Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

SKOLIOSIS

Penanggung Jawab Mata Ajar :

Bara Miradwiyana, S.Kp, M.KM

Dosen Pembimbing :

Ns. Uun Nurulhuda, M.Kep, Sp.KMB

Disusun Oleh :

Dea Putri Nabilla (P17120020007)

Diana Febria Liza (P17120020009)

Putri Rohmanita Prikasih (P17120020029)

TINGKAT 2A

PROGRAM STUDI DIII JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah II
yang bertopik Skoliosis. Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada :

1. ALLAH SWT atas nikmat yang telah diberikan-Nya.

2. Bara Miradwiyana, S.Kp, M.KM selaku Penanggung Jawab Mata Ajar


Keperawatan Medikal Bedah II.
3. Ns. Uun Nurulhuda, M.Kep, Sp.KMB selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan waktu dan perhatiannya dalam membimbing dan menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah
ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan
dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalammualaikum Wr. Wb

Bogor, 5 Februari 2022

Kelompok 10

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................5

PENDAHULUAN......................................................................................................5

A. Latar Belakang...............................................................................................5

B. Tujuan Penulisan............................................................................................5

C. Manfaat..........................................................................................................6

BAB II............................................................................................................................7

TINJAUAN TEORI....................................................................................................7

A. Konsep Dasar.................................................................................................7

1. Pengertian.............................................................................................7

2. Patofisiologi..........................................................................................8

3. Etiologi.................................................................................................9

4. Tanda dan Gejala..................................................................................9

5. Komplikasi.........................................................................................10

6. Test Diagnostik...................................................................................11

7. Penatalaksanaan..................................................................................11

B. Asuhan Keperawatan...................................................................................13

BAB III.........................................................................................................................23

PENUTUP................................................................................................................23

A. KESIMPULAN...........................................................................................23

B. SARAN........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skoliosis didefinisikan sebagai suatu kondisi muskuloskeletal yang memiliki


kelengkunganlateral tulang belakang yang abnormal sebagai ciri utamanya.
Tulang belakang dari seorang individu dengan skoliosis membungkuk secara
lateral dengan kurva yang menyerupai huruf “C” atau huruf “S” (Kevin Lau,
2013). Menurut wakil ketua umum Masyarakat Skoliosis Indonesia (MSI) pusat,
Tri Kurniawati, Ssi dalam wawancara yang dilakukan oleh Siti Mukaromah
(2011) prevalensi skoliosis pada lingkup wilayah Jakarta pada populasi umum
sekitar 4 – 4,5% dan banyak diderita oleh perempuan daripada laki-laki dengan
rasio 2:1.1

Skoliosis dibagi atas skoliosis fungsi-onal dan struktural. Skoliosis


fungsional disebabkan kerena posisi yang salah atau tarikan otot paraspinal
unilateral, yang dapat disebabkan karena nyeri punggung dan spasme otot.
Perbedaan panjang tungkai, herniasi diskus, spondilolistesis, atau penyakit pada
sendi panggul juga dapat menyebabkan terjadinya skoliosis fungsional. Pada
skoliosis fungsional, tidak terjadi rotasi vertebra yang bermakna, dan biasanya
reversibel.Terapi terhadap penyebab skoliosis dapat memperbaiki kurvatura yang
terjadi.Skoliosis struktural biasanya tidak reversibel dan bisa berupa skoliosis
idio-patik, kongenital, atau yang didapat (skoliosis neuromuskular).2

Berdasarkan penjelasan diatas tujuandari penulis ialah untuk mengetahui


gambaran konsep serta asuhan keperawatan pada pasien dengan scoliosis.
Penulis berharap bahwa makalah ini dapat membatu para pembaca memahami
lebih jauh informasi tentang scoliosis.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

5
Untuk menambah wawasan dan menyebarkan pengetahuan tentang skoliosis
dan memberikan penjelasan pada para pembaca mengenai konsep dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan skoliosis

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti diskusi ISS mahasiswa mampu :

a) Menjelaskan konsep dasar Skoliosis

b) Menjelaskan Pengertian Patofisiolologi Skoliosis

c) Menjelaskan Etiologi Skoliosis

d) Menjelaskan Tanda dan gejala Skoliosis

e) Menjelaskan Komplikasi Skoliosis

f) Menjelaskan Test diagnostik Skoliosis

g) Menjelaskan Penatalaksanaan Skoliosis

h) Menjelaskan asuhan keperawatan pada Skoliosis

C. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

Agar mahasiswa mampu memahami konsep dasar serta asuhan


keperawatan pada pasien skoliosis serta menambah wawasan referensi
pengetahuan dalam pemahaman mengenai skoliosis
2. Bagi masyarakat

Makalah ini diharapkan dapat memberi gambaran pada masyarakat


mengenai scoliosis dan dapat memberi edukasi serta informasi tentang
skoliosis

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

D. Konsep Dasar

E. Pengertian

Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana


terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.
Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila
diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada
tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi,
yaitu perubahan struktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak
sekitar nya dan struktur lainnya. Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C”
atau kurva “S”.

Menurut Porth dan Matfin (2009), skoliosis merupakan kelainan postur


dimana sekilas penderita tidak mengeluh sakit, tetapi suatu saat dalam posisi
yang dibutuhkan suatu kesiapan tubuh membawa beban tubuh misalnya
berdiri, duduk dalam waktu yang lama, maka akan membuat kerja otot tidak
pernah seimbang. Hal ini dikarenakan akibat suatu mekanisme proteksi dari
otot-otot tulang belakang yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh
justru bekerja berlebihan dikarenakan pada salah satu sisi otot yang tidak
sempurna, sehingga yang terjadi dalam waktu terus menerus adalah
ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh.

Definisi lain menyatakan bahwa scoliosis adalah sebuah tipe deviasi


postural dari tulang belakang dengan penyebab apapun, yang dicirikan oleh
adanya kurva lateral pada bidang frontal yang dapat berhubungan atau tidak
berhubungan dengan rotasi korpus vertebra pada bidang aksial dan sagital.

7
Gambar 1. Scoliocis

F. Patofisiologi

Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal


dari adanya syaraf-syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik
ruas-ruas tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang
belakang berada pada garis yang normal. Yang bentuknya seperti penggaris
atau lurus. Tetapi karena suatu hal diantaranya kebiasaan duduk yang
miring membuat syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang
menjadi kebiasaan maka syaraf itu bahkan mati. Ini berakibat pada
ketidakseimbangan tarikan pad aruas tulang belakang. Oleh karena itu,
tulang belakang yang menderita scoliosis itu bengkok atau seperti huruf S
atau huruf C.3

8
Gambar 2. Perbendaan bentuk tulang skoliosis dengan normal

G. Etiologi

Penyebab dan patogenesis skoliosis belum dapat ditentukan dengan


pasti. Kemungkinan penyebab pertama ialah genetik. Banyak studi klinis
yang mendukung pola pewarisan dominan autosomal, multifaktorial, atau
X-linked. Penyebab kedua ialah postur, yang mempengaruhi terjadinya
skoliosis postural kongenital. Penyebab ketiga ialah abnormalitas anatomi
vertebra dimana lempeng epifisis pada sisi kurvatura yang cekung
menerima tekanan tinggi yang abnormal sehingga mengurangi
pertumbuhan, sementara pada sisi yang cembung menerima tekanan lebih
sedikit, yang dapat menyebabkan pertumbuhan yang lebih cepat. 4

Selain itu, arah rotasi vertebra selalu menuju ke sisi cembung


kurvatura, sehingga menyebabkan kolumna anterior vertebra secara relatif
menjadi terlalu panjang jika dibandingkan dengan elemen-elemen posterior.
Penyebab keempat ialah ketidakseimbangan dari kekuatan dan massa
kelompok otot di punggung. Abnormalitas yang ditemukan ialah
peningkatan serat otot tipe I pada sisi cembung dan penurunan jumlah serat
otot tipe II pada sisi cekung kurvatura. Selain itu, dari pemeriksaan EMG
didapatkan peningkatan aktivitas pada otot sisi cembung kurvatura. 5

H. Tanda dan Gejala

Gejala-gejala yang paling umum dari skoliosis ialah suatu lekukan yang
tidak normal dari tulang belakang. Skoliosis dapat menyebabkan kepala
nampak bergeser dari tengah atau satu pinggul atau pundak lebih tinggi
daripada sisi berlawanannya. Masalah yang dapat timbul akibat skoliosis
ialah penurunan kualitas hidup dan disabilitas, nyeri, deformitas yang
mengganggu secara kosmetik, hambatan fungsional, masalah paru,
kemungkinan terjadinya progresifitas saat dewasa, dan gangguan psikologis.

9
Gambar 3. Scoliosis Symptoms

I. Komplikasi

a. Sesak Napas
Skoliosis yang dibiarkan tanpa penanganan bisa menambah derajat
kemiringan tulang belakang. Kondisi tersebut mengganggu kemampuan
paru untuk mengembang sempurna karena menyempitnya ruang paru,
sehingga menyebabkan keluhan sesak napas.

b. Nyeri Punggung Belakang


Nyeri punggung belakang terjadi karena semakin parahnya lengkungan
tulang belakang. Meski umumnya hilang timbul, nyeri akibat skoliosis
bisa menetap dan menyebar kebagian tubuh lain, seperti dari tulang
belakang ke kaki, punggung, dan tangan. Nyeri akibat skoliosis mereda
jika pengidapnya berbaring dengan punggung lurus atau pada salah satu
sisi tubuh.

c. Masalah Jantung
Tulang belakang yang terlalu miring bisa menekan jantung dan
membuatnya kesulitan memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya,
pengidap skoliosis berisiko lebih besar mengalami pneumonia (infeksi
paru) hingga gagal jantung.

10
d. Masalah Saraf
Jika ujung saraf tertekan oleh tulang belakang yang melengkung, sistem
saraf akan terpengaruh oleh kondisi skoliosis. Kondisi ini berdampak
pada kaki terasa kebas dan menurunnya kemampuan untuk menahan
buang air kecil maupun buang air besar.

e. Gangguan Psikologis
Pengidap skoliosis rentan mengalami gangguan psikologis akibat
kondisi yang dialaminya. Alasannya adalah perbedaan postur tubuh
pengidap skoliosis bisa menurunkan rasa percaya diri dan membuatnya
rentan mengalami masalah psikologis, seperti stres dan depresi

J. Test Diagnostik

Test diagnostik adalah sebuah cara (alat) untuk menentukan apakah


seseorang menderita penyakit atau tidak, berdasar adanya tanda dan
gejala pada orang tersebut. Berikut tes diagnostik pada pasien yang
menderita Skoliosis antara lain :
a) X-Ray
Menunjukkan ada kelainan pada tulang belakang bengkok ke samping

b) Skoliometer
Derajat rotasi aksial skoliosis menunjukkan adanya abnormalitas

K. Penatalaksanaan

a. Fisioterapi
Penatalaksanaan fisioterapi dapat menghilangkan nyeri pada penderita
skoliosis dan meningkatkan kekuatan otot serta meningkatkan gerak
lingkup sendi.
Cara fisioterapis ada 2, yaitu:
1) Infra Red
Sinar infra red merupakan sinar yang berasal dari gelombang
elektromagnetik yang dapat memberikan efek fisiologis dan juga
efek teraupetik pada bagian yang sakit. Sinar infra red ini dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri, rileksasi otot, meningkatkan

11
suplai darah dan menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme. Hal ini
dikarenakan disaat sinar infra red diarahkan pada rasa nyeri akan
menghasilkan panas yang akan merelaksasi otot dan menghilangkan
sisa-sisa metabolisme yang menyebabkan sakit (Faturrahman, 2013).

2) Terapi Latihan
Terapi latihan yang dilakukan yaitu terapi yang lebih memfokuskan
pergerakan pada otot dan sendi pada pinggang yang bengkok yaitu
dengan metode Mc. Kenzie, core stability dan manual traksi. Terapi
ini dapat berguna untuk memperbaiki atau mengembalikan ke arah
sikap tubuh yang normal (corect posture), mengulur atau
meregangkan otot-otot yang tegang dan untuk relaksasi otot. Selain
itu, dengan latihan terapi manual traksi dan core stability dapat
mengembalikan lingkup gerak sendi (LGS). Penurunan LGS dapat
disebabkan oleh kurangnya aktivitas sendi dan otot sehingga terapi
latihan ini lebih banyak melakukan pergerakan sendi dan otot
(Faturrahman, 2013).

Gambar 4. Mc. Kenzie Exercise

b. Pemasangan Brace/Gips
Pemasangan brace/gips dapat dilakukan untuk penderita skoliosis dengan
lengkungan fleksibel yaitu vertebranya melengkung yang kurang dari 40
derajat. Selain dengan pemberian brace/gips terapi latihan juga sangat
dibutuhkan untuk mengimbangi penatalaksanaan dengan cara bracing ini.

12
Gambar 5. Scoliosis Brace

c. Pembedahan
1) Penanaman tulang dan penanaman alat
Untuk penderita skoliosis yang lengkungan verterbranya melebihi 40
derajat sudah tidak bisa diatasi dengan cara bracing lagi tetapi dengan
cara pembedahan. Pembedahan ini dilakukan untuk meluruskan
kembali atau menyatukan vertebrata. Pembedahan ini dapat dilakukan
dengan penanaman tulang dan penanaman alat berington, dwyer dan
luque (Suratun et al., 2008).

2) Rod Harington
Pembedahan ini merupakan pembedahan spinal, rod Horington
dilakukan dengan cara mengimplantasikan satu rod maupun beberapa
rod sepanjang vertebra spinal posterior, biasanya tulang yang diambil
dari crista iliaca lalu ditanam untuk memperbaiki kecekungan atau
kecembungan. Setelah pembedahan biasanya pasien dimobilisasi
dengan gips sepanjang leher sampai pelvis selama 6 bulan (Suratun et
al., 2008).

L. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data demografi (Identitas klien, usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,


agama, status, dan kebangsaan)
(1) Rentang Usia : Skoliosis idiopatik dapat melumpuhkan anak-anak
(paling banyak menyerang bayi laki-laki antara lahir sampai usia
3 tahun), 4% anak muda (menyerang kedua jenis kelamin antara
13
4-10 tahun), atau orang dewasa (biasanya menyerang perempuan
usia >20 tahun), namun kebanyakan kasus skoliosis tidak
terdiagnosa sampai usia 10-14 tahun
(2) Jenis Kelamin : Rasio laki-laki dan perempuan pada kelainan ini
saat masih masa anak-anak.
b. Keluhan utama
Klien dengan scoliosis berat akan mengalami sesak nafas, nyeri pada
punggung, gangguan sendi, atau kelelahan pada tulang belakang setelah
duduk atau berdiri terlalu lama.
c. Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan timbul keluhan, tanyakan apakah memiliki Riwayat
trauma. Identifikasi timbulnya gejala mendadak atau perlahan, apakah
ada keterbatasan gerak saat melakukan aktivitas, dan kaji klien untuk
mengungkapkan alasan klien memeriksakan dirinya
(2) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kondisi kesehatan individu untuk melengkapi data
mengenai adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap
muskulokeletal, misalnya riwayat utama atau kerusakan tulang.
(3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan
hubungan genetic yang perlu diidentifikasi, misalnya penyakit
diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi
degenerative.
d. Riwayat diet
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat
mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadi
instabilitas ligamen,khsusnya pada punggung bagian bawah.
e. Aktivitas kegiatan sehari-hari
Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari. Kebiasaan
membawah benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot
dan trauma lainya. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi dislokasi.

14
Perlu di kaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah ada
nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda,tongkat).
f. Pemeriksaan fisik
Ada dua macam pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan umum (status
general) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokal)
(1) Status General
Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda tanda yang perlu dicatat
sebagai berikut :
(a) Kesadaran klien
(b) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang,
berat.
(c) TTV tidak normal karena ada gangguan lokal baik fungsi
maupun bentuk.
(2) ROS (Review of System)
(a) B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan system pernapasan didapatkan bahwa klien
skoliosis akan mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi
teraba tulang kanan melengkung. Pada auskultasi ditemukan
suara nafas tambahan. secara umum pasien skoliosis tidak
mengalami gangguan pernapasan kecuali jika ia telah sampai
pada skoliosis berat (>60). Pada pasien dengan skoliosis berat
akan didapatkan pasien tidak leluasa untuk bernapas
(Veronica, 2017).
(b) B2 (Blood)
Inspeksi (tulang belakang melengkung secara abnormal ke
arah samping), palpasi (teraba tulang kanan melengkung).
(c) B3 (Brain)
Tidak ada gangguan kesadaran (composmentis, apatis, spoor,
koma, gelisah).
(d) B4 (Bladder)
Kaji keadaan urin yang meliputi warna, jumlah, dan
karakteristik urin termasuk berat jenis urin. Biasanya klien

15
skolisosis tidak mengalami kelainan pada system ini. 16
(e) B5 (Bowel)
Tidak ditemukan gangguan
(f) B6 (Bone)
Adanya skoliosis pada tulang belakang akan mengganggu
secara lokal, baik fungsi motorik, sensorik, maupun peredaran
darah. Tulang belakang melengkung ke lateral, cara berjalan
tidak seimbang, postur tubuh miring ke samping, keterbatasan
kemampuan untuk bangkit dari kursi, ketinggian bahu tidak
sama.
(3) Status Lokal
(a) Look
Tampak adanya bentuk tulang belakang abnormal. Pada
pasien dengan skoliosis akan tampak pakaian yang dipakai
tidak pas atau menggantung, cara berjalan tidak seimbang,
postur tubuh miring ke samping, tulang belakang melengkung
ke lateral dan ketinggian bahu tidak sama (Veronica, 2017).
(b) Feel
Hangat tidak ada nyeri tekan. Biasanya pada pasien skoliosis,
mereka akan mengeluh nyeri punggung akibat postur tubuh
yang miring ke samping dan akan meningkat jika skoliosis
semakin berat (Veronica, 2017).
(c) Move
Penurunan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan otot (nilai
<5 pada skala Lovett’s), krepitasi pada Gerakan pasif. Pasien
dengan scoliosis akan mengeluh kesulitan dalam bergerak,
cara berjalan tidak seimbang dan keterbatasan kemampuan
untuk bangkit dari kursi (Veronica, 2017)
(d) Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan yang
abnormal. Pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian
tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi

16
abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada tulanng titik
selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
(e) Mengkaji tulang belakang
Scoliosis (deviasi kuvatura lateral tulang belakang)
(f) Mengkaji system persendian
Luas gerakan di evaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
(g) Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi
dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ektremitas untuk
memantau adanya edema atau atrofi, nyeri otot
(h) Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak tertur dianggap tidak normal
apabila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain.
Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara
berjalan abnormal, misalnya cara berjalan spastic hemiparesis
– stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower
motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit parkinson
g. Pemeriksaan diagnostic
(1) X-Ray
Menunjukkan ada kelainan pada tulang belakang bengkok ke
samping
(2) Skoliometer
Derajat rotasi aksial skoliosis menunjukkan adanya abnormalitas

2. Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan Diagnosa yang akan muncul pada penderita skoliosis yaitu :

1) Pola napas tidak efektif yang b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi
paru d.d sesak napas (D.0005)
2) Nyeri akut yang b.d agen pencedera fisik d.d nyeri punggung belakang
(D.0077)
3) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakkan integritas struktur tulang d.d
postur tubuh yang tidak seimbang (D.0054)

17
4) Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh d.d postur
tubuh yang miring ke lateral (D.0083)

3. Perencanaan Keperawatan

1) Pola napas tidak efektif yang b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi
paru d.d sesak napas (D.0005)
(a) Tujuan dan kriteria hasil
Pola napas (L.01004)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam masalah
gangguan pola napas tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
(1) Dispenea dari skala 1 meningkat menjadi skala 5 menurun
(2) Penggunaan otot bantu napas dari skala 1 meningkat
menjadi skala 3 sedang
(3) Frekuensi napasi dari 1 memburuk menjadi skala 5
membaik
(b) Rencana tindakan
Manajemen jalan napas (I.01011)
(1) Observasi
a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgiling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
(2) Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tift dan
chin- lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
b. Posisikan Semi-Fowler atau Fowler
c. Berikan minuman hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e. Lakukan pengisapan lender kurang dari 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum pengisapan
endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan benda padat dengan proses McGill
h. Berikan oksigen, jika perlu
(3) Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika perlu
b. Ajarkan teknik batuk efektif
(4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2) Nyeri akut yang b.d agen pencedera fisik d.d nyeri punggung belakang
(D.0077)
(a) Tujuan dan kriteria hasil
18
Tingkat nyeri (L.01004)
(1) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan tingkat nyeri menurun dan kontrol nyeri
meningkat dengan kriteri hasil :
a. Tidak mengeluh nyeri
b. Tidak meringis
c. Tidak bersikap protektif
d. Tidak gelisah
e. Kesulitan tidur menurun
f. Frekuensi nadi membaik
g. Melaporkan nyeri terkontrol
h. Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat
i. Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat
j. Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis
meningkat
(b) Rencana Tindakan
 Pemberian analgesik (I.08243)
(1) Observasi
a. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
b. Identifikasi riwayat alergi obat
c. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
narkotika, nonnarkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
d. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
e. Monitor efektifitas analgesik
(2) Terapeutik
a. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal, jika perlu
b. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau
bolus oploid untuk mempertahankan kadar dalam
serum
c. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respons pasien
d. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak diinginkan
(3) Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
(4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
 Manajemen nyeri (I.08238)

19
(1) Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respons nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
(2) Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat dingin, terapi
bermain
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
(3) Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri o.
Jelaskan strategi meredakan nyeri
b. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
c. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
(4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakkan integritas struktur tulang d.d
postur tubuh yang tidak seimbang (D.0054)
(a) Tujuan dan kriteria hasil
Mobilitas fisik (L.05042)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam masalah
mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil :
(1) Pergerakan ektremitas meningkat
(2) Kekuatan otot meningkat
(3) Rentang gerak (ROM) meningkat

20
(4) Kaku sendi menurun
(5) Gerakan tidak berkoordinasi menurun
(6) Kelemahan fisik menurun
(b) Rencana tindakan
Dukungan mobilisasi (I.05173)
(1) Observasi
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan prgerakan, jika
perlu
c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
d. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
(2) Terapeutik
a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.
Pagar tempat tidur)
b. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
(3) Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
c. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur ke kursi)

4) Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh d.d postur


tubuh yang miring ke lateral (D.0083)
(a) Tujuan dan kriteria hasil
Citra Tubuh (L.09067)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan
persepsi positif terhadap dirinya meningkat dengan kriteria hasil :
(1) Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh
menurun
(2) Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
menurun
(3) Menyentuh bagian tubuh membaik
(b) Rencana tindakan
Promosi Citra Tubuh (I.09305)
(1) Observasi
a. Identifikas harapan citra tubu berdasarkan tahap
perkembanga
b. Identifikasi budaya, agama, jenis elamin, dan umur
terkait citra tiba

21
c. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
d. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang
berubah
e. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan
isolasi sosial
(2) Terapeutik
a. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
b. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga
diri
c. Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan
penuaan
d. Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh
(mis. luka, penyait, pambedahan)
e. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh
secara realisis
f. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan maka diharapkan masalah keperawatan
teratasi :

a. Frekuensi napas membaik


b. Nyeri menurun, tidak mengeluh nyeri
c. Pergerakan ektrimitas meningkat
d. Ruamg gerak (ROM) meningkat
e. Perasaan negative tentang citra tubuh menurun
f. Khawatir pada reaksi sekitar menurun

1.

22
BAB III
PENUTUP

M. KESIMPULAN

Skoliosis adalah deformitas kelainan tulang belakang yang


menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral, Tulang belakang dari
seorang individu dengan skoliosis membungkuk secara lateral dengan
kurva yang menyerupai huruf “C” atau huruf “S” (Kevin Lau, 2013).
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal
dari adanya syaraf-syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik
ruas-ruas tulang belakang. Penyebab dan patogenesis skoliosis belum
dapat ditentukan dengan pasti. Kemungkinan penyebab pertama ialah
genetik. Gejala-gejala yang paling umum dari skoliosis ialah suatu
lekukan yang tidak normal dari tulang belakang.
Komplikasi pada penderita skoliosis yaitu sesak nafas, nyeri
punggung belakang, masalah jantung, masalah saraf, dan gangguan
psikologis. Tes diagnostik berupa X-ray dan skoliometer, sedangkan
penatalaksanaan pada skoliosis yaitu fisioterapi, pemasangan gips/brace,
dan pembedahan.

N. SARAN

Apabila diamati lebih jauh terjadi perubahan yang luar biasa pada
tulang belakang akibat dikarenakan bekerja berlebihan salah satu sisi otot
yang tidak sempurna sehingga terjadi tidak seimbangan postur tubuh ke
salah satu sisi tubuh.yang dicirikan oleh adanya kurva lateral pada bidang
frontal yang dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan rotasi
korpus vertebra pada bidang aksial dan sagital ,akibat suatu mekanisme
proteksi dari otot-otot tulang belakang yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tubuh biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S” maka
di sarankan untuk mengikuti latihan terapi skoliosis

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R.K., 2020. LITERATUR REVIEWKARAKTERISTIK PASIEN ADOLESCENT


IDIOPATIC SCOLIOSIS. Diakses pada 5 Februari 2022, dari http://repositor
y.unhas.ac.id/id/eprint/1601/
Halodoc. 2022. Komplikasi yang Bisa Terjadi karena Skoliosis. Diakses pada 5 Febru
ari 2022,
Indriaswati, S. (2018). Hubungan Antara Posisi dan Durasi Duduk dengan Skoliosis
Pada Remaja Usia 10-19 Tahun. 25.
Pelealu, J., Angliadi, L. S., Angliadi, E., Ilmu, B., Fisik, K., Fakultas, R., Universitas,
K., & Manado, S. R. (2014). REHABILITASI MEDIK PADA SKOLIOSIS. Di
akses pada 5 Februari 2022, dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biom
edik/article/view/4157/0
Simanjuntak, V.R,. 2017. Asuhan Keperawatan pada An. M yang Mengalami Post
Operasi Koreksi Skoliosis di Gedung Irna Lantai III Utara RSUP Fatmawati
Jakarta Selatan. Di akses pada 11 Februari 2022 dari
http://library.poltekkesjakarta1.ac.id/repository/index.php?
p=show_detail&id=172&keywords=asuhan+keperawatan+skoliosis
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

25
1

4
5

Anda mungkin juga menyukai