Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Manajemen Fisioterapi Reproduksi dan Integumen


“PLASENTA DAN HORMON PROTEIN PADA KEHAMILAN”

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 9:

Dwi Livia Sari (208042AJ)


Ina Herdiana (208043AJ)
Riska Jeje Nur'aini (208045AJ)
Sinty Yurita (208046AJ)
Iftithachur Rochmah (208068AJ)
Novi Yulaikah (208075AJ)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


INSTITUT TEHNOLOGI, SAINS, DAN KESEHATAN
RS DR. SOEPRAOEN KESDAM V/BRW
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu hingga selesainya tugas mata kuliah ini.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Malang,..........oktober 2020

(Penyusun)
BAB I
PENDAHULIAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem reproduksi pada manusia, baik pria maupun wanita, memiliki
struktur organ internal dan ekternalnya masing-masing. Setiap organ dalam sistem
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Awal Proses reproduksi manusia
terjadi ketika sel sperma bertemu dengan sel telur, yang umumnya terjadi dalam
hubungan seksual. Proses ini dapat berlangsung berkat adanya organ-organ
reproduksi yang berfungsi.
Selama proses kehamilan, dalam rahim ibu , janin mempunyai saluran
pengikat antara ibu dan bayi yang biasa kita sebut sebagai plasenta. Plasenta
adalah organ yang sangat kompleks dan menarik yang berkembang di rahim
selama proses kehamilan. Pada manusia plasenta terjadi 12-18minggu setelah
fertilisasi. Tiga minggu pasca dimulai pembentukan vilikorealis. Vili korealis ini
akan bertumbuh menjadi suatu masa jaringan yaitu plasenta. Salah satu fungsi dari
plasenta adalah fungsi endokrin. Dimana selama proses kehamilan berlangsung,
plasenta memproduksi hormon yang diproduksi di sinsisium (hormon protein).
Pada makalah ini akan dibahas mengenai struktur dan fungsi plasenta dan
hormon protein pada kehamilan yang lebih spesifik.

B. RUMUSAN MASALAH
Makalah ini disusun dengan maksud antara lain memberikan gambaran atau
pengertian tentang struktur dan fungsi plasenta. Beberapa permasalahan yang
akan di bahas antara lain:
1. Bagaimana pengertian, struktur dan fungsi plasenta pada kehamilan ?
2. Apa sajakah hormon protein pada kehamilan ?

C. TUJUAN
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah sistem reproduksi.
2. Mengetahui tentang pengertian,struktur dan fungsi plasenta.
3. Mengetahui tentang hormon protein pada kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PLASENTA

1. TINJAUAN UMUM

Plasenta adalah organ yang sangat kompleks dan menarik yang berkembang
di rahim selama proses kehamilan. Pada manusia plasenta terjadi 12-18 minggu
setelah fertilisasi. Tiga minggu pasca dimulai pembentukan vilikorealis.
Vilikorealisini akan bertumbuh menjadi suatu masa jaringan yaitu plasenta.
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat
pertukaran zat antara ibu dan janin atau sebaliknya. Jiwa anak tergantung pada
plasenta. Baik tidaknya anak  tergantung pada baik buruknya faal plasenta.
Plasenta merupakan organ penting bagi janin, karena sebagai alat pertukaran
zat antara ibu dan bayi atau sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau hampir
bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram.
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang dari 16 minggu
dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
Plasenta terletak di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas
kearah fundus uteri, dikarenakan alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus
uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi. Plasenta
berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi koriales atau jonjot
chorion dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan fetal dan maternal.
Permukaan fetal adalah permukaan yang menghadap ke janin, warnanya keputih-
putihan dan licin. Hal ini disebabkan karena permukaan fetal tertutup oleh
amnion, di bawah nampak pembuluh-pembuluh darah. Permukaan maternal
adalah permukaan yang menghadap dinding rahim, berwarna merah dan terbagi
oleh celah-celah yang berasal dari jaringan ibu. Jumlah celah pada plasenta dibagi
menjadi 16-20 kotiledon.
Gambar 1. Permukaan plasenta

Penampang plasenta terbagi menjadi dua bagian yang terbentuk oleh


jaringan anak dan jaringan ibu. Bagian yang terdiri dari jaringan anak disebut
membrana chorii, yang dibentuk oleh amnion, pembuluh darah janin, korion dan
villi. Bagian dari jaringan ibu disebut piring desidua atau piring basal yang terdiri
dari desidua compacta dan desidua spongiosa.

Gambar 2. Struktur plasenta


2. MORFOMETRI PLASENTA

a. Definisi
Morfometri berasal dari dua kata yaitu morfologi yang berarti ilmu
pengetahuan tentang bentuk luar dan susunan makhluk hidup dan metrik yang
berarti sesuatu yang berhubungan dengan ukuran, jadi morfometri merupakan
sesuatu yang berhubungan dengan bentuk dan ukuran suatu benda.
Plasenta adalah organ sementara yang menghubungkan ibu dan fetus dan
mengirim oksigen dan nutrisi-nutrisi dari ibu ke fetus. Plasenta berbentuk cakram
dan pada masa sepenuhnya berukuran kira-kira tujuh inches dalam diameternya
(garis tengahnya) dan melekas pada dinding kandungan (uterus).
b. Anatomi Plasenta
Secara umum, plasenta normal memiliki diameter 15 - 25 cm, ketebalan 2-
3 cm, dan berat 500-600 gram atau bervariasi yaitu 1/6 dari berat lahir bayi.
Plasenta terdiri dari dua sisi yaitu sisi maternal terdiri dari desisua kompakta yang
terdiri dari beberapa lobus dan kotiledon, sisi dimana plasenta berwarna merah
gelap dan terbagi-bagi dalam lobula dan kotiledon yang berjumlah antara 15-
20.Sedangkan sisi fetal yaitu bagian permukaan yang mengkilap, berwarna keabu-
abuan dan seperti tembus cahaya sehingga nampak jaringan pada sisi maternal,
teridiri dari korion frotundum dan villi.
Pada kehamilan aterm, panjang tali pusat sekitar 55-60 cm dengan
diameter 2- 2,5 cm, dan memiliki cukup banyak Wharton's jelly, tidak bersimpul
dan tidak memiliki thrombosis. Tali pusat yang normal memiliki dua arteri dan
satu vena. Selaput plasenta pada umumnya berwarna abu-abu, berkerut, licin dan
tembus cahaya.Selaput dan plasenta memiliki bau yang khas. Tali pusat
berhubungan dengan plasenta, insersi tali pusat apabila ditengah disebut insersio
sentral, agak ke pinggir disebut insersi lateralis dan apabila di tepi disebut
insersimarginalis.
Kelainan pada plasenta dapat diperiksa setelah lahir di ruang bersalin,
sehingga memungkinkan untuk diketahui adanya kelainan, antara lain:
Tabel 2.1. Pemeriksaan morfometri plasenta

Faktor yang Kondisi Kenampakan Clinical


diperiksa Significance
Ukuran plasenta Normal Diameter sekitar 15-25 cm
Ketebalan 2-3 cm Berat sekitar 500-
600 gram
Plasenta tipis Kurang dari 2cm -Kemungkinan
terjadi insufisiensi
plasenta dengan
IUGR
-Kondisi abnormal
yang jarang terjadi
dimana plasenta
sangat tipis dan
menyebar terlalu
lebar pada dinding
rahim, yang
berhubungan
dengan perdarahan
dan kelahiran bayi
yang buruk.
Plasenta tebal Lebih dari 3cm -Diabetes mellitus
pada ibu
- Fetal hydrops
- Infeksi janin
dalam rahim
Bentuk plasenta Multiple lobus Gambar 2.1. Succenturiate -Kemungkinan
(bilobate, lobedan bilobate terjadi retensio
succenturiate, plasenta,
accessory) dibutuhkan
pembedahan untuk
membersihkan.
-Meningkatkan
insiden infeksi dan
perdarahan
pospartum
Abnormalitas Infark plasenta Berwarna pucat dan abu-abu -Infark yang terlalu
permukaan lama
maternal -Kehamilan dengan
hiprtensi
-Sistemik lupus
erythematosus
- Ibu usia tua
Berwarna gelap -Infark awal
-Kehamilan dengan
hiprtensi
-Sistemik lupus
erythematosus
- Ibu usia tua
Abnormalitas Fetal anemia Berwarna pucat -Anemia pada bayi
permukaan fetal baru lahir
- Fetal hydrops
-Perdarahan yang
memerlukan
tranfusi
Circumvallate Membran plasenta tebal - Prematuritas
placenta - Perdarahan
prenatal - Plasenta
kasar
- Multiparitas
-Kehilangan cairan
Gambar 2.2. Circumvallate placenta sejak dini
Circummargin ate Membran plasenta tipis -Berhubungan
placenta dengan malformasi
fetus

Gambar 2.3. Circummarginate


placenta
Amnion nodosum Terdapat nodul berwarna putih - Oligohidramnion
kecil, abu-abu atau kuning - Renal agenesis
- Hipoplasi
pulmoner

Gambar 2.4.Amnionnodosum
Squamous Terdapat nodul berwarna putih Baru dan
metaplasenta kecil, abu-abu atau kuning pada kemungkinan
sekitar insersi tali pusat belum terdapat
clinical
significance.
Fetus papyraceus Terdapat satu atau beberapa nodul - Kehamilan
and fetus yang mengalami penebalan. kembar
compressus -Kemungkinan
berhubungan
dengan kematian
fetus yang tidak
diketahui
penyebabnya
Lingkaran Amnion yang kuat dan lembut -Amputasi dari
Amniotik bagian fetus
- Kematian fetus
Abnormalitas Panjang tali pusat Pengukuran panjang tali pusat dari
pada tali pusat ujung bagian fetal hingga akhir
bagian maternal (panjang normal
antara 40-70 cm)
Tali pusat pendek Kurang dari 40cm - Fetus kurang
gerak
- Down sindrom
-Penyakit Werdnig-
Hoffman
-Penurunan
Intelligent Quotient
(IQ)
- Fetal malformasi
-Penyakit myopati
dan neuropati
-Ruptur tali pusat,
perdarahan atau
penyempitan
- Malpresentasi
-Pemanjangan kala
II persalinan
- Abrupsi
- Inversio uteri
Tali pusat panjang Lebih dari 70cm -Fetal hiperkinesis
-Peningkatan risiko
lilitan tali pusat
-Peningkatan risiko
torsi dan ikatan
- Thrombosis
Tali pusat tipis Penyempitan diameter tali pusat -Postmaturitas dan
danpeningkatan oligohidramnion
jumlah Wharton's -Torsi dan
jelly kematian fetus
Edema Pelebaran diameter tali pusat - Penyakit
hemolitik
-Prematuritas
- Sectio caesarian
-Preeklampsia
-Eklampsia
-Diabetes mellitus
pada ibu
-Transient
tachypnea pada
bayi baru lahir
-Idiopathic
respiratory distress
Necrotizing -Segmen khusus yang mengalami Sifilis dan infeksi
funisitis kemiripan dengan barber's pole akut, subakut dan
-Bengkak, nekrosis, trombosis dan kronis.
kalsifikasi
Velamentous cord -Peningkatan risiko
insertion perdarahan pada
fetus
- Usia ibu terlalu
tua
- Diabetes mellitus
- Merokok
-Singgel arteri
umbilikal
Gambar 2.5. Velamentous cord
- Fetal malformasi
insertion

Abnormalitas warna hijau -Campuran


membran mekonium
-Darah yang
tersimpan lama
-Infeksi
(myeloperoxidase
pada leukosit)
Bau Kelainan bau -Infeksi
-Bau busuk: infeksi
dari Fusobacterium
or Bacteroides
-Bau manis: infeksi
dari Clostridium
atau Listeria

c. Kelainan bentuk plasenta


Faktor yang menentukan tempat nidasi dari blastokis yang nantinya akan
berkembang menjadi plasenta masih belum dapat dipastikan. Pada umumnya
nidasi terletak dibagian atas dari uterus, akan tetapi implantasi yang abnormal
mungkin dapat terjadi dan dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan,
misalnya pada plasenta previa yang dapat menyebabkan malpresentasi janin.
Perubahan letak plasenta selama masa kehamilan atau biasa disebut
“dynamic placentation” dapat terjadi akibat perubahan uterus selama masa
kehamilan sehingga dapat merubah bentuk dan posisi dari plasenta. Sebanyak
77% kasus dari plasenta dengan nidasi dibagian segmen bawah rahim dapat
berpindah ke atas, sedangkan sebanyak 68% kasus dari plasenta dengan letak
dibagian fundus dapat bergeser kebawah seiring bertambahnya usia kehamilan.
Pada penelitian terdahulu telah diketahui bahwa plasenta mengalami
pertumbuhan secara berkesinambungan dan dapat diukur hingga diameter
mencapai 17,2 cm dan luas permukaan 23,245 mm2 saat aterm.
Istilah “error in outline” lebih tepat digunakan untuk menggambarkan dan
menunjukkan variasi dari bentuk plasenta. Jarang ditemukan plasenta dengan
bentuk yang bulat seutuhnya, lebih sering adalah berbentuk lonjong dan jarang
ditemukan dengan bentuk yang tidak beraturan, terkadang pula berbentuk segitiga
dimana hal ini dipengaruhi oleh tempat penempelannya, terjadinya atropi dan
dapat pula dipengaruhi oleh cara penempelan. Yang paling jarang lagi adalah
plasenta berbentuk bilobata dimana terdapat dua buah lobus pada plasenta yang
dipisahkan oleh segmen membran plasenta. Plasenta berbentuk bulat dan oval
merupakan bentuk yang paling dominan pada plasenta manusia, dan jarang sekali
ditemukan plasenta dengan bentuk yang abnormal.
d. Cara pengukuran plasenta
Pemeriksaan plasenta diharuskan setelah persalinan secara
makroskopik.Plasenta yang diukur harus memenuhi syarat sebagai berikut :
plasentalahir secara utuh, dan merupakan plasenta yang lengkap memiliki tali
pusat yangmengandung dua arteri dan satu vena. Pengukuran plasenta meliputi
pengukuran berat plasenta, diameter plasenta, ketebalan plasenta, luas permukaan
plasenta serta panjang tali pusat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Berat plasenta, ditimbang segera setelah plasenta lahir menggunakan
timbangan yang memiliki ketelitian 1 gram.
2. Diameter plasenta, dihitung diameter maksimal dan diameter minimal
plasenta kemudian diabil rata-rata nilai tengahnya.
3. Ketebalan plasenta, diukur menggunakan jarum pada 5 titik di 3 tempat
yang berbeda, yaitu satu jarum pada area pusat plasenta, dua jarum di area
pertengahan antara pusat dan tepi plasenta dan dua jarum lainnya di daerah
tepi plasenta kemudian diambil rata-rata nilai tengahnya.
4. Panjang tali pusat, diukur mulai dari insersi dari sisi bayi hingga akhir pada
insersi di plasenta.
5. Luas permukaan plasenta, dihitung menggunakan luas area elips,

yaitu:

Keterangan: A : Luas permukaan elips


: 3,14
dL: Diameter terluas
dS: Diameter terpendek

Pemeriksaan plasenta diharuskan pada setiap setelah persalinan secara


makroskopik.Pemeriksaan plasenta menunjukkan informasi penting tentang apa
yang telah terjadi pada janin. Ukuran plasenta yang besar dapat beresiko
menyebabkan terjadiya tekanan darah tinggi dikemudian hari baik pada bayi laki
maupun perempuan.
Penelitian di 12 Rumah Sakit di Amerika Serikat tentang faktor risiko ibu
(umur, pengetahuan, pendapatan, perokok atau tidak dan anemia ) terhadap
pertumbuhan plasenta, dengan pertumbuhan ketebalan plasenta serta area
chorionic plasenta, ditemukan 21.5 % dari 34.345 ibu hamil dan lebih
memungkinkan akan mengalami hipertropik plasenta yang akan mempengaruhi
morfometri plasenta.

3. FUNGSI PLASENTA

Selama masa kehamilan, plasenta memiliki peran penting dalam mendukung


pertumbuhan janin. Plasenta harus memasok segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
embrio/janin untuk tumbuh dan berkembang. Berbagai sistem yang kompleks
terdapat dijaringan plasenta untuk memfasilitasi perpindahan nutrien ke janin dan
kemudian membuangnya.
Fungsi plasenta:
a. Fungsi Metabolik
Dalam fungsi metabolik, plasenta berperan dalam pertukaran nutrisi,
respirasi, dan ekskresi. Pertukaran nutrisi dan elektrolit seperti asam amino, asam
lemak bebas, karbohidrat, dan vitamin terjadi secara cepat dan meningkat seiring
usia kehamilan. Pertukaran gas, seperti oksigen; karbon dioksida; dan karbon
monoksida dilakukan dengan difusi sederhana.
b. Fungsi Imunitas
Kemampuan pertahanan diri pada janin didapatkan pada akhir trimester
pertama kehamilan ibu. Dimana saat itu janin mulai membuat semua komponen
komplemen dan memungkinkan terjadinya transmisi antibody ibu.
Immunoglobulin yang terdiri dari hampir seluruhnya Immunoglobulin G (IgG)
ibu mulai diangkut dari ibu ke janin pada usia kehamilan sekitar 14 minggu.
Dengan cara ini janin mendapat imunitas pasif terhadap berbagai penyakit infeksi.
Plasenta juga berfungsi sebagai barier protektif terhadap bakteri, namun
mikroorganisme seperti virus masih dapat menembus plasenta dan menginfeksi
janin. Obat-obatan tertentu seperti jenis acetaminophen (tylenol) dan wafarin (anti
koagulan) juga masih dapat menembus plasenta.
Imunitas pasif pada janin bisa bertahan sampai beberapa bulan setelah bayi
dilahirkan. Imunitas aktif pada bayi dimulai saat bayi baru dilahirkan, dimana saat
itu bayi sudah mulai memproduksi Immunoglobulin G (IgG) mereka sendiri.
Akan tetapi, imunitas ini tidak setara dengan imunitas orang dewasa sampai bayi
berusia tiga tahun.
c. Fungsi Endokrin
Plasenta (sinsitrofoblast) diklasifikasikan sebagai organ endokrin, dimana
plasenta juga memproduksi hormon yang terkait dengan kehamilan. Hormon
plasenta ini bertanggung jawab pada hampir semua adaptasi ibu dan beberapa
adaptasi janin terhadap kehamilan. Beberapa hormon protein yang dihasilkan
antara lain: hCG, hPL, hCS, Estriol, dan Estrogen.

4. GANGGUAN PLASENTA
Penyebab pasti terjadinya gangguan plasenta sampai saat ini masih menjadi
perdebatan, namun ada peneliti yang menyebutkan bahwa usia ibu ( > 40 Th ),
riwayat abortus, dan jarak kehamilan yang terlalu pendek merupakan faktor utama
selain disebabkan oleh karena ketidak layakan dari fundus endometrium, kondisi
kesehatan tertentu (seperti hipertensi dan diabetes), dan trauma perut.
Beberapa gangguan plasenta:
a. Plasenta Previa
- Plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks.
- Rawan terjadi perdarahan.
Hindari aktifitas yang meningkatkan resiko perdarahan, seperti: lari,
jongkok, dan melompat.
b. Plasenta Akreta
- Plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim.
- Rawan terjadi perdarahan besar selama atau setelah melahirkan.
- Beresiko kematian ibu.
c. Plasenta Inkreta
Terjadi ketika plasenta bayi tumbuh setidaknya setengah jalan melalui
dinding rahim dan menempelkan dirinya ke otot uterus.
d. Plasenta Perkreta
- Gangguan plasenta yang paling tidak umum.
5 % dari semua kasus gangguan plasenta.
- Plasenta tumbuh seluruhnya melalui dinding rahim.

B. HORMON PROTEIN PADA KEHAMILAN

1. TINJAUAN UMUM
Hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh sistim endokrin dalam
tubuh dan berfungsi untuk membantu mengendalikan hampir semua fungsi tubuh,
seperti pertumbuhan; metabolisme; hingga kerja berbagai sistim organ, termasuk
organ reproduksi. Tidak ada hormon yang bisa dibilang baik atau buruk.
Contohnya hormon kortisol (stres) yang ternyata dapat membantu tubuh menjaga
tekanan darah dan sirkulasi darah. Disisi lain, hormon kortisol juga dapat
mendorong seseorang untuk makan lebih banyak karena stres.
Hormon kehamilan dapat membawa perubahan pada tubuh, fungsi organ, dan
emosi ibu hamil. Meski ada beberapa yang dirasa tidak nyaman, perubahan ini
penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.
Hormon kehamilan ada yang baru timbul saat hamil, ada pula yang sudah ada
sebelum kehamilan, meski dengan kadar yang berbeda. Hormon kehamilan yang
baru timbul disaat hamil diproduksi oleh plasenta dalam fungsinya sebagai salah
satu organ endokrin.

2. HORMON PROTEIN PADA KEHAMILAN


Hormon kehamilan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Human Chorionic Gonadotropin
• Human chorionic gonadotropin (hCG) adalah protein heterodimerik hormon
yang berbagi subunit-α dengan hormon luteinizing (LH), hormon perangsang
folikel (FSH), dan perangsang tiroid hormon (TSH), tetapi memiliki subunit β
yang unik. Itu paling erat kaitannya ke LH.
• hCG diproduksi secara eksklusif oleh sel syncytiotrophoblast dan dapat
dideteksi dalam serum ibu 8–9 hari setelah konsepsi. Itu adalah dasar dari semua
tes kehamilan standar.
Tingkat hCG berlipat ganda setiap 48 jam dalam beberapa minggu pertama
kehamilan, mencapai puncak sekitar 80.000–100.000mIU / mL Usia kehamilan 8-
10 minggu. Setelah itu, konsentrasi hCG turun menjadi 10.000– 20.000mIU / mL,
dan tetap pada level tersebut selama sisa kehamilan.
Fungsi utama hCG tampaknya sebagai pemeliharaan produksi progesterone
dari korpus luteum ovarium, sampai plasenta dapat mengambil alih produksi
progesteron sekitar 6–8 minggu ' kehamilan. Progesteron penting untuk
keberhasilan awal kehamilan, misalnya. operasi pengangkatan korpus luteum atau
administrasi proges- Antagonis reseptor teron (seperti RU 486, mifepristone)
sebelum 7 minggu (49 hari) kehamilan akan menyebabkan aborsi.
hCG juga memiliki aktivitas tirotropik (0,025% TSH) yang mana hanya
menjadi signifikan secara klinis jika kadar hCG meningkat tajam. vated seperti
pada kehamilan mola lengkap.
Human chorionic somatolactotropin (hCS) - sebelumnya dikenal sebagai
human placental lactogen (hPL) - adalah keluarga hormon protein diproduksi
secara eksklusif oleh plasenta yang terkait erat dengan keduanya prolaktin dan
hormon pertumbuhan. Produksi CS manusia berbanding lurus dengan massa
plasenta dan kadarnya terus meningkat selama kehamilan. Fungsi hCS tidak
diketahui, tetapi memiliki aktivitas seperti anti-insulin dan mungkin terlibat dalam
pengembangan resistensi insulin, yang mana menjadi ciri kehamilan.
b. Hormon steroid
• Plasenta adalah sumber utama progesteron dan estrogen pro- duction selama
kehamilan. Di dalam plasenta, estrogen disintesis dari prekursor androgen dan
penting untuk mempersiapkan rahim untuk persalinan. Progesteron adalah
terutama berasal dari substrat ibu (kolesterol) dan mungkin penting untuk menjaga
ketenangan uterus sebelum persalinan.
c. Kontrol persalinan endokrin
•Keberhasilan reproduksi sangat penting untuk kelangsungan hidup spesies.
Setiap spesies telah memecahkan masalah tenaga kerja dengan cara yang berbeda.
Perbedaan seperti itu perbedaan mungkin mencerminkan status evolusi organisme
dalam pertanyaan- atau mungkin merupakan solusi untuk hambatan inheren untuk
reproduksi dihadapi oleh masing-masing spesies (seperti perbedaan penempatan,
kehamilan panjang, dan jumlah keturunan per kehamilan).
• Kemajuan lambat dalam pemahaman kita tentang mekanisme responsible
untuk proses persalinan pada manusia mencerminkan kurangnya suatu yang
memadai model hewan dan kesulitan ekstrapolasi dari mekanisme endokrin
anisme pada banyak spesies hewan terhadap mekanisme parakrin / autokrin dari
partus pada manusia.
d. Inisiasi persalinan
• Bukti yang cukup menunjukkan bahwa, pada kebanyakan hewan vivipar,
janin mengontrol waktu persalinan. Kemungkinan ini tercapai melalui aktivasi
hipotalamus-hipofisis-adrenal janin (HPA) janin sumbu sebelum awal persalinan,
dan ini umum untuk semua vivipar jenis.
Plasenta manusia adalah organ steroidogenik yang tidak lengkap, dan estro-
produksi gen oleh plasenta memiliki kebutuhan wajib untuk androgen pendahulu.
Kelebihan androgen ini disuplai oleh janin dalam bentuk dari
dehydroepiandrostenedione sulfate (DHEAS).
• Aktivasi aksis HPA janin saat aterm menyebabkan kelebihan DHEAS
pelepasan dari zona perantara (janin) adrenal janin. DHEAS adalah 16-
terhidroksilasi di hati janin dan melewati sirkulasi janin ke plasenta di mana ia
diubah hampir secara eksklusif menjadi estriol (16-hidroksiestradiol-17β).
• Kehamilan pada manusia ditandai dengan keadaan hiperestrogenik besarnya
tak tertandingi di seluruh kerajaan mamalia. Pla-centa adalah sumber utama
estrogen. Konsentrasi estro-Gen dalam sirkulasi ibu meningkat seiring dengan
usia kehamilan. Estron plasenta dan estradiol-17β diturunkan terutama dari bahan
nal C19 androgen (testosteron dan androstenedion), sedangkan estriol diturunkan
hampir secara eksklusif dari DHEAS janin. Estrogen tidak menyebabkan
kontraksi uterus, tetapi meningkatkan serangkaian miometrium perubahan
(termasuk meningkatkan jumlah reseptor prostaglandin, reseptor oksitosin, dan
sambungan celah) yang meningkatkan kapasitas miometrium untuk menghasilkan
kontraksi.
• Selain DHEAS, kelenjar adrenal janin juga membesar kortisol, yang
memiliki dua tindakan: sistem organ janin untuk kehidupan ekstrauterin dan
mempromosikan ekspresi sejumlah produk plasenta, termasuk-ing corticotropin-
releasing hormone (CRH), oksitosin, dan prostag-landins (terutama prostaglandin
E2 - PGE2).
CRH plasenta memulai putaran umpan balik positif dengan menstimulasi
banyak kortisol, yang kemudian selanjutnya meningkatkan ekspresi CRH
plasenta. (Efek stimulasi ini kortisol pada CRH plasenta harus dibandingkan
dengan umpan balik penghambatan kortisol pada CRH ibu.)
Oksitosin plasenta bekerja langsung di miometrium menyebabkan
kontaminasi traksi dan secara tidak langsung dengan meningkatkan produksi
prostaglandin (terutama prostaglandin F2α - PGF2α) dengan desidua.
• PGF2α diproduksi terutama oleh desidua ibu dan bekerja terus miometrium
untuk mengatur reseptor oksitosin dan persimpangan celah, dan dengan demikian
meningkatkan kontraksi uterus.
• PGE2 terutama berasal dari fetoplasenta dan mungkin lebih penting dalam
mempromosikan "pematangan" serviks (pematangan) dan spontan-pecahnya
ketuban janin (SROM). Sumbu HPA janin untuk menghasilkan lebih banyak
DHEAS dan lebih.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat
pertukaran zat antara ibu dan anak atau sebaliknya. Jiwa anak tergantung pada
plasenta. Baik tidaknya anak  tergantung pada baik buruknya faal plasenta.
Hormon kehamilan dapat membawa perubahan pada tubuh, fungsi organ, dan
emosi ibu hamil. Meski ada beberapa yang dirasa tidak nyaman, perubahan ini
penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.

B. SARAN
Demikian makalah yang kami buat semoga bermanfaat serta menambah
wawasan bagi orang yang membaca. Penyusun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik dari segi sumber maupun
penulisan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa Anzae A. 2015. Skripsi. Hubungan paritas, usia dan riwayat section
caesarea dengan plasenta previa. Universitas Trisakti
https://www.alodokter.com/mengenal-jenis-jenis-hormon-kehamilan-dan-
fungsinya
Norwitz, Errol R. and John O. Schorge. 2013. Obstetrics and Gynecology at a
Glance: A John Wiley & Sons, Ltd., Publication

Morton H, Cavanagh AC, Athanasas Platsis S, Quinn KA: Early pregnancy factor
has immunosuppressive and growth factor properties. Reprod Fertil Dev 4:411,
1992.

Morton H, Rolfe BE, Cavanagh AC: Pregnancy proteins: basic concepts and
clinical applications. Sem Reprod Endocrinol 10:72, 1992.

Shutt DA, Lopata A: The secretion of hormones during the culture of human
preimplantation embryos with corona cells. Fertil Steril 35:413, 1981.

Laufer N, DeCherney AH, Haseltine FP et al: Steroid secretion by the human


egg-corona cumulus complex in culture. J Clin Endocrinol Metab 58:1153, 1984.

Punnonen R, Lukola A: Binding of estrogen and progestin in the human fallopian


tube. Fertil Steril 36:610, 1981.

Hsueh AJW, Peck EJ, Clark JH: Progesterone antagonism of the estrogen receptor
and estrogen-induced uterine growth. Nature 254:337, 1977.

Bonduelle ML, Liebaers DR, Van Steiteghem A et al: Chorionic


gonadotrophin,beta mRNA, a trophoblast marker, is expressed in human 8 cell
embryos derived from tripronucleate zygotes. Human Reprod 3:909, 1988.

Tulchinsky D, Hobel CJ: Plasma human chorionic gonadotropin, estrone,


estradiol, estriol, progesterone, and 17-hydroxyprogesterone in human pregnancy,
III: early normal pregnancy. Am J Obstet Gynecol 117:884, 1973.

Chard T: Proteins of the human placenta: some general concepts. p. 6. In


sGrudzinskas JG, Teisner BL, Sepala M [eds.] Pregnancy Proteins: Biology,
Chemistry and Clinical Application. Academic Press, San Diego (CA), 1982.

Handwerger S, Brar A: Placental lactogen, placental growth hormone, and


decidual prolactin. Sem Reprod Endocrinol 10:106, 1992

Seppala M, Riittinen L, Kamarainen M et al: Placental protein 14/progesterone-


associated endometrial protein revisited. Sem Reprod Endocrinol 10:164, 1992.
https://id.wikipedia.org/wiki/Plasenta
https://id.theasianparent.com/posisi-plasenta/
https://parenting.prani.co.id/magazine/mengenal-plasenta-bayi-dan-manfaatnya-
bagi-sikecil-di-dalam-rahim/
https://id.wikipedia.org/wiki/hormon
https://www.parentstory.com/blog/perubahan-hormon-yang-terjadi-selama-masa-
kehamilan
https://uzone.id/memahami-hormon-zat-penting-yang-mengatur-hampir-semua-
fungsi-tubuh?utm_source=whatsapp

Anda mungkin juga menyukai