Anda di halaman 1dari 20

Nama : Sistem musculoskeletal

Mata kulia : fera Dwiyanti, S.Kep.Ns

ASUHAN KEPERAWATAN

OSTEOPOROSISI

KELOMPOK : VI

NAMA :

1) Deni (S18077)
2) Erin Erika (S18049)
3) Kristina Tin (S18018)
4) Novigita Enjel Tandi Datu (S18028)
5) Rosmita Jelni Tndigau (S18069)
6) Yuliani Suwito Agan (S18039)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


LAKIPADADA TANA TORAJA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.karena atas berkatya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan rasa
terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk
menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan tentang pendalaman/pengetahuan
tentang Osteoporosis.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidah lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang terutama
teman kelompok telah membatu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
bisa membangun dalam kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya, selain dan terima kasih.
DAFTAR ISI

Kata pengantar...............................................................................................................................

Daftar isi..........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.....................................................................................................................
B. Rumusan masalah...............................................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi................................................................................................................................
B. Etiologi ...............................................................................................................................
C. Klasifikasi...........................................................................................................................
D. Patofisiologi........................................................................................................................
E. Manifestasi klinik................................................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang......................................................................................................
G. Komplikasi..........................................................................................................................
H. Penatalaksanaan..................................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ..........................................................................................................................
B. Diagnose.............................................................................................................................
C. Intervensi.............................................................................................................................
D. Implementasi.......................................................................................................................
E. Evaluasi...............................................................................................................................

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpilan .........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulang yang rendah atau
berkurang,disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang, yang dapat menimbulkan kerapuan tulang.
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tualng yang
rendah, disertai dengan perubahan mikro arsitektur tulang, dan penurunan kualitas
jaringan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang.
Osteoporosis kini telah menjadi salah satu penyebab penderita dan cacat pada
kaum lanjut usia. Bila tidak ditangani, osteoporosis dapat mengakibatkan resiko patah
tulang bertambah dengan meningkatnya usia. Pada usia 80 tahun, satu dari tiga wanita
dan satu dari lima pria berisiko mengalami patah tulang panggul atau tualng belakang.
Sementara, mulai usia 50 tahun kemungkinan mengalami patauh tulang bagi wanita
adalah 40%, sedangkan pria 13%.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi osteoporosis?
2. Bagaimana etiologi osteoporosis?
3. Bagaimana klasifikasi osteoporosis?
4. Bagaimana patofisiologi osteoporosis?
5. Bagaimana manifestasi klinik osteoporosis?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang?
7. Bagaimana komplikasi osteoporosis?
8. Bagaimana penatalaksanaan ospteoporosis?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi osteoporosis
2. Mengetahui etiologi osteoporosis
3. Mengetahui klasifikasi osteoporosis
4. Mengetahui patofisiologi osteoporosis
5. Mengetahui manifestasi klinik osteoporosis
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang
7. Mengetahui komplikasi osteoporosis
8. Mengetahui penatalaksanaan ospteoporosis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tualng, mengakibatkan penurunan massa
tulang total. Tualang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang
menjadi mudah fraktur dengan stress yang akan menimbulkan pengaruh pada tualng
normal.
Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan rendahnya
massa tualng dan memburuk mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan
kerapuhan tulang sehingga meningkatkan resiko terjadinya fraktur. Keadaan tersebut
tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabila terjadi fraktur. Pada osteoporosis,
terjadi penurunan kualitas tualng dan kuantitas kepadatan tualng, pada hal keduanya
sangat menentukan kekuatan tualng sehingga penderita osteoporosis mudah
mengalami patah tulang atau fraktur. Lokasi kejadian patah tualang osteoporosis yang
paling sering adalah pada tulang virtebra (tulang punggung), tulang leher femur dan
tualng gelang tangan (patah tulang colles).
B. Etiologi
Penyebab primer dari osteoporosis adalah definisi estrogen dan perubahan
yang berhubungan dengan penuaan, sedangkan penyebab sekundernya terdapat
beberapa predisposisi, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor genetik; berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur.
2. Faktor mekanis; faktor yang terpenting dalam proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan lanjutnya usia.
3. Kalsium; nutrisi yang sangat penting.
4. Protein; mempengaruhi penurunan massa tualng
5. Estrogen; berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya keseimbangan kalsium.
6. Roko dan kopi; merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang,
7. Alkohol; masalah yang sering ditemukan. Individu alkoholisme kecenderungan
masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat.
C. Klasifikasi
1. Osteoporosis primer
a. Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause.
b. Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupun
wanita.
2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit
tulang erosif misalnya myeloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme
dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid)
3. Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada:
a. Usia kanak-kanak (juvenile)
b. Usia remaja (adolesen)
c. Wanita pra-menopause
d. Pria usia pertengahan
D. Patofisiologi
Osteoporosis adalah abnormalitas pada proses remodeling tulang dimana
resopsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya massa tulang.
Mineralisasi tulang tetap terjadi. Remodeling tulang digambarkan dengan
keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas. Meskipun pertumbuhan terhenti,
remodeling tulang tetap berlanjut. Proses dinamik ini meliputi resopsi pada satu
permukaan tulang dan deposis pembentukan tulang pada tempat yang berlawanan.
Hal ini dipengaruhi oleh beban berat badan gravitasi, sama halnya dengan masalah
penyakit sistemik. Proses seluler dilaksanakan oleh sel tulang spesifik dan dimodulasi
oleh hormone local dan sistemik, serta peptide. Remodeling dibutuhkan untuk
menjaga kebutuhan tulang.
Kondisi osteoporosis merupakan suatu hasil interaksi yang komleks menahun
antara faktor genetic dan faktor lingkungan. Berbagai faktor terlibat dalam interaksi
ini dengan menghasilkan suatu kondisi penyerapan tulang yang lebih banyak
dibandingkan dengan pembentukan yang baru. Kondisi ini memberikan manifestasi
penurunan massa total. Kondisi osteoporosis yang tidak mendapatkan intervensi akan
memberikan dua manifestasi penting, dimana tulang menjadi rapuh dan terjadi kolaps
tulang.
E. Manifestasi klinik
Osteoporosis dimanifestasikan dengan:
1. Nyeri atau tanpa fraktur yang nyata
2. Nyeri timbul mendadak
3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yang terserang
4. Nyeri berkurang pada istirahat di tempat tidur
5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas
6. Deformitas vertebra thorakalis penurunan tinggi badan
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase
alkali, eksresi kalsium urine, eksresi hidroksi prolin urine, LED). Pemeriksaan ini
untuk menilai kecepatan bene turnover. Penilaian bone turnover rate dilakukan
dengan membandingkan aktivitas formasi tulang dengan aktivitas resorpsi tualng.
Apabila aktivitas pembentukan/formasi tulang lebih kecil dibandingkan dengan
aktivitas resorpsi tulang maka pasien tersebut memiliki risiko tinggi terhadap
osteoporosis. Evaluasi biokimia ini dilakukan melalui pemeriksaan darah dan
urine pagi hari.
2. Pemeriksaan non-invasif yaitu:
a. Pemeriksaan analisis aktivitas neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium
total dan massa tualng
b. Pemeriksaan absorpsiometri
c. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
d. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan
informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblast, ketebalan trabekula dan
kualitas meneralisasi tulang. Biopsy dilakukan pada tulang sternum atau krista
iliaka
3. Radiologi
Pemeriksaan radiologi vertebra torakalis dan lumbalis AP dan lateral dilakukan
untuk mencari adanya fraktur. Nilai diagnostik pemeriksaan radiologi biasa untuk
mendeteksi osteoporosis secara dini kurang memuaskan karena pemeriksaan ini
baru dapat mendeteksi osteoporosis setelah terjadi penurunan densitas massa
tulang lebih dari 30%.
G. Komplikasi
Komplikasi utama osteoporosis adalah:
1. Deformitas skelet
2. Nyeri tulang
3. Fraktur
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan osteoporosis difokuskan pada usaha memperlambat atau
menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan
mengontrol nyeri sesuai denagan penyakitnya. Kebanyakan 40% dari perempuan
akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama hidupnya. Dengan
demikian tujuan darai pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah
tulang). Intervensi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Diet: dewasa mudah harus mencapai kepadatan tulang yang normal dengan
mendapatkan cukup kalsium (1.000 mg/hari) dalam dietnya (minum susu atau
makan makanan tinggi kalsium seperti salmon), berolaraga seperti jalan kaki atau
aerobic dan menjaga berat badan normal.
b. Spesialis: orang denagan fraktur tulang belakang, pinggang atau pergelangan
tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajem selanjutnya.
c. Olaraga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan. Orang yang
teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis. Olaraga yang
direkomendasikan termasuk diantaranya adalah jalan kaki, bersepeda, dan
jogging.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Indentitas
2. Riwayat Kesehatan
Anamnesis memang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis.
Kadang keluhan utama (missal fraktum kulom femoris pada osteoporosis).
3. Pengkajian psikososial
Gambaran klinik penderita dengan osteoporosis adalah wanita menopause
dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya
multiple fraktur karena trauma. Perawat perluh mengkaji konsep diri penderita
terutama body image khususnya pada penderita kiposis berat.
Klien mungkin membatasi onteraksi social sebab adanya perubahan yang
tampak atau keterbatasan fisik, tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain.
Osteoporosis bisa menyebabkan fraktur berulang maka perluh dikaji
perasaan cemas dan takut bagi penderita.
4. Polah aktif sehari-hari
Pola aktif dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga. Pengisian
waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi dan toilet. Olahraga dapat
membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu
mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Untuk usia lanjut perluh aktivitas
yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan
interaksi yang kompleks antara saraf dan musculoskeletal. Beberapa perubahan
yang terjadi sehubungan dengan menurunya gerak persendihan adalah agifity
(kemampuan gerak cepat dan lancer menurun), stamina menurun, koordinasi
menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi keterampilan motoric halus
menurun).
5. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernapasan
Terjadi perubahan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada
fungsional paru.
b. Sistem kardiovaskuler
c. Sistem pernapasan
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang
disadari dan halus merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur
kompresi vertebral.
d. Sistem musculoskeletal
Inpeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan
osteoporosis sering menunjukkan kiposis atau gibbus (dowager’s hump) dan
penurunan tinggi badan dan berat badan. Adanya perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, leg-length inequality, nyeri spinal. Lokasi fraktur yang
sering terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis 3.
6. Pemeriksaan diagnostic
 Radiology
 CT scan
 Pemeriksaan laboratorium
B. Diagnosa

1. Nyeri akut b.d Fraktur dan spasme otot


2. Defisiensi pengetahuan b.d proses osteoporosis dan program terapi
3. Hambatan mobilisasi fisik b.d gangguan muskuluskeletal, penurunan kekuatan
otot
4. Resiko jatuh b.d penurunan aktivitas dan kekuatan otot
C. Intervensi

No Diagnosa Tujian dan Kriteria Hasil Intervensi


(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut b.d NOC NIC
Fraktur dan spasme  Pain level, Pain management
otot  Pain control,  Lakukan pengkajian
Definisi:  Comfort level nyeri secara
Pengalaman sensori Kriteria Hasil: komprehensif, durasi,
yang emosiaonal  Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
yang tidak nyeri (tahu penyebab faktor presipital
menyenagkan yang nyeri, mampu  Kaji kultur yang
muncul akibat menggunakan teknik mempengaruhi respon
kerusakan jaringan nonfarmokologi untuk nyeri
yang actual atau mengurangi nyeri,  Evaluasi pengalam
potensial atau mencari bantuan) nyeri masa lampau
digambarkan dalam  Melaporkan bahwa  Evaluasi bersama
hal kerusakan nyeri berkurang pasien dan tim
sedemikian rupa. dengan menggunakan kesehatan lain tentang
manajemen nyeri ketidakefektifan control
 Mampu mengenali nyeri masa lampau
nyeri (skala, intensitas, (Nanda NIC-NOC, Jilit 3
frekuensi dan tanda Hal.299).
nyeri
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2 Hambatan mobilisasi NOC NIC
fisik b.d gangguan  Joint movement: Exercise therapy:ambulation
muskuluskeletal, active  monitoring vital sing
penurunan kekuatan  Mobility level sebelum/sesudah
otot  Self care: ADLs latihan dan liat respon
Definisi :  Transfer performance pasien saat latihan
Keterbatasan pada Kriteria Hasil:  konsultasikan dengan
pergerakan fisisk  Klien meningkat terpi fisik tentang
atau satu atau lebih dalam aktivitas fisik rencana ambulasi sesuai
ekstremitas secara  Memverbalisasikan dengan kebutuhan
mandiri dan terarah perasaan dalam  bantuh klien untuk

meningkatkan menggunakan tongkat

kekuatan dan saat berjalan dan cegah

kemampuan berpindah terhadap ciderah

 Memperagakan  ajarkan pasien atau

menggunakan alat tenaga kesehatan lain

 Bantu untuk mobilisasi tentang teknik ambulasi

(waker)  kaji kemampuan pasien


dalam mobilisasi
 latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemmpuan
 ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperluhkan
(Nanda NIC-NOC,
Jilit 3 Hal.267).
3 Defisiensi NOC NIC
pengetahuan b.d  knowledge disease Teaching :disease process
proses osteoporosis process  berikan penilain tentang
dan program terapi  knowledge heath tingkat pengetahuan
Definisi : behavior pasien tentang proses
Ketidak adaan kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
defisiensi informasi  pasien dan keluarga  jelaskan patofisiologi
kongnitif yang menyatakan dari penyakit dan
berkaitan dengan pemahaman tentang bagimana hal ini
topic tertentu penyakit, kondisi, berhubungan dengan
prognosis dan program anatomi dan fisiologi,
pengobatan dengan cara yang tepat
 pasien dan keluarga  gambarkan tanda dan
mampu melaksanakan gejala yang biasa
prosedur yang muncul pada penyakit,
dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
 pasien dan keluarga  gambarkan proses
mampu menjelaskan penyakit, dengan cara
kembali apa yang yang tepat
dijelaskan perawat/tim  identifikasikan
kesehatan lainnya kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
 sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan caea yang tepat
 sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
 diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
 dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
(Nanda NIC-NOC,
Jilit 3 Hal.238).
4 Resiko jatuh b.d NOC NIC
penurunan aktivitas  trauma Risk For Fall prevention
dan kekuatan otot  injury risk For  mengidentifikasikan
Definisi : kriteria Hasil : defisit kognitif atau
Peningkatan  keseimbangan: fisik pasien yang dapat
kerentanan untuk kemampuan untuk meningkatkan potensi
jatuh dapat dipertahankan jatuh dalamlingkungan
memyebabkan ekuilibrium tertentu
bahaya fisik  gerakan terkoordinasi  mengindentifiksikan
kempuan otot untuk perilaku dan faktor
bekerja sama secara yang mempengaruhi
volunter untuk resiko jatuh
melakukan gerakan  mengidentifikasikan
yang bertujuan karakteristik
 perilaku pencegahan lingkungan yang dapat
jatuh: tindakan meningkatkan potensi
individu atau pemberi untuk jatuh (misalnya,
asuhan untuk lantai yang licin dan
meminimalkan faktor tangga terbuka)
resiko yang dapat  sarankan perubahan
memicu jatuh dalam gaya berjalan
dilingkungan individu kepada pasien
 kejadian jatuh: tidak  mendorong pasien
ada kejadian jatuh untuk menggunakan
tongkat atau alat
pembantu berjalan
(Nanda NIC-NOC,
Jilit 3 Hal.311).

D. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang ada

E. Evaluasi

Jika intervensi yang di lakukan membuat klien merasa baik maka intervensi di
lanjutkan

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistematik yang ditandai oleh penurunan
mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis
dibagi 2 kelompok, yaitu:
1. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi ditulang trabekula sehingga meningkatkan
resiko fraktur vertebra dan colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita
lebih sering terkena dari pada pria dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-
57 tahun.
2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para
pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan penyakit osteoporosis.

DAFTAR PUSTAKA

 Lukman dan Nurna Ningsih. (2009). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
system muskuluskeletal. Jakarta: Salemba Madika.
 Noor Helmi, Zairin. (2012). Buku ajaran gangguan muskuluskeletal. Jakarta : Salemba
Madika
 Sudoyo, Aru dkk. (2009). Buku irmu penyakit dalam . jilid 3 edisi 5, Jakarta : internal
publishing.

Anda mungkin juga menyukai