Anda di halaman 1dari 21

RESUME DAN ASKEP TENTANG

“ PNEUNOMIA”

Dosen Pengampu:

Zakiah Rahmah, S.Kep, Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH :

Maharani : 142011014

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2021
A. Pengertian Pneumonia

Pneunomia Adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah


akut (ISNBA) dengan gejala batuk dengan disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan agen infeksius seperti Virus, Bakteri, Mycoplasma (fungi), Dan
aspirasi subtansi asing, berupa radang paruparu yang sertai eksudasi dan
konsolidasi. (Nanda 2015) Pneumonia merupakan istilah umum yang
menandakan inflamasi pada daerah pertukaran gas dalam pleura; biasanya
mengimplikasikan inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi. (Caia
Francis 2011). Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Brunner & suddarth 2012).

B. Klasifikasi Klasifikasi berdasarkan anatomi (IKA FKUI)

1. Pneumonia lobaris, Melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru, Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”
2. Pneumonia lobaris ( Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada di dekatnya, di sebut juga
pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstitial (Bronkialitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (intertisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :


1. Pneumonia komunitas Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok,
pathogen atipikal pada lansia, Gram negative pada pasien di rumah
jompo, dengan adanya PPOK, Penyakit penyerta kardiopulmonal/jamak,
atau paksa antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial Tergantung pada tiga faktor yaitu: Tingkat berat
sakit, adanya resiko untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang
timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi Disebabkan oleh infeksi kuman, Penumonitis kimia
akibat aspirasi bahan toksik
4. Pneumonia pada gangguan imun Terjadi karena akibat proses penyakit
dan akibat terapi. Penyenbab infeksi dapat disebabkan oleh kuman
pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri,
Protozoa, Parasit, Virus, Jamur, dan cacing. (NANDA Nic-Noc 2013 dan
NANDA Nic-Noc 2015)

C. Etiologi

a. Streptococcus pneumonia tanpa penyulit


b. Streptococcus pneumonia dengan penyulit
c. Haemophilus influenzae
d. Staphilococcus aureus
e. Mycoplasma pneumonia
f. Virus patogen
g. Aspirasi basil gram negatif, klebsiela, pseudomonas, Enterobacter,
Eschericia proteus, basil gram positif.
h. Stafilacoccus
i. Aspirasi asa lambung
j. Terjadi bila kuman patogen menyebar ke paru-paru melalui aliran
darah

k. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda Nic-Noc (2013) dan Nanda Nic- Noc (2015) manifestasi
klinis yang muncul pada pasien dengan pneumonia adalah :

1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan- 3 bulan dengan suhu mencapai 39,0C - 40,50C
bahkan dengan infeksi ringan.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningael tanpa infeksi meninges,
3. Anoreksia.
4. Muntah
5. Diare, Biasanya ringan.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan
dengan nyeri apendiksitis.

. Kasus Asuhan keperawatan tentang Pneunomia

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari selasa,19 oktober 2021 pukul 09:00 Wib di
ruang mawar. Data diperoleh dari pasien, keluarga pasien dan cacatan
medis

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 38th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gumuk, RT/RW 04/06, Sidoharjo,Semarang
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk :14 Desember 2014 , 16:40 Wib

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. P
Umur : 42th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gemuk RT/RW 04/06, Sidoharjo , Semarang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Hbgn Dgn Pasien : Kakak

3. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak

4. Riwayat Penyakit sekarang


Pasien datang di IGD rujukan dari rumah sakit simo dengan decomp
dengan sesak nafas 2hari yang lalu,panas sejak dua minggu yang lalu,
batuk disertai dahak ± 2 bulan dan nyeri tenggorokan.

5. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit simo dengan keluhan
yang sama.

6. Riwayat penyakit keluarga


Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama dengan pasien, dan juga tidak memiliki hipertensi
maupun DM.

7. Pola fungsional

a. Pola nutrisi

SEBELUM SAKIT SEMALA SAKIT


Pasien mengatakan makan 3x sehari, Pasien mengatakan pasien mendapatkan
habis 1 porsi dengan menu nasi, lauk diit tinggi protein rendah kalori dari
dan sayur. Minum ± 1000 ml/hari. Pa rumah sakit. Pasien mengatakan nafsu
sien mengatakan tidak mempunyai makan berkurang dari sebelumnya
alergi selama sakit minum ± 600 ml/jam.

b. Pola eliminasi

SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT


Pasien mengatakan BAB 1x/hari Pasien mengatakan selama dirumah sakit
di pagi hari dengan konsintensi susah BAB, sudah 2 hari pasien tidak merasa
berwarna coklat dan bau khas ingin BAB. BAK ± 5-6x/hari dengan
feses. Tidak ada masalah dalam konsintensi cair warna kuning jernih dan bau
BAB dan BAK 4-5x/hari warna khas urine
kuning jernih,bau khas urine.

c. Pola istirahat

SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT


Pasien mengatakan sebelum sakit Pasien mengatakan selama sakit tidur malam ±
tidur malam ± 7-8jam/hari. Pasien 5-6jam/hari.pasien tidur siang 4jam/hari.
mengatakan tidak pernah tidur siang

d. Pola persepsi

SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

Pasien mengatakan bila sedang pasien mengatakan sudah tau sedikit


sakit selalu periks kerumah sakit. tentang penyakit yang di derita
Persepsi mengenai sakit yang
diderita: pasien mengatakan
sudah tau sedikit tentang
penyakit yang di derita

e. Pola toleransi dan koping stress

SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

Selama sakit pasien merasa pasien akan meminta bantuan orang lain
cemas terhadap penyakit yang di
deritanya. Bila ada masalah yang
tidak dapat diselesaikan sendiri
F. Pola hubungan dan peran

SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

Pasien sebagai ibu rumah Hubungan selama di rawat di rumah sakit


tangga,perannya tidak dapat tidak ada gangguan,keluarga pasien
dilakukan selama sakit. menemani.

G. Pola seksualitas

SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

Pasien sebagai seorang ibu


mempunyai 3 orang anak,pasien
tidak mempunyai penyakit
kelamin

H. Pola nilai kepercayaan

SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

Pola spritual pasien baik karena Selama sakit pasien tetap sholat 5 waktu
pasien mengatakan bahwa di tempat tidur
sakitnya datang dari Allah.
Sebelum sakit pasien sholat 5
waktu dirumah bersama suami
beserta anak-anaknya
I. Pola aktivitas dan latihan

SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

Pasien beraktivitas sehari-hari Pasien mengatakan bila digunakan


memenuhi ADL secara mandiri beraktivitas
Setelah sakit

Pasien mengatakan sesak nafas bila digunakan untuk beraktivitas

Activity dailimg
living 0 1 2 3 4
Makan
Minum
Berpakaian
Mobilitas
Berpindah

a. Pola persepsi dan konsep diri

Pengetahuan tentang penyakit saat ini : pasien yang mengetahui sedikit

Perawat tindakan yang dilalukan : pasien mengerti

1) Gambaran diri
Pasien mengatakan saat ini sedang sakit dan mempunyai keinginan untuk
sembuh
2) Ideal diri
Pasien mengatakan bisa menerima penyakitnya walaupun terkadang merasa
cemas
3) Peran
Keluarga bisa menerima keadaan pasien walaupun peran yang dijalankan
pasien selama sakit menjadi minimal
4) Identitas
Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga dengan 3 orang anak yang masih
dalam usia sekolah. Persepsi diri baik walaupun terkadang merasa cemas
berlebih
5) Harga diri
Pasien merasa minder dan sedikit menarik diri dari masyarakat karena penyakit
yang diderit

8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: Sedang
b. Kesadaran : composis mentis
c. TTV
- Tekanan darah : 150/90 mmHg
- Nadi: 88 /mnt
- Respirasi : 24/mnt
- Suhu: 36,7 c
d. Pemeriksaan head To Toe
1. Mata
Konjungtiva anemis ,sclera mata ikterik
2. Hidung
Simetris tidak ada polip tidak nyeri tekan
3. Mulut
Tidak ada kelainan kogintial mukosa bibir lembab
4. Telinga
Bentuk dan ukuran simetris antara kiri dan kanan tidak ada
serumen
5. Kepala
Bentuk kepala musocepal tidak ada nyeri tekan tiak luka
6. Leher
Tidak ada pembesaran
7. Dada
Pemeriksaan paru
Inpeksi: pernafasan cepat frekuensi pernapasan 24 pengembangan
dada sejajar simetris penggunaan otot bantu pernapasan :Dyspnea
Palpasi:
Taktil fremitus getaran raba kanan dan kiri sama
Perkusi:
Senor dari clavikula batas atas –ICS 5 batas bawah paru-paru
dextra sensor dari clavikula batas atas –ICS 3 batas bawah paru-
paru sinistra

KIMIA
SGOT 13 u/l < 31
SGPT 15 u/l <31

a. Pemeriksaan urine pada tanggal 15 desember 2014

Pemeriksaan Hasil satuan Harga normal keterangan


URANE
Urane lengkap
Fisis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Baqu Khas Khas
Kimia
Blood Negative Negative
Bilirubin Negative Negative
Urobilinogen Negative Negative
Benda keton Negative Negative
Reduksi Negative Negative
Protein Negative Negative
Nirit Negative Negative
Leokosit Negative 1+/LPB
Reaksi ph 7.0 7.6-8.5
Berat jenis 1.015 1.003-1.030
Sedimen
Epitel 1+
Leokosit 1+ 1+/LPB
Eritrosit 1+ 1+/LPB
Silinder Negative 1+/LPB
Kristal Negative Negative/LPK
lain-lain negative

b. Pemeriksaan thorax pada tanggal 24 desember 2014


Hasil
Limphadenopathy hilus sinistra DD: massa paru
Pneunomia sinistra lobus suoerior segment apicalposterior

c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Harga normal
BGA paket
elektrolit
O2 saturasi SO 98,7 % 94-98
Suhu 37,5 C 36,5-37,5
F1O2 53
pH 7,369 7,35-7,45
PCO2 40,8 Mmol 80-100
Total co2 24,4 Mmol 24-31
plasma TCO2
Base excess -1,8 Mmol 0-1,25
A-aDO2 Mmol 0-2,1
O2 cap Mmol 10-20
O2 ct Mmol negative
HCO3 23,3 Mmol 22-36
Natrium 136,7 mmol 135-148
Kalsium 3, 95 mmol 3,5-5,3
Ca 0,50 mmol 1,15-1,27

10 Terapi obat
 Infus RL +aminophylin 24/20 tpn
 O2 5lpm
 Injeksi cetriaxion 1g/12 jam
 Injeksi dexamethasone 5mg/12 jam
 Injeksi ondansetron 2m k/p
 Injeksi omeperazole 40mg/12 jam
 GG 100 mg/24 jam
 Codien 20 mg/24 jam
 Nabuliez forbient /8 jam
7. Analisis data

Data focus Problem Etologi


DS pasien Ketidakaktifan Sekresi mucus
mengatakan sesak kebersihan jalan
nafas dan batuk nafas
berdahak tetapi
berdahak sulit
keluar
DO RR:24x/mnt
Terdengar suara
ronki tanpa ada
sankretdilubang
hidung terpasang
o2 nasal kalanul3
l/mnt
Leokosit :
16.790H/ul
DS RR: pasien Gangguan Perubahan
mengatakan sesak pertukaran gas membrane
nafas lemas sekali alveoular –
dan pusing kapiler (efek
DO: imflamasi
Pernapasan cepat
pengembangan
dada
sejajar ,simetris
penggunaan otot
bantu pernapasn :
Dyspnea
Kesadaran:
compos mentris
Respirasi : 2x/; mnt
Konjungtiva
anemis sclera mata
iktrik
Leokosit : 16.790
DS: pasien Intoleransi Gangguan
mengatakan sesak activitas pertukaran gas
nafas bila Skunder
beraktivitas
DO:
Pasien tanpak
lemah
DS: Pasien Cemas Kondisi dan
mengatakan cemas kebutuhan
dan bingung tindakan
DO:pasien tampak
cemas
TD: 150/90mmHg
N: 88x/mnt
RR: 24x/mnt

B. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum


2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar- kapiler ( efek
inflamasi )
3. Intoleransi aktivitas berhubungan b/d
A. Gangguan pertukaran gas sekunder
2. Cemas b/d kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan

1. A: masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi
- batasi aktivitas pada pasien
- menganjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam
melakukan aktivitas yang ringan
- menganjurkan pasien untuk bedrest total

2. S: pasien mengatakan sedikit mengerti tentang penyakit


yang dideritanya
O: pasien tampak masih sedikit cemas A: soap masalah
teratasi sebagian
P: lanjutkan
- kaji pengetahuan tentang penyakit yang diderita pasien
S: pasien mengatakan sesak nafas sudah berkurang namun
batuk masih sedikit sedikit namun sering
O: - pasien nampak masih batuk dan sesak nafas masih
berkurang
- suara nafas ronchi/cracles , tanpak keluar sekret 2cc
- pasien masih nampak menggunakan nasal kanul 025
l/menit
- RR : 24×per menit
- a : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi ( rujuk ke RSDM solo )

3. S pasien mengatakan masih sesak nafas karena masihdahak


ditenggorokan
O: terpasang kanul O2 4l/mnt,RR: 22 ×/ menit, N: 80 ×/mnt
A: masalah teratasi sebagian
4. Do: mengatakan mencoba aktivitas ringan untuk
memenuhi ADL
O: pasien nampak mencoba melakukan aktivitas ringan namun
masih didampingi oleh pihak keluarga
TD: 130/80 mmHg
N: 80×/ mnt
S: 36,7°c
RR: 24×/mnt
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi (rujuk ke RSDM solo)

5 S: pasien mengatakan sedikit mengetahui tentang


Cemas b/d kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan
tindakan

C. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses

keperawatan dimana pada tahap ini perawat menentukan suatu rencana

yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan masalah yang dialami

pasien setelah pengkajian dan perumusan diagnosa. Menurut Moorhead

(2013) dan Bulechek (2013), intervensi keperawatan yang ditetapkan pada

anak dengan kasus pneumonia adalah :

Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi(NIC)


Status pernafasan : Manajemen jalan nafas
a.Ketidakefektif Kepatenan jalan nafas 1. Monitor status
an bersihan Definisi : saluran pernafasan dan
jalan nafas b.d trakeobronkial yang respirasi
mukus terbuka dan lancar untuk sebagaimana
berlebihan pertukaran udara mestinya
Setelah dilakukan 2. Posisikan
tindakan pasien
keperawatan selama 3x24 semi fowler, atau
jam pasien dapat posisi fowler
meningkatkan status 3. Observasi
pernafasan yang adekuat kecepatan,irama,ked
meningkat dari skala 2 alaman dan kesulitan
(cukup) menjadi skala 4 bernafas
(ringan) dengan kriteria 4. Auskultasi suara
hasil : nafas
1. Frekuensi pernafasan 5. lakukan fisioterapi
normal (30-50x/menit) dada sebagaimana
2. Irama pernafasan mestinya
normal (teratur) 6. Kolaborasi
3. Kemampuan pemberian O2
untuk sesuai instruksi
mengeluarkan secret 7. Ajarkan melakukan
(pasien dapat batuk efektif
melakukan batuk 8. Ajarkan pasien dan
efektif jika keluarga mengenai
memungkinkan) penggunaan
4. Tidak ada suara nafas perangkat oksigen
tambahan (seperti ; yang memudahkan
Ronchi,wezing,mengi) mobilitas
5. Tidak ada penggunaan
otot bantu napas (tidak
adanya retraksi dinding
dada)
6. Tidak ada batuk
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
b. Ketidakefektif Status pernafasan Manajamen Jalan nafas
an pola napas Definisi : Proses keluar 1. Posisikan pasien
berhubungan masuknya udara ke Posisi semi fowler,
dengan paruparu serta pertukaran atau posisi fowler
keletihan otot karbondioksida dan Manajemen pernafasan
pernafasan oksigen di alveoli. 2.Observasi
Setelah dilakukan kecepatan,irama,keda
tindakan laman dan kesulitan
keperawatan 3x24 jam bernafas
ringan) dengan kriteria 3. Observasi pergerakan
hasil : dada, kesimetrisan
1. frekuensi pernafasan dada,penggunaan otootot
normal (30-50x/menit) bantu nafas,dan
2. Irama pernafasan retraksi pada dinding
normal (teratur) dada
3. suara auskultasi nafas 4.Auskultasi suara
normal (vesikuler) nafas
4. Kepatenan jalan nafas Terapi oksigen
5. Tidak ada penggunaan 5. Kolaborasi
otot bantu nafas (tidak pemberian O2
ada retraksi dinding 6. Monitor aliran
dada) oksigen
6. Tidak ada pernafasan 7.Ajarkan pasien dan
cuping hidung keluarga mengenai
Ket: penggunaan
1. Deviasi berat dari perangkat oksigen
kisaran normal yang memudahkan
2. Deviasi yang cukup mobilitas
berat dari kisaran
normal
3. Deviasi yang sedang
dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari
kisaran normal
5. Tidak ada deviasi
yang cukup berat dari
kisaran normal

c. Gangguan Status pernafasan : Monitor pernafasan


pertukaran gas Pertukaran Gas 1. Monitor kecepatan,
berhubungan Definisi : Pertukaran irama, kedalaman,
dengan Karbondioksida dan dan kesulitan
perubahan oksigen di alveoli untuk bernapas
membran mempertahankan Terapi oksigen
alveolarkalpiler konsentrasi darah arteri 2. Pertahankan
Setelah dilakukan kepatenan jalan
tindakan napas
keperawatan 3x24 jam 3. Observasi adanya
status pernafasan : suara napas
pertukaran gas yang tambahan
adekuat meningkat dari 4.
skala 2 (berat) menjadi 4 Kolaborasi
(ringan) pemberian O2
Dengan kriteria hasil : 5. Ajarkan pasien dan
1. Tidak dispnea saat keluarga mengenai
istirahat penggunaan
2. Tidak dispneu saat perangkat oksigen
aktifitas ringan yang memudahkan
3. Tidak sianosis yaitu mobilitas
kulit tampak normal
atau tidak kebiruan
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
d. Ketidakseim Status nutrisi : Asupan Manajemen nutrisi
bangan nutrisi 1.Observasi dan catat
nutrisi Definisi : Asupan gizi asupan pasien (cair
kurang dari untuk memenuhi dan padat)
kebutuhan kebutuhan-kebutuhan 2.Ciptakan lingkungan
tubuh metabolik yang optimal pada
berhubungan Setelah dilakukan asuhan saat mengkonsumsi
dengan keperawatan selama makan (misalnya;
asupan diet 3x24jam pasien dapat bersih, santai, dan
kurang meningkatkan status bebas dari bau yang
nutrisi yang adekuat dari mneyengat)
skala 2 (sedikit adekuat) 3.Monitor kalori dan
menjadi skala 3 (cukup asupan makanan
adekuat) dengan kriteria 4. Atur diet yang
hasil : diperlukan
1. Asupan kalori adekuat (menyediakan
2. Asupan protein makanan protein
adekuat tinggi, menambah
3. Asupan zat besi atau
adekuat menguragi
Ket: kalori, vitamin,
1. Sangat berat mineral atau
2. Berat suplemen)
3. Cukup 5.Kolaborasi pemberian
4. Ringan obat-obatan sebelum
5. Tidak ada makan (contoh obat
anti nyeri)
6.Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengakses
programprogram gizi
komunitas (misalnya ;
perempuan,bayi,anak)
e. .Intolerans oleransi terhadap Manajemen energy
i Aktifitas aktifitas 1. Observasi sistem
berhubun Definisi : Respon kardiorespirasi
gan fisiologis terhadap pasien selama
dengan pergerakan yang kegiatan (misalnya
ketidaksei memerlukan energi ; takikardi,
mbangan dalam distrimia, dispnea)
antara aktifitas sehari-hari. Monitor lokasi dan
suplai Setelah dilakukan sumber
tindakan ketidaknyamanan/
keperawatan 2x24jam nyeri yang dialami
pasien dapat toleransi pasien selama
terhadap aktifitas aktifitas
meningkat dari skala 2 3. Lakukan Rom
(banyak terganggu) aktif atau pasif
menjadi 4 (sedikit 4. Lakukan terapi
terganggu) dengan non farmakologis
kriteria (terapi musik)
hasil : 5. Kolaborasi
1. Kemudahan bernapas pemberian terapi
ketika beraktifitas farmakologis
2. Warna kulit idak pucat untuk mengurangi
3. Kemudahan dalam kelelahan
melakukan ADL 6. Beri Penyuluhan
Ket: kepada keluarga
1. Sangat terganggu dan pasien tentang
2. Banyak terganggu nutrisi yang baik
3. Cukup terganggu dan istirahat yang
4. Sedikit terganggu adekuat
5. Tidak terganggu
f. Defisiensi Pengetahuan : Pengajaran proses
pengetahuan Manajemen penyakit
berhubungan pneumonia 1. Kaji
dengan kurang Definisi : tingkat
sumber Tingkat pemahaman yang pengetahuan tentang
pengetahuan disampaikan tentang proses penyakit
pneumonia, 2. Jelaskan tentang
pengobatannya dan penyakit
pencegahan 3. Jelaskan tanda dan
komplikasinya gejala
Setelah dilakukan 4. Jelaskan tentang
tindakan penyeba
keperawatan selama 30- 5. Jelaskan tentang cara
40menit pasien dan penularan
keluarga dapat 6. Jelaskan tentang
meningkatkan cara penanganan
pengetahuan 7. Jelaskan tentang
tentang manajemen cara pencegahan
pneumonia. Meningkat
dari skala 2 (pengetahuan
terbatas menjadi skala 4
(pengetahuan banyak)
dengan kriteria hasil :
1. mengetahui tentang
penyakit
2. mengetahui faktor
penyebab (dapat
menyebutkan
penyebab)
3. mengetahui faktor
resiko kekambuhan
(dapat menyebutkan
faktor resiko)
4. mengetahui tanda dan
gejala penyakit dan
kekambuhan penyakit
(dapat menyebutkan
tanda dan gejala)
Ket :
1. Tidak ada
pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas

D. Implementasi
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat
secara langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan
mengacu pada rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah
ditetapkan/ dibuat.

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria
evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai