Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

GANGGUAN SISTEM MUSCULASKELETAL PADA OSTEOMIELITIS DAN POLIO

OLEH :
KELOMPOK 2
ASTRIT S. TANCARO
ANANDA PRATIWI

AKADEMI KEPERAWATAN JUSTITIA PALU

PRODI D3 KEPERAWATAN

2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah tugas Mata kuliah “PATOFISIOGI” yang berjudul
“GANGGUAN SISTEM MUSCULASKELETAL PADA OSTEOMIELITIS DAN POLIO
”. Dalam proses penyusunan makalah ini tentunya kami mengalami berbagai masalah. Namun berkat
arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Kami kelompok 2 sebagai penyusun menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya pada mata
patofisiologi.

Palu, 20 Mei 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI
MAKALAH............................................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................3

BAB 1................................................................................................................................................................... 4

PENDEHULUAN...................................................................................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................................5

C. Tujuan.....................................................................................................................................................5

BAB II...................................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................................................................6

A. OSTEOMIELITIS........................................................................................................................................6

1. Definisi................................................................................................................................................6

2. Etilogi..................................................................................................................................................6

3. Patofisiologi.........................................................................................................................................7

4. Pencegahan.........................................................................................................................................8

B. Polio......................................................................................................................................................10

1. Definisi..............................................................................................................................................10

2. Patofisiologi.......................................................................................................................................11

3. Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi......................................................................................................11

4. Cara Pencegahan...............................................................................................................................12

BAB III................................................................................................................................................................13

PENUTUP...........................................................................................................................................................13

A. Kesimpulan............................................................................................................................................13

B. Saran.....................................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................14

3
BAB 1

PENDEHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap
pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini
terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri,
sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman ,
yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).
Musculoskeletal Disorder (MSDs) adalah sebuah cedera yang mempengaruhi gerakan sistem
tubuh manusia seperti otot, tendon, ligamen, saraf, pembuluh darah dan lainnya (Middlesworth,
2015). Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit, apabila otot menerima beban statis
secara berulang dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen, dan tendon (Tarwaka, 2015). MSDs dapat terjadi pada pekerja pada berbagai sektor
pekerjaan. Postur tubuh sebagai salah satu faktor risiko yang dapat memengaruhi MSDs memegang
peranan penting dalam ergonomic (Susihono & Prasetyo, 2012). Massa otot yang bobotnya 40%
berat tubuh manusia memungkinkan manusia untuk dapat membentuk berbagai postur tubuh dan
melakukan berbagai pekerjaan (Susihono & Prasetyo, 2012). .
Pada saat bekerja postur tubuh sering ditentukan oleh tipe pekerjaan dan lingkungan kerja.
Postur tubuh yang buruk seperti postur berdiri dan postur duduk yang terlalu lama dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri punggung bawah serta perubahan bentuk tulang belakang
dan Pekerjaan yang dilakukan dengan postur tubuh yang kurang baik dapat menyebabkan MSDs
(Susihono & Prasetyo, 2012). Musculoskeletal disorders ini bersifat kronis karena disebabkan
terjadinya kerusakan pada tendon, otot, ligamen, sendi, saraf, kartilago atau spinal disc biasanya
menyebabkan munculnya rasa tidak nyaman, nyeri, gatal serta pelemahan fungsi. Keluhan ini dipicu
oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor pekerjaan seperti contohnya peregangan otot yang
berlebih, postur tubuh pada saat bekerja yang tidak alamiah, gerakan repetitif dan lingkungan
disekitar tempat kerja seperti getaran, tekanan dan mikroklimat (Tarwaka, 2013). Musculoskeletal

4
Disorders (MSDs) dapat menurunkan produktivitas kerja, kehilangan waktu kerja, menimbulkan
ketidakmampuan secara temporer atau cacat tetap (Lukman, 2012)

Gangguan muskuloskeletal adalah masalah utama di seluruh dunia. Labour Force Survey (LFS)
menemukan bahwa di 28 negara Uni Eropa (UE), terdapat 60,1% dari mereka yang berusia 15-64
tahun melaporkan menderita MSDs selama periode 12 bulan, gangguan MSDs ini meningkat dari
tahun 2007 dengan angka sebesar 54,2%. Dalam survei terpisah yang dilakukan pada tahun 2015 di
35 negara Eropa, sebanyak 43% responden menunjukkan bahwa mereka menderita sakit punggung
dalam 12 bulan sebelumnya, sementara 42% melaporkan nyeri di leher atau ekstremitas atas pada
saat yang sama (Labour Force Survey, 2017).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pengertian penyakit OSTEOMIELITIS dan polio?
2. Bagaimana proses terjadinya penyakit OSTEOMIELITIS dan polio?
3. Bagaimana tanda dan gejala penyaki polio?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyakit OSTEOMIELITIS dan polio

2. Untuk mengetahui proses terjadinya penyakit OSTEOMIELITIS dan polio

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. OSTEOMIELITIS

1. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan
lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan
jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli
memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
 Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).
 Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
 Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)
Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena
pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di
dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan
darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati.
Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses (pengumpulan nanah) di jaringan
lunak di sekitarnya, misalnya di otot. Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat
timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis
akut yang tidak ditangani dengan baik.

2. Etilogi
Bisa disebabkan oleh bakteri,antara lain :
1. Staphylococcus aureus sebanyak 90%
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3. Streptococcus hemolitikus
4. Pseudomonas aurenginosa
6
5. Escherechia coli
6. Clastridium perfringen
7. Neisseria gonorhoeae
8. Salmonella thyposa

Bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara,yaitu :

 Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang
belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan terhadap
infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam
telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang
lainnya.

 Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada sendi
buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.

 Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya


Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau
minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena
cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus dikulit yang disebabkan oleh jeleknya
pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa
menyebar ke tulang tengkorak.

3. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :

7
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi

resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.


Awitan Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan-stadium 1) dan sering berhubungan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat
(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan
nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula.
Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum)
tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis
dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi
pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius
kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

4. Pencegahan
 Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda, yang keduanya buruk
bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok,
sangat disarankan Anda berhenti
sesegera mungkin.
 Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak di arteri Anda, dan
kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi
Anda, diet tinggi serat rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran
(setidaknya lima porsi sehari) dan biji-bijian. Makan makanan yang sehat juga dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan Anda.
 Mengelola berat badan
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan berat badan dan
kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan menggunakan kombinasi dari diet
kalori terkontrol dan olahraga teratur. Setelah Anda telah mencapai berat badan yang sehat akan
membantu menjaga tekanan darah Anda pada tingkat normal, yang akan membantu
meningkatkan sirkulasi Anda. Anda dapat menggunakan Body Mass Index (BMI) kalkulator
untuk memeriksa.
 Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang direkomendasikan,tiga sampai
empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira
setengah pint bir yang normal- kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh.
Secara teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik tekanan
darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk. Hubungi dokter Anda jika
Anda menemukan kesulitan untuk moderat minum Anda. Layanan dan obat-obatan Konseling
dapat membantu Anda
mengurangi asupan alkohol Anda.
 Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung dan sistem peredaran
darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi
kebanyakan orang, 150 menit dari moderat untuk olahraga berat seminggu dianjurkan. Namun,
jika kesehatan Anda secara keseluruhan miskin, mungkin perlu bagi Anda untuk berolahraga
menggunakan program khusus disesuaikan dengan kebutuhan Anda saat ini

B. Polio

1. Definisi
Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di
usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde),
strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae. Penyakit ini dapat
menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum
tulang belakang akibat infeksi virus.
Virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin, Virus polio liar/WPV (Wild
Poliovirus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus). VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin
yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
VDPV diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu
 Immunodeficient-related VDPV (iVDPV) berasal dari pasien imunodefisiensi,
 Circulating VDPV (cVDPV) ketika ada bukti transmisi orang ke orang dalam
masyarakat, dan
 Ambiguous VDPV (aVDPV) apabila tidak dapat diklasifikasikan sebagai cVDPV atau
iVDPV. Penetapan jenis virus yang dimaksud, ditentukan berdasarkan pemeriksaan
laboratorium. Identifikasi VDPV berdasarkan tingkat perbedaan dari strain virus OPV.
Virus polio dikategorikan sebagai VDPV apabila terdapat perbedaan lebih dari 1% (>10
perubahan nukleotida) untuk virus polio tipe 1 dan 3, sedangkan untuk virus polio tipe 2
apabila ada perbedaan lebih dari 0,6% (>6 perubahan nukleotida).
Polio dapat menyerang pada usia berapa pun, tetapi polio terutama menyerang anak-anak di
bawah usia lima tahun. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling
ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun. Pada tahun
1950an dan 1960an polio telah terkendali dan praktis dihilangkan sebagai masalah kesehatan
masyarakat di negara-negara industry. Hal ini setelah pengenalan vaksin yang efektif. Pada 1988,
sejak Prakarsa Pemberantasan Polio Global dimulai, lebih dari 2,5 miliar anak telah diimunisasi
polio. Sekarang masih terdapat 3 negara endemis yang melaporkan penularan polio yaitu
Afganistan, Pakistan dan Nigeria.Pada Juni 2018, dilaporkan adanya kasus polio di negara
tetangga Papua New Guinea, sehingga diperlukan adanya peningkatan kewaspadaan dini
terhadap masuknya virus polio ke Indonesia.

2. Patofisiologi
Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar,
virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian dibuang
ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui komunikas,
terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi
dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat
menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat
dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan orang yang
terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka
telah terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka dan dapat
“diam-diam” menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain

3. Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi


Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi
dalam waktu 7-21 hari.
Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat
ringan dan biasanya tdak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam,
kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.
Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih,
sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku
dan sakit
Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa
lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot,
depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.
4. Cara Pencegahan
Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio.
Vaksin polio yang diberikan berkali-kali dapat melindungi seorang anak seumur hidup.
Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pemberian imunisasi polio pada anak-anak.
Pencegahan penularan ke orang lain melalui kontak langsung (droplet) dengan menggunakan
masker bagi yang sakit maupun yang sehat. Selain itu mencegah pencemaran lingkungan (fecal-
oral) dan pengendalian infeksi dengan menerapkan buang air besar di jamban dan
mengalirkannya ke septic tank.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem Muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-
tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai
kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka
adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.
2. Didalam tubuh manusia tersusun dari 3 otot diantaranya yaitu, Ada 3 jenis otot yaitu otot
jantung, otot polos dan otot rangka. - OTOT POLOS
 . Memiliki 1 inti yg berada di tengah,
 Dipersarafi oleh saraf otonom (involunter), serat otot polos (tidak berserat),
 Terdapat di organ dalam tubuh (viseral), sumber Ca2+ dari CES, sumber energi
terutama dr metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, kadng mengalami tetani,
tahan thd kelelahan. - OTOT RANGKA

B. Saran
Sebaiknya kita menjaga tubuh tetap sehat dengan cara berolahraga, makan makanan bergizi dan
lain – lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/docoment/439809589/makalah-sistem-muskuloskeletar-pada-lansia
https://www.academia.edu/11892671/osteomyelitis
https://www.alodokter.com/polio
https://www.academia.edu/34535534/makalah_osteomyelitis_yenny_13303

Anda mungkin juga menyukai