Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS

Disusun Oleh Tingkat 2A

1. Annisa Nabila R (19004)


2. Azizah (19005)
3. Cahya Ananda (19006)
4. Damiri (19007)

STIKES AHMAD DAHLAN CIREBON

Jl. Walet No.21, Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat 45153

Telp./Fax.[0231]201942 Cirebon, E-mail:akper_muh@yahoo.co.id

Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang maha pengasih lagi Maha penyayang puja dan
puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan nikmat iman, islam, dan
ihsan. Sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang konsep Asuhan keperawatan
osteoporosis. Makalah peniltian ini kami susun dengan maksimal dan memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan makalah ini. Dengan ini kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Karena minimnya pengetahuan dan juga pengalaman kami, dengan ini kami sadar bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Demi kesempurnaan, kami sangat berharap saran
dan kritik yang dapat mengevaluasi dan meningkatakan kualitas dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

Cirebon, 30 Maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………...


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...
2.1 Pengertian…………………………………………………………………………………..

2.2 Tanda dan Gejala…………………………………………………………………………...

2.3 Anamnesis…………………………………………………………………………………..

2.4 Pemeriksaan Fisik…………………………………………………………………………..

2.5 Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP -------------------------------------------------------------

3.1 Kesimpulan--------------------------------------------------------------------------------
3.2 Saran---------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan
massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang
menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa
osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi (silent diseases).

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini disebabkan pengaruh
hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun sedangkan pada
pria hormon testoteron turun pada usia 65 tahun. Menurut statistik dunia 1 dari 3 wanita rentan
terkena penyakit osteoporosis. Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya
populasi usia lanjut. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan
bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup mencapai 70 tahun.
Menurut data statistik Itali tahun 2004 lebih dari 44 juta orang Amerika mengalami osteopenia
dan osteoporosis. Pada wanita usia ≥ 50 tahun terdapat 30% osteoporosis, 37-54% osteopenia
dan 54% berisiko terhadap fraktur osteoporotik. Menurut WHO (1994), angka kejadian patah
tulang (fraktur) akibat osteoporosis di seluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang dan
diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050
dan 71% kejadian ini akan terdapat di negaranegara berkembang.

Di Indonesia 19,7% dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita
osteoporosis. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatra Selatan
(27,75%), Jawa 1 Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatra Utara (22,82%), Jawa Timur
(21,42%), Kalimantan Timur (10,5%). Prevalensi wanita yang menderita osteoporosis di
Indonesia pada golongan umur 50-59 tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun sebesar
62%. Osteoporosis merupakan salah satu dari tiga penyakit kronik utama yang disebabkan
karena faktor usia termasuk juga pada wanita postmenopause. Menopause berhubungan dengan
reduksi hormon estrogen pada wanita yang dapat mengakibatkan menurunnya kepadatan tulang
sehingga terjadi osteoporosis. Osteoporosis tidak hanya berhubungan dengan menopause tetapi
juga berhubungan dengan faktor-faktor lain seperti merokok, postur tubuh kecil, kurang aktifitas
tubuh, kurangnya paparan sinar matahari, obatobatan yang menurunkan massa tulang, asupan
kalsium yang rendah, konsumsi kafein, alkohol, penyakit diabetes mellitus tipe I dan II. Hal ini
terbukti dengan rendahnya konsumsi kalsium rata-rata di Indonesia yang hanya 254 mg per hari
dari 1000-1200 mg per hari menurut standar internasional.
Penderita osteoporosis dicirikan dengan tubuh yang bungkuk atau bengkok. Namun
sebenarnya tidak selalu demikian, banyak orang yang sudah mulai menderita osteoporosis tetapi
tidak terlihat dari luar. Penderita osteoporosis merasakan linu-linu dan sakit terutama ketika
melakukan pergerakan anggota tubuhnya. Oleh karena itu perlu diwaspadai gejalagejala sebagai
awal osteoporosis seperti rasa pegal, linu-linu dan nyeri tulang terutama pada bagian punggung
dan pinggang. Pencegahan osteoporosis harus dilakukan sejak dini sampai usia dewasa muda
agar mencapai kondisi puncak massa tulang (peak bone mass). Bila tercapai kondisi puncak
massa tulang pada usia dewasa muda, kemungkinan terjadi osteoporosis pada usia lanjut akan
kecil atau paling sedikit ditunda kejadiannya dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang
intinya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
unsur kaya serat, rendah lemak dan 2 kaya kalsium (1000-1200 mg kalsium per hari),
berolahraga secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol karena rokok dan
alkohol meningkatkan risiko osteoporosis dua kali lipat.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah “Adakah hubungan antara
riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium
tinggi dengan kepadatan tulang pada wanita postmenopause? “

1.3Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum : Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi dan
kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan kejadian osteoporosis pada wanita
postmenopause .

2. Tujuan Khusus

a) Mendiskripsikan kepadatan tulang


b) Mendiskripsikan riwayat keluarga
c) Mendiskripsikan aktifitas fisik
d) Menilai status gizi
e) Mendiskripsikan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi
f) Menganalisis hubungan riwayat keluarga dengan kepadatan tulang pada wanita
postmenopause
g) Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan kepadatan tulang pada wanita
postmenopause
h) Menganalisis hubungan status gizi dengan kepadatan tulang pada wanita postmenopause
i) Menganalisis hubungan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan
kepadatan tulang pada wanita postmenopause.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian
Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya kepadatan tulang. Hal ini menyebabkan
tulang menjadi keropos dan mudah patah. Osteoporosis jarang menimbulkan gejala
dan biasanya baru diketahui ketika penderitanya jatuh atau mengalami cedera yang
menyebabkan patah tulang.

Osteoporosis bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Namun,
kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Hal ini
disebabkan oleh berkurangnya kadar estrogen yang berperan penting dalam menjaga kepadatan
tulang.

2.2Tanda dan Gejala


Osteoporosis merupakan salah satu masalah utama dalam sistem rangka
manusia. Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Kondisi ini biasanya baru
diketahui saat seseorang mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang.

Seiring berkurangnya kepadatan tulang, penderita osteoporosis bisa mengalami gejala berikut:

 Mudah mengalami patah tulang, walau hanya karena benturan yang ringan
 Nyeri punggung, biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang
 Postur badan membungkuk
 Tinggi badan berkurang

2.3Anamnesis
Keluhan yang sering timbul berupa nyeri kronik intermiten pada tulang baik pada tulang
punggung maupun tulang lainnya, perubahan postur tubuh misal kifosis dorsal maupun
pengurangan tinggi badan, serta penurunan performa fisik termasuk fungsi respirasi. Patah tulang
akibat trauma energi rendah juga menunjang anamnesis. Selain itu perlu ditanyakan faktor risiko
terkait osteoporosis.

2.4Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Anda sebagai perawat dianjurkan untuk mengukur tanda
- tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
1. Kepala dan leher : Lakukan inspeksi (observasi) daerah konjungtiva dan mulut. Lalu
palpasi apakah terjadi pembesaran tiroid atau tidak?
2. Dada dan jantung : Lakukan auskultasi (dengarkan) menggunakan stetoskop daerah
jantung dan paru–paru.

2.5Pemeriksaan Diagnostik
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:

 Rontgen atau CT scan, untuk melihat dengan lebih jelas kondisi tulang yang patah
 Tes darah, untuk mengetahui kadar sel-sel darah, kadar elektrolit, dan kadar hormon,
termasuk hormon tiroid, paratiroid, esterogen, dan testosteron
 Tes bone mass density (BMD), untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan menentukan
risiko terjadinya patah tulang
 Tes BMD dilakukan dengan dual energy X-Ray absorptiometryI (DXA) atau
dengan quantitative computed tomography (QCT).

Pemeriksaan DXA lebih sering dilakukan. Interpretasi dari hasil pemeriksaan ini adalah sebagai
berikut:

 Lebih dari -1 : Normal


 -1 sampai -2,5 : Kepadatan tulang rendah (osteopenia)
 Kurang dari -2,5 : Kemungkinan besar osteoporosis
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kondisi ketika tulang menjadi lemah dan rapuh. Tubuh terus-menerus menyerap dan
menggantikan jaringan tulang. Pada osteoporosis, kecepatan pembentukan tulang baru lebih
lambat daripada pembuangan jaringan tulang lama.

3.2Saran
Banyak orang tidak memiliki gejala sampai menderita patah tulang.Perawatan termasuk obat,
diet sehat, dan latihan beban untuk membantu mencegah keroposnya tulang atau menguatkan
tulang yang lemah.
DAFTAR PUSTAKA

https://ukh.ac.id/images/file/41.pdf

http://eprints.ums.ac.id/46078/4/BAB%20I.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/113/jtptunimus-gdl-zilfakusum-5628-1-
babi.pdf

https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/osteoporosis/
diagnosis#:~:text=Diagnosis%20definit%20osteoporosis%20ditegakkan
%20berdasarkan,obat%2Dobatan%20yang%20dapat%20mengakibatkan

Anda mungkin juga menyukai