PSIKONEUROIMUNOLOGI
Nama kelompok 2 :
2018 /2019
1|Page
LEMBAR PERNYATAAN
Kami mempunayai kopi dari makalah ini yang biasa kami reproduksinjika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang teah ditulis kan dalam referensi,serta tidak ada seseorang pun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik,kami bersedia mendapat
hukuman sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. makalah ini
berjudul “KONSEP PSIKONEUROIMUNOLOGI PADA KEBUGARAN” yang dibuat
sebagai tugas mata kuliah Keperawatan anak prodi S1 Keperawatan Stikes Dian Husada
Mojokerto.
Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapatkan referensi dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, kami mengucapkan terimakasih kepada :
Makalah ini adalah hasil karya kami. Oleh sebab itu, kami bertanggung jawab atas ini
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat.
Cover ................................................... 1
A. LATAR BELAKANG
Psikoneuroimunologi adalah ilmu yang mempelajari kaitan antara sisitem
imunitas dan perilaku melalui saraf. Stres yang berkepanjangan menyebabkan
sakit atau merusak fungsi otak. Penyebab umumnya karena kadar
glukokortikoid, norepinefrin, dan epinefrin naik. Kenaikan zat – zat
(nerotransmiter) ini menekan aktivitas limfosit B juga limfosit T sehingga
pertahanan terhadap mikro-organisme penyerang berkurang. Selain itu ada
NKC yang keluar dari jaringan.
Reseptor estrogen adalah salah satu anggota reseptor inti yang
memperantarai aksi hormon estrogen (17b-estradiol) di dalam tubuh. Estrogen
sendiri, melalui ikatannya dengan reseptornya, bekerja meregulasi
pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel sistem reproduksi baik pada wanita
maupun pada pria. Estrogen juga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL
dan menurunkan LDL sehingga berpotensi mengurangi risiko penyakit
kardiovaskuler. Selain itu, estrogen juga memiliki peran penting pada
perkembangan otak, penyakit, autoimun, dan metabolisme tulang. Akan tetapi
di sisi lain, estrogen juga dapat memicu pertumbuhan, proliferasi dan
metastase kanker payudara (Ikawati, 2014).
Biologi sel adalah ilmu yang mempelajari sel. Hal yang dipelajari dalam
biologi sel mencakup sifat-sifat fisiologis sel seperti struktur dan organel yang
terdapat di dalam sel, lingkungan dan antaraksi sel, daur hidup sel,
pembelahan sel dan fungsi sel (fisiologi), hingga kematian sel. Hal-hal
tersebut dipelajari baik pada skala mikroskopik maupun skala molekular, dan
sel biologi meneliti baik organisme bersel tunggal seperti bakteri maupun sel-
sel terspesialisasi di dalam organisme multisel seperti manus.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Psikoneuromunologi pada kebugaran yang meliputi :
1. Modulator Versus Stressor
2. Regulator faal sel
3. Kebugaran dan respon imun
4. Pola hidup sehari hari dan psikoneuromunologi
5. Pengaruh opiad tubuh terhadap imunitas tubuh
C. TUJUAN
Dapat mengetahui penjelasan tentang Psikoneuromunologi pada kebugaran
yang meliputi :
1. Modulator Versus Stressor
2. Regulator faal sel
3.Kebugaran dan respon imun
4. Pola hidup sehari hari dan psikoneuromunologi
5. Pengaruh opiad tubuh terhadap imunitas tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
m e n sti m u l s i p e r t u m b u h s e l -s e l ka n k
po s tm e no p a u se den g a n kan ke r p a y u d ra ,
e r p a y u d a r a. P a w a ni t a -w a n it a
k o n se n t r a si e st radi o l tu m o r tin g g i , karena
aromatisasi in situ, meskipun adanya keonsentrasi estradiol serum yang rendah
(Guyton A, 1994).
SERMs yang sudah di kembangkan dan disetujui hingga saat ini untuk
pengobatan kanker antara lain tamoksifen, fulvestrant (Faslodex) dan toremifen
(Fareston) (Ikawati, 2014).
a. Tamoksifen
Aturan Pakai : satu kali sehari satu tablet (single dose), dimana waktu
meminumnya bisa kapan saja dalam sehari itu. (Dianjurkan diminum
setiap hari pada waktu yang sama)
Efek Samping : Hot flushes, perdarahan vagina, vaginal discharge, dan
pruritus vulva. Retensi cairan, mual, muntah, pembesaran tumor, ruam
kulit, alopesia, lelah dan sakit kepala. Pada pria impotensi. Leukopenia,
dan atau trombositopenia, neutropenia (jarang). Perubahan pada
endometrium, mata. Troboemboli.
Mekanisme Tamoksifen
Mekanisme tamoksifen, tamoksifen merupakan suatu SERMs
yang bersifat antagonis terhadap reseptor estrogen pada sel
payudara, tetapi agonis terhadap reseptor estrogen pada sel
endometrial uterus. Sehingga, tamoksifen dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker payudara, tetapi berisiko memicu
terjadinya kanker rahim (Ikawati, 2014).
Sel dapat berkomunikasi dengan cara kontak langsung. Baik sel hewan
maupun sel tumbuhan memiliki sambungan sel yang bila memang ada
memberikan kontinuitas sitoplasmik diantara sel-sel yang berdekatan. Dalam
hal ini, bahan pensinyalan yang larut dalam sitosol dapat dengan bebas
melewati sel yang berdekatan.
b. Pensinyalan parakrin
Parakrin adalah sel penyekresi bekerja pada sel-sel target yang berdekatan
dengan melepas molekul regulator lokal (misalnya faktor pertumbuhan )
kedalam cairan luar sel.
Sinaptik adalah tipe pensinyalan jarak jauh melalui sistem persarafan. Sel saraf
melepaskan molekul neurotransmiter kedalam sinapsis sehingga merangsang
sel target.
Hormone mensinyal sel target pada jarak yang lebih jauh. Pada hewan, sel
endokrin terspesialisasi mensekresi hormone ke dalam cairan tubuh yaitu
darah.
10 | P a g e
Metoda Penyampaian Sinyal :
Di dalam tubuh, terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu
a. Komunikasi langsung, adalah komunikasi antar sel yang sangat berdekatan.
Komunikasi ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal
kimia melalui hubungan yang sangat erat antara sel satu dengan lainnya. Gap
junction merupakan protein saluran khusus yang dibentuk oleh protein connexin.
Gap junction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion (sinyal listrik) dan
molekul-molekul kecil (sinyal kimia), seperti asam amino, ATP, cAMP dalam
sitoplasma kedua sel yang berhubungan.
b. Komunikasi lokal, adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang
dilepaskan ke cairan ekstrasel (interstitial) untuk berkomunikasi dengan sel lain
yang berdekatan (sinyal parakrin) atau sel itu sendiri (sinyal autokrin).
c. Komunikasi jarak jauh, adalah komunikasi antar sel yang mempunyai jarak
cukup jauh. Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan
sel saraf dan atau dengan sinyal kimia (hormon atau neurohormon) yang
dialirkan melalui darah.
Tahapan komunikasi dalam sel dapat dilihat dari perspektif sel yang menerima
pesan, pensinyalan sel dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:
Pada tahapan ini sel target mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar sel.
Sinyal kimiawi terdeteksi ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor
yang terletak dipermukaan atau didalam sel.
Pada tahap ini molekul sinyal memiliki bentuk yang komplamenter dengan situs
reseptor yang melekat disitu seperti anak kunci dalam gembok atau substrat dalam
situs katalitik suatu enzim. Molekul sinyal berprilaku seperti ligan, istilah molekul
yang berikatan secara spesifik dengan molekul lain, seringkali yang berukurakan
besar. Pengikatan ligan menyebabkan protein reseptor mengalami perubahan
bentuk. Umumnya efek pengikatan ligan menjadi agregasi kedua atau lebih
mengaktivasi reseptor lain berinteraksi dengan molekul lainnya.
Pada tahapan ini sinyal yang ditrandusikan menyebabkan aktivitas selular seperti
glikogen fospolirase, penyusunan ulang sitoskeleton ataupun aktivasi gen-gen
spesifik dalam nukleus.
Sebagian besar molekul sinyal larut-air berikatan pada protein reseptor dalam
membran sel. Reseptor ini mentransmisikan informasi dari lingkungan ekstraseluler
ke bagian dalam sel dengan cara mengubah bentuk saat berikatan dengan ligan. Tiga
tipe utama reseptor membran adalah:
atau di nukleus
hormon sel target.
atau ligan Memiliki
dan yang dua tempat
berikatan denganikatan yaitu
bagian yang berikatan
spesifik DNA yang dengan
dapat
secara langsung mengaktifkan transkripsi gen.
Reseptor ini terletak pada sitoplasma atau pada nukleus target. Untuk
mencapai reseptor ini pembawa pesan kimiawi menembus membran plasma sel
target. Molekul sinyal yang dapat melakukan hal ini adalah hormon steroid dan
tiroid karena termasuk pembawa pesan yang sifatnya hidrofobik.
Ambilah contoh dua sel yang berbeda dalam tubuh anda sel hatidan sel otot
jantung. Keduanya bersentuhan dengan aliran darah sehingga terpapar
terus menerus ke banyak molekul hormone yang berbeda , dan regulator
lokal yang di sekresikan oleh sel-sel didekatnya. Akan tetapi sel hati hanya
akan merespons beberapa jenis sinyal dan mengabaikan sinyal yang lain;
demikian pula pada sel jantung(ini disebabkan karna jenis sel yang berbeda
menyalakan kumpulan gen yang berbada.) dengan demikian, dua sel yang
merespons secara berbeda terhadap sinyal yang sama memiliki perbedaan
satu atau lebih perotein yang menangani dan merespons sinyal tersebut.
c. Efesiensi pensinyalan: protein perancah dan kompleks pensinyalan
Efisiensi sinyal pada kasus dapat di tingkatkan oleh keberadaan
protein
perancah (scaffolding protein), peroteinn relai besar yang di lekati oleh
beberapa protein relai lain secara bersamaan. Misalnya, satu protein
perancah yang di isolasi dari sel otak mencit memegang tiga protein kinase
dan membawa kinase-kinase ini bersamanya ketika protein perancah itu
berikatan dengan reseptor membran traktivasi yang sesuai: dengan
demikian, protein perancah memfasilitasi satu kaskade fosforilasi
sepesifik, faktanya para peneliti menemukan protein perancah dalam sel
otak yang secara permanen memegang bersama jejaring-jejaring protein
jalur pensinyalan pada sinapsis. ‘hardwiring’ ini meningkatkan kecepatan
dan akurasi transfer sinyal antar sel, karna laju interaksi antarprotein tidak
dibatasi oleh difusi.
d. Pemutusan sinyal : Agar sel dari suatu organisme multi selular tetap
waspada dan mampu merespons sinyal-sinyal yang datang, setiap
perubahan molecular dalam jalur pensinyalannya harus berlangsung hanya
dalam waktu singkat. Seperti pada contoh kolera, jika satu komponen jalur
pensinyalan terkunci dalam suatu kondisi, baik itu aktif maupun iakatif,
organisme dapat merasakan akibat yang sangat gawat. Dengan demikian,
kunci kemampuan sel untuk bisa terus menerus unntuk menerima regulasi
oleh sinyal adalah perubahann yang disebabkan oleh sinyal itu harus
bersifat bolak-balik; semakin rendah konsentrasi molekul sinyal, semakin
sedikit pula yang akan terikat dalam suatu saat. Ketika molekul sinyal
meninggalkan reseptor, reseptor kembali ke bentuk inaktif. Melalui cara
yang berfariasi, molekul relai kemudian kembali ke bentuk inakatif;
aktifitas GTPase yang merupakann bagian interistik datri perotein G akan
menghidrolisis GTP yang terikat enzim fosfodiesterase mengubah cAMP
menjadi AMP.
2. IgG Palingbanyakterdapatdalamdarahdan
diproduksi saat terjadi infeksi kedua (respons
kekebalan sekunder). Mengalir melalui plasenta
dan memberi kekebalan pasif dari ibu kepada
janin.
Ditemukan dalam air mata, air ludah, keringat, dan membran mukosa. Berfungsi mencegah
3. infeksi
IgA pada permukaan epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang berfungsi untuk mencegah
kematian bayi akibat infeksi saluran pencernaan
5.IgEyangberfungsimemengaruhiseluntuk
melepaskan histamin dan terlibat dalam reaksi alergi.
Kulit
Inflamasi Antibodi
Limfosit
Membran mukosa Sel-sel fagosit
Rambut hidung dan silia Protein antimikrobia
pada trakea
sekresi dari kulit dan membran mukosa
Cairan
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif.
Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi dari luar
tubuh, baik secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah
menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat masih
berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat
diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang
mengandung banyak antibodi.
b. Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara
menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari suatu individu ke
tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan ini berlangsung
singkat, tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat.
Contohnya adalah pemberian serum antibisa ular kepada orang
yang dipatuk ular berbisa.
D. GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a) Alergi
Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan
terhadap senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut
dinamakan alergen. Alergen dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan
serangga, rambut kucing, dan jenis makanan tertentu, misalnya udang.
Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam
tubuh yang kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan
antibod IgE. Alergen yang pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak
akan menimbulkan alergi, namun IgE yang terbentuk akan berikatan
dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam tubuh
untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan
dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang
berperan dalam proses inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan
timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit terasa gatal, mata berair,
hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala alergi
dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.
b) Autoimunitas
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh
saat antibodi yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri
karena tidak mampu membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing.
Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses pematangan sel T
di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan, yaitu
:
1. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang
menyerang sel-sel beta di pankreas yang berfungsi
menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh
kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah
meningkat.
2. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang
menyerang otot lurik sehingga otot lurik mengalami kerusakan.
3. Addison’s disease
Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang
menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan berat badan
menurun, kadar gula darah menurun, mudah lelah, dan
pigmentasi kulit meningkat.
4. Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh
sendiri. Pada penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan
dua cara, yaitu :
Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung.
Misalnya, antibodi yang menyerang sel darah merah
sehingga menyebabkan anemia.
Antibodi bergabung dengan antigen sehingga
membentuk ikatan yang dianamakan kompleks imun.
Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya telah
diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan
dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Namun, pada penderita
lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-
sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan
semakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang
menimbulkan inflamasi. Proses inflamasi ini akan
menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika
terjadi dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh akan
terganggu.
5. Radang sendi (artritis reumatoid)
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang
menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.
Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan ditandai
Beban hidup dan stres merupakan perasaan tidak senang atau tidak
Opium digunakan dengan dihirup atau dengan cara ditusukkan pada kulit
yang akan memberikan efek analgesia, selain itu juga akan menyebabkan depresi
pernafasan dan kematian sesuai dengan derajat absorbsi yang diberikan. Opium
merupakan campuran bahan kimia yang mengandung gula, protein, lemak, air,
lilin nabati alami, lateks, dan beberapa alkaloid. Adapun alkaloid yang terkandung
antara lain morfin (10%-15%), kodein (1%-3%), noskapin (4%-8%), papaverin
(1%-3%), dan thebain (1%-2%). Beberapa dari alkaloid-alkaloid tersebut banyak
digunakan untuk pengobatan diantaranya: untuk nyeri (morfin dan kodein), untuk
batuk (kodein dan noskapin) dan untuk mengobati spasme visceral (papaverin).
Morfin berhasil diisolasi oleh Seturner pada tahun 1803, kemudian dilanjutkan
dengan kodein tahun 1832 lalu papaverin tahun 1848.
Klasifikasi Senyawa Opioid
o Agonis reseptor µ
Alkaloid
1) Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan
alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk
tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya
dengan cara dihisap dan disuntikkan. Morfin merupakan agonis reseptor opioid,
dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-opioid pada sistem
saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi, euforia, physical
dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis
reseptor κ- opioid yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis. Morfin
juga mengaktivasi reseptor δ, yang mana memegang peranan dengan
menimbulkan depresi pernafasan seperti opioid.
Efek awal dari Morfin termasuk waktu reaksi melambat, mengantuk, kesadaran
depresi, kinerja yang buruk pada perhatian dibagi dan tugas psikomotor. Para efek
akhir dari Morfin termasuk tidak perhatian, waktu reaksi melambat, konsentrasi
yang buruk, tingkat kesalahan yang lebih besar dalam tes, kelelahan, gangguan
mudah dll. Penyalahgunaan jangka panjang dari hasil Morfin efek mematikan
seperti kerusakan otak karena efek neurotoksik obat. Ini adalah proses yang
panjang dan menyakitkan untuk mengatasi ketergantungan psikologis pada
Morfin. Ada kemungkinan besar kambuh di penyalahguna Morfin setelah
menghentikan penggunaannya. Tingkat tinggi kambuh bersaksi karakteristik
adiktif Morfin. Oleh karena itu, penting untuk tidak menderita dari semua
masalah ini dengan mendapatkan kecanduan Morfin. Ini hanya
memberikan sedikit
d i s al h g u n a k a n o r a n g d i In d on e s ia p a d a
fa r m ak o l o g i s m i ri p d e n g a m r f in m e n y e
a k h i r - a k h i r i n i . H e r o in , y ang s e c ar a
b a bk an o r ang m e n ja d i m e n g tu k d n
perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan
pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien
dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang
baik.
Efek yang timbul akibat penggunaan heroin
Menurut national Institute Drug Abuse (NIDA), dibagi menjadi efek segera
(shortterm) dan efek jangka panjang (long term)
Efek segera (short term) Efek jangka panjang (long term)
o Gelisah o HIV, hepatitis
o Depresi pernafasan o Kolaps vena
o Fungsi mental trganggu o Infeksi bakteri
o Mual dan muntah o Penyakit paru (pneumonia,
o Menekan nyeri TBC)
o Abortus spontan o Infeksi jantung dan katupnya
Pengaruh heroin terhadap wanita hamil:
o Menimbulkan komplikasi serius, abortus spontan, lahir prematur
o Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkotik memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)
o Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkotik dapat mengalami gejala with drawl
dalam 24-36 jam setelah lahir. Gejalanya bayi tambah gelisah, agitasi, sering
menguap, bersin dan menangis, gemetar, muntah, diare dan pada beberapa kasus
terjadi kejang umum
Opioid sintetik
1) Derivat fenil piperidin
Fentanyl
Secara struktur,
sehingga meperidin
beberapa mempunyai
efek atropine jugabentuk menyerupai
dimiliki atropin
oleh atropine ini
seperti takikardi, midriasis dan antispasmodic. Morfin mempunyai
potensi 1/10 morfin dengan durasi kerja 2-4 jam. Meperidin
diabsorbsi baik pada GIT tapi mempunyai efektifitas ½ jika
dibandingkan dengan pemberian IM.. Normeperidin mempunyai
waktu paruh eliminasi 15 jam dan dapat dideteksi di urin 3 hari
setelah pemakaian. Normeperidin mempunyai potensi ½
meperidin sebagai analgesik dan menstimulasi sistem saraf pusat.
Kejang, mioklonus, delirium dan halusinasi yang dapat terjadi
setelah pemberian meperidin adalah sebagai akibat efek stimulasi
saraf pusat oleh normeperidin. Sekitar 60% meperidin terikat pada
protein, sehingga pada pasien tua terjadi peningkatan jumlah obat
bebas pada plasma dan mencetuskan terjadinya peningkatan
sensitifitas pada opioid. Konsentrasi plasma 0,7µg dianggap
mampu secara efektif meghilangkan nyeri post operatif. Selain
sebagai analgesia yang poten, meperidin juga mempunyai efek anti
menggigil postoperatif yang jika dibiarkan lama dapat
meningkatkan konsumsi oksigen pada tubuh. Efek anti menggigil
postoperatif dari meperidin didapatkan sebagai salah satu kerjanya
pada reseptor k2. Selain itu klonidin, ondansetron, dan butorfanol
juga merupakan obat-obatan yang dipakai untuk mengatasi
menggigil setelah operasi. Pemberian meperidin dengan obat-
obatan antidepresan dapat mencetuskan sindrom serotonin yaitu
suatu ketidakstabilan sistem saraf otonom yang ditandai hipertensi,
takikardi, diaphoresis, hipertermi, perubahan perilaku, agitasi dan
perasaan bingung.
2) Derivat difenilheptan :
Methadon
Methadon merupakan agonis opioid sintetik yang digunakan untuk
penanganan nyeri kronik berat terutama penanganan
ketergantungan opioid oleh karena efek ketergantungannya yang
rendah, penyerapan lewat oral yang bagus, onsetnya relatif cepat
dan durasinya lama. Methadone 20mg iv dapat menghasilkan
analgesia hingga >24jam. Dimetabolisme terutama di hepar
menjadi metabolit inaktif yang selanjutnya akan diekskresikan
melalui urin dan empedu.
Propoksifen
Struktur propoksifen secara umum sama dengan methadone
sebagai salah satu agonis opioid yang poten. Dimana dosis oral 90-
o Agonis-antagonis campuran
1) Alkaloid semisintetik
Nalbifin
Pentazocin
Pentazosin merupakan agonis dan antagonis reseptor opioid yang
lemah pada reseptor k dan d dengan potensi sekitar 1/5 dari obat
nalorfin. Pentazosin diserap baik melalui rute oral maupun
perenteral yang kemudian dimetabolisme di hepar melui proses
oksidasi menjadi glukoronid inaktif yang akan diekskresikan
terutama melalui urin dan kemudian empedu. Dengan dosis 10-
30mg iv atau 50mg oral, setara dengan kodein 60 mg, mampu
mengatasi nyeri sedang. Efek samping yang sering dari pentazosin
adalah sedasi yang kemudian diikuti dengan diaphoresis dan
pusing. Pentazosin menyebabkan pelepasan katekolamin pada
tubuh kita sehingga Pentazosin sebesar 20-30 mg im mempunyai
efek analgesia, sedasi dan depresi pernafasan yang setara dengan
10 mg morfin. Tidak seperti morfin, pentazosin tidak memiliki
efek miosis pada pupil mata.
3) Derivat morfinian
Butorfanol
Butorfanol adalah agonis dan antagonis opioid yang menyerupai
pentazosin. Efek agonisnya 20 kali lebih besar dan efek
antagonisnya 10 hingga 30 kali lebih besar jika dibandingkan
dengan pentazosin. Butorfanol memiliki afinitas yang lemah
sebagai antagonis pada reseptor u dan afinitas yang sedang pada
reseptor
menggigil.kPada
untuk menghasilkan
prakteknya analgesia
butorfanol 2-3 mg imdan efek anti
menghasilkan
efek analgesia dan depresi pernafasan setara dengan morfin 10
mg. Butorfanol terutama dimetabolisme menjadi metabolit
inaktif hidroksibutorfanol yang diekskresi terutama di empedu
dan sebagian kecil pada urin. Efek samping yang paling sering
adalah sedasi, mual dan diaphoresis. Efek pelepasan katekolamin
yang dimiliki pentazosin juga dimilikioleh butorfanol ini
sehingga akan didapat peningkatan laju nadi dan tekanan darah
pada pasien.
o Antagonis reseptor µ
Nalokson
Nalokson adalah antagonis nonselektif pada ketiga reseptor opioid. Dengan dosis
1-4mg/kgBB iv dapat membalikkan efek overdosis akibat obat-obatan opioid.
Durasi kerja nalokson sekitar 30-45 menit, sehingga pemberian continuous 5
mg/kgBB iv/jam perlu dilanjutkan untuk mendapatkan efek yang maksimal.
Nalokson dimetabolisme terutama di hepar melalui proses konjugasi dengan asam
glukoronat menjadi nalokson-3-glukoronid. Pemberian nalokson iv yang cepat
dapat menimbulkan kejadian mual dan muntah.oleh karena itu pemberian bolus
harus pelan yaitu 2-3 menit. Efek stimulasi kardiovaskuler juga sering ditemukan
pada pemberian nalokson ini sebagai akibat dari meningkatnya aktifitas sistem
saraf simpatis dan rangsangan nyeri yang kembali terasa. Peningkatan aktifitas
sistem saraf simpatis ini dimanifestasikan dengan takikardi, hipertensi, edema
paru serta disritmia jantung.
Nalmefen
Nalmefen adalah antagonis reseptor opioid 6-methilen analog dan equipoten
dengan naltrekson. Dosis yang direkomendasikan 15-25mg iv yang diberikan
titrasi tiap 2-5 menit hingga efek sesuai dengan yang diinginkan denga dosis total
tidak boleh melebihi 1 mg/kgBB. Kelebihan nalmefen jika dibandingkan dengan
naltrekson adalah durasi kerjanya yang lebih lama. Nalmefen dimetabolisme di
hepar melalui proses konjugasi dan diekskresikan terutama di urin.
o Opioid Endogen
Selain opioid yang berasal dari luar (eksogen) yang telah diterangkan diatas
sebelumnya, di tubuh kita juga mengasilkan senyawa opioid yang secara alami
terbentuk yang biasa disebut opioid endogen. Ada beberapa struktur opioid
endogen yang telah ditemukan yaitu : Golongan Enkefalin adalah salah satu jenis
opioid endogen yang merupakan derivat dari prekursornya yaitu proenkefalin.
Setiap molekul proenkefalin mengandung empat rantai met-enkefalin, satu rantai
leu-enkefalin dan beberapa peptide yang menyerupai enkefalin namun dengan
molekul yang lebih besar. Golongan enkefalin ini secara umum bekerja seletif
pada reseptor δ. Senyawa ini ditemukan di medulla kelenjar adrenal dan di ujung
saraf yang mengandung katekolamin. Golongan enkefalin bekerja di reseptor
opioid presinaps pada neuron nosiseptif yang mengandung neurotransmitter
seperti substansi P. Secara alami golongan enkefalin dihidrolisa oleh dengan cepat
oleh enzim peptidase di plasma darah kita.
Prodinorfin yang juga biasa disebut sebagai proenkefalin B mengandung senyawa
dinorfin A dan dinorfin B. Keluarga dinorfin terutama berikatan dengan reseptor
κ dan distribusi lokasinya hamper sama dengan enkefalin. Dinorfin yang
meningkat ini juga dapat mencetuskan hiperalgesia yang lama. Hal ini
dsisebabkan oleh karena dinorfin A juga dapat mengaktivasi NMDA reseptor
kompleks.
KESIMPULAN
Uraian yang disampaikan telah menjelaskan bahwa ada keterkaitan antara kondisi
pskikis sesorang dengan perubahan biologis, yang dicerminkan oleh kinerja syaraf
dan system imun melalui oleh produk neroendokrim. Perubahan psikologis ini
merupakan dasar dan psikoneuroimunologis. Selain itu juga telah disampaikan
kejadian penyakit akibat stress. Uraian ini diharapkan memberikan pemahaman
bahwa system imun tidak otonom karena dipengaruhi kinerja otak dan
pemahaman psikologis sangat diperlukan dalam pemahaman
psikoneuroimonologi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36107919/makalah_interaksi_sel_pensinyalan_sel_komu