Dosen Pembimbing :
Bagus Sholeh Apriyanto, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan “Makalah dan
Asuhan Keperawatan Keluarga Osteoporosis”. Dan kami juga berterimakasih kepada
Bapak Bagus Sholeh Apriyanto, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen Keperawatan Keluarga
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah dan asuhan keperawatan ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Semoga makalah
dan asuhan keperawatan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain.
Sebelumnya kami mohon maaf bila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI……………...…………………......................…………………………….3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
2.2 Osteoporosis...........................................................................................................11
3.1 Pengkajian..............................................................................................................22
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................30
4.1 Kesimpulan............................................................................................................30
4.2 Saran.......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang Indonesia, jumlah manusia
lanjut usia di Indonesia akan bertambah banyak pula. Dengan demikian, masalah
penyakit akibat penurunan akan semakin banyak kita hadapi. Salah satu penyakit yang
harus diantisipasi adalah penyakit osteoporosis dan patah tulang. Pada situasi mendatang,
akan terjadi perubahan demografis yang akan meningkatkan populasi usia lanjut usia dan
meningkatkan terjadinya patah tulang karena osteoporosis.
Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan
pengurangan masa tulang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko
tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Banyak orang tidak
menyadari bahwa osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi (silent disease).
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini disebabkan
pengaruh hormone estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35
tahun sedangkan pada pria hormone testoteron turun pada usia 65 tahun. Menurut
statistic dunia 1 dari 3 wanita rentang terkena penyakit osteoporosis.
Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia lanjut. Pada
tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan bertambah 33 juta
pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup mencapai 70 tahun. Menurut data statistic
tahun 2004 lebih dari 44 juta orang Amerika mengalami osteopenia dan osteoporosis.
Pada wanita usia 50 tahun terdapat 30% osteoporosis, 37-54% osteopenia dan 54%
berisiko terhadap fraktur osteoporotic.
Menurut WHO (2012), angka kejadian patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis
di seluruh dunia mencapai angka 3,7 juta orang dan diperkirakan angka ini akan
meningkat hingga 6,3 juta orang pada tahun 2050 dan 71% kejadian ini akan terdapat di
negara-negara berkembang. Di Indonesia 19,7% dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta
orang diantaranya menderita osteoporosis. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis
lebih tinggi adalah Sumatra Selatan (27,75%), Jawa Tengah (24,02%). Yogyakarta
(23,5%), Sumatra Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%), Kalimantan Timur (10,5%).
Prevalensi wanita yang menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan umur 50-59
tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun sebesar 62%. (KemenKes, 2013)
Adapun pada pasien fraktur osteoporosis pada tingkatan lebih lanjut akan mengalami
dampak social maupun dampak ekonomi. Dampak ekonomi meliputi biaya pengeluaran
langsung dan tidak langsung. Biaya pengeluaran langsung adalah biaya yang dikeluarkan
untuk pengobatan, misalnya di Amerika Serikat untuk pengobatan osteoporosis, biaya
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat adalah sebesar Rp.
90.000.000.000.000,- (Sembilan puluh trilyun rupiah) sampai Rp. 135.000.000.000.000,-
(Seratus tiga puluh lima trilyun rupiah) pertahun. Sedangkan biaya pengeluaran tidak
langsung adalah hilangnya waktu kerja/ upah atau produktivitas, ketakutan/ kecemasan
atau depresi, dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti
transportasi dan akomodasi selama perawatan pasien. (KemenKes, 2008).
Sebenarnya kejadian osteoporosis dapat ditunda ataupun dicegah, sejak pembentukan
tulang dalam kandungan dan balita (bawah lima tahun). Selanjutnya usia pencegahan
yang paling berarti adalah dari usia 8-16 tahun, dimana terjadi pemadatan tulang dan
percepatan tumbuh sewaktu remaja. Ternyata tidak hanya kuantitas tulang yang
berpengaruh, tetapi juga kualitas tulangnya. Investasi terhadap tulang terjadi pada usia
dini, yang mencapai puncaknya pada awal usia 20 tahunan sampai 30 tahun.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini diharapkan dapat memahami tentang konsep
osteoporosis serta bagaimana proses keperawatan pada penyakit tersebut dan mampu
menerapkannya dalam memberikan pelayanan kesehatan nyata.
Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan mengenai pengertian, ruang osteoporosis, patofiologi,
woc osteoporosis, manifestasi klinis, klasifikasi, komplikasi, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan medis, dan pencegahan osteoporosis.
b. Meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada pasien
osteoporosis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Menurut Dep Kes R.I (1988) dalam Komang (2012) mengungkapkan bahwa
keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawh satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
a. Keluarga Tradisional
1. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2. Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya dengan satu orang
yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau ditinggalkan.
3. Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka.
4. Bujang dewasa yang tinggal sendirian.
5. Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6. Jaringan keluarga besar: terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota
keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga non Tradisional
1. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anak saja).
2. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
3. Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
Bersama sebagai pasangan yang menikah.
4. Pasangan komuni adalah rumah tangga yang terdiri lebih dari satu pasangan
monogami dengan anak-anak, secara Bersama menggunakan fasilitas, sumber
dan memiliki pengalaman yang sama.
a) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b) Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain diluar rumah.
c) Fungsi biologis adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d) Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e) Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
f) Fungsi psikologis adalah fungsi untuk memberikan rasa aman, memberikan
perhatian diantara anggota keluarga dan membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
g) Fungsi pendidikan adalah fungsi keluarga dalam memberikan pengetahuan,
ketrampilan, membentuk perlaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa,mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
Tugas keluarga sesuai dengan fungsi kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Komang (2012) menerangkan lima tugas
keluarga adalah :
2.2 Osteoporosis
2.2.1 Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2016).
Pada tulang yang normal, kecepatan pembentukan dan resorpsi tulang bersifat
konstan pergantian segera disertai resorpsi, dan jumlah tulang yang digantikan sama
dengan jumlah tulang yang diresorpsi. Osteoporosis terjadi kalau siklus remodeling
tersebut terganggu dan pembentukan tulang yang baru menurun hingga dibawah resorpsi
tulang. Kalau tulang diresorpsi lebih cepat daripada pembentukanya, maka kepadatan
atau densitas tulang tersebut akan menurun (Kowalak, 2003).
Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan
proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama
karena lebih banyak ditemukan dibandingkan osteoporosis sekunder (Ode, 2012).
Pada wanita biasanya disebabkan oleh pengaruh hormonal yang tidak seefektif
biasanya. Osteoporosis ini terjadi karena kekurangan kalsiumakibat penuaan usia (Syam
dkk, 2014). Menurut Zaviera (2007) osteoporosis primer ini terdiri dari 2 bagian yaitu:
1. Tipe I (Post-menopausal)
Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 tahun). Ditandai oleh fraktur tulang
belakang dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular
pada tempat tersebut, dimana jaringan trabekular lebih responsif terhadap defisiensi
esterogen.
2. Tipe II (Senile)
Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun keatas. Ditandai oleh fraktur panggul dan
tulang belakang tipe wedge. Hilangnya masa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia
tersebut.
b. Osteoporosis Sekunder
1) Fraktur vertebra
2) Fraktur pinggul
3) Fraktur femur
4) Fraktur pergelangan tangan
5) Dan berbagai macam fraktur lainnya
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan tujuan untuk tahap awal pencegahan terjadinya
osteoporosis. Salah satunya selalu memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan
osteoporosis baik secara genetik ataupun karena faktor lingkungan. Adapun cara
pencegahan primer diantaranya:
Cairan putih ini merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk
pembentukan tulang. Itulah sebabnya sumber nutrisi dari susu tak hanya baik bagi
terpeliharanya kebuguran tubuh, tetapi juga kesehatan tulang. Demi mencegah keropos
tulang, dibutuhkan keteraturan konsumsi susu sejak dini hingga usia lanjut (lansia).
Angka kecukupan gizi kalsium adalah 800-1200mg perorang perhari atau setara dengan
tiga sampai 4 gelas susu.
1. Pencegahan Sekunder
Menurut Nursalam (2008), ada tiga metode yang digunakan dalam pengumpulan data
pada tahap pengkajian, yaitu :
1. Komunikasi
Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teraupetik adalah suatu tehnik dimana usaha mengajak klien dan keluarga untuk menukar
pikitan dan perasaan.
2. Observasi
3. Pemeriksaan fisik
Menurut Komang (2012) hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan keluarga
adalah :
a. Data umum
1. Nama KK
2. Umur KK
3. Pekerjaan KK
4. Pendidikan KK
5. Alamat dan nomor telepon
6. Komposisi anggota keluarga (nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
KK, pendidikan, keterangan)
7. Genogram, menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur,
kondisi kesehatan tiap keterangan gambar
8. Tipe keluarga
9. Suku bangsa
a. Asal suku bangsa
b. Bahasa yang dipakai keluarga
c. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi
kesehatan
10. Agama
a. Agama yang dianut keluarga
b. Kepercayaan yang mempengaruhi keluarga
11. Status ekonomi keluarga
a. Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
b. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
c. Tabungan khusus kesehatan
d. Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi)
12. Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
a. Riwayat terbentuknya keluarga inti
b. Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau
penyakit menukar di keluarga)
4) Riwayat keluarga sebelumnya
a. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga
b. Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
5) Lingkungan
a. Karakteristik rumah (ukuran, kondisi dalam dan luar rumah, kebersihan,
ventilasi, SPAL, air bersih, pengelolaan sampah, kepemilikan rumah,
kamar mandi, denah rumah)
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal (aturan penduduk
setempat, budaya setempat, apa ingin tinggal dengan satu suku saja)
c. Mobilitas geografis keluarga (keluarga sering pindah rumah, dampak
pindah rumah terhadap keluarga)
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
(perkumpulan/organisasi sosial yang diikuti keluarga)
6) Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
b. Struktur kekuasaan keluarga
c. Struktur peran (formal dan informal)
d. Nilai dan norma keluarga
7) Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang,
perasaan saling memiliki, dukungan terhadap anggota keluarga, saling
menghargai, kehangatan.
b. Fungsi sosialisasi
Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar,
interaksi dan hubungan dalam keluarga.
c. Fungsi perawatan keluarga
Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya
kalau sakit diapakan tapi bagaimana prevensi/promosi). Bila ditemui data
maladaptif, langsung lakukan penjajagan II (berdasarkan 5 tugas keluarga
seperti bagimana keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan,
merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan).
8) Stres dan koping keluarga
a. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan
keluarga
b. Respon keluarga terhadap stres
c. Strategi koping yang digunakan
d. Strategi adaptasi fungsional (adakah cara keluarga mengatasi masalah
secara maladaptif)
9) Pemeriksaan fisik
a. Tanggal pemeriksaan
b. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c. Aspek pemeriksaan mulai tanda vital, rambut, kepala, mata, mulut, THT,
leher,thorax, abdomen, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, sistem
genetalia.
10) Harapan keluarga
a. Terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
a. Diagnosis aktual
c. Diagnosis potensial
Setyowati dan Murwani (2008) menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat melakukan tindakan keperawatan keluarga antara lain :
a. Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses
harus segera dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan
untuk membantu menilai efektifitas interfrensi tersebut.
b. Evaluasi hasil, fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, feksibel, dan
efesiensi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas
berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang . Osteoporosis adalah penyakit tulang sisitemik yang ditandai oleh penurunan
mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun
2001, National Institute of Health mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai
penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang
mudah patah . Orang yang rangka tulangnya kecil cenderung lebih berisiko terkena
osteoporosis ketimbang dengan orang berangka besar.
Pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih
lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran
picture- frame vertebra. Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat
danuntuk menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis
apabila nilai BMD berada dibawah-2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia bila nilai
BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai
-1. Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan
gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
4.2 Saran
Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya saja diharapkan
makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa calon perawat,
sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai “Osteoporosis dan Asuhan Keperawatan
Osteoporosis”.
1. Dalam pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi
klien serta senantiasa mengembangkan teknk terapeutik dalam berkomunikasi dengan
klien.
2. Agar dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang berkualitas meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan serta sikap professional dalam menetapkan diagnosa
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA