Pembimbing :
dr. Marcus Antonius Sp.KFR
Penyusun :
Muhammad Reyhan Arsya 20190420008
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya. Penulis telah menyelesaikan penulisan referat “Scoliosis”.
Penulisan referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
program pendidikan profesi dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya yang dilaksanakan di RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada seluruh dokter pembimbing, khususnya kepada dr. Marcus
Antonius Sp.KFR, dan kepada semua pihak terkait yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan referat ini.
Tulisan laporan referat ini masih jauh dari sempurna. Dengan kerendahan hati,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga tulisan laporan referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.......................................................................................................................i
LEMBAR
PENGESAHAN...........................................................................................................ii
KATA
PENGANTAR..................................................................................................................ii
i
DAFTAR
ISI...............................................................................................................................iv
BAB 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA.....................................................................................................2
2.1
Definisi.....................................................................................................................13
2.2
Epidemiologi............................................................................................................14
2.3
Etiologii....................................................................................................................14
2.4
Patogenesis.............................................................................................................14
2.5 Gejala
kliis...............................................................................................................15
2.6
Laboratorium...........................................................................................................16
2.7 Diagnosis
Banding...................................................................................................19
2.8
Tatalaksana.............................................................................................................21
2.9
Komplikasi.............................................................................................................22
2.10
Prognosis..............................................................................................................22
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
Jenis skoliosis sangat banyak. Namun dari banyak jenis itu, terdapat skoliosis
yang disebut idiophatic scoliosis atau skoliosis idiofatik. Idiofatik berasal dari dua kata
‘idiot’ yang berarti tidak tahu. Kata fatik dari fatologi yang berarti kelainan. Jadi skoliosis
idiofatik berarti suatu keadaan yang tidak diketahui penyebabnya kenapa tulang
belakang atau punggung orang mengalami pembengkokan. Skoliosis bukanlah
penyakit. Skoliosis tak berbeda bentuk telinga satu orang yang berbeda dengan
sebagian besar orang. Tetapi masalahnya, ada skoliosis yang mengalami progres. Data
menunjukkan sebanyak 10% dari penyandang skoliosis yang mengalami progres.
Kebanyakan pasien dengan skoliosis diobati tanpa melalui tindakan operasi, walaupun
terkadang operasi dibutuhkan. Pengobatan skoliosis lebih efektif bila penyebab
diketahui lebih dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
kelengkungan tulang belakang ke arah lateral yang memiliki sudut Cobb lebih dari 10o.
Kelengkungan yang abnormal tersebut bisa terjadi karena kelainan kongenital,
kelainan pembentukan tulang atau kelainan neurologis, tapi pada sebagian kasus
bersifat idiopatik.
2.2 Anatomi dan Struktur Tulang Belakang
c. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang yang membentuk daerah
lumbal atau pinggang.
e. Empat vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging atau ekor yang
membentuk tulang ekor.
Gambar Struktur Tulang Belakang
Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang
dada ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau
kelangkang lengkungannya kearah belakang.
Tulang belakang dapat patah akibat dari pukulan keras atau rusak karena faktor
kecelakaan atau faktor usia, selain itu tulang belakang juga dapat mengalami kelainan
seperti lengkungan tulang dada yang berlebihan mengakibatkan bongkok atau kifosis,
lengkung lumbal atau pinggang yang belebihan mengakibatkan lordosis, dan
bengkoknya ruas tulang punggung dan pinggang yang mengarah ke arah samping kiri
atau kanan yang disebut dengan Scoliosis.
2.2 DEFINISI
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini
sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya
terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang
belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang
seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya.
Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”. Sebanyak 75-85%
kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek samping yang diakibatkan
karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down,
dan penyakit lainnya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar
tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang
menjadi melengkung.
18
2.3 KLASIFIKASI
Secara sederhana Scoliosis pada umumnya dibagi atas dua kategori
diantaranya adalah Scoliosis Struktural dan Non Struktural.
1. Skoliosis Struktural
Terjadi kelengkungan atau rotasi tulang belakang ke arah samping pada satu sisi dan
termasuk jenis skoliosis terburuk oleh karena dapat menjadi progresif.
Skoliosis struktural dibagi menjadi :
a) Idiopatik skoliosis
b) Congenital
c) Neuromuskular
19
Kurva S : lebih sering terjadi pada scoliosis idiophatic, di thoracal kanan dan
lumbal kiri, ada kurva mayor dan kurva kompensatori, umumnya struktural
2. Derajat Scoliosis
a. Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin
berat derajat scoliosis makin besar dampaknya pada sistim kardiopulmonal.
b. Teknik Pengukuran Scoliosis
Pengukuran sudut kurva dilakukan dengan metode Cobb atau Risser-
Ferguson.
Pengukuran rotasi vertebra dengan menilai x-raynya dibagi menjadi 4
tingkat.
20
21
Gambar Pengukuran kurva dan rotasi scoliosis
2.5 EPIDEMIOLOGI
Pada suatu populasi, hampir 2%nya mengalami kelainan tulang belakang, yaitu
skoliosis. Kelainan tulang belakang ini, skoliosis, juga dapat disebabkan secara
kongenital. Jika ada salah satu anggota keluarga mengalami skoliosis, kemungkinan
akan terjadinya skoliosis pada anggota keluarga lain akan semakin besar (sekitar 20%).
22
Dari seluruh kasus skoliosis yang terjadi, 85% di antaranya berupa skoliosis non
reversible, yang penyebabnya tidak diketahui atau disebut juga dengan skoliosis
idiopatik. Skoliosis idiopatik terbagi dalam empat kelompok, yaitu jenis infantile yang
muncul pada bayi sejak lahir hingga usia 3 tahun, jenis juvenile yang terdapat pada
anak usia 3 tahun hingga usia awal pubertas, jenis adolescent yang terdapat pada
remaja usia pubertas hingga akhir pubertas (akhir masa pertumbuhan), dan jenis adult
yang terdapat pada usia di atas 20 tahun.
Sekitar 4% dari seluruh anak-anak usia 10 tahun hingga 14 tahun mengalami
skoliosis. Dan 40% sampai 60% di antaranya ditemukan pada anak perempuan. Pada
remaja wanita juga sering terjadi skoliosis yang menyebabkan nyeri dan radang sendi
punggung.
2.6 ETIOLOGI
1. Kelainan fisik
Ketidak seimbangan pertumbuhan tulang dan otot yang yang mengakibatkan
kecendrungan untuk terjadinya suatu Scoliosis. Ketidak seimbangan otot sekitar
tulang belakang yang mengakibatkan distrosi spinal atau perbedaan otot pada saat
pertumbuhan. Selain itu dapat disebabkan pula oleh gangguan pada tulang kaki,
pinggul atau tulang belakang. Tapi, beberapa orang yang bahunya miring belum
tentu karena Scoliosis, melainkan sekadar kebiasaan saja.
2. Gangguan pada kelenjar Endokrin
Ketidakseimbangan pada hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, seperti
pituitary dan adrenal sebagai pendorong pertumbuhan otot dan tulang.
3. Faktor Keturunan
Kelainan Scoliosis dapat ditimbulkan oleh gen, artinya bahwa seorang anak dari
penderita Scoliosis memiliki kemungkinan mengidap Scoliosis.
4. Masalah pada Saraf
Masalah pada saraf juga dapat menyebabkan timbulnya Scoliosis. Misalnya, karena
pembentukan urat saraf tulang belakang yang tidak normal dan terdapat
benjolan di sepanjang perjalanan saraf.
5. Faktor Bawaan
Bentuk tulang belakang yang tidak normal atau bisa juga merupakan bentuk yang
didapat, misalnya karena patah atau bergesernya tulang belakang.
23
6. Kebiasaan atau sikap tubuh yang buruk
Kesalahan dalam posisi duduk atau pun dalam posisi tidur secara terus menerus
akan menyebabkan deformasi pada tulang belakang, terutama pada periode
pertumbuhan. Faktor ini pula yang dapat menyebabkan bertambahnya ukuran kurva
pada penderita Scoliosis. Seseorang yang berjalan miring demi mencegah rasa sakit
sebagai akibat kelumpuhan atau luka karena kecelakaan, juga dapat menyebabkan
Scoliosis. Faktor kebiasaan atau kesalahan dalam suatu posisi, seperti posisi duduk
maupun posisi tidur adalah faktor pembentukan Scoliosis pada seorang anak, karena
kebiasaan seperti itu seringkali tidak disadari.
2.7 PATOLOGI
Pada dasarnya penyebab dari timbulnya pembengkokan kurve vertebra ke
lateral dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu:
1. Adanya ketidakseimbangan kekuatan atau kerja otot atau ligamen, anatar
samping satu dengan yang lain, sedangkan hal – hal yang dapat menyebabakan
adanya bermacam – macam, misalnya: (a) adanya spasme otot karena suatu
trauma atau penyakit pada satu samping, (b) adanya kelemahan otot pada satu
samping karena satu gangguan neurologis pada satu samping, (c) adanya
kebiasaan sikap atau kerja yang salah yang menyebabkan otot pada satu
samping menjadi lebih kuat dari samping yang lain.
2. Adanya bentuk yang tidak simetris dari corpus vertebra antara sampinf kiri
dan kanan yang dapat disebabkan oleh: (a) pertumbuhan epiphisis yang tidak
seimbang antara samping satu dengan samping yang lainnya karena tekanan otot
yang berbeda, (b) adanya suatu penyakit tulang yang menyerang satu samping
yang menyebabkan corpus vertebra pada samping tersebut menjadi lebih
keropos dan lebih tipis.
3. Adanya kelainan yang bersifat idiopathic dan congenital.
4. Adanya sciatica yang disebut juga sciatic scoliosis karena pada penderita
sciatic untuk mengurangi rasa nyeri maka penderita akan berusaha membuat
posisi flexi knee dan extensi hip.
2.8 GEJALA
24
1. Gejala Scoliosis
Gejala-gejala yang paling umum dari scoliosis adalah suatu lekukan yang
tidak normal dari spine. Seringkali ini adalah suatu perubahan yang ringan dan
mungkin pertama kali diperhatikan oleh seorang teman atau anggota keluarga.
Scoliosis mungkin menyebabkan kepala nampaknya bergeser dari tengah
atau satu pinggul atau pundak lebih tinggi daripada sisi berlawanannya. Jika
scoliosis adalah lebih parah, ia dapat membuatnya lebih sulit untuk jantung dan
paru-paru untuk bekerja dengan baik. Ini dapat menyebabkan sesak napas dan
nyeri dada.
Pada kebanyakan kasus-kasus, scoliosis adalah tidak menyakitkan,
namun ada tipe-tipe tertentu dari scoliosis yang dapat menyebabkan sakit
punggung.
2. Gejala Awal:
Kedua pundak memiliki perbedaan tinggi (salah satu tulang pundak lebih
menonjol daripada yang lainnya).
Kepala tidak sejajar langsung dengan panggul.
Terlihat dinaikkan/tonjolan pinggul atau punggung (disertai sering sakit kepala,
kram, kesemutan dan gejala lainnya).
Tulang rusuk di ketinggian yang berbeda.
Pinggang yang tidak seimbang.
Sikap berjalannya miring disebabkan pinggulnya tinggi sebelah
Perubahan Penampilan atau texture kulit disepanjang tulang belakang.
Condongnya seluruh bagian tubuh ke satu sisi.
Sesak Napas
25
2. Akibat yang ditimbulkan:
26
o Deformitas berat terjadi terutama kalau tidak diterapi selama masa
pertumbuhan
o Memperburuk penampilan secara drastis
o Gangguan keseimbangan otot seperti nyeri, gampang lelah, kelemahan
otot
o Penyakit sendi degeneratif
o Gangguan kapasitas paru-jantung terutama pada scoliosis berat
o Memperpendek umur terutama pada scoliosis berat.
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pada Skoliosis dengan kelengkungan kurang dari 200, tidak akan menimbulkan
masalah. Namun, keluhan yang muncul adalah rasa pegal. Sedangkan pada
kelengkungan 20 – 40 derajat, penderita akan mengalami penurunan daya tahan
dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama. Bila lengkungan ke samping terlalu
parah, yaitu ukuran kurva di atas 40° akan menyebabkan kelainan bentuk tulang
belakang yang cukup berat, keluhan akan semakin berat seiring dengan berjalannya
pertumbuhan tulang.
b. Pemeriksaan Fisik
27
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada posisi berdiri atau membungkukkan
badan ke arah depan atau belakang, kemiringan atau asimeteris dari bahu dan
pelvis, tidak sama panjang antara ukuran kaki kiri dengan kaki kanan.
Tabel Pemeriksaan fisik pada koliosis
28
Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke
kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri;
sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih
tinggi dari pinggul kiri. Selain itu pada inspeksi dapat dilihat bila penderita disuruh
membungkuk maka akan terlihat perbedaan secara nyata ketinggian walaupun dalam
keadaan tegap bisa dalam keadaan normal.
Salah satu pemeriksaan fisik adalah dengan cara “The Adam’s Forward
Bending test”. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang
yaitu dengan menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai
ke bawah dan telapak tangan berada pada lutut.. Temuan abnormal berupa asimetri
ketinggian iga atau otot-otot paravertebra pada satu sisi. Deformitas tulang iga dan
asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan 30° atau lebih.
Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin
terlihat. Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja
tetapi tidak dapat menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang.
Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau reflex.
29
- Tulang belikat yang menonjol, sebagai akibat dari terdorongnya otot oleh
kurva primer Scoliosis (Prominent Scapula)
- Lengkungan tulang belakang yang nyata, yang dapat terlihat secara jelas
dari arah samping penderita (Spinal Curve)
- Tulang panggul yang terlihat miring, sebagai penyesuaian dari kurva
Scoliosis
(Uneven Waist)
- Perbedaan ruang antara lengan dan tubuh (Asymmetrical Arm to
Flank Distances)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan
Penilaian pasien skoliosis dari segi radiografi dimulai dari sisi anteroposterior
dan lateral dari seluruh tulang belakang . sebagai tambahan, pemeriksaannya
sebaiknya juga termasuk sisi lateral dari lumbal, untuk menilai adanya spondilosis
atau spondilolystesis (prevalensi di populasi secara umum ada sekitar 5%). Kurva
atau kelengkungan skoliosis ini lalu diukur dari sisi AP. Metode yang paling sering
digunakan (digunakan oleh Scoliosis Research Society ) adalah metode Cobb.
1. Metode Cobb
30
Metode Cobb sudah digunakan sejak tahun 1984 untuk mengukur sudut pada
posisi erect PA. Pengukuran dengan sudut Cobb sangat berguna pada pemeriksaan
pasien dengan posisi PA/AP. Sudut Cobb ditemukan dengan menarik garis dari sudut
inferior dan superior vertebrae dari kelengkungan. Sudut tersebut menghubungkan
garis tegak lurus dengan endplates.
Sudut Cobb sangat berguna dalam menentukan beda antara skoliosis dan
asimetris dari vertebrae. Sudut kurang 10° hingga 15° pada sudut Cobb lebih
menunjukkan bahwa telah terjadi asimetris daripada skoliosis. Sudut Cobb juga dapat
memonitor kemajuan koreksi dari kelengkungan selama penggunaan bracing atau
observasi perbaikan. Bagaimanapun, pada pengukuran sudut Cobb tidak bisa
menentukan adanya vertebral rotation atau aligment dari tulang belakang. Metode
lippman-cobb di ambil dan di standarisasi oleh Scoliosis Research Society dan
digunakan untuk mengklasifikasikan jenis kelengkungan skoliosis menjadi tujuh
bagian.
Pada awalnya, seseorang harus ditentukan terlebih dahulu apa jenis/tipe dari
kelengkungan pada skoliosisnya tersebut. Lengkungannya bisa jadi akut, seperti yang
terlihat pada fraktur atau hemivertebra. Setiap adanya anomali pada costa atau
vertebre harus dilaporkan. Scoliosis secara umum dapat digambarkan berdasarkan
lokasi kelengkungannya, seperti yang ada digambar berikut ini :
31
Gambar Pola Skoliosis
Pemeriksa seharusnya juga menentukan apakah titik kelengkungan tersebut
mengarah ke kanan atau ke kiri. Jika kelengkungannya ada ada dua, maka masing-
masing harus digambarkan dan diukur.
Untuk menggunakan metode Cobb, pertama kita harus menetukan mana saja
yang merupakan end vertebrae. Masing-masing dari end vertbrae ini adalah yang
dibatasan atas dan bawah dari kelengkungan yang miring paling jauh mengarah ke
kelengkungannya. Jika kita sudah memilih vertebrae tersebut, lalu gambarlah garis
sepanjang endplate bagian atas dan bawah, sebagimana digambarkan dibawah ini.
Jika ujung endplate sulit dinilai, maka garis ini dapat digambarkan disepanjang
atas dan bawah dari pedikel. Sudut yang didapatkan adalah sudut yang terdapat
diantara dua garis tersebut. namun, jika sudut yang terbentuk itu kecil, bisa saja
kedua garis tersebut berpotongan di gambarnya saja, seperti Downtown Seattle.
Pada saat melaporkan penghitungan sudut skoliosis ini maka kita harus menerangkan
bahwa metode yang dipakai dalam pengukuran ini adalah metode Cobb dan juga
32
mana ujung-ujung dari vertebrae yang telah kita pilih unutk diukur. Peranannya disini
adalah jika kita telah memilih vertebrae tersebut, maka kita harus menggunakan
vertebrae yang sama dalam proses follow up selanjutnya, agar hasil yang didapatkan
lebih tepat dan pasti dalm menilai kemajuan atau perbaikan yang ada. Sekali
seseorang telah diukur kelengkungannya, lalu dapat diperkirakan derajat rotasi
(perputaran) dari vertebre pada apexnya dengan melihat hubungan dari pedikel ke
garis tengahnya (midline).
Yang berguna bagi tim bedah adalah gambaran lateralnya, yang digunakan
untuk menilai derajat rigidaitas atau kekakuan dan fleksibelitas dari kelengkungan
tersebut. Pada gambar dibawah ini dapat dinilai bahwa kelengkungan yang utama atau
pangkalnya adalah dari thorakal (thorakal curve) dengan lumbal sebagai lanjutannya.
2.Metode Ferguson
33
Metode Ferguson merupakan metode lain dalam pencitraan yang bisa
digunakan dalam menentukan kelengkungan yang merupakan kelengkungan primer
vertebrae ataupun lanjutan dari kelengkungan tersebut. Metode Ferguson tidak bisa
menentukan ada atau tidak ada bungkuk pada pasien. Pasien harus bisa berdiri atau
tidak bisa duduk. 2 Posisi dapat ditentukan melalui posisi yang pertama posisi PA
berdiri tegap sehingga dapat terlihat seluruh tulang belakang pada hasil foto (atau
paling kurang regio thorak dan lumbal) dan pasien yang diberi bantuan untuk posisi
tersebut. Kedua, pasien diminta untuk berdiri dengan 1 kaki dan dielevasikan 2 hingga
4 inchi pada sandaran. Elevasi kaki harus menghadap sisi lengkung dari
kelengkungan tulang belakang pasien. Pada PA dengan posisi terlungkup
merupakan hambatan pada pasien. Maka pada kedua posisi tersebut dapat dibantu
dengan mengelevasikan kaki pasien.
Keuntungan pada metode Ferguson adalah bisa mendeteksi adanya
kelengkungan yang sekunder pada pasien yang tidak bisa berdiri tegap tapi bisa
duduk tegap. Pada pasien yang duduk, diberikan bantalan 3 hingga 4 inchi yang
diletakkan pada bokong pasien yang menghadap ke arah sisi lengkung dari
kelengkungan tulang belakang pasien. Ini akan cukup untuk mengelevasikan dan
dapat menunjukkan koreksi kelengkungan dengan posisi PA tersebut.
35
.Gambar Indeks Skoliosis
4. Metode Nash-oe
Poin lain yang tak kalah penting untuk dinilai dalam pemeriksaan radiologi
adalah menentukan kematangan rangka pasien secara fisiologis. Sebagaimana yang
telah disebutkan diatas, jika kematangan tulang seseorang telah sempurna, dengan
derajat skoliosis kurang dari 30 derajat, tidak dapat menunjukkan perbaikan yang
bermakna. Untuk itu, sering pada kasusu seperti ini disarankan untuk memberhentikan
follow-up ataupun terapinya. Oleh karena itu, skrining skoliosis sangat dianjurkan pada
saat anak-anak.
36
Selain itu, bukti kematangan bisa juga dinilai dari tulang vertebraenya
sendiri. Jika endplatesnya telah bergabung dengan corpus vertebrae dan
membentuk suatu kesatuan yang solid, maka artinya kematangannya juga seudah
sempurna.
37
akan memperlihatkan gambaran tidak ada rotasi pada radiografi posisi frontal (PA atau
AP) dengan pedikel yang normal dan simetris. Neutral vertebrae memiliki
kelengkungan yang sama pada bagian proksimal maupun distal.
Vertebrae yang stabil membelah atau sedikit terbelah pada garis vertikal di
sakrum atau Central Sacral Line (CSVL). CSVL garis vertikal yang dibentuk dari garis
lurus ke garis tangen yang digambarkan sepanjang bagian atas krista iliaka di
radiografi. Ini dapat membagi dua sakrum.
38
Gambar Struktural Dan Nonstruktural Kelengkungan Pada
Perempuan 14 Tahun Dengan Skoliosis.
Pada gambar a merupakan posisi AP berdiri tegak pada radiografi yang terlihat
dextroscoliosis pada upper thoracic level (segmen spinal antara garis putus-putus
; sudut Cobb 58,8o) dan levoskoliosis pada level thorakolumbal (segmen spinal
antara garis yang tidak putus-putus; sudut Cobb, 32,6°).
Pada gambar b merupakan posisi membungkuk ke kanan yang
39
Gambar Pengukuran Pada Garis Koronal Dan Sagital Dari Vertebra
Pada Berdiri Lurus Pada Radiografi Perempuan Usia 11
Tahun.
Pada gambar b didapatkan radiografi dengan jarak yang memendek (panah) antara
garis tegak lurus (garis putus-putus) dan bagian posterosuperiot dari vertebral body
sakral 1 (panah atas) adalah 1,7cm kurang dari ketidakseimbangan sagital.
TATA LAKSANA
Jenis terapi yang dibutuhkan untuk skoliosis tergantung pada banyak faktor. Sebelum
menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih dahulu. Terapi
40
disesuaikan dengan etiologi,umur skeletal, besarnya lengkungan, dan ada tidaknya
progresivitas dari deformitas. keberhasilan terapi sebagian tergantung pada deteksi dini
dari skoliosis.
a. Obat
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
dan kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk
mengobati skoliosis.
Obat yang digunakan antara lain :
1. Analgesik : Asam Asetil Salisilat 3 x 500 mg ; paracetamol 3 x 500 mg;
Indometacin 3 x 25 mg.
2. NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)
b. Fisioterapi
1. Terapi panas dengan cara mengompres
2. Alat penyangga, digunakan untuk scoliosis dengan kurva 25 – 40 derajat
dengan skeletal yang tidak matang (immature). Alat penyangga tersebut
antara lain :
a. Penyangga Milwaukee
Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus
tetapi alat ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya
sendri untuk menyokong dan mempertahankan proses perbaikan
tersebut. Penyangga harus diapakai 23 jam sehari. Alat penyangga ini
harus terus digunakan sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya
kematangan rangka dan berhentinya pertumbuhan tulang belakang
selanjutnya.
41
Gambar Alat Penyangga Milwaukee untuk meluruskan tulang belakang
pada anak yang bertumbuh.
b. Penyangga Boston
Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau
torakolumbal yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam
sehari sampai skeletalnya matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah
dan memperbaiki deformitas yang tidak dikehendaki pasien.
42
Kunci dari terapi ini adalah rehabilitasi dari otot dan ligament yang
menyangga tulang belakang. Rehabilitasi otot harus melalui sistem saraf
pusat dengan tujuan agar pasien dapat meningkatkan kekuatan otot
sehingga otot dapat menyangga tulang belakang dengan posisi yang
benar tanpa bantuan alat penyangga.
3. Tindakan Pembedahan
Umumnya jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya
immature, operasi di rekomendasikan. Lengkung dengan sudut besar
tersebut, progresivitasnya meningkat secara bertahap, bahkan pada masa
dewasa. Tujuan terapi bedah dari scoliosis adalah memperbaiki deformitas
dan mempertahankan perbaikan tersebut sampai terjadi fusi vertebrata.
Beberapa tindakan pembedahan untuk terapi scoliosis antara lain :
a. Penanaman Harrington Rods (batangan Harrington)
Batangan Harrington adalah bentuk peralatan spiral yang dipasang
melalui pembedahan yang terdiri dari satu atau sepasang batangan
logam untuk meluruskan atau menstabilkan tulang belakang dengan
fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini terdiri dari pengait yang terpasang
pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang vertebrata yang letaknya
ditas dan dibawah lengkungan tulang belakang.
43
Keuntungan utama dari penggunaan Harrington adalah dapat
mengurangi kelengkungan tulang belakang kearah samping (lateral),
pemasangannya relative sederhana dan komplikasinya rendah. Kerugian
utamanya adalah setelah pembedahan memerlukan pemasangan gips
yang lama. Seperti pemasangan pada spinal lainnya, batangan
Harrington tidak dapat dipasang pada penderita osteoporosis yang
signifikan.
44
PROGNOSIS
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.
Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas
sesudah masa pertumbuhan anak berlalu.
Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik
dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan
timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki
prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat.
Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius
(misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya
adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda.
Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang
mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan
beberapa kali pembedahan.
45
46
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Skoliosis merupakan kelainan yang sering ditemukan pada anak-anak dan remaja yang
menyebabkan disabilitas baik secara fungsional maupun kosmetik. Pena- talaksanaan
pada kasus skoliosis meliputi observasi, pemberian modalitas, penggu- naan orthosis,
latihan, dan operasi. Dengan deteksi dini pada pasien yang dicurigai menderita
skoliosis dan penatalaksanaan yang tepat, prognosis pasien skoliosis dapat
ditingkatkan.
3.2 Saran
a. Perlunya pemahaman mengenai gejala klinis dan kriteria diagnosis agar tidak
terjadi kesalahan dalam penegakan diagnosis sehingga penangannya menjadi
lebih tepat dan adekuat.
b. Perlunya pemahaman mengenai penatalaksanaan sehingga dapat menurunkan
angka mortalitas dan morbiditaas.
c. Perlunya informasi mengenai scoliosis kepada masyarakat
47
DAFTAR PUSTAKA
Cucurullo SJ, editor. Physical Medicine and Rehabilitation Board Review. New York: Demos
Medical Publishing, 2004; p.281-3.
Lau K. Scoliosis: Literature review of current treatment modalities and exercise
therapy [serial online]. [cited 2012 Feb 5]. Available from:
http://spinal.com.sg/articles/ThesisScolio
sisAndExercise.pdf
Rossi R, Alexander M. Pediatric Rehabilitation. In: Cucurullo SJ, editor. Physical
Medicine and Rehabilitation Board Review. New York: Demos Medical Publishing,
2004; p.665-7.
Murphy K, Wunderlich CA, Pico EL, Driscoll SW, Moberg-Wolff E, Rak M, et al.
Orthopaedic and musculoskeletal condition. In: Alexander MA, Matthews DJ (editors).
Pediatic Rehabilitation Principles and Practice (Fourth Edition). New York: Demos Medical
Publishing, 2010; p. 397-405.
5. Iunes DH, Cecilio MBB, Dozza MA, Almeida PR. Quantitative photogrammetric
analysis of the Klapp method for treating idiopathic scoliosis. Rev Bras Fisioter.
2010;14(2):133-40.
6. Lyon Brace [homepage on the Internet].
2008 [cited 2012 Feb 5]. Available from: http://bracingscoliosis.com/ lyon.aspx
7. LaRusso L. Scoliosis [homepage on the Internet]. Nodate [cited 2012 Feb 5]. Available
from: http://doctors-hospital. net/util/documents/Scoliosis.pdf
8. Texas Health Resources. Scoliosis [homepage on the Internet]. Nodate [cited
2012 Feb 17]. Available from: http://www.texashealth.org/body.cfm?i d=3576
9. Machida M. Causes of idiopathic scoliosis.
Spine 1999;24:2576-83.
10. Kuester V. Idiopathic Scoliosis [homepage on the Internet]. Nodate [cited 2012 Jan
17]. Available from: http://w3.cns. org/university/pediatrics/Scoliosis.html
11. Wong YC, Yau AC, Low WD, Chin NK, Lisowski FP. Ultrastructural changes of the back
muscles of idiopathic scoliosis. Spine. 1977;2:251-60.
48
12. Nachemson AL, Sahlstrand A. Etiologic factors in adolescent idiopathic scoliosis. Spine.
1977;2:176-84.
13. Reuber M, Schultz A, McNiell T, Spencer D. Trunk muscle myoelectric activities in
idiopathic scoliosis. Spine.
1983;8:447-56.
14. Romano M, Minozzi S, Bettany-Saltikov J, Zaina F, Chockalingam N, Kotwicki T, et al.
Exercises for adolescent idiopathic scoliosis (Protocol). The Cochrane Library. Issue
4. New Jersey: JohnWiley & Sons, Ltd.; 2012.
15. Paul SM. Scoliosis and other spinal
deformities. In: DeLisa JA, Frontera FW, Gans BM, Walsh NE, Robinson LR, editors.
Physical Medicine and Rehabilitation: Principles and Practice (Fourth Edition). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2005; p. 679-97.
16. Scoliosis Australia. About scoliosis –
causes, symptoms, treatment information for patients and parents [homepage on the
Internet]. Nodate [cited 2012 Feb 17]. Available from: http://www.scoliosisaustralia.org/scolio
sis/about_scoliosis.html
17. Judarwanto W. Gangguan bentuk tulang punggung: Skoliosis [homepage on the
Internet]. Nodate [cited 2012 Feb 5]. Avaiable from: www.korananak
indonesia.wordpress.com
18. Schwend, RM, Hennrikus W, Hall JE, Emans JB. Childhood scoliosis: Clinical
indications for magnetic
49
22. Negrini S, Antonini G, Carabalona R, Minozzi S. Physical exercises as a treatment for
adolescent idiopathic scoliosis. A systematic review. Pediatric Rehabilitation. 2003;6(3-4):
227-35.
23. Thamrinsyam H. Terapi latihan skoliosis pola “X”. Simposium Gangguan Tulang
Belakang. Manado, 2001.
24. Robinson CM, McMaster MJ: Juvenile IS: Curve pattern and prognosis in 109 patients.
J Bone Jt Surg. 1996;78-
A:1140-48.
25. Moore DP, Tilley E, Sugg P. Spinal orthoses. In: Braddom RL, editor. Physical
Medicine & Rehabilitation
(Fourth Edition). Philadelphia: Saunders; 2011; p.359-71.
26. Rinsky LA, Gamble JG. Adolescent
idiopathic scoliosis. West J Med.
1988;148:182-91.
50