KEPERAWATAN PADA
PASIEN PERTUSIS PADA
ANAK
Disusun oleh :
1. Nardo Firando
2. Silvianus Micky
3. Vasya Amelia N
Pertussis ( Batuk Rejan)
adalah infeksi saluran nafas atas,
yang pertama kali ditemukan pada
tahun 1.500an dan menjadi penyakit Definisi
endemis di eropa pada tahun
1.600an
Bordetella pertussis (B.
pertussis) adalah penyebab pertussis
dan biasanya menyebabkan pertussis
sporadic (Altunaiji, 2012). B.pertussis
adalah bakteri coccobacillus,
menginfeksi saluran nafas, dan
sangat mudah menular melalui
droplet (Espinoza, 2015; Gabutti dan
Rota, 2012). Etiologi
B.pertussis pertama kali
disebutkan oleh Guillaume de Baillou
(1538-1616) sebagai epidemi di
Perancis. Catatan Nils Rosen von
Reosenstein menyebutkan bahwa
penyakit dimulai di Perancis pada
tahun 1414.
Terdapat tiga fase dalam
perjalanan penyakit pertusis, yaitu:
fase kataral, paroksismal, dan
konvalesen. Fase paling infeksius
adalah fase kataral dan awal fase Patogenesis
paroksismal (Espinoza, 2015).
Transmisi penyakit ini terjadi melalui
droplet respiratorik (Bolanos et al.,
2011). M
Manifestasi bergantung
dari beberapa faktor seperti riwayat
infeksi sebelumnya, riwayat
imunisasi, jenis bakteri, dan jenis
kelamin. Pada pasien pertusis
demam bukan manifestasi klinis
utama kecuali terdapat infeksi
sekunder seperti pneumonia (Cherry Manifestasi Klinis
dan Paddock, 2012).
Manifestasi klinis pada
pertusis dibagi berdasarkan
stadiumnya, antara lain stadium
kataral, stadium paroksismal, dan
stadium konvalesen, sebagai berikut
(Marcdante et al., 2011).
gejala klinis pasien pertusis dapat
berupa:
-Demam
-Batuk yang berat
-Rinorrhea
-Distress pernafasan
-Wheezing
-Kongesti faring
-Berdahak
-Vomitus
Gejala Pertussis
- Diare
- Asthenia
- Kongesti abdominal
- Nyeri abdomen
- Nyeri kepala
- Otalgia
- Myalgia
Gejala klinis pada anak usia
lebih dari 16 tahun biasanya tidak khas dan
sulit dibedakan dengan penyakit infeksi
pernafasan lain (Miyasitha et al., 2013).
Gold standard penegakan
diagnosis untuk pertusis adalah
dengan kultur dan uji molekuler
salah satunya adalah PCR (Espinoza
et al., 2015). Isolasi B. pertussis pada
spesimen klinis memiliki tingkat
spesifisitas yang tinggi sehingga
banyak digunakan untuk penegakan
diagnosis, meskipun tingkat
Pemeriksaan
sensitifitasnya bergantung dari Penunjang
berbagai macam faktor, seperti
transportasi dan metode
pemeriksaan laboratorium yang
digunakan, fase penyakit, usia
pasien, status vaksinasi, dan terapi
antibiotik yang telah diterima
sebelumnya.
Obat Dosis dan Sediaan
Azitromisin < 6 bulan: 10 mg/kg selama 5 hari
≥6 bulan: 10 mg/kg (max 500 mg) selama 1 hari,
diikuti 5 mg/kg selama 1 hari, kemudian 250 mg/ hari
selama 2 – 5 hari
Dewasa: 500 mg selama 1 hari, dilanjutkan 250
mg/hari selama 2 – 5 hari
Claritromisin < 1 bulan: tidak direkomendasikan
> 1 bulan: 15 mg/kg/hari (max 1g/hari) dibagi dalam
2 dosis selama 7 hari
Dewasa: 1 g/hari dibagi dalam 2 dosis selama 7 hari
Eritromisin < 1 bulan: 40 – 50 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis.
Monitoring ketat karena beresiko stenosis pylorica –
>1 bulan: 40 – 50 mg/kg/hari (max 2 g/hari) dibagi
dalam 4 dosis selama 14 hari –
Dewasa: 2 g/hari dibagi dalam 4 dosis selama 14 hari
TMP-SMX < 2 bulan: kontraindikasi
>2 bulan: TMP 8 mg/kg/hari, SMX 40 mg/kg/hari,
dibagi dalam 2 dosis selama 14 hari
Dewasa: TMP 320 mg/hari, SMX 1600 mg/hari, dibagi
dalam 2 dosis selama 14 hari
Penatalaksanaan
B. pertussis secara sendirinya dapat hilang secara spontan dari
nasofaring dalam waktu 2 sampai 4 minggu pasca infeksi. Ketika mulai di awal
perjalanan penyakit, selama tahap katarhal, antibiotik dapat mempersingkat
gejala dan mengurangi keparahan pertusis.
Altuniaji (2012) menunjukkan bahwa pemberian antibiotik untuk
pengobatan pertussis efektif dalam mengeliminasi B.pertussis agar tidak
menular tetapi tidak mengubah perjalanan klinis dari penyakit.
lANJUTAN
Regimen antibiotik yang efektif antara lain:
Azitromicin (10 mg/kgBB) single dose selama 3 hari
Azitromicin (10mg/kgBB pada hari pertama terapi dan 5 mg/kgBB sekali
sehari pada hari kedua hinga hari ke-15 terapi).
Clarithrimycin (7,5mg/kgBB/dosis 2x/hari) selama 7 hari
Eritromicin (60mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis) selama 7-14 hari
Eritromicin (60mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis) selama 14 hari
Oxytetracyclin (50mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) selama 7 hari
Kloramfenikol (50mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) selama 7 hari
Regimen terbaik untuk microbiological clearance dengan sedikit efek samping
adalah sebagai berikut :
Azitromicin (10mg/kgBB) single dose selama 3 hari
Azitromicin (10mg/kgBB pada hari pertama terapi dan 5mg/kgBB sekali
sehari pada hari kedua hingga hari ke-15 terapi), atau
Claritromycin (7,5mg/kgBB/dosis) dua kali sehari selama 7 hari
lANJUTAN
Menurut Altunaiji (2012) pertussis bisa menyebabkan sakit berat dan
mengarah pada komplikasi seperti apneu, sianosis, kesulitan intake,
pneumonia, dan ensefalopati. Menurut Bayhan et al. (2012), komplikasi dari
pertusis yang paling penting adalah infeksi sekunder (seperti pneumonia dan
otitis media), gagal napas (apnea dan hipertensi pulmonal), gangguan fisik
karena serangan batuk yang hebat (fracture costae, berdarahan konjunctiva,
hernia inguinal), kejang, ensefalopati, dan kematian. Pneumonia akibat
pertusis adalah keadaan serius dan membutuhkan prosedur ventilasi mekanik
insasif untuk memasang alat bentu pernafasan. Menurut Jackson dan Rohani
(2013), kematian akibat pertussis banyak dihubungkan dengan pneumonia
KOMPLIKASI
1. Pengkajian
Identitas Pasien
1. Nama : An. A
2. Umur : 5 tahun 2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Jenis kelamin : Perempuan An A tinggal bersama orang tuanya
4. Alamat : Jl. J. A. Suprapto Dalam di tempat yang padat penduduk. Satu minggu
no. 20, Malang. terakhir an A mengeluh pusing kepada ibunya.
Ibu mengetahui an A demam dan batuk yang
timbul mulamula malam hari. Setiap kali batuk
Riwayat Kesehatan an A disertai rasa mual, terkadang sampai
1. Keluhan Utama Batuk rejan muntah. Nafsu makanan A menurun karena
seringnya batuk sehingga berat badannya turun.
Hingga karena batuknya semakin hebat, ibunya
memutuskan untuk di bawa kerumah sakit.
ANALISA DATA
DS : Ibu px Infeksi saluran Hipertermi
mengatakan an A napas
mengeluh pusing
kepada ibunya. Ibu
mengetahui an A
demam. DO : S : Peradangan
38,4oC
Peningkatan suhu
tubuh
Hipertermi
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak
efektif b.d hipersekresi jalan
napas d.d batuk tidak efektif,
sputum berlebih, ronkhi
2. Hipertermi b.d proses penyakit
(infeksi pernapasan) d.d suhu
tubuh diatas normal
Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan perawatan 2 x 24 jam Manajemen Jalan Napas
napas tidak diharapkan Bersihan Jalan Napas Observasi :
efektif b.d dengan Ekspektasi : meningkat Dengan - Monitor pola napas
hipersekresi kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
jalan napas usaha napas)
1 2 3 4 5 - Monitor bunyi napas
tambahan (ronkhi)
Batuk Efektif X Y - Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
Dispnea Y X Terapeutik :
Sulit bicara Y X - Posisikan sermiFowler
Gelisah
Keterangan : Y X atau Fowler
1 = menurun/ meningkat - Berikan minum hangat
2 = cukup menurun/ meningkat - Lakukan fisioterapi dada
3 = sedang Edukasi :
4 = cukup meningkat/ menurun - Ajarkan teknik batuk
5 = meningkat/ menurun efektif
Y = ekspektasi Kolaborasi :
X = kondisi saat ini - Kolaborasi pemberian
ekspektoran
Hipertermi b.d Setelah dilakukan perawatan 2 x 24 jam Manajemen Hipertermia
proses penyakit diharapkan Termoregulasi pasien Observasi :
(infeksi dengan Ekspektasi : membaik Dengan - Identifikasi penyebab
pernapasan) kriteria hasil : hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor komplikasi
1 2 3 4 5 akibat hipertermia
Pucat Y X Terapeutik :
- Sediakan lingkungan
Bunyi napas Y X yang dingin
tambahan - Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
Edukasi :
Keterangan : - Anjurkan tirah baring
1Berat Badan memburuk
= meningkat/ X Y
2 = cukup meningkat/ memburuk Kolaborasi :
3 = sedang - Kolaborasi pemberian
4 = cukup menurun/ membaik cairan dan elektrolit
5 = menurun/ membaik intravena, jika perlu
Y = ekspektasi
X = kondisi saat ini
Implementasi Keperawatan
tgl jam DX Implementasi Paraf
Edukasi :
- Mengajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
- Melakukan kolaborasi pemberian ekspektoran
23-11- 14.00 Hiperter Manajemen Hipertermia Perawat
2020 mi b.d Observasi :
proses - Mengidentifikasi penyebab hipertermia
penyakit - Memonitor suhu tubuh
(infeksi - Memonitor komplikasi akibat hipertermia
pernapa
san) Terapeutik :
- Menyediakan lingkungan yang dingin
- Melonggarkan atau melepaskan pakaian
- Memberikan cairan oral
Edukasi :
- Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi :
- Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
Evaluasi Keperawatan
1 2 3 4 5
Batuk Efektif X Y
Dispnea Y X
Sulit bicara Y X
Gelisah Y X
1 2 3 4 5
Pucat Y X
Bunyi napas tambahan Y X
Berat Badan X Y
KETERANGAN
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
TERIMA
KASIH