Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOPOROSIS DENGAN NNYERI AKUT

Nama : Nardo Firando

NIM : AOA0190908

Prodi : DIII Keperawatan

SEKOLAH TINGGI LMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

Jl. Raden Panji Suroso No.6, Polowijen, Kec. Blimbing, Kota Malang

Tahun Ajaran 2020/2021


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan dengan masalah keperawatan

“ Hipertensi berhubungan dengan defisit pengetahuan”

Nama : Nardo firando

NIM : AOA0190908

Prodi : DIII Keperawatan

Yang diselenggarakan pada tanggal.......

Telah di setujui dan disah kan pada tanggal

Malang,.................2021

NARDO FIRANDO

Mengetahui

Dosen pembimbing

(.............................................)
1. Definisi
Osteoporosis merupakan penurunan masa tulang yang disebabkan ketidak seimbangan
resorpsi tulang dan pembentukkan tulang. Pada osteoporosis terjadi peningkatan resorporsi tulang
atau penurunan pembentukan tulang (Asikin;dkk 2012: 101).
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah penyakit
sekeletal sistemik dengan karakteristik masa masa tulang yang rendah dan perubahan
mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan
meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang (Lukman, ningsih 2013: 141)

2. Etiologi
Menurut etiologinya osteoporosis dapat dikelompokkan dalam osteoporosis primer dan
osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terjadi akibat kekurangan massa tulang yang terjadi
karena faktor usia secara alami. Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian:

a. Tipe I (Post Menopausal) Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (usia 53-75 tahun).
Ditandai oleh fraktur tulang belakang tipe crush, Colles’fracture, dan berkurangnya gigi
geligi. Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut, dimana
jaringan trabekular lebih responsif terhadap defisiensi estrogen.
b. Tipe II (Senile) Terjadi pada pria dan wanita usia ≥70 tahun. Ditandai oleh fraktur
panggul dan tulang belakang tipe wedge. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi
pada usia tersebut

Osteoporosis sekunder dapat terjadi pada tiap kelompok umur yang disebabkan oleh penyakit
atau kelainan tertentu, atau dapat pula akibat pemberian obat yang mempercepat pengeroposan
tulang. Contoh penyebab osteoporosis sekunder antara lain gagal ginjal kronis,
hiperparatiroidisme (hormon paratiroid yang meningkat), hipertirodisme (kelebihan horman
gondok), hipogonadisme (kekurangan horman seks), multiple mieloma, malnutrisi, faktor
genetik, dan obat-obatan

3. Klasifikasi
a) Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain, yang
dibedakan atas :
1. Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang terutama di bagian
trabekula.
2. Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan massa tulang daerah korteks.
3. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab tak
diketahui.
b) Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada atau diakibatkan oleh penyakit lain, antara
lain hiper paratiroid, gagal ginjal kronis, artritis rematoid, dan lain-lain
4. Tanda dan Gejala
a. Kekuatan otot tulang melemah. Klien merasa kekuatan melemah sehingga tak mampu
mengankat beban atau naik tangga.
b. Penurunan tinggi badan. Pengukuran tinggi badan menunjukkan penurunan dibandingkan
beberapa tahun sebelumnya, misalnya tubuh memendek 3cm selama tiga tahun. Hal ini
munkin disebabkan adanya frraktur pada vertebra.
c. Bungkuk. Osteoporosis menimbulkan fraktur kompresi atau terjadinya kolaps. Kondisi
ini menyebabkan tulang menjadi bungkuk.
d. Tulang rapuh. Kondisi tulang yang semakin rapuh walaupun belum pernah mengalami
post traumatic(patah atau retak).
e. Patah tulang. Kasus umum penyebab osteoporosis yang sering kali tidak menyadari
adalah ketika pasien pernah mengalami patah tulang.
f. Dowager’ hump. Kondisi ketika tulang belakang menjadi condong ke arah depan dan
memunculkan punuk diatas punggung.
g. Stress fratures. Kondisi tress facture umumnya jarang disadari penderita.
h. Nyeri pungggung. Rasa nyeri pada bagian punggung juga mungkin menjadi gejala
osteoporosis, terutama jika nyeri muncul akibat fraktur vertebra.

5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, proses resorpsi dan proses pembentukkan tulang(remodeling) terjadi
secara terus-menerus dan seimbang. Jika terdapat perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya
proses resorpsi lebih besar dibandingkan dengan proses pembentukan, maka akan terjadi
penurunan massa tulang. Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan masa
tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Sementara itu, proses pembentukan secara maksimal akan
dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trebekula.
Setelah itu, secara berlahan resorpsi tulang akan lebih cepat dibandingkan dengan pembentukan
tulang. Pucak masa tulang akan dipengaruhi oleh faktor genetik, nutrisi, pilihan gaya hidup, serta
aktivitas fisik (Asikin;dkk 2012: 106).

a. Pathway
6. Menifestasi Klinis
Kepadatan tulang berkurang secara berlahan (terutama pada penderita osteoporosis
senilis), sehinga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala pada beberapa penderita.
Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur,
maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk (Lukman, ningsih 2013: 144).

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Asikin;dkk 2012: 107) yaitu, sejumlah pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada osteoporosis yaitu pemeriksaan sinar X, CT scan densitas tulang, rontgen, pemeriksaan
laboratorium, dan penilaian masa tulang.
8. Penatalaksanan
Penatalaksanaa farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis yaitu:
a. Meningkatkan pembentukkan tulang. Obat-obatan yang dapat meningkatkan pembentuka
tulang, misalnya steroid anabolik.
b. Menghambat resorpsi tulang. Obat-obatan yang dapat menghambat resorpsi tulang yaitu
estrogen, kalsitonim, difosfat, dan modulator Reseptor selektif. Seluruh pengobatan
iniharus ditambah dengan konsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup.

9. Komplikasi
1. Patah Tulang
2. Osteoartritis.
3. Penyakit jantung koroner

Anda mungkin juga menyukai