Di susun oleh:
Diana Mariana Bili
KP1801274
Keperawatan Medikal Bedah III
Skoliosis adalah deformitas dari tulang belakang yang dicirikan dengan adanya
abnormalitas kelengkungan tulang belakang ke arah lateral. Selain itu,pada skoliosis juga
dapat ditemukan adanya rotasi dari vertebra.
Di setiap negara diperkirakan kira-kira 3% penduduk mengalami skoliosis dan
cenderung diderita perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan antara 3:1
(Jamaludin, 2006). Menurut ahli orthopedic dan rematologi RSU Dr Soetomo Surabaya, Dr
Ketut Martiana Sp.Ort.(K), 4,1% dari 2000 anak SD hingga SMP di Surabaya, setelah diteliti
ternyata mengalami tulang bengkok. Hasil rongten sebagai bentuk pemeriksaan lanjutan
diketahui yang kebengkokanya mencapai 10 derajat sebanyak 1,8%, sedangkan yang lebih
dari 10 derajat sebanyak 1% (Parjoto, 2011).
Skoliosis merupakan kelainan tulang dimana tulang belakang mengalami
pembengkokan kearah samping ( lateral curvature) yang membentuk huruf S atau C dapat
dilihat ketika kelengkungannya semakin parah dan juga menimbulkan ketidaknyamanan.
Tulang belakang mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika dilihat dari samping,
namun ia harus nampak lurus ketika dilihat dari depan.
Penanganan secara rehabilitasi medik masih bisa dilakukan bila lengkung
curvaturenya dibawah 40,0 bila lebih dari itu harus dilakukan pembedahan. Jika
kelengkungannya sudah menjadi sangat parah akhirnya dapat menganggu fungsi
pernapasan dan jantung. Juga dapat merusak persendian tulang belakang serta rasa sakit di
masa tua. Sehingga pembedahan adalah pilihan terapi yang utama untuk mengatasi hal
tersebut.
Jadi, disini dapat disimpulkan bahwa skoliosis sangat berpengaruh pada aktivitas sesorang
karena ketidaknyamanan dalam beraktivitas, dan juga dapat menimbulkan
ketidaknyamanan disaat duduk, sehingga pasien dengan penyakit skoliosis perlu perawatan
baik secara komprehensif sehingga Penyakit yang diderita akan membaik dengan
pemeriksaan seperti ST-scan, MRI, Rontgen, dan sinar X agar dokter mengetahui penyakit
letak penyakit yang diderita pasien, sehingga dapat dilakukan pembedahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
A. DEFENISI
Skoliosis adalah deformitas dari tulang belakang yang dicirikan dengan adanya
abnormalitas kelengkungan tulang belakang ke arah lateral3. Selain itu,pada skoliosis
juga dapat ditemukan adanya rotasi dari vertebra. ( Wartonah Tarwoto, 2016)
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping,
yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal
(pinggang). Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke
samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang
dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang.Penyakit ini juga sulit untuk dikenali
kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, 2011)
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis
ini sepintas terlihat sangat sederhana. Skoliosis adalah melengkungnya vertebrae
torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral.wilkison judith. M, 2016)
B. ETIOLOGI
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu non struktural dan struktural.
1. Skoliosis non struktural disebabkan oleh :
a. Tabiat yang tidak baik seperti membawa tas yang berat pada sebelah bahu
saja (menyebabkan sebelah bahu menjadi tinggi), postur badan yang tidak
bagus (seperti selalu membongkok atau badan tidak seimbang).
b. Kaki tidak sama panjang.
c. Kesakitan, contohnya disebabkan masalah sakit yang dirasakan di belakang
dan sisi luar paha, betis dan kaki akibat kemerosotan atau kerusakan cakera
di antara tulang vertebra dan menekan saraf.
2. Skoliosis struktural disebabkan oleh pertumbuhan tulang belakang yang tidak
normal. Ciri – ciri fisiknya adalah sebagai berikut :
a. Bahu tidak sama tinggi.
b. Garis pinggang tidak sama tinggi.
c. Badan belakang menjadi bongkok sebelah.
d. Payu dara besar sebelah.
e. Sebelah pinggul lebih tinggi.
f. Badan kiri dan kanan menjadi tidak simetri.
D. PATOFISIOLOGI
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis atau termasuk rongga
tulang spinal. Lengkungan dapat berbentuk S atau C. Derajat lengkungan penting
untuk diketahui, karena hal ini dapat menentukan jumlah tulang rusuk yang
mengalami pergeseran. Pada tingkat rotari lengkungan yang cukup besar mungkin
dapat menekan dan menimbulkan keterbatasan pada organ penting yaitu paru-paru
dan jantung. Aspek paling penting dalam terjadinya deformitas (kelainan) adalah
progresivitas pertumbuhan tulang.
Dengan terjadinya pembengkokan tulang vertebra kearah lateral desertai
dengan rotari tulang belakang, maka akan diikuti dengan perubahan perkembangan
sekunder pada tulang vertebra dan iga. Oleh karena adanya gangguan pertumbuhan
yang bersifat progresif, disamping terjadi perubahan pada vertebra, juga terjadi
perubahan pada tulang iga, dimana bertambahnya kurva yang menyebabkan
deformitas tulang igasemakin jelas. Tulang iga turut berputar dan menimbulkan
deformitas berupa punuk iga (Rib Hump). Pada kanalis spinalis terjadi pendorongan
dan penyempitan kanalis spinalis oleh karena terjadi penebalan dan pemendekan
lamina pada sisi konkaf. Keseimbangan lengkungan juga penting, karena ini
mempengaruhi stabilitas dari tulang belakang dan pergerakan pinggul. Perubahan
yang penting dalam keseimbangan dapat mempengaruhi gerak jalan. (Price Sylvia
Anderson. 2011)
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya berupa:
a. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
b. Bahu dan /pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
c. Nyeri punggung
d. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
e. Skoliosis yang berat (dengan keengkungan yang lebih besar dari 60%) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke
depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.
Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau
refleks.
1. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai.
2. Rontgen tulang belakang
Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang
belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan
metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser.
Derajat Risser adalah sebagai berikut :
Grade 0 : tidak ada ossifikasi,
grade 1 : penulangan mencapai 25%,
grade 2 : penulangan mencapai 26-50%,
grade 3 : penulangan mencapai 51-75%,
grade 4 : penulangan mencapai 76%
grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit.
Metode cobb:
a. Tentukan corpus vertebra paling miring dibagian paling atas dan paling bawah
dari lengkungan skoliosis
b. Tarik garis lurus ditepi atas corpus paling miring diatas, lalu dibuat garis tegak
lurus terhadap garis ini kearah bawah
c. Tarik garis lurus pada tepi bawah corpus paling miring dibawah, kemudian buat
garis tegak lurus garis ini kearah atas. Sudut yang terbentuk pada pertemuan
kedua garis tegak lurus tadi disebut Cobb’s angle yang menunjukkan besarnya
derajat skoliosis.
d. Teknik pengukuran Cobb lebih sesuai pada lengkungan skoliosis 50 derajat atau
lebih.
3. MRI ( jika di temukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen )
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
2. Mempertahankan fungsi respirasi
3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah :
a. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25o
pada tulang yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada
waktu-waktu tertentu.Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah
kunjungan pertama ke dokter.Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang
derajat <20>20.
b. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan
nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
1. Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-40
derajat
2. Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
a. Milwaukee
b. Boston
c. Charleston bending brace
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan
secara teratur 23 jam dalam sehari hingga 2 tahun setelah menarche.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada masalah kebutuhan dasar personal hygiene diagnosa keperawatan yang muncul
menurut Nanda (2015-2017), adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
3. Gangguan imobilitas fisik berhubngan dengan nyeri
J. RENCANA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan NOC Intervensi NIC
K. TERAPI KOMPLEMENTER
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O‟s”
adalah :
1. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25 derajat pada
tulang yang masih tumbuh atau <50 derajat pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun. Pada
pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktu-waktu
tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan pertama ke dokter.
Lalu sekitar 6-9 bulan.
2. Fisioterapi
a. Terapi latihan
Prinsip terapi latihan pada skoliosis adalah:
1. Mengembangkan mobilitas sendi-sendi yang telah hilang
2. Meregangkan otot yang kontraktur
3. Meningkatkan kekuatan otot
4. Memutar balik dari rotasi deformitas vertebra
5. Mengembangkan muscular seluruh badan supaya mampu memilihara curve yang
telah dikoreksi.
b. Moditasi fisik misalnya cotrel traction
3. Medikamentosa
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati
skoliosis. Obat yang digunakan antara lain : 1. Analgesik (Paracetamol, asam asetil
salisilat) 2. NSAID
4. Tindakan Pembedahan
Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur,
operasi direkomendasikan. Lengkung dengan sudut besar tersebut, progresivitasnya
meningkat secara bertahap, bahkan pada masa dewasa. Tujuan terapi bedah dari
skoliosis adalah memperbaiki deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut
sampai terjadi fusi vertebra. Beberapa tindakan pembedahan untuk terapi skoliosis
antara lain : Penanaman Harrington rods ( batangan Harrington ).
Batangan Harrington adalah bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui pembedahan
yang terdiri dari satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan atau
menstabilkan tulang belakang dengan fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini terdiri dari
pengait yang terpasang pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang vertebrata yang
letaknya di atas dan di bawah lengkungan tulang belakang. Keuntungan utama dari
penggunaan batangan Harrington adalah dapat mengurangi kelengkungan tulang
belakang ke arah samping (lateral), pemasangannya relatif sederhana dan komplikasinya
rendah. Kerugian utamanya adalah setelah pembedahan memerlukan pemasangan gips
yang lama. Seperti pemasangan pada spinal lainnya , batangan Harrington tidak dapat
dipasang pada penderita osteoporosis yang signifikan.
BAB III
ANALISA JURNAL
10 Can't the results of this study fit with other available evidence? ✓
Karena mengingat penyakit ini disebabkan oleh kebiasaan -
kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh masyarakat, terlebih
pada anak-anak. Contohnya data yang mereka kumpulkan secara
signifikan dipengaruhi oleh tiga atau faktor resiko skoliosis ini (
faktor keturunan, kebiasaan postur tubuh yang tidak memadai,
aktivitas fisik yang rendah, kelebihan berat badan dan obesitas,
serta faktor lainnya.
A. KESIMPULAN
Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang dimana tulang belakang mengalami
pembengkokan ke arah samping (lateral curvature) membentuk huruf S atau C dapat
dilihat ketika kelengkungannya semakin parah dan juga mengakibatkan
ketidaknyamanan.
Skoliosis merupakan kelainan yang sering ditemukan pada anak-anak dan
remaja yang menyebabkan disabilitas baik secara fungsional maupun kosmetik.
Penatalaksanaan pada kasus skoliosis meliputi observasi, pemberian modalitas,
penggunaan orthosis, latihan, dan operasi. Dengan deteksi dini pada pasien yang
dicurigai menderita skoliosis dan penatalaksanaan yang tepat, prognosis pasien
skoliosis dapat ditingkatkan.
B. SARAN
Kesehatan dan postur yang normal adalah adalah hal yang ping penting bagi
seseorang. Jadi, salah satu bentuk kelainan tulang belakang seperti sangatlah
mengganggu seseorang dalam melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak
tenaga.
DAFTAR PUSTAKA