Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SKOLIOSIS

DOSEN PENGAJAR :

Ns. Sugiarti, M.Kep., Sp. Anak

DISUSUN OLEH:

Rida’Inatul Parida (1914401009)

Nazhira Nazhalia (1914401022)

Puput Wulandari (1914401036)

Caesaria Arrohmah (1914401049)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat
sehat-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas
kelompok dari mata kuliah Keperawatan Anak dengan judul “konsep askep pada anak
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas patologis sistem persyarafan dan
muskuloskeletal”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahaan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengajar kami Ibu Ns. Sugiarti, M.Kep., Sp.Kep.An. yang telah membimbing kami dalam
mempelajari materi ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terimakasih.

Bandar Lampung, 17 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………...1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………… 2

2.1 Pengertian Skoliosis……………………………………………………………………….. 2

2.2 Etiologi…………………………………………………………………………………….. 2

2.3 Patofisiolog………………………………………………………………………………... 3

2.4 Manifestasi Klinik…………………………………………………………………………. 4

2.5 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………………… 4

2.6 Penatalaksanaan Medis ……………………………………………………………………6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKOLIOSIS ………………………..8

3.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ………………………………………………………8

3.2 Askep Skoliosis Pada Anak ………………………………………………………………12

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………….. 23

4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………….23

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Selain bungkuk atau kifosis, salah satu kelainan tulang belakang yang banyak dijumpai
adalah skoliosis. Berbeda dengan bungkuk, penyakit skoliosis merupakan kelainan pada
rangka tulang belakang yang melengkuk ke samping secara tidak normal. Berdasarakan
data WHO, prebalensi penderita skoliosis semakin meningkat dan sudah menyerang 3
persen masyarakat dunia. Sedang di Indonesia, pasien skoliosis mencapai 4-5 persen dari
total penduduk. Skoliosis dapat terjadi pada siapa saja. Namun, pada banyak kasus,
skoliosis lebih banyak menimpa anak-anak dan perempuan. Sebanyak 75-85% kasus
skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek samping yang diakibatkan
karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down,
dan penyakit lainnya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar
tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang
menjadi melengkung.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu skoliosis?
2. Apa etiologi dari skoliosis?
3. Bagaimana patofisiologi dari skoliosis?
4. Bagaimana manifestasi klinik skoliosis?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis skoliosis?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan skoliosis?

1.3 Tujuan

1. Untuk mempelajari skoliosis secara holistic.


2. Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada anak dengan skoliosis.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Skoliosis

Skoliosis yang merupakan kelengkungan lateral pada vertebrata bisa disebabkan


sejumlah abnormalitas pada vertebrata sendiri (struktural) atau karena vertebrata tergantung
miring (postural). Berbeda dengan bungkuk, penyakit skoliosis merupakan kelainan pada
rangka tulang belakang yang melengkuk ke samping secara tidak normal atau berbentuk huruf
S.

2.2 Etiologi

Penyebab Skoliosis tergantung pada jenisnya. Ini tidak disebabkan oleh karena membawa
benda-benda berat (seperti tas sekolah yang berat pada satu bahu), olahraga atau aktivitas fisik,
postur berdiri atau tidur yang buruk, atau kekurangan kalsium dalam gizi. Berikut jenis-jenis
skoliosis dan penyebabnya.

a. Skoliosis Kongenital, akibat cacat lahir kongenital di tulang belakang dan sering
dikaitkan dengan cacat organ tubuh lainnya
b. Skoliosis Degeneratif, disebabkan oleh degenerasi cakram yang memisahkan vertebra
atau artritis dalam persendian yang menautkannya. Jenis Skoliosis ini terjadi pada usia
lanjut.
c. Skoliosis neuromuscular (Gangguan saraf dan otot), akibat hilangnya kendali saraf atau
otot yang menunjang tulang belakang (umumnya akibat Cerebral Palsy atau Muscular
Dystrophy).
d. Skoliosis dari Penyebab yang Tidak Diketahui (Idiopathic), salah satu bentuk skoliosis
paling umum, yang biasanya terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja.

2
2.3 Patofisiologi

3
2.4 Manifestasi Klinik

4
Gejala skoliosis dapat berbeda, sesuai tingkat keparahan kondisinya. Gejala yang
umumnya timbul antara lain:

1) Tubuh penderita skoliosis condong ke satu sisi.

2) Salah satu bahu lebih tinggi.

3) Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol.

4) Tinggi pinggang tidak rata.

5) Nyeri punggung jangka panjang yang biasanya dialami oleh orang dewasa yang saat kecil
sudah mengidap kondisi skoliosis.

6) Gangguan pada jantung dan paru-paru.

Lengkungan yang parah dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada punggung. Tulang
belakang juga dapat berputar sehingga lengkungan bertambah parah dan salah satu tulang iga
tampak menonjol dibanding sisi lainnya. Ketika kondisinya makin parah, skoliosis dapat
menyebabkan gangguan pernapasan.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

1) Sinar X dan rontgen.

Penggunaan prosedur radiasi diperlukan untuk mendapatkan gambaran citra tulang


belakang. Sebelum melalukan prosedur, lakukan persiapan pasien. Pada umumnya,
rontgen tulang belakang tidak memerlukan persiapan khusus. Lakukan informed consent,
pemeriksaan label, dan pastikan identitas sesuai.

a) Informed Consent
Pasien diberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan, termasuk indikasi
dan risiko pemeriksaan. Pada kondisi gawat darurat, dimana informed consent secara
langsung tidak dapat dilakukan, maka dapat diwakilkan kepada keluarga pasien atau
yang mewakili.

b) Pemeriksaan Label dan Identitas

5
Sebelum dilakukan rontgen tulang belakang, perlu dilakukan pemeriksaan label terkait
data nama lengkap, tempat tanggal lahir, nomor rekam medis, tanggal pemeriksaan,
posisi dan letak pemeriksaan yang diminta. Persiapan lain yang perlu dilakukan agar
kualitas foto baik antara lain melepas pakaian, memakai gaun pemeriksaan, melepas
perhiasan, kawat bra (pada wanita), dan segala jenis logam yang bisa menjadi artefak.

2) MRI ( Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan gelombang radio dan magnet untuk


mendapatkan citra tulang belakang dan jaringan di sekitarnya. Adapun persiapan sebelum
MRI antara lain sebagai berikut.

a) Pemeriksaan MRI memanfaatkan medan magnet yang kuat. Maka pasien harus
melepaskan semua aksesori yang terbuat dari logam. Adapun pasien yang memiliki
implan logam, misalnya alat pacu jantung, tidak diperkenankan menjalani MRI kecuali
atas arahan dari dokter.

b) Kunci utama dalam pemeriksaan MRI adalah ketenangan. Pasien harus tenang
sebelum, saat, hingga sesudah MRI agar proses berjalan lancar dan hasilnya dapat
dimanfaatkan. Bila merasa gugup, pasien harus memberi tahu dokter. Kadang
diperlukan obat penenang agar pasien merasa relaks. Ini terutama bagi pasien yang
memiliki klaustrofobia atau ketakutan berlebih terhadap ruangan yang sempit dan
tertutup. Sebab, dalam proses MRI, pasien akan berada di dalam mesin tertutup yang
bisa memantik klaustrofobia.

c) Tidak ada aturan pasti harus puasa sebelum MRI. Namun dokter umumnya akan
memberitahukan aturan makan dan minum ketika konsultasi sebelum MRI
berlangsung. Pasien juga sebaiknya bersiap dengan datang lebih awal ke lokasi
pemeriksaan setidaknya 30 menit sebelum jadwal pemeriksaan.

3) CT Scan
Proses pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan gambaran kerangka tulang dalam
bentuk 3 dimensi.

6
2.6 Penatalaksanaan Medis

Pengobatan skoliosis dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan lengkungan tulang


belakang. Selain itu dokter juga akan mempertimbangkan faktor usia dan jenis skoliosis.
Namun pada umumnya, penanganan yang dapat dilakukan adalah:

1) Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu 25 derajat pada
tulang yang masih tumbuh atau 50 derajat pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saat usia 19 tahun.
2) Orthosis
Ini merupakan penggunaan alat penyangga yang dikenal dengan nama brace. Biasanya
indikasi pemakaian alat ini adalah derajat pembengkokan sekitar 30-40 derajat,
terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat. Braces merupakan
terapi konservatif yang sering digunakan pada pasien dengan spine curvature disorder.
Terdapat perdebatan mengenai efektivitas dari penggunaan braces ini, maka dari itu
Scoliosis Research Society membuat suatu kriteria untuk menstandarisasi penggunaan
Brace pada pasien Adolescent Idiopathic Scoliosis, kriteria yang dimaksud adalah usia
10 tahun atau lebih, kelengkungan primer 30-40 derajat, belum pernah dilakukan terapi
apapun, dan untuk pasien wanita dilakukan pada premenarch atau kurang setahun dari
postmenarchal.
3) Operasi
Tidak semua skoliosis memerlukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada
skoliosis adalah progresifitas peningkatan derajat pembengkokan 40-45 derajat pada
anak yang sedang tumbuh, terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat
orthosis, terdapat derajat pembengkokan 50 derajat pada orang dewasa.
4) Terapi skoliosis pada anak-anak
Pengobatan belum diperlukan untuk skoliosis yang ringan, mengingat tulang
belakangnya masih dapat kembali lurus saat usia anak-anak bertambah. Meski
demikian, perkembangan penyakit perlu terus diamati oleh dokter. Dengan
pemeriksaan rutin ke dokter, dapat diketahui perkembangan kondisi tulang yang
melengkung. Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan foto Rontgen untuk

7
memantaunya. Pada skoliosis yang lebih parah, anak akan diminta untuk mengenakan
penyangga tulang belakang. Penyangga ini tidak dapat meluruskan tulang kembali,
namun dapat mencegah lengkungan tulang belakang bertambah parah. Penyangga
biasanya terbuat dari plastik yang dikenakan di bawah lengan, sekitar tulang rusuk,
serta bagian bawah punggung dan pinggul. Bentuknya disesuaikan dengan bentuk
tubuh sehingga hampir tidak terlihat jika mengenakan pakaian. Agar lebih efektif,
penyangga ini perlu dikenakan sepanjang hari, kecuali saat anak berolahraga.
Pemakaian penyangga dapat dihentikan saat pertumbuhan tulang belakang berhenti,
yaitu:
1. Dua tahun setelah anak perempuan mulai mengalami menstruasi.
2. Saat kumis atau jenggot pada wajah anak laki-laki mulai tumbuh.
3. Saat tidak ada penambahan tinggi badan lagi.
5) Pemberian obat pereda nyeri
Untuk meredakan peradangan dan nyeri, dokter akan memberikan obat antiinflamasi
nonsteroid, seperti ibuprofen.
6) Suntik kortikosteroid di rongga tulang belakang
Suntikan kortikosteroid diberikan jika penderita mengalami tekanan pada saraf tulang
belakang, sehingga menimbulkan rasa nyeri, kaku, atau kesemutan. Suntikan ini hanya
bekerja dalam jangka waktu yang pendek, yaitu sekitar beberapa minggu atau beberapa
bulan.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKOLIOSIS

3.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1) Anamnesis

Pertama yang harus ditanyakan kepada pasien adalah riwayat penyakitnya, termasuk onset
deformitas serta perkembangannya, terapi yang telah dilakukan, keluhan pasien : deformitas,
nyeri, gejala neurologis, gejala kardiopulmonari atau komplikasi fungsional, pengaruh
deformitas pada pasien, kondisi kesehatan umum pasien, dan riwayat scoliosis pada keluarga.
Apabila ada rasa nyeri yang menyertai maka perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap
nyeri, termasuk apabila nyeri yang ada menggangu aktivitas sehari-hari. Pada anak, deformitas
pada umumnya tidak disertai dengan rasa nyeri, namun pada orang dewasa dapat terjadi gejala
nyeri yang sering terjadi tanpa adanya deformitas pada tulang belakang.

2) Pemeriksaan Fisik

a. Mengkaji skelet tubuh

Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang.
Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya
menandakan adanya patah tulang.

b. Mengkaji tulang belakang

Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang),Kifosis (kenaikan kurvatura tulang


belakang bagian dada), Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang n
pinggang berlebihan) berlebihan).

c. Mengkaji sistem persendian

Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan,
adanya kekakuan sendi.

d. Mengkaji sistem otot

9
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.
Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.

e. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih
pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan
abnormal (misalnya cara berjalan spastic hemiparesis -stroke, cara berjalan selangkah-
selangkah– penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).

f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya
dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu
dan waktu denyut perifer, dan waktu pengisian kapiler.

3) Diagnosis Dan Intervensi Keperawatan

a. Pola napas tidak efektif b.d scoliosis yang menghambat ekspansi paru

Tujuan : Pola napas membaik

Intervensi:

1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
3) Monitor pola napas ( seperti bradypnea,takipnea, hiperventilesi, Kussmaul, chayne-
stokes, biot, ataksik)
4) Auskultasi bunyi napas
5) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
6) Dokumentasikan hasil pemantauan
7) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

b. Nyeri akut b.d posisi tubuh miring ke arah lateral

Tujuan: Tingkat nyeri menurun


10
Intervensi:

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.


2) Identifikasi skala nyeri.
3) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup.
4) Monitor efek samping penggunaan analgetik.
5) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
6) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
7) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
8) Jelaskan strategi meredakan nyeri
9) Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
10) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik jika perlu

c. Gangguan mobilitas fisik b.d postur tubuh yang tidak seimbang

Tujuan: meningkatkan mobilitas fisik

Intervensi:

1) identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


2) identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
3) monitor kondisi umum selam aambulasi
4) fasilitasi ambulasi dengan alat bantu
5) libatkan keluarga dalam membantu ambulasi pasien

d. Gangguan citra tubuh b.d postur tubuh yang miring kelateral

Tujuan: meningkatkan citra tubuh

Intervensi:

1) Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya

2) Beri lingkungan yang mendukung

3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi gaya koping yang positif

4) Beri harapan yang realistik dan buat sasaran jangka pendek untuk memudahkan pencapaian

11
5) Beri penghargaan untuk tugas yang dilakukan

6) Beri dorongan untuk melakukan komunikasi dengan orang terdekat

7) Beri dorongan untuk merawat diri sesuai toleransi

e. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

Tujuan: tingkat pengetahuan membaik

Intervensi:

1) Jelaskan tentang keadaan penyakitnya

2) Tekankan pentingnya dan keuntungan mempertahankan program latihan yang di anjurkan


yang di anjurkan

3) Jelaskan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujua jadwal, tujuan, dosis, dan efek
sampingnya, dosis, dan efek sampingnya

4) Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau ko brace atau korset

5) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter

6) libatkan keluarga dalam membantu pemahaman pasien, jika perlu.

d. Ansietas b.d krisis situasional menjelang operasi skioliosis

Tujuan : tingkat ansietas menurun

Intervensi :

1) monitor tanda-tanda ansietas


2) ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3) temani pasien untuk mengurangi kecemasan.
4) Pahami situasi yang membuat ansietas
5) Dengarkan dengan penuh perhatian
6) Anjurkan keluarga agar tetap Bersama pasien.
12
3.2 Askep Skoliosis Pada Anak

Asuhan Keperawatan Nyeri Pada An. K Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman
Nyaman Dengan Diagnosis Medis Skoliosis

1. PENGKAJIAN

a. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. K

Umur : 12 Tahun

Status : belum menikah

Pendidikan : SMP kelas VIII

Agama : Islam

Suku : Jawa-Lampung

Pekerjaan : belum bekerja

Alamat : Jl. Gelatik Gang Titian Blok C no 3

Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

b. IDENTITAS KELUARGA

Ibu Bapak

Nama : Ny. M Nama : Tn. J

Usia : 40 tahun Usia : 42 tahun

Usia waktu menikah : 28 tahun Usia waktu menikah : 30 tahun

Usia waktu hamil : 30 tahun Pendidikan : S2

Pendidikan : S1 Pekerjaan : Wiraswasta

Pekerjaan : Guru SD

13
c. DIAGNOSIS MEDIS

Skoliosis

d. KELUHAN UTAMA

Nyeri pada punggung saat tidur

e. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Klien mengatakan punggungnya nyeri saat tidur, sehingga klien tidak tidur dengan nyenyak.
klien mengatakan nyeri hilang timbul, nyeri lebih terasa saat digerakkan Ibu klien mengamati
punggung atau bagian tulang belakang klien miring ke kanan dan tidak simetris. informasi
yang telah mengetahui hal ini sejak 1 tahun terakhir Namun karena klien tidak memiliki
keluhan yang berarti, Ibu klien baru membawa pasien Rumah Sakit 1 minggu yang lalu. lain
Tulang belakangnya yang miring masihan hanya mengeluhkan adanya nyeri ringan pada
punggungnya saat tidur namun hal ini tidak muncul setiap hari. aktivitas sehari-hari pasien
baik di rumah atau di sekolah tidak mengalami hambatan berarti akibat penyakit yang
dideritanya sekarang.

f. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


 Klien memiliki penyakit asma yang mulai muncul saat usia 6 tahun alergennya berupa
debu atau kondisi fisik yang lelah.
 Klien pernah mengalami demam berdarah pada usia 3 tahun dan dirawat di rumah sakit.
g. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
 Ibu dan adik kandung pasien menderita asma bronkial
 Ayah pasien menderita hipertensi
 tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki gangguan tulang belakang atau cacat.

h. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara titik nadi pasien berusia 5 tahun.
pasien tinggal serumah bersama dengan kedua orangtuanya dan adiknya. rumah
berukuran 10x8 m 2 tingkat. kebutuhan sehari-hari keluarga ini dibiayai oleh kepala
keluarga yang bekerja sebagai mandor kebun. pasien memiliki jaminan pelayanan
kesehatan berupa apa itu asuransi kesehatan.
14
i. RIWAYAT PRENATAL
 Kehamilan diinginkan
 pemeriksaan kehamilan teratur di Puskesmas setiap bulan pada usia kehamilan 8 bulan
melalui USG di dokter spesialis dan dikatakan bahwa letak batas normal,
 fetus kecil,
 air ketuban sedikit dokter memotivasi pasien untuk banyak makanan bergizi
 penyakit ibu saat hamil : mengalami eksaserbasi asma yang berat hingga dirawat di RS
pada usia kehamilan 2 sampai 3 minggu, keputihan disangkal, infeksi disangkal.
 selama kehamilan klien mengkonsumsi susu untuk ibu hamil, ibu mengkonsumsi
suplemen vitamin saat hamil ( tablet Fe dan kalsium ) yang diberikan oleh Puskesmas
 pernah menggunakan KB suntik 3 bulan selama 4 bulan setelah melahirkan anak
 tidak terdapat riwayat trauma saat hamil
 pergerakan janin dirasakan pertama kali usia 5 bulan. ibu pasien mepergerakan anak
lemah, pergerakan hanya sedikit dan berbeda dibanding saat hamil kedua.

j. RIWAYAT PERINATAL
 Kehamilan 40 sampai 41 Minggu,
 kelahiran melalui operasi caesar oleh dokter spesialis atas indikasi hidramnion dan
suspek gawat janin di RS daerah di Lampung Timur
 pasien di anastesi umum
 warna dan bau air ketuban tidak tahu
 keadaan bayi setelah dilahirkan tidak tahu BB lahir 1800 kg dan panjang badan lahir
tidak tahun
k. RIWAYAT IMUNISASI

Imunisasi lengkap

l. MAKAN DAN MINUM ANAK


 ASI :0-4 tahun
 Susu formula : 4 bulan – 4 tahun
 Buah : 1-2 tahun

15
 Bubur susu : 1-2 tahun
 Nasi : 4 tahun
m. ACTIVITY DAILY LIVING

Aktivitas harian: tidak terganggu

Makan: normal

Berpakaian: normal

Kebersihan diri (mandi BAB, BAK): normal

Berpindah bergerak : tidak terganggu

Istirahat tidur: klien mengatakan mengalami sulit tidur karena nyeri yang dirasakannya saat
tidur. Klien hanya tidur + - 5 jam sehari.

2. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : klien tampak lemas, pucat dan mengatuk
TTV :

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

RR : 22x/menit

Suhu : 36,8

Nyeri : klien mengatakan nyeri hilang timbul, nyeri lebih terasa saat
digerakkan, skala nyeri 2.

Anatropometri :

BB : 39 Kg

16
TB : 149 cm

Kepala / leher :

Kepala : kulit kepala bersih,bentuk normal, simetris

Mata : konjungtiva anemis

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiorid

Thorax :

- Jantung : dalam batas normal


- Paru : dalam batas normal

Abdomen :

- Inspeksi : datar
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, Hepar tidak teraba
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema

Status lokalis :

Look :

- Terdapat kurva yang jelas pada spina


- Asimetri scapula ( scapula sinistra lebih tinggi )
- Pelvis simetris
- Arm space ( sinistra )
- Tidak terdapat lesi pada kulit

Feel :

- Tidak terdapat spasme

Move :

17
Pada posisi Adam forward bending test ( AFBT), didapatkan salah satu sisi punggung
menonjol.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT scan : hasil skoliosis pada korpus vertebra thorakolumbal

4. DATA FOKUS

1) Data subjektif
- Klien mengatakan nyeri punggung saat tidur
- Klien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karena nyeri yang
dirasakan
- Klien mengatakan kurang tidur
- Nyeri bertambah saat digerakkan
- Nyeri bersifat hilang tmbul
2) Data Objektif
- klien tampak mengantuk
- klien tidur 5 jam sehari
- konjungtiva anemis
- skala nyeri : 2
- TTV :

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

RR : 22x/menit

Suhu : 36,8

5. ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


1. DS : kelainan skleteal Nyeri akut b.d kelainan

18
-Klien mengatakan nyeri scoliosis skleteal scoliosis
punggung saat tidur

-Klien mengatakan tidur


tidak nyenyak dan sering
terbangun karena nyeri
yang dirasakan

-Nyeri bertambah saat


digerakkan

-Nyeri bersifat hilang


timbul

DO:

-skala nyeri 2

- TTV

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

RR : 22x/menit

Suhu: 36,8

19
2. DS : Nyeri saat tidur Gangguan pola tidur b.d
nyeri
-Klien mengatakan tidur
tidak nyenyak dan sering
terbangun karena nyeri
yang dirasakan

- Klien mengatakan kurang


tidur

DO:

- klien tampak mengantuk

- klien tidur 5 jam sehari

- TTV

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

RR : 22x/menit

Suhu: 36,8

6. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d kelainan skeletal scoliosis


2. Gangguan pola tidur b.d nyeri saat tidur

20
7. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosis Keperawatan Tujuan Keperawatan dan Intervensi


Kriteria Hasil Keperawatan
1 Nyeri akut b.d kelainan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
skeletal scoliosis keperawatan selama 1x24 karakteristik nyeri
jam, diharapkan tingkat 2. kontrol
nyeri menurun. Dengan lingkungan yang
keriteria hasil : memperberat rasa
nyeri
1. Keluhan nyeri
3. Identifikasi
menurun
riwayat alergi
2. Kesulitan nyeri
obat
menurun
4. Kolaborasi
3. Pola tidur membaik
dengan dokter
pemberian
analgetik
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Modifikasi
b.d nyeri keperawatan selama 1x24 lingkungan yang
jam diharapkan pola tidur nyaman
membaik. Dengan kriteria 2. Tetapan jadwal
hasil : tidur rutin
3. Anjurkan
1. Keluhan sulit tidur
menghindari
menurun
makanan yang
2. Keluhan sering
mengnggu tidur
terjaga menurun
4. Anjurkan
3. Keluhan tidak puas
penggunaan obat
tidur menurun
tidur yang tidak
4. Keluhan istirahat
mengandung
tidak cukup menurun
supresor terhadap
tidur REM

21
5. Kolaborasi
peberian
analgetik, jika
perlu.

8. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal No. Tindakan Paraf


/Jam Dx
17 1 1. mengidentifikasi karakteristik nyeri
Januari 2. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
2020/ 3. mengidentifikasi riwayat alergi obat
10.00 4. memberikan paracetamol sesuai intstruksi dokter

17 2 1. Menganjurkan ibu klien untuk memberikan


Januari lingkungan yang nyaman saat tidur
2020/ 2. Membantu ibu klien enetapkan jadwal tidur rutin
19.00 3. menganjurkan klien untuk menghindari makanan
yang menganggu tidur
4. menganjurkan klien menggunakan obat tidur sesuai
instruksi dokter
5. memberikan paracetamol sesuai instruksi dokter

9. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal No. Evaluasi Paraf


/Jam Dx

22
18 1 S : Klien mengatakan nyerinya berkurang setelah minum
Januari obat
2020/
O : skala nyeri 0
10.00
TTV :

TD : 110/80 mmHg

Suhu: 36,4

RR : 22x/menit

N : 87x/menit

A : Masalah sudah teratasi

P : hentikan intervensi
18 2 S: Klien mengatakan tidurnya lebih nyenyak
Januari
O : Klien tampak lebih segar
2020/
19.00 TTV :

TD : 110/80 mmHg

Suhu: 36,6

RR : 22x/menit

N : 88x/menit

A: Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

23
Skoliosis yang merupakan kelengkungan lateral pada vertebrata bisa disebabkan sejumlah
abnormalitas pada vertebrata sendiri (struktural) atau karena vertebrata tergantung miring
(postural). Berbeda dengan bungkuk, penyakit skoliosis merupakan kelainan pada rangka
tulang belakang yang melengkuk ke samping secara tidak normal atau berbentuk huruf S.

24
DAFTAR PUSTAKA

J.E. Lonstein, R.B. Winter, D.S.Bradford, J.W. Ogilvie. Textbook of Scoliosis and Other Spinal
Deformities. W.B. Sounders Company: 1995.

J. Harms. Classification (King – Lenke). www.harms-spinesurgery.com : 2007.

Irianto, Komang Agung. Yazid, Hizbillah. 2019. “Congenital Scoliosis: An Article Review”:
Journal Orthopaedi And Traumatology Volume 8 No.1. Surabaya: Faculty of Medicine
Universitas Airlangga.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

https://en.wikipedia.org/wiki/Scoliosis

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/scoliosis/symptoms-causes/syc-20350716
Pratama, d. H. (n.d.). Teknik Rontgen Tulang Belakang. Retrieved from ALOMEDIKA:
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/radiologi/rontgen-tulang-belakang/teknik

Anda mungkin juga menyukai