Disusun oleh :
Kelompok 5
Nofia (21048)
Nur Fadhilah(21044)
Tahun 2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan
karuniannya yang begitu besar, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kira Rasullulah
saw yang mana membawa kita semua dari zaman jahiliah menuju zaman yang terang
benderang seperti saat ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
membuat makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah masih tedapat kekurangan.
Oleh karena itu, kepada para pembaca kami mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah yang kami buat selanjutnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.2 Latar belakang.............................................................................................................................4
2.1 Rumusan masalah........................................................................................................................4
1.3Tujuan penelitian..........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
KONSEP MEDIS......................................................................................................................................5
2.1 Pengertian...................................................................................................................................5
2.3 Manifestasi klinis...................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi.................................................................................................................................6
2.5 PATHWAY....................................................................................................................................7
2.6 Pemeriksaan penunjang..............................................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan..........................................................................................................................8
2.8 Komplikasi....................................................................................................................................9
2.9 pencegahan.................................................................................................................................9
Konsep asuhan keperawatan(secara teori).....................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................................14
BAB IV..................................................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................26
3.2 Saran....................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar belakang
Skoliosis menurut National Institute of Arthitis and Musculoskeletal and Skin Disease
(NIAMS) USA merupakan kelainan muskuloskeletal yang digambarkan dengan bengkoknya
tulang belakang ke arah samping. 80-85% kasus yang dijumpai merupakan type idiopatik
skoliosis yang ditemukan pada masa pubertas, pada perempuan ditemukan lebih banyak dari
pada laki-laki, bisa diakibatkan dari faktor keturunan (Mujianto, 2013).
1.3Tujuan penelitian
4
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian
Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang belakang yang
merupakan suatu deformitas (kelainan) daripada suatu penyakit.
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.Kelainan skoliosis ini
sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi
perubahan yang luar biasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang
secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan
lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).Skoliosis ini biasanya
membentuk kurva “C” atau kurva “S”.
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga dipengaruhi
oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan
infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang salah..
Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas punggung,
bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatuh.
2. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio,
Osteoporosis juvenile.
3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
5
2) Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3) Nyeri punggung
4) Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5) Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.
Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan
pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan
lebih tinggi dari bahu kiri.Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.
Awalnya penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan sakit pada tubuhnya karena
memang skoliosis tidak selalu memberikan gejala–gejala yang mudah dikenali.Jika ada pun,
gejala tersebut tidak terlalu dianggap serius karena kebanyakan mereka hanya merasakan
pegal–pegal di daerah punggung dan pinggang mereka saja.
Menurut Dr Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H. Jamaluddin (Jamaluddin,
2007), skoliosis tidak menunjukkan gejala awal.Kesannya hanya dapat dilihat apabila tulang
belakang mulai bengkok.Jika keadaan bertambah buruk, skoliosis menyebabkan tulang rusuk
tertonjol keluar dan penderita mungkin mengalami masalah sakit belakang serta sukar
bernafas.
Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita mulai
menitik beratkan soal penampilan diri.Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit,
rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri.
Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat yang sangat ringan
sampai pada derajat yang sangat berat.
Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut sudut Cobb. Dari
besarnya sudut skoliosis dapat dibagi menjadi (Kawiyana dalam Soetjiningsih, 2004) :
1) Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20 derajat
2) Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 – 40 derajat
3) Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41 derajat
4) Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan melalui
operasi.
2.4 Patofisiologi
6
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf
yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas2 tulang belakang. Tarikan ini berfungsi
untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yangnormal yang bentuknya seperti
penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring,
membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi
kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan
pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau seperti
huruf S atau huruf.
2.5 PATHWAY
7
2.6 Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung yang
meliputi :
1) Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan skoliosis
2) Foto AP telungkup
3) Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan setelah dilakukan bending
4) Foto pelvik AP
5) Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher, atau
sakit kepala
6) Dapat dilakukan pemeriksaan MRI
2.7 Penatalaksanaan
8
2.8 Komplikasi
Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal
mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan
berbagai komplikasi seperti :
1) Kerusakan paru-paru dan jantung.
2) Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang
rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas
dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah.
Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan
pneumonia.
3) Sakit tulang belakang.
4) Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah
sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap
masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila
penderita berumur 50 atau 60 tahun.
2.9 pencegahan
1. Melatih Postur Tubuh untuk Mengelola Perkembangan Skoliosis
2. Konsumsi Nutrisi dan Olahraga Teratur untuk Mencegah Osteoporosis dan Skoliosis
3. Hindari Duduk Terlalu Lama
4. Deteksi Dini Kunci Pencegahan Semakin Parah
9
Konsep asuhan keperawatan(secara teori)
1. Pengkajian
1) Identitas klienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan,agama, suku bangsa, diagnosa medis.
2) Anamnesis
Pertama yang harus ditanyakan kepada pasien adalah riwayat penyakitnya, termasuk
onset deformitas serta perkembangannya, terapi yang telah dilakukan, keluhan
pasien : deformitas, nyeri, gejala neurologis, gejala kardiopulmonari atau komplikasi
fungsional, pengaruh deformitas pada pasien, kondisi kesehatan umum pasien, dan
riwayat scoliosis pada keluarga. Apabila ada rasa nyeri yang menyertai maka perlu
dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap nyeri, termasuk apabila nyeri yang ada
menggangu aktivitas sehari-hari. Pada anak, deformitas pada umumnya tidak disertai
dengan rasa nyeri, namun pada orang dewasa dapat terjadi gejala nyeri yang sering
terjadi tanpa adanya deformitas pada tulang belakang.
3) Pemeriksaan Fisik
Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor
tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran
anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan,
adanya kekakuan sendi.
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.
10
Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih
pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan
abnormal (misalnya cara berjalan spastic hemiparesis -stroke, cara berjalan selangkah
penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya
dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu
dan waktu denyut perifer, dan waktu pengisian kapiler.
11
5) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
6) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
7) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
8) Jelaskan strategi meredakan nyeri
9) Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
10) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik jika perlu
3) Gangguan mobilitas fisik b.d postur tubuh yang tidak seimbang
Tujuan: meningkatkan citra tubuh
Intervensi
1) ) Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya
2) Beri lingkungan yang mendukung
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi gaya koping yang positif
4) Beri harapan yang realistik dan buat sasaran jangka pendek untuk memudahkan
pencapaian"
5) Beri penghargaan untuk tugas yang dilakukan
6) Beri dorongan untuk melakukan komunikasi dengan orang terdekat
7) Beri dorongan untuk merawat diri sesuai toleransi
4) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Tujuan: tingkat pengetahuan membaik
Intervensi
1) ) Jelaskan tentang keadaan penyakitnya
2) Tekankan pentingnya dan keuntungan mempertahankan program latihan yang di
anjurkan
3) yang di anjurkan
4) Jelaskan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujua jadwal, tujuan, dosis, dan efek
5) sampingnya, dosis, dan efek sampingnya
6) Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau ko brace atau korset
7) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter
8) libatkan keluarga dalam membantu pemahaman pasien, jika perlu.
5) Ansietas b.d krisis situasional menjelang operasi skioliosis
Tujuan : tingkat ansietas menurun
Intervensi
1) monitor tanda-tanda ansietas
2) ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
12
3) temani pasien untuk mengurangi kecemasan.
4) Pahami situasi yang membuat ansietas
5) Dengarkan dengan penuh perhatian
6) Anjurkan keluarga agar tetap Bersama pasien.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
An. K masuk kerumah sakit dengan keluhan merasa nyeri dibagian punggung , Nampak nyeri
lebih terasa saat digerakkan Ibu klien mengamati punggung atau bagian tulang belakang
klien miring ke kanan dan tidak simetris.Saat dilakukan pemeriksaan thorax terdapat CT
scan : hasil skoliosis pada korpus vertebra thorakolumbal dan pemeriksaan TTV TD : 110/80
mmHg, N: 88/Menit, RR: 22x/menit dan S: 36,8*C.
14
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan klien : Ayah
3. Status Kesehatan
Keluhan saat masuk RS : An. K masuk rumah sakit tanggal 24 juli 2022 dengan
keluhan merasa nyeri hilang timbul, nyeri lebih terasa saat digerakkan Ibu klien mengamati
punggung atau bagian tulang belakang klien miring ke kanan dan tidak simetris.
4. Riwayat penyakit sekarang : Ibu klien telah mengetahui hal ini sejak 1 tahun terakhir
Namun karena klien tidak memiliki keluhan yang berarti, Ibu klien baru membawa
pasien Rumah Sakit 1 minggu yang lalu. lain Tulang belakangnya yang miring masihan
hanya mengeluhkan adanya nyeri ringan pada punggungnya saat tidur namun hal ini
tidak muncul setiap hari. aktivitas sehari-hari pasien baik di rumah atau di sekolah tidak
mengalami hambatan berarti akibat penyakit yang dideritanya sekarang
5. Riwayat penyakit dahulu : Klien memiliki penyakit asma yang mulai muncul saat usia
6 tahun alergennya berupa debu atau kondisi fisik yang lelah. Klien pernah mengalami
demam berdarah pada usia 3 tahun dan dirawat di rumah sakit
a. Riwayat penyakit keluarga : Ibu Klien dan adik kandung pasien menderita asma
bronkial
b. Genogram
15
d. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 88x/menit,
RR : 22x/menit,
S : 36,8oC.
Kepala
kulit kepala bersih,bentuk normal, simetris
Leher : An. A.S tidak mengalami kaku kuduk
Pembesaran limfe : Tidak ada pembesaran limfe
Mata
Konjungtiva : Tampak anemis
Sklera : Sklera berwarna putih
Telinga : Simetris dan tampak kotor, tidak ada gangguan
pendengaran, adanya sekresi serumen dan tidak ada nyeri tekan.
Hidung : bentuk simetris, adanya sekret, adanya nares, tidak ada
polip
Mulut : mukosa tampak kering
Lidah : lidah tampak lembab
Gigi : tampak bersih
Dada : bentuk dada simetris
Jantung : suara jantung lup dup, tidak ada pembesaran jantung
Paru-paru : auskultasi paru vesikuler
Abdomen : - Inspeksi : datar
- Perkusi : timpani
Status lokalis :
Look :
16
- Terdapat kurva yang jelas pada spina
- Asimetri scapula ( scapula sinistra lebih tinggi )
- Pelvis simetris
- Arm space ( sinistra )
- Tidak terdapat lesi pada kulit
Pada posisi Adam forward bending test ( AFBT), didapatkan salah satu sisi punggung
Menonjol.
b. Pola minum
- Jumlah cairan 8 gelas 6 gelas
b. BAK
17
- Frekuensi 3-4 kali 1 kali
- Warna Kuning the kuning the
- Bau amoniak amoniak
f. Pengkajian psikososial
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Klien mengatakan sangat khawatir kondisinya
b. Ekpresi klien terhadap penyakitnya
Klien Nampak lesu dan pucat
c. Reaksi saat interaksi
Klien mampu menjawab dan menerima pertanyaan lebih baik
d. Gangguan konsep diri
Klien tidak mampu melakukan aktivitas sendiri harus di bantu keluarganya
g. Data penunjang
CT scan : hasil skoliosis pada korpus vertebra thorakolumbal
h. Personal hygiene
a. Kebiasaan diri : Klien mengatakan selama hamil tetap menjaga kesehatan dan
beristirahat
b. Kemampuan klien dalam pemenuhan dan kebutuhan
- Mandi : mandiri 1x sehari
18
- Ganti pakaian : mandiri 1x sehari
- Keramas : tidak melakukan
- Sikat gigi : mandiri 1x sehari
- Memotong kuku : tidak melakukan
- Makan : mandiri 3x sehari
i. Pengumpulan data
- Klien mengatakan nyeri punggung saat tidur
- Klien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karena nyeri yang
Dirasakan
- Klien mengatakan kurang tidur
- Nyeri bertambah saat digerakkan
- Nyeri bersifat hilang tmbul
- klien tampak mengantuk
- klien tidur 5 jam sehari
- skala nyeri : 4
- TTV :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,8”
.
j. Klasifikasi data
Data subjektif
- Klien mengatakan nyeri punggung saat tidur
- Klien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karena nyeri yang
Dirasakan
- Klien mengatakan kurang tidur
- Nyeri bertambah saat digerakkan
- Nyeri bersifat hilang tmbul
Data objektif
19
- klien tampak mengantuk
- klien tidur 5 jam sehari
- skala nyeri : 4
- TTV :
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- RR : 22x/menit
- Suhu : 36,8”
k. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1 DS: Devisi lateral Nyerit akut
-Klien mengatakan nyeri
punggung saat tidur Derajat deviasi semakin
-Nyeri bertambah saat besar
digerakkan
-Nyeri bersifat hilang Nyeri akut
tmbul
DO:
-skala nyeri : 4
- TTV :
- Tekanan Darah :
110/80 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- RR : 22x/menit
- Suhu : 36,8”
20
.
l. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan skeletal scoliosis
DS:
-Klien mengatakan nyeri punggung saat tidur
-Nyeri bertambah saat digerakkan
-Nyeri bersifat hilang tmbul
DO:
-skala nyeri : 4
TTV :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,8”
21
b. Gangguan pola tidur b.d nyeri saat tidur
DS:
-Klien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karena nyeri yang
Dirasakan
-Klien mengatakan kurang tidur
DO:
22
keperawatan nyaman
selama 1x 24 2. tetapan jadwal
jam,maka pola tidur rutin
tidur membaik 3. anjurkan
dengan kriterial menghindari
hasil: makanan yang
-keluhan sulit tidur mengganggu tidur
menurun 4. kolaborasi
-keluhan tidak pemberian
puas tidur analgetik ,jika
menurun perlu
23
2. Menetapan jadwal tidur
rutin
Hasil : klien dapat memahami
penjelasan di berikan
3. menganjurkan
menghindari makanan
yang mengganggu tidur
hasil ; keluarga klien dapat
memahami
24
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.Kelainan skoliosis ini
sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi
perubahan yang luar biasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang
secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan
lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).Skoliosis ini biasanya
membentuk kurva “C” atau kurva “S”.
3.2 Saran
Perlu memperhatikan perkembangan tubuh anak dengan cara melatih gerakan motoric dan
sering berolahraga.
25
DAFTAR PUSTAKA
J.E. Lonstein, R.B. Winter, D.S.Bradford, J.W. Ogilvie. Textbook of Scoliosis and Other Spinal
Irianto, Komang Agung. Yazid, Hizbillah. 2019. “Congenital Scoliosis: An Article Review”:
Universitas Airlangga.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
26
27