Anda di halaman 1dari 10

Intervensi Fisioterapi post

op Skoliosis
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 9:

– Iftithachur Rochmah (208068AJ)


– Ina Herdiana (208043AJ)
– Dwi Livia Sari (208042AJ)
– Riska Jeje Nur'aini (208045AJ)
– Sinty Yurita (208046AJ)
– Novi Yulaikah (208075AJ)
DEFINISI
Skoliosis berasal dari
bahasa Yunani
yaitu“Crookednes” atau
kebengkokan. Skoliosis
adalah kelengkungan tulang
belakang di bidang frontal
yang abnormal ke arah
samping yang dapat terjadi
pada segmen cervical
(leher), thoracal
(punggung), maupun lumbal
Scoliosis adalah deformitas tulang
(pinggang). Tulang belakang
belakang berupa deviasi vertebra ke
melengkung abnormal dari arah samping atau lateral(Soetjaningsih,
sisi ke sisimenyerupai 2004)
bentuk “S”.
ETIOLOGI
Penyebab dan patogenesis skoliosis belum dapat ditentukan dengan pasti.
Kemungkinan penyebab ialah :
1. Genetik. Banyak studi klinis yang mendukung pola pewarisan
dominan autosomal, multifaktorial,atau X-linked.
2. Postur, yang mempengaruhi terjadinya skoliosis postural kongenital.
3. Abnormalitas anatomi vertebra dimana lempeng epifisis pada sisi
kurvatura yang cekung menerima tekanan tinggi yang abnormal
sehingga mengurangi pertumbuhan,sementara pada sisi yang
cembung menerima tekanan lebih sedikit, yang dapat menyebabkan
pertumbuhan yang lebih cepat. Selain itu, arah rotasi vertebra selalu
menuju ke sisi cembung kurvatura, sehingga menyebabkan kolumna
anterior vertebra secara relatif menjadi terlalu panjang jika
dibandingkan dengan elemen-elemen posterior.
Berdasarkan etiologinya, skoliosis dapat
dikatagorikan menjadi skoliosis non
strukturak dan struktural.
Skoliosis Non Struktural bersifat reversibel Skoliosis struktural ini bersifat irreversibel dan
(dapat di kembalikan pada bentuk semula), dengan rotasi dari tulang punggung.
tanpa rotasi dari tulang punggung: a. Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
a.Skoliosis postural: di sebabkan oleh kebiasaan -Bayi : dari lahir -3tahun
postur tubuh yang buruk. -Anak – anak : 4-9 tahun
-Remaja : 10-19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
b.Spasme otot & rasa nyeri, yang dapat berupa : -Dewasa : > 19 tahun

Nyeri spinal nerve roots (skoliosis skiatik) b. Osteopatik


Konginetal (didapat sejak lahir)
Nyeri tulang punggung yang di sebabkan
inflamasi • Terlokalisasi :
Nyeri abdomen (yang di sebabkan apendisitis) -kegagalan pembentukan tulang punggung
-Kegagalan segmentasi tulang punggung.
c.Perbedaan panjang antara tungkai bawah :
Actual shortening & Apparent shortening : • General :
1. Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang -Osteogenesis imperfecta
-Arachnodctily ditemukan :
lebih pendek
-Fraktur diskolasi dari tulang punggung, trauma
2. Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang -Ricket & osteomalasia
lebih panjang. -Empysema , thoracoplasity
GEJALA KLINIS
Gejala-gejala yang paling umum dari
skoliosis ialah suatu lekukan yang
tidak normal dari tulang belakang.
Skoliosis dapat menyebabkan kepala
nampak bergeser dari tengah atau satu
pinggul atau pundak lebih tinggi
daripada sisi berlawanannya. Masalah
yang dapat timbul akibat skoliosis
ialah penurunan kualitas hidup dan
disabilitas, nyeri, deformitas yang
mengganggu secara kosmetik,
hambatan fungsional, masalah paru,
kemungkinan terjadinya progresifitas
saat dewasa, dan gangguan psikologis
PENANGANAN OPERATIF

Faktor yang harus dipertimbangkan sebelum operasi ialah fungsi paru pasien
dengan penyakit neuromuskuler. Operasi pada kasus skoliosis dilakukan atas
indikasi:
1) pasien telah menjalani perawatan dengan brace, namun masih mengalami
perburukan kurvatura.
2) terlambat menggunakan brace, yaitu pada pasien dengan kurva >500, usia
tulang 15 tahun untuk perempuan dan 17 tahun untuk laki-laki, serta
deformitas kurvatura skoliosis yang sangat berat;
3) kurvatura skoliosis >500 meskipun tidak dirasakan adanya gangguan kosmetik.
4) anak yang tidak menggunakan atau tidak dapat mengguna-kan brace.
5) nyeri terus menerus yang mungkin disebabkan oleh skoliosis.
6) skoliosis yang tidak seimbang (unbalanced scoliosis).
7) gangguan psikologis karena skoliosis. Sesuai dengan usia pasien, operasi dapat
dilakukan dengan cara instrumentasi tanpa fusi (growing rod) atau operasi fusi
definitif yang biasanya dilakukan dengan pendekatan anterior atau posterior.
KOMPLIKASI
1. SESAK NAFAS
2. NYERI PUNGGUNG BELAKANG
3. MASALAH JANTUNG
4. MASALAH SARAF
5. GANGGUAN PSIKOLOGIS
6. SINDROME TRANSISIONAL
INTERVENSI FISIOTERAPI
1. BREATHING EXERCISE tujuan meningkatkan ventilasi,mempertahankan
atau meningkatkan mobilisasi chest dan thorachal spine,meningkatkan
relaksasi untuk post op skoliosis.
2. AKTIF FREE AGA DAN AGB tujuan memperlancar sirkulasi darah,
rileksasi otot, memelihara dan meningkatkan LGS, mencegah
pemendekan otot, mencegahan perlekatan jaringan.
3. STATIC KONTRAKSI OTOT FLEXOR DAN EXSTENSOR LUMBAL tujuan
mengurangi nyeri dan oedema jaringan selama fase penyembuhan.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
1. BREATHING EXECISE : dilakukan diawal latihan
 Pasien Posisi duduk nyaman
 Di instruksikan bernafas melalui hidung, rasakan perut mengembang dan mengempis
dengan perlahan. Rileks dada, bahu dan lengan.
 Ulangi pola pernapasan tersebut untuk mendapatkan pola pernapasan yang tenang
dan nyaman.
2. AKTIF FREE AGA DAN AGB
a) Pemberian active excercise dapat diberikan dalam berbagai posisi seperti tidur
terlentang tisur miring, tidur tengkurap, duduk berdiri, atau posisi denga alat latihan
yang digunakan.
b) Gerakan fleksi bahu
Posisi pasien tidur terlentang diatas bed terpais memegang pergelangan tangan dan
juga lengan bawah. Lakukan pengulangan sebanyak 7x atau sesuai denga toleransi
pasien. Latihan ini mampu mengurangi komplikasi akibat kurang gerak pada bahu
dan terpeliharanya sifat fisiologis jaringan pada area bahu dan lengan. Tujuan
utamanya adalah terpeliharanya jarak gerak sendi pada bahu ke arah fleksi.
C) Abduksi bahu
Posisi pasien tidur terlentang diatas bed, pegangan terapis pada
pergelangan tangan dan lengan atas. Lakukan pengulangan 7x, latihan ini
akan megurangi kontraktur jaringa pada sendi bahu
D) Fleksi- ekstensi siku
Posisi pasien tidur terlentang diatas bed, tanga terapis berada pada
pergelangan tangan dan sendi siku. Latihan ini sangat penting karena
ekstremitas atas memiliki peran dominan.
E) Fleksi ekstendi hip dan knee
Posisi pasien tidur terlentang diatas bed, posisi tanga terapis pada tumit
serta sisi bawah dan tepi luar lutut insan stroke. Lakukan 7x pengulangan.
3. STATIC KONTRAKSI OTOT FLEXOR DAN EXTENSOR LUMBAL :
Frekuensi latihan 2-3 hari sekali

Anda mungkin juga menyukai