Anda di halaman 1dari 11

Nama Peserta: dr.

Sri Misnawati

Nama Wahana: RSUD Meuraxa

Topik: BRONKOPNEUMONIA

Tanggal (kasus):

Nama Pasien Adee Ba Tafa Sheza No. RM 018157

Tanggal Presentasi Nama dr. Dona Fhatia


Pendamping: MARS.

Tempat Presentasi:

Obyektif Presentasi:

 Keilmuan   [] Tinjauan pustaka


Keterampilan Penyegaran

[] Diagnostik   Masalah  Istimewa


Manajemen

[] Neonatus  Bayi  Anak   Dewasa  


Remaja Lansia Bumil

Deskripsi: An. Adee Ba Tafa 18 bulan, dibawa dengan keluhan sesak nafas
disertai batuk pilek dan demam, BB 10 Kg

Tujuan: - Dapat mendiagnosa Bronkopneumoni


- Dapat melakukan tatalaksana Bronkopneumoni
- Dapat memberikan edukasi pada keluarga pasien mengenai
bronkopneumoni dan pencegahannya
Bahan bahasan [] Tinjauan  Riset []  Audit
Pustaka Kasus
Cara Membahas: [] Diskusi    Pos
Presentasi Email
dan diskusi

Data Pasien: Nama: An. Adee Ba Tafa Nomer Registrasi: 018157

Nama Klinik: RSUD Meuraxa Terdaftar Sejak:

Data Untuk Bahan


diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Bronkopneumoni

RPS: Pasien datang dibawa keluarga dengan keluhan


sesak nafas sejak 2 hari SMRS dan memberat 1 hari
ini, awalnya os dikatakan ibunya mengalami batuk
berdahak yang dialami sejak 5 hari yang lalu dan
memberat dalam 2 hari yang lalu. Dahak berwarna
hijau keputihan. Adanya dahak bercampur darah
disangkal. Pilek dialami sejak 7 hari yang lalu. Hidung
gatal dan ingus encer disangkal. Keluhan nyeri dada,
mengi atau sesak nafas disangkal.

Pasien juga mengeluhkan demam yang dialami


sejak ± 4 hari yang lalu. Demam dirasakan tidak terlalu
tinggi. Demam dapat turun dengan pemberian obat
parasetamol. Demam muncul lagi pada ± 2 hari yang
lalu yang dirasakan tidak terlalu tinggi. Pasien juga
mengeluhkan sakit kepala dan gelisah sejak saat
pertama sakit. Selama sakit pasien mengalami
penurunan nafsu makan. Pasien juga mengeluhkan
sering mual. Keluhan muntah atau gangguan buang air
besar dan penurunan berat badan disangkal.

Dari pemeriksaan fisik suhu tubuh 390C,


Respiratory rate 45 x/menit, didapatkan adanya nafas
cuping hidung, terdapatnya kebiruan di telapak tangan
juga di kedua kaki , serta didapatkan retraksi sela iga,
didapatkan adanya Ronkhi dikedua lapang paru.

2. Riwayat Pengobatan: Os sudah diobati dengan obat penurun panas

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Os belum pernah menderita penyakit seperti ini


sebelumnya

4. Riwayat Keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama

5. Riwayat Pekerjaan: Os belum bekerja

6. Kondisi Lingkungan social dan Os tinggal di lingkungan rumah yang bersih


fisik
Os dilahirkan normal pervaginam, dengan Berat badan
2,7Kg, segera menangis, Tumbuh kembang dalam
batas normal.

7. Riwayat Imunisasi: Imunisasi dasar lengkap

8. Lain-lain (Pemeriksaan Pada pemeriksaan darah didapatkan peningkatan


Penunjang): leukosit (15.000/mikroliter) yang lain dalam batas
normal.

Pada pemeriksaan rontgen thorax tampak adanya


infiltrate pada lapang paru kanan

9. Obat yang didapat: IVFD 2:1, Inj Cefrtriaxon 275 mg /12 jam, Inj
Gentamisin 80 mg / hari. PCT 3X1Cth, Nebule
Ventoline:NaCl 0,9% 1:1 per 8 jam,

Salbutamol 1 mg,cetirizin ¼ tab,metilprednisolon 1/3


tab pulv 3x1.

10. Lain-lain: O2 nasal kanul 2-3L/I. Konsul dokter spesialis anak

Daftar 1. Rahajoe. NN. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi 1


Pustaka: cetakan Pertama. Jakarta: IDAI.
2. Behrman RE, Kliegman R, Nelson WE, Vaughan VC. 2000.
Nelson textbook of pediatrics Edisi 17. Jakarta: EGC.
3. WHO. 2009. Pedoman pelayanan kesehatan anak dirumah
sakit. Jakarta: WHO Indonesia
Hasil 1. Mendiagnosa penyakit bronkopneumoni
Pembelajaran: 2. Menatalaksana awal bronkopneumoni
3. Menatalaksana dan perawatan pasien bronkopneumoni
4. Menyampaikan edukasi secara baik dan benar kepada keluarga
mengenai penyakit bronkopneumoni
RANGKUMAN PEMBELAJARAN BRONKOPNEUMONI

1. Subjektif :

Anak Adee Ba Tafa 18 Bulan keluhan sesak nafas sejak 2 hari SMRS dan memberat 1 hari
ini, batuk (+) berdahak sejak 5 hari yang lalu, dahak berwarna hijau keputihan. Pilek dialami
sejak 7 hari yang lalu.demam yang dialami sejak ± 4 hari yang lalu. Demam dirasakan tidak
terlalu tinggi. Demam dapat turun dengan pemberian obat parasetamol. Kepala (+), gelisah
sejak saat pertama sakit. Penurunan nafsu makan (+). Pasien juga mengeluhkan sering mual.
Keluhan muntah atau gangguan buang air besar dan penurunan berat badan disangkal.

2. Objektif :

Dari pemeriksaan fisik suhu tubuh 390C, Respiratory rate 45 x/menit, didapatkan adanya
nafas cuping hidung, terdapatnya kebiruan di telapak tangan juga di kedua kaki , serta
didapatkan retraksi sela iga, didapatkan adanya Ronkhi dikedua lapang paru.

3. Assesment :

Bronkopneumonia merupakan satu bentuk pneumonia, yaitu pneumonia lobularis.


Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim paru pada bagian distal
bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris
dan alveoli. Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab noninfeksi seperti
aspirasi makanan atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon, bahan lipoid dan pnemonitis
akibat obat. Pneumonia digolongkan atas dasar anatomi seperti proses lobus atau lobularis,
alveoler atau interstisial.

Berdasarkan lokasi lesi di paru klasifikasi pneumoni dibagi:

- pneumonia lobaris

- pneumonia interstisial

- bronkopneumonia
Berdasarkan asal infeksi

- di dapat dari masyarakat

- di dapat dari rumah sakit

Berdasarkan etiologi penyebab

- pneumonia bakteri

- pneumonia virus

- pneumonia mikoplasma

- pneumonia jamur

Berdasarkan karakteristik penyakit

- pneumonia tipikal

- pneumonia atipikal

Berdasarkan lama penyakit

- pneumonia akut

- pneumonia persisten

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan
kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi streptococcus group B
dan bakteri gram negatif seperti E. Colli, pseudomonas atau klebsiella. Pada bayi yang lebih
besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi streptococcus pneumonia,
haemophillus influenzae tipe B dan staphylococcus aureus. Sedangkan pada anak yang lenih
bedar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi mycoplasma pneumonia.

Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, disamping bakteri.
Virus yang terbanyak ditemukan adalah respiratory syncytial virus, rino virus dan virus para
influenza. Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi bergantung pada :
- usia

- status imunologis

- kondisi lingkungan

- status imunisasi

- faktor penjamu (penyakit penyerta, malnutrisi) Beberapa bakteri tertentu sering


menimbulkan gambaran patologis tertentu bila dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi
Streptococcus pneumoniae biasanya bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di
seluruh lapangan paru (bronkopneumonia)

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga sedang.
Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam jiwa dan mungkin terdapat komplikasi sehingga
memerlukan perawatan di rumah sakit. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis
pneumonia pada anak adalah inmaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab
yang luas, gejala klinis yang tidak khas terutama pada bayi.

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya infeksi,
tetapi secra umum adalah sebagai berikut:

- Gambaran infeksi umum :

Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal
seperti mual, muntah, atau diare.

- Gambaran gangguan respiratorius:

Batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipneu, nafas cuping hidung, merintih, sianosis

Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan hal-hal sebagai berikut :

a. Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung.

b. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.

Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus
selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps
paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.

c. Pada perkusi tidak terdapat kelainan

d. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.

Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan


napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka

Kelainan foto rontgen toraks tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis. Biasanya
dilakukan pemeriksaan rontgen toraks posisi AP. Foto rontgen toraks AP dan lateral hanya
dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala klinik distres pernapasan seperti takipnea, batuk
dan ronki, dengan atau tanpa suara napas yang melemah.

Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:

- Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular, peribronchial


cuffing, dan hiperaerasi.

- Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram. Konsolidasi dapat
mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris, atau terlibat sebagai lesi tunggal yang
biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi
tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia.

- Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa
bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit dapat
membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal atau
meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit
meningkat 15.000-40.000 /mm3dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit
terdapat pergeseranke kiri serta peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia
dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme
dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan
Pedoman diagnosis dan tatalaksana sederhana berdasarkan WHO :

Bayi berusia di bawah 2 bulan

- Pneumonia

Bila ada napas cepat (> 60 x/menit) atau sesak napas

Harus dirawat dan diberikan antibiotik

- Bukan pneumonia

Tidak ada napas cepat atau sesak napas

Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis.

Bayi dan anak usia 2 bulan – 5 tahun

- Pneumonia sangat berat

Bila ada sesak napas, sianosis sentral dan tidak sanggup minum

Harus dirawat dan diberikan antibiotik

- Pneumonia berat

Bila ada sesak napas, tanpa sianosis, dan masih sanggup minum

Harus dirawat dan diberikan antibiotik

- Pneumonia ringan

Bila tidak ada sesak napas

Ada napas cepat dengan laju napas

Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.

- Bukan pneumonia

Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas

Tidak perlu dirawat dan antibiotik, hanya diberikan pengobatan simptomatis.

Tanda bahaya pada anak usia 2 bulan – 5 tahun adalah tidak mau minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, dan gizi buruk. Tanda bahaya untuk bayi usia < 2 bulan adalah malas minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa dingin

Penatalaksaan umum penderita bronkopneumonia yaitu pemberian oksigen lembab 2-4


L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60. Pemasangan infus
untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit. Penatalaksanaan khusus penderita bronkopneumonia yaitu
mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama
karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat penurun panas diberikan
hanya pada penderita dengan suhu tinggi. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme
penyebab dan manifestasi klinis

3. Kriteria rawat inap:

a. Bayi

- saturasi oksigen ≤ 92%, sianosis

- frekuensi nafas > 60 x/ menit

- distres pernafasan, apneu intermiten

- tidak mau minum atau menetek

- keluarga tidak bisa merawat dirumah

b. anak

- saturasi oksigen ≤ 92%, sianosis

- frekuensi nafas > 50 x/ menit

- distres pernafasan

- terdapat tanda dehidrasi

- keluarga tidak bisa merawat dirumah

4. Kriteria pulang:

- gejala dan tanda pneumonia menghilang


- asupan peroral adekuat

- pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah

- keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol

- kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita


atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya
tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan
makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, dan rajin berolahraga.
Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain
vaksinasi Pneumokokus, vaksinasi H. Influenza, vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak
dengan daya tahan tubuh rendah, dan vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak
sakit

4. Planning

Dari pengobatan pemberian oksigen, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian antibiotik
sesuai biakan, pemberian obat mukolitik, dan antipiretik.

Rencana pemeriksaan akan dilakukan cek darah rutin, seperti Hemoglobin, leukosit, LED
dan Pemeriksaan elektrolit, serta melakukan pemeriksaan foto thorax untuk menilai apakah
tampak adanya infeksi pada paru, kemudian lakukan konsul ke ahli anak.

Edukasi kepada orangtua agar dapat memberikan makanan yang cukup pada anaknya, pada
pasien bronkopneumonia yang telat pengobatannya akan menghasilkan prognosis yang kurang
memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai