posisi punggung melengkung, kepala mendongak ke atas (opistotonus)
c) Penatalaksanaan
1) Atasi kejang dengan obat antikejang
2) Jaga jalan napas, pasang spatel pada lidah agar tidak tergigit
3) Beri obat antitetanus serum (ATS) dan antibiotik
4) Cari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat dan telinga
5) Beri perawatan yang adekuat, yaitu makanan, oksigen, keseimbangan
cairan dan elektrolit
6) Tempatkan bayi di ruang isolasi yang tenang dengan sedikit sinar
7) Rujuk ke rumah sakit
3) Masalah Pemberian ASI
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya
beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada Sebagian ibu yang
tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap permasalahan pada
anak saja.
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum
persalinan (periode antenanal), masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan
lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusu. Selain itu,
ibu sering benar mengeluhkan bayinya sering menangis bahwa ASInya tidak enak,
tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya
keputusan untuk menghentikan menyusui. Masalah pada bayi umumnya berkaitan
dengan manajemen laktasi sebagai berikut:
1) Kurang atau Kesalahan Informasi

6
Bayinya ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah
lebih baik dari ASI, sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa
ASI kurang. Petugas Kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan
informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi.
Contohnya, banyak ibu atau petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa:
a. Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering,
sehingga dikatakan bayi menderita diare dan sering kali petugas
kesehatan menyuruh menghentikan menyusui. Sifat defekasi bayi
yang mendapat kolostrum memang memiliki ciri-ciri sebagaimana
tersebut diatas karena kolostrum bersifat sebagai laksans. Selain itu,
terdapat mitos-mitos yang masih tersebar di kalangan ibu menyusui
akibat kurangnya informasi manajemen laktasi sebagaimana berikut
iniantara lain (Roesli, 2001):
1.) Menyusui akan merubah bentuk payudara ibu.
2.) Menyusui sulit untuk menurunkan berat badan ibu.
3.) ASI tidak cukup pada hari-hari pertama sehingga bayi perlu
makanan tambahan.
4.) Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif.
5.) Payudara ibu yang kecil tidak cukup menghasilkan ASI.
6.) ASI pertama kali keluar harus dibuang karena kotor.
7.) ASI dari ibu kekurangan gizi, dan kualitasnya tidak baik
b. ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu
diberikan minuman lain. Padahal bayi yang baru lahir cukup bulan
dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairanyang dapat
mempertahankan tanpa minuman selama beberapa hari. Di samping
itu, pemberian minuman sebelum ASI keluar akan memperlambat
pengeluaran ASI oleh bayi menjadi kenyang dan malas menyusu.
c. Payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI.
Padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI
cukup atau kurang, karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak
pada payudara, sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya
walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi
apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.

7
Sebagaimana penelitian WHO pernah menyampaikan bahwa
alasan terbanyak ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif karena
merasa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi. Sekitar 35% ibu
menghentikan pemberian ASI secara eksklusif pada beberapa minggu
postpartum karena merasa ASI kurang dan bayi merasa tidak puas.
Berdasarkan penelitian tentang Status Gizi Ibu dan Persepsi
Ketidakcukupan Air Susu Ibu pada 3 wilayah puskesmas yaitu
Kabupaten Karawang, Kecamatan Tanjung Priok, dan Kecamatan
Cilandak menyebutkan bahwa persepsi ketidakcukupan ASI yang
dipikirkan oleh ibu menyusui atau keluarganya tersebut dipengaruhi
pula oleh keadaan fisio-biologis selain keadaan psiko-emosional
karena keduanya akan saling memengaruhi.
Ibu yang status gizi kehamilan baik memiliki peluang lebih
besar untuk terhindar dari persepsi ketidakcukupan ASI, sehingga
memiliki peluang untuk berhasil menyusui secara ekskusif 6 bulan
lebih besar pula. Aspek status gizi maternal meliputi status gizi pra-
hamil, status gizi kehamilan, dan status gizi laktasi perlu mendapatkan
perhatian khusus yang lebih besar jika ingin berhasil memberikan ASI
eksklusif 6 bulan. Hal itu dilakukan guna ada cadangan lemak
disimpan selama hamil merupakan modal dasar tubuh ibu untuk
memproduksi ASI.
Bila status gizi ibu kurang atau ibu hamil memiliki kenaikan
BB yang kurang dari rekomendasi 1OM maka cadangan lemak ibu
akan terkorbankan. Apabila kenaikan BB ibu kurang dari rekomendasi
IOM dan cadangan lemak ibu untuk menyusui rendah, maka
kemampuan ibu memproduksi ASI juga berkurang sehingga ibu akan
merasakan bahwa ASI yang dikeluarkan hanya sedikit.
Selanjutnya ASI yang kurang akan memengaruhi keper- cayaan
diri ibu untuk menyusui, sehingga menyebabkan terjadinya persepsi
ketidakcukupan ASI yang selanjutnya memengaruhi pikiran ibu dan
pengeluaran hormon oksitosin. Gangguan pada hormon oksitosin akan
menyebabkan gang- guan pada kontraksi otot payudara, sehingga
pengeluaran ASI terhambat. Di sisi lain, karena pengeluaran ASI
berkurang, ibu semakin jarang menyusui sehingga memengaruhi

8
pengeluaran hormon prolaktin yang akan menyebabkan produksi ASI
semakin berkurang.
Berkaitan dengan hal tersebut, keluarga memiliki bebe- rapa
fungsi dan jenis dukungan yaitu, dukungan informasio- nal dalam
bentuk keluarga sebagai penyebar informasi, dukungan penilaian
dimana keluarga bertindak membimbing dan menengahi permasalahan,
dukungan instrumental yaitu keluarga sebagai sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit, dan dukungan emosional yaitu
keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemuli- han (Friedman, 2003). Pemberian dukungan dari keluarga
dapat meningkatkan kepercayaan diri, kenyamanan, dan pengalaman
keberhasilan ibu dalam menyusui (Basa- vanthappa, 2006). Informasi
yang perlu diberikan kepada ibu hamil atau menyusui antara lain
meliputi:
1.) Fisiologi laktasi.
2.) Keuntungan pemberian ASI.
3.) Keuntungan rawat gabung.
4.) Cara menyusui yang baik dan benar.
5.) Kerugian pemberian susu formula.
6.) Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6
bulan.
2) Putting Susu Datar atau Terbenam
Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu
menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya
selama antenatal umumnya kurang berfaedah. Misalnya, dengan memanipulasi
hofman, menarik-narik puting, ataupun penggunaan brestshield, dan breast shell. Hal
penting dan efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah hisapan langsung bayi
yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir,
segera setelah pasca lahir lakukan:
a. Skin to skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin.
b. Biarkan bayi "mencari" putting. Kemudian mengisapnya dan bila perlu coba
berbagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan.
Rangsang puting biar dapat keluar sebelum bayi mengambilnya.

9
c. Apabila puting benar-benar tidak bisa muncul, dapat ditarik dengan pompa
puting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit
yang dipakai terbalik.
d. Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan
sedikit penekanan pada areola mammae dengan jari, sehingga terbentuk dot
ketika memasukkan puting susu kedalam mulut bayi.
e. Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau
cangkir. Bisa juga teteskan langsung ke mulut bayi. Bila perlu lakukan ini
hingga 1-2 minggu.
3) Putting Susu Lecet (Abraded or Craked Nipple)
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui.
Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada
puting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
a. Penyebab Puting Lecet
1) Teknik menyusui yang tidak benar.
2) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat
ibu membersihkanputing susu.
3) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
4) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue).
5) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
b. Penatalaksanaan yang Harus Dilakukan
1) Cari penyebab puting susu lecet.
2) Bayi disusukan lebih dulu pada puting susu yang normal atau lecetnya
sedikit.
3) Tidak menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat
membersihkan payudara.
4) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).
5) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan
susukan secarabergantian diantara kedua payudara.
6) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering.
7) Pergunakan BH yang menyangga.
8) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.
9) Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
4) Payudara Bengkak (Engorgement)

10
Payudara bengkak adalah keadaan di mana payudara terasa lebih penuh
(tegang) darinyeri sekitar hari ketigaatau keempat sesudah melahirkan. Biasanya
disebabkan oleh statis di vena dan pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulai
banyak disekresi. Pembekakan sering terjadi pada payudara dengan elastisitas
yang kurang. Namun, jika payudara bengkak dan ibu tidak mengeluarkan ASI,
maka ASI akan menumpuk dalam payudara. Lalu, menyebabkan areola menjadi
lebih menonjol, puting lebih datar dan sulit untuk dihisap bayi.
Cara paling aman agar payudara tidak membengkak adalah dengan
menyusukan bayi segera setelah lahir. Jika payudara masih terasa berat, maka
keluarkan ASI dengan cara manual atau menggunakan pompa. Perlunya
perawatan pascamelahirkan sebelum menyusui agar payudara tidak lembek serta
mudah ditangkap oleh bayi.
5) Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja
saat ibu menyusui. Namun, paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28
setelah kelahiran.
a. Penyebab Mastitis
1) Asupan gizi kurang.
2) Istirahat tidak cukup dan terjadi anemia.
3) Puting susu lecet, sehingga terjadi infeksi.
4) Bra dengan ukuran yang salah dan terlalu ketat.
5) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat.
b. Gejala Mastitis
1) Bengkak disertai rasa nyeri.
2) Pada titik tertentu atau keseluruhan, payudara tampak merah.
3) Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol.
4) Demam.
c. Penanganan
1) Komsumsi makanan yang bergizi serta istirahat yang cukup.
2) Bayi dianjurkan mulai menyusu saat payudara mengalami peradangan.
3) Berikan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
4) Berikan pengobatan analgetik untuk mengurangi rasa sakit.
5) Lakukan pengompresan dengan air hangat pada pavudara.
4) Trauma Lahir

11
Selain kelainan pada bayi abru lahir, ada juga beberapa trauma pada bayi baru lahir,
yaitu sebagai berikut:
a) Kaput Suksedaneum
Kaput Suksedaneum adalah edema yang terjadi di dalam dan di bawah kulit
pada jaringan lunak kulit kepala fetus selama proses persalinan.
b) Sefalhematoma
Sefalhematoma adalah pembengkakan pada kepala akibat adanya penumpukan
darah yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma
biasanya bertambah dalam beberapa hari, kemudian akan hilang dalam
beberapa minggu atau bulan (1-3 bulan).
c) Trauma pada Pleksus Brakialis
Trauma pada Plektus Brakialis adalah cedera yang terjadi karena persalinan
yang sulit, namun kadang kala terjadi sesudah persalinan yang tampaknya
mudah. Bayi mengalami kelumpuhan lengan dan bentuk paralisis tersebut
bergantung pada saraf servikalis yang mengalami trauma. Radiks saraf yang
keluar dari tulang belakang setinggi vertebra servikalis kelima, keenam,
ketujuh, dan kedelapan serta vertebra torakalis pertama membentuk matriks
saraf di leher dan abhu, yang biasa disebut plekus brakialis.
d) Fraktur Klavikula, Fraktur Humerus, dan Fraktur Tengkorak
a. Pengertian
Fraktur Klavikula dan Fraktur Humerus dapat terjadi saat ibu melahirkan
lengan bayi pada letak memanjang atau presentasi kepala, letak sungsang,
dan letak lintang. Fraktur tengkorak terjadi pada beberapa kasus, antara
lain kasus disproporsi kepala pada panggul (DKP), partus lama, ekstrasi
forsep. Jika tidak ada komplikasi/perdarahan, keadaan fraktur akan pulih
dengan sempurna tanpa pengetahuan.
b. Penatalaksanaan
1) Tegakkan diagnosis dengan pemeriksaan radiologis.
2) Hati-hati pada waktu mengangkat dan mengubah posisi bayi, ajari juga
ibu cara melakukan hal itu. Hindari sebanyak mungkin menggerakkan
ekstremitas yang mengalami patah tulang.
3) Imobilisasi lengan untuk mengurangi sakit.
4) Terangkan ibu bahwa fraktur dapat sembuh spontan, biasanya tanpa
gejala sisa.

12
5) Bila tidak ada masalah lain, bayi dapat dipulangkan dari rumah sakit.
6) Lakukan tindak lanjut pada umur satu bulan untuk melihat
penyembuhannnya.

5) Sindroma Gangguan Pernafasan Neonatus (SGNN)


a) Pengertian
Gangguan napas pada bay baru lahir adalah keadaan bayi yang sebelumnya
normal atau bayi dengan asfiksia yang telah menjalani resusitasi dan berhasil
tetapi beberapa saat kemudian mengalami gangguan napas, dengan masalah
sebagai berikut:
1) Frekuensi napas bayi lebih dari 60 kali/menit, mungkin menunjukan
satu atau lebih tanda tambahan gangguan napas
2) Frekuensi napas bayi kurang dari 40 kalo/menit
3) Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir)
4) Bayi apnea (napas berhenti lebih dari 20 menit). Apnea merupakan
salah satu tanda bahaya atau “Danger Sign” yang harus segera
ditangani dimana pun bayi baru lahir tersebut berada (Depkes RI,
2008).
b) Klasifikasi
Secara klinis gangguannapas dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu
sebagai berikut:
1) Gangguan napas berat
2) Gangguan napas sedang
3) Gangguan napas ringan
Jika tersedia fasilitas oksigen, klasifikasi gangguan napas dapat dianalisis
berdasarkan Modifikasi Downe’s Scale For Respiratory Distress Assesment pada
table dibawah ini:
PARAMETER 0 1 2
Frekuensi Napas <60 kali/menit 60-80 kali/menit >80 kali/menit
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan walaupun diberi
pemberian oksigen
oksigen

13
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
Suara Napas Suara napas di Suara napas di Tidak ada suara
kedua paru baik kedua paru napas di kedua
menurun paru
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Tabel 2.2 (1)
c) Penyebab
Gangguan napas dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi penanganan
kegawatdaruratannya merupakan hal yang sangat penting. Agar lebih jelas,
disajikan tabel berbagai penyebab gangguan napas dan jenis gangguan yang
mungkin terjadi pada bayi baru lahir
JENIS PENYEBAB JENIS GANGGUAN
Kelainan Paru Pneumonia
Kelainan Jantung Penyakit jantung bawaan dan
Disfungsi Miokardium
Kelainan Susunan Saraf Pusat Asfiksia dan Perdarahan Otak
Kelainan Metabolik Hipoglikemia dan Asidosis Metabolik
Kelainan Bedah Pneumotoraks,Fistula
Trakeoesofagus, dan Hernia
diafragmatika
Kelainan Lain Sindrom aspirasi meconium, transient
tachypnea pf the newborn, penyakit
membtan hialin
Tabel 2.2 (2)
Gejala gangguan napas biasanya timbul dalam 24 jam pertama setelah bayi
lahir dengan degradasi yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:
1) Obstruksi jalan napas.
2) Penyakit parenkim paru, seperti pneumonia.
3) Kelainan perkembangan organ paru.
4) Non-pulmonary, misalnya payah jantung dan asfiksia
d) Penatalaksanaan
1) Beri oksigen yang adekuat.
2) Jaga jalan napas supaya tetap bersih.
3) Perbaiki ventilasi paru.
4) Lakukan rujukan untuk tindakan pembedahan pada kasus tertentu.

14
6) Kelainan Kongenital
a) Pengertian
Kelainan kongenital atau cacat bawaan pada bayi adalah kelainan
struktural saat baru lahir yang bisa dialami oleh semua maupun beberapa
bagian tubuh. Organ jantung, otak, kaki, tangan, hingga mata merupakan
beberapa contoh bagian tubuh yang bisa mengalami cacat bawaan.
Sementara menurut Kementerian Kesehatan RI, kelainan kongenital
adalah kelainan struktural maupun fungsional yang dikenali sejak bayi baru
lahir.

Kelainan kongenital atau cacat bawaan pada bayi baru lahir dapat
berpengaruh pada penampilan bayi, cara kerja tubuh bayi, maupun keduanya.
Ada berbagai macam cacat lahir yang bisa terjadi sendiri maupun bersamaan.
Beragam kelainan kongenital atau cacat lahir pada bayi tersebut memiliki
tingkat keparahan yang bervariasi dari ringan, sedang, bahkan berat atau
parah. Kondisi kesehatan bayi yang mengalami cacat lahir biasanya tergantung
dari organ atau bagian tubuh yang terlibat serta tingkat keparahan yang
dimilikinya.

b) Penyebab Kelainan Kongenital

Cacat bawaan pada bayi tidak tiba-tiba tidak terjadi begitu saja saat ia
baru lahir. Seperti semua hal yang memiliki proses, cacat bawaan pada bayi ini
juga sudah mulai terbentuk sejak si kecil masih berada di dalam kandungan.

Pada dasarnya, kelainan kongenital ini dapat terjadi di semua tahapan


kehamilan, baik itu itu trimester satu, trimester dua, maupun trimester tiga.
Akan tetapi, kebanyakan cacat bawaan biasanya mulai terjadi di trimester satu
atau tiga bulan pertama kehamilan. Ini karena usia kehamilan satu bulan
sampai usia kehamilan tiga bulan merupakan waktu pembentukan berbagai
organ tubuh bayi. Meski begitu, proses pembentukan cacat bawaan pada bayi
tidak hanya bisa terjadi di trimester pertama, tetapi juga trimester kedua dan
trimester ketiga. Bahkan, selama enam bulan terakhir kehamilan alias
trimester kedua dan trimester ketiga, seluruh jaringan dan organ tubuh bayi
akan terus mengalami perkembangan. Selama masa tersebut bayi di dalam

15
kandungan tetap memiliki risiko mengalami cacat bawaan. Berdasarkan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyebab cacat lahir
sebenarnya tidak diketahui secara pasti.

Ada beberapa hal yang saling berkaitan sehingga bisa menjadi penyebab
cacat lahir pada bayi. Berbagai hal ini meliputi faktor genetik yang diturunkan
dari orangtua ke anak dan faktor lingkungan selama ibu hamil. Berikut
beberapa faktor risiko kelainan kongenital pada bayi baru lahir:

1) Ibu merokok saat hamil

2) Ibu minum alkohol saat hamil

3) Ibu minum obat-obatan tertentu saat hamil

4) Ibu hamil di usia tua, misalnya hamil di usia lebih dari 35 tahun

5) Ada anggota keluarga yang juga memiliki riwayat cacat lahir


sebelumnya

c) Jenis Kelainan Kongenital

1) Cerebral palsy

a. Pengertian

Cerebral palsy atau serebral palsi adalah gangguan yang berpengaruh


pada gerakan, otot, dan saraf tubuh. Kondisi cacat bawaan ini bisa
disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak karena belum berkembang
dengan baik saat bayi di dalam kandungan.

b. Gejala cerebral palsy

Gejala cerebral palsy atau serebral palsi pada bayi sebenarnya dapat
dikelompokkan berdasarkan usianya. Namun, secara garis besarnya gejala
cerebral palsy adalah adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan bayi terlambat

16
2) Pergerakan otot abnormal

3) Tampak berbeda saat digendong maupun diangkat dari posisi berbaring

4) Tubuh bayi tidak berguling

5) Bayi susah merangkak dan menggunakan lututnya untuk merangkak.

6) Pergerakan lengan dan kaki terlihat tidak normal

7) Koordinasi otot tubuh bayi mengalami masalah

8) Cara berjalan bayi terlihat tidak normal karena kaki menyilang maupun
mengangkang

c. Pengobatan cerebral palsy

Penanganan untuk bayi atau anak dengan cerebral palsy biasanya


meliputi pemberian obat-obatan, tindakan operasi, terapi fisik, terapi
okupasi, dan terapi bicara. Meski tidak dapat disembuhkan total, berbagai
pengobatan dan tindakan untuk cerebral palsy tersebut dapat membantu
memperbaiki gejalanya.

Pemberian pengobatan untuk kelainan kongenital cerebral palsy pada


bayi dan anak umumnya tidak dilakukan secara tunggal atau hanya salah
satunya. Sebaliknya, dokter biasanya akan menggabungkan beberapa
pengobatan sekaligus guna meringankan kemunculan gejala sekaligus
mendukung tumbuh kembang buah hati Anda.

2) Hidrosefalus

a. Pengertian

Hidrosefalus adalah kondisi cacat lahir bawaan ketika lingkar kepala


bayi membesar lebih dari ukuran normal yang seharusnya. Kelainan
kongenital hidrosefalus pada bayi baru lahir disebabkan oleh adanya cairan
hidrosefalus yang menumpuk di dalam rongga otak.

17
b. Gejala hidrosefalus

Gejala hidrosefalus yang dialami bayi baru lahir biasanya sedikit


berbeda dengan balita dan anak-anak. Berikut berbagai gejala hidrosefalus
pada bayi, balita, dan anak-anak:

a) Gejala hidrosefalus pada bayi baru lahir, Beberapa gejala hidrosefalus


pada bayi yakni:

a. Ukuran lingkar kepala sangat besar

b. Ukuran lingkar kepala semakin besar dalam waktu singkat

c. Ada benjolan lunak tidak normal di bagian atas kepala (fontanel)

d. Muntah

e. Mudah mengantuk

f. Mata mengarah ke bawah

g. Pertumbuhan tubuh terhambat

h. Otot tubuh melemah

b) Gejala hidrosefalus pada balita dan anak-anak

Beberapa gejala hidrosefalus pada balita dan anak-anak yakni:

a. Mata terpaku ke bawah

b. Sakit kepala

c. Mual dan muntah

d. Tubuh lesu dan tampak mengantuk

e. Tubuh kejang

18
f. Koordinasi otot-otot tubuh buruk

g. Struktur wajah berubah

h. Susah berkonsentrasi

i. Mengalami gangguan pada kemampuan kognitif

c. Pengobatan hidrosefalus

Ada dua macam pengobatan kelainan kongenital hidrosefalus pada bayi,


yaitu sistem shunt dan ventrikulostomi. Sistem shunt adalah pengobatan yang
paling umum untuk kelainan kongenital hidrosefalus. Sistem shunt dilakukan
dengan memasukkan alat kateter ke dalam otak guna mengeluarkan kelebihan
cairan serebrospinal. Sementara ventrikulostomi dilakukan dengan memakai
endoskop atau kamera berukuran kecil untuk memantau kondisi di dalam otak.

Setelah itu, dokter akan membuat lubang berukuran kecil pada otak agar
kelebihan cairan serebrospinal bisa dikeluarkan dari dalam otak.

3) Cystic fibrosis

a. Pengertian

Cystic fibrosis adalah kondisi kelainan kongenital atau cacat bawaan


pada bayi baru lahir yang membuat sistem pencernaan, paru-paru, maupun
organ tubuh lainnya mengalami kerusakan.

Bayi dengan cystic fibrosis atau fibrosis kistik biasanya mengalami


kesulitan dalam bernapas dan infeksi paru-paru akibat terdapat sumbatan
lendir. Sumbatan lendir juga bisa menyebabkan kerja sistem pencernaan
terganggu.

b. Gejala cystic fibrosis

Berbagai gejala cystic fibrosis atau fibrosis kistik yaitu:

a) Batuk berlendir

19
b) Napas berdesah

c) Mengalami infeksi paru berulang

d) Hidung tersumbat dan meradang

e) Kotoran atau feses bayi berbau busuk dan berminyak

f) Pertumbuhan dan berat badan bayi tidak bertambah

g) Sering mengalami sembelit atau konstipasi

h) Rektum menonjol ke luar anus karena mengejan terlalu kuat

c. Pengobatan cystic fibrosis

Sebenarnya tidak ada pengobatan yang benar-benar bisa


menyembuhkan cystic fibrosis. Akan tetapi, pemberian penanganan yang
tepat dapat membantu memperbaiki gejala cystic fibrosis.

Pengobatan fibrosis kistik umumnya meliputi minum obat-obatan,


minum antibiotik, terapi dada, rehabilitasi paru, terapi oksigen,
penggunaan tabung saat makan, dan lainnya,.

Dokter akan menyesuaikan penanganan untuk kelainan kongenital


fibrostik kistik pada bayi dengan tingkat keparahan kondisinya.

4) Spina bifida

a. Pengertian

Spina bifida adalah kelainan kongenital ketika tulang belakang dan


saraf di dalamnya tidak terbentuk dengan baik pada bayi baru lahir.

b. Gejala spina bifida

20
Gejala spina bifida dapat dibedakan berdasarkan jenisnya yakni
okulta, meningokel, dan mielomeningokel. Pada jenis okultas, gejala spina
bifida meliputi adanya jambul dan muncul lesung pipit atau tanda lahir di
bagian tubuh yang terkena. Berbeda dengan gejala spina bifida meningokel
yang ditandai dengan muncul kantung berisi cairan pada punggung.

Sementara jenis mielomeningokel memiliki gejala berupa adanya


kantung berisi cairan dan serabut saraf di punggung, pembesaran kepala,
perubahan kognitif, hingga sakit punggung.

c. Pengobatan spina bifida

Pengobatan untuk kelainan kongenital atau cacat bawaan spina


bifida pada bayi baru lahir akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya.
Jenis spida bifida okulta biasanya tidak memerlukan pengobatan, tetapi
jenis meningokel dan mielomeningokel butuh penanganan. Penanganan
yang diberikan dokter untuk mengatasi spina bifida meliputi operasi
sebelum kelahiran, prosedur melahirkan caesar, dan melakukan operasi
setelah melahirkan.

5) Bibir sumbing

a. Pengertian

Bibir sumbing adalah kelainan kongenital atau cacat bawaan pada bayi
baru lahir yang membuat bagian atas bibir bayi tidak menyatu dengan
sempurna.

b. Gejala bibir sumbing

Bibir sumbing pada bayi akan dengan mudah terlihat saat ia baru lahir.
Dengan kondisi bibir dan langit-langit mulut yang tidak sempurna, bayi
biasanya akan mengalami beberapa gejala bibir sumbing meliputi:

1. Susah menelan

21
2. Suara sengau saat bicara

3. Infeksi telinga yang terjadi beberapa kali

c. Pengobatan bibir sumbing

Pengobatan bibir sumbing pada bayi dapat dilakukan dengan jalan


operasi atau pembedahan. Tujuan dari operasi bibir sumbing yakni untuk
memperbaiki bentuk bibir dan langit-langit mulut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Bidan Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya.
Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun
denagn bantuan alat-alat medis modern sekalipun,sering kali memberikan gambaran
berbeda tergadap kondisi bayi saat lahir. Adapun contoh komplikasi yang dapat
dialami pada neonates, bayi dan balita yakni hipotermi, tetanus neonatrum, masalah
pemberian ASI, trauma lahir, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan
kongenital.

22
2. Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran
bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tadak semua tenaga medis
memiliki kemampuan dan keterampilan standart, dalam melakukan resusitasi pada
bayi baru lahir yang dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar belakang
pendidikan sebagai profesional ahli.

3.2 Saran
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, penulis menemukan beberapa saran yang
dapat di edukasikan kepada ibu untuk bayi, balita dan anak pra sekolah yaitu tentang
deteksi dini komplikasi dan penanganan pada neonatus, bayi, dan balita gunanya agar
angka kematian bayi menurun dan mencegah terjadinya komplikasi yang dapat terjadi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Deslidel, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sutanto Andina Vita. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. 2021. Yogyakarta: PT PUSTAKA BARU
Tando Naomy Marie. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

iv

Anda mungkin juga menyukai