Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


SKOLIOSIS

Oleh:
1. Anita Sugiartanti (14.401.17.010)
2. Ar Rohiqi Mahtum (14.401.17.011)
3. Ari Wahyu Perdana (14.401.17.012)
4. Astriani (14.401.17.014)
5. Avinda Yulia Pratiwi (14.401.17.015)
6. Fitri Amalia (14.401.17.035)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2019/2020

i
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skoliosis adalah deformitas tulang belakang berupa deviasi vertebra ke arah samping

atau lateral (Soetjaningsih, 2004). Menurut Rahayussalim Skoliosis adalah suatu kelainan

bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping

kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila

diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang

akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur

penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya

Di Indonesia penderita scoliosis dalam mendapatkan pelayanan medik khusus sangat

terbatas misalnya penderita-penderita yang pernah didiagnosa scoliosis oleh dokter, tetapi

tidak semua dapat mengikuti program latihan. Peran fisioterapi pada kasus skoliosis dapat

menggunakan modalitas terapi

B. BatasanMasalah
Batasan masalah pada kasus skoliosis yaitu mulai dari pengertian sampai dengan asuhan
keperawatan hipertensi.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut dengan skoliosis ?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan skoliosis ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari skoliosis ?
4. Bagaimana penyebaran penyakit skoliosis ?
5. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi jika skoliosis ?

2
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan
skoliosis
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu memahami konsep medis
b) Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan skoliosis

3
BAB II

KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang
dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).
Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri
atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat
dengan jelas dari arah belakang. Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah
penderita meningkat menjadi dewasa.
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis
ini sepintas terlihat sangat sederhana.
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi
patologik.Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan
pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas kelainan tulang
belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional.
Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang belakang yang
merupakan suatu deformitas (kelainan) daripada suatu penyakitDapat terjadi pada
segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang). (Muttaqin, 2010, p.
132)
2. Etiologi
a. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu
b. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut:
a) Cerebral palsy
b) Distrofi otot
c) Polio
d) Osteoporosis juvenil

4
c. Faktor genetik
Dilaporkan bahwa faktor gen scoliosis, terjadi peningkatan insiden pada
keluarga pasien dengan scoliosis idiopatik dibandingkan dengan pasien yang
tidak mempunyai riwayat penyakit scoliosis.
d. Faktor hormonal.
Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab scoliosis. Sekresi melatonin pada
malam hari menyebabkan penurunan progresivitas scoliosis dibandingkan dengan
pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai peranan
pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya
dilaporkan pada pasien dengan growth hormone.
e. Perkembangan Spinal dan Teori Biomekanik
Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan penyebab
dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana dihubungkan dengan waktu
kecepatan pertumbuhan pada remaja.
f. Abnormalitas Jaringan.
Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen tulang
belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab skoliosis.
Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti syndrome Marfan
(gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia
fibrosa pada tulang. (Ngastiyah, 2009, p. 78)

3. Tanda dan gejala


Gejalanya berupa:
a) tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
b) bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
c) nyeri punggung
d) kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60%) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan. Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang
belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang
membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan
juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri. (Helmi, 2010)

5
4. Komplikasi
a) System pernafasan
Pada skoliosis berat, di mana lengkungan lebih dari 70 derajat, iga akan menekan
paru-paru, sehingga menimbulkan kesulitan bernafas. bengkoknya tulang belakang
juga bisa mengakibatkan volume paru paru ataupun rongga dada jadi berkurang karena
sebagian bengkoknya tulang mengambil ruang atau tempat paru paru.
b) System kardiovaskuler
Pada lengkungan yang lebih besar dari 100 derajat, kerusakan bukan hanya pada paru,
na mun juga pada jantung. Pada keadaan demikian, infeksi paru terutama radang paru
akan mudah terjadi. jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam
keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
c) System musculoskeletal
Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skoliosis depan menimbulkan risiko
kehilangan densitas tulang (osteopenia). Terutama pada wanita yang menderita
skoliosis sejak remaja dan risiko menderita osteoporosis akan meningkat bersamaan
dengan bertambahnya usia. Selain postur tubuh yang jelek, skoliosis tingkat ringan dan
sedang baru menimbulkan keluhan bila sudah berusia di atas 35 tahun. Keluhan yang
mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang yang lebih dini dibandingkan
orang yang normal seusianya. Hal ini akibat proses degenerasi yang lebih dini. Daerah
yang menerima beban yang berlebihan (daerah cekung=concave) akan lebih cepat
mengalami proses degenerasi ini.
d) System pencernaan
sistem pencernaan terganggu karena ruang di perut terdesak tulang, sehingga kerja
peristaltic usus kian menurun

6
e) System neuromuskuler
berdampak tidak baik pada struktur disekitarnya, salah satunya adalah menekan saraf
yang berseliweran di tulang belakang, gejalanya dapat berupa pegal, kesemutan, sulit
bernafas (karena fungsi paru-paru dan jantung terganggu), cepat merasa lelah, susah
untuk fokus, dan lain sebagainya (Muttaqin, 2010, p. 133)

5. Patofisiologi

Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf
yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang. Tarikan ini
berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yangnormal yang bentuknya
seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang
miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang
menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan
tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau
seperti huruf S atau huruf. (Helmi, 2010)

7
6. Pathway

Posisi duduk
yang salah

Kerja otot pd
ruas tulang
belkang

Ketegangan
otot

Perkembangan
otot tulang
belakang
terganggu

Otot lemah

Ruas tulang
belakang lemah

Tulang belakang
melekung miring ke
salah satu sisi

skoliosiss

Deviasi lateral Kelelhan tulang Tulang belakang


corpus spinal dan sendi meleking.dada
kanan menonjol dan
skapula tampak
Kaku otot
Derajat deviasi tinggi
semakin besar

8
Menghambat
Menekan area paru
untuk bergerak

Resiko tinggi
gangguan nyeri
Resiko tinggi
Menghambat
gangguan
pergerakan rusuk
mobilisasi
dan paru

Ekspansi paru

dipsnea

Resiko gangguan
pola napas tidak
efektif

9
7. Pemeriksaan Penunjang

Dalam pemeriksaan fisik, dokter akan meminta pasien untuk berdiri atau
membungkuk. Dokter juga akan memeriksa kondisi saraf untuk mengetahui
apakah ada otot yang lemah, kaku, atau menunjukkan refleks yang abnormal.

Selain pemeriksaan fisik, doter juga dapat melakukan pemeriksaan foto


Rontgen dan CT scan untuk memastikan adanya skoliosis dan mengetahui
tingkat keparahan lengkungan tulang belakang. Jika dokter mencurigai kelainan
pada tulang belakang disebabkan oleh hal lain, maka dapat melakukan
pemindaian dengan MRI (Ngastiyah, 2009)

8. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan belum diperlukan untuk skoliosis yang ringan, mengingat tulang


belakangnya masih dapat kembali lurus saat usia anak-anak bertambah. Meski
demikian, perkembangan penyakit perlu terus diamati oleh dokter.

Dengan pemeriksaan rutin ke dokter, dapat diketahui perkembangan kondisi


tulang yang melengkung. Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan foto Rontgen
untuk memantaunya.

Pada skoliosis yang lebih parah, anak akan diminta untuk mengenakan
penyangga tulang belakang. Penyangga ini tidak dapat meluruskan tulang
kembali, namun dapat mencegah lengkungan tulang belakang bertambah parah.

Penyangga biasanya terbuat dari plastik yang dikenakan di bawah lengan,


sekitar tulang rusuk, serta bagian bawah punggung dan pinggul. Bentuknya
disesuaikan dengan bentuk tubuh sehingga hampir tidak terlihat jika mengenakan
pakaian.

Agar lebih efektif, penyangga ini perlu dikenakan sepanjang hari, kecuali saat
anak berolahraga. Pemakaian penyangga dapat dihentikan saat pertumbuhan
tulang belakang berhenti, yaitu:

10
1) Dua tahun setelah anak perempuan mulai mengalami menstruasi.
2) Saat kumis atau jenggot pada wajah anak laki-laki mulai tumbuh.
3) Saat tidak ada penambahan tinggi badan lagi.

11
BAB III

Konsep Asuhan Keperawatan

1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal
akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh
yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
 Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
 Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
 Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi

d. Mengkaji system otot


Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic
hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower
motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).

12
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut
perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

2. DIAGNOSA
a) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penekanan paru
b) Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral
c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak
seimbang
d) Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh
yang miring kelateral

3. Riwayat Kesehatan Saat Ini


 . Alasan Masuk RS : Pasien mengalami perubahan punggung bagian atas,
tulang belakang membengkok kekanan dan pada punggung bagian bawah,
sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri.
 Keluhan Utam : Nyeri
 . Riwayat Penyakit PQRST : Pada saat melakukan aktifitas berat
Nyeri dirasakan berat dan cukup mengganggu aktivitas. Dada sisi kiri dan
kadang menjalar kebahu dan lengan Sedang (5-6) Hilang timbul
 . Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya

13
 Intervensi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
o Tujuan : Ketidakefektifan pola nafas teratasi.
o Kriteria Hasil : Pola nafas efektif.
o Intervensi :

 Kaji status pernapasan setiap 4 jam.


R//: memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

 Bantu dan ajarkan pasien melakukan nafas dalam setiap 1 jam.


R//: agar tidak terjadi sesak.

 Atur posisi semi fowler


R//: untuk meningkatkan ekspansi paru.

 Auskutasi dada untuk mendengarkan bunyi napas setiap dua jam.


R//: perubahan simetrisan dada menunjukan terjadi penekanan paru-paru oleh
tulang belakang.

2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.


o Tujuan : Rasanyeri teratasi.
o Kriteria Hasil : Rasa Nyeri hilang atau kurang
o Intervensi :
 Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri.
R//: bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi,
menentkan evektivitas terapi.

 Atur posisi yang meningkatkan rasa nyaman.


R//: menurunkan tegangan otot dan koping adekuat.

 Pertahankan lingkungan yang tenang.


R//: meningkatkan rasa nyaman.

 Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi.


R//: untuk mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri.

 Anjurkan latihan postural secara rutin.

14
R//: dengan latihan posturan secara rutin mempercepat proses perbaiki posisi
tubuh.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang


tidak seimbang.
o Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi.
o Kriteria Hasil : Meningkatkan mobilitas fisik.
o Intervensi :
 Kaji tingkat mobilitas fisik.
R//: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervensi
untukmeningkatkan kemajuan ksehatan.

 Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang.


R//: memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, meningkatkan
rasa control diri/harga diri, dan membantu menurunkan isolasi social.

 Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif.


R//: Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi.

 Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri.


R//: Keluarga yang kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan
kenyamanan pada pasien.

15

Anda mungkin juga menyukai