Anda di halaman 1dari 22

Makassar, 17 Juni 2016

LAPORAN HASIL
OBSERVASI LAPANGAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
Penyakit dalam Keluarga di Puskesmas Cendrawasih

Pembimbing : dr. Nesyana Nurmadilla, M.Gizi


KELOMPOK XII
11020130013

Andi Mardhatillah

11020130032

Andi Tenriawaru Parenrengi

11020130048

A. Nadiah Nurul Fadilah

11020130064

Nurul Insyirah Junaid

11020130080

Zainulhaq Hambali

11020130094

Khairunnisa Adiaty Yahya

11020130114

Lesthary Kadir

11020130115

Merindafaulin Herman

11020130128

Wahyudi Kurnianto

11020130136

Andi Nurul Fasty Batari

11020130149

Nur Ainun Darwis

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016

GAMBARAN UMUM PUSKERSMAS CENDRAWASIH


1. Keadaan Geografi
Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar awalnya adalah salah satu
Puskesmas Pembantu dalam wilayah Puskesmas Mamajang, sejak tahun 1985
telah berdiri sendiri sebagai Puskesmas Non Perawatan yang berlokasi di
Jalan Cendrawasih No.404 Kelurahan Sambung Jawa Kecamatan Mamajang
Kota Makassar. Wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih terdiri atas 7 (Tujuh)
kelurahan, 35 ORW dan 182 ORT dengan luas wilayah 1,020 km 2, dengan
batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Bontorannu
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Maccini Sombala
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Jongaya
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Maccini Sombala

2.

Keadaan Demografi
Adapun jumlah Penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih
pada tahun 2015 adalah 38.497 jiwa dengan jumlah Rumah Tangga sebanyak
8.950 Rumah Tangga. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dan
jumlah Rumah Tangga ditiap Kelurahan dalam wilayah kerja Puskesmas
Cendrawasih tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel berikut:
N

Kelurahan

Laki -

Perempuan

Rumah

o
1
2
3
4
5
6
7

Sambung Jawa
Tamparang Keke
Karang Anyar
Baji M.Sunggu
Parang
Pabatang
Bontolebang

Laki
5.214
2.529
1.981
2.079
3.106
2.316
1.932

5.528
2.520
2.068
2.186
3.321
2.450
2.009

Tangga
2.264
1.138
849
1005
1617
1124
1106

3. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan milik Pemerintah, Swasta dan partisipasi masyarakat
yang terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih turut berperan
dalam peningkatan status derajat kesehatan masyarakat dalam wilayah kerja
Puskesmas Cendrawasih.
Jenis sarana kesehatan yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas
Cendrawasih tahun 2015 terdiri dari :
1. Puskesmas

: 1 buah

2. Puskesmas Pembantu

: 1 buah

3. Pos Kesehatan Kelurahan

: 2 buah

4. Dokter Praktek

: 18 orang

5. Praktek pengobatan tradisional

: 3 Orang

6. Bidan Praktek Swasta ( BPS )

: 5 orang

7. Apotik

: 13 buah

8. Posyandu

: 40 buah

MODUL 2
PENYAKIT DALAM KELUARGA (Kunjungan Ke Rumah)
LAPORAN KASUS I
TB PARU
IDENTITAS PASIEN :
Nama

: Tn. Y

Umur

: 52 tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Bangsa/suku

: Makassar

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Nelayan

Alamat

:Jl. Tanjung Biran no 10A

Tanggal Pemeriksaan

: 12 April 2016

ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Batuk

Anamnesis Terpimpin

Dialami sejak 1 tahun yang lalu, terus menerus, disertai dengan lendir, keringat
malam, sesak tapi tidak mengalami penurunan berat badan. Setelah berobat 1
bulan diakui lendir sudah berkurang.
Riwayat Penyakit sebelumnya : (-)
Riwayat Penyakit Keluarga (-)

PEMERIKSAAN FISIS:
Tinggi Badan

: 165 cm

Berat Badan

: 51 kg

Tanda Vital :
Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 80x/menit

Pernapasan

: 20x/menit

Suhu

: 37,2C

Kepala

: Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-)

Abdomen

: Peristaltik (-) meningkat

Thoraks

: ronkhi (+) di kedua lapangan paru

Ekstremitas

: tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
BTA sputum (+) pada saat datang pertama kali 24 April 2016
BTA sputum (-) pada saat pemeriksaan terakhir 15 Juni 2016
DIAGNOSIS
TB paru
PENATALAKSANAAN
Pengobatan farmakologi yang diberikan :

OAT merah

Pengobatan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara lain :

Istirahat teratur

Perbanyak minum untuk menghindari terjadinya kekurangan cairan

Jangan merokok Hasil Kunjungan Rumah Pasien 15 Juni 2016

1. Profil Keluarga
Pasien tersebut (Tn. Y) adalah seorang Bapak yang tinggal bersama empat
anak dan istrinya status pendidikan terkahir SD dan berprofesi sebagai seorang
nelayan namun sekarang sedang beristirahat dan digantikan oleh anaknya.

2. Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga


Pekerjaan sehari-hari pasien adalah seorang nelayan. Pasien ini tinggal di
rumah yang telah dihuni sudah sekitar 20 tahun. Luas bangunan rumah pasien
kurang lebih 5x7 yang terdiri atas ruang tamu, dua kamar tidur, dapur dan
toilet. Rumah pasien dalam keadaan kurang baik dalam hal sanitasi dan
sirkulasi udara. Walaupun terdapat dua jendela di ruang tamu namun di dalam
kamar tidur pasien tidak terdapat jendela. Udara didalam kamar cukup pengap.
Pencahayaan di ruang tamu pasien sudah cukup baik tetapi di dapur
pencahayaannya sangat kurang.

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat riwayat penyakit dalam keluarga
4. Pola Konsumsi Makanan Keluarga
Pasien senang mengkonsumsi gorengan. Sedangkan untuk sayur dan buahbuahan, hanya dalam jumlah sedikit dan frekuensi kadang-kadang. Dahulu
pasien mengkonsumsi rokok 1 bungkus per hari. Namun, saat ini pasien telah
berhenti mungkonsumsi rokok.

5. Psikologi Dalam Hubungan Antar Keluarga


Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota keluarga yang
lainnya, komunikasi antar keluarga terjalin dengan baik dan lancar. Istri pasien
menjadi pengawas pasien untuk minum obat secara teratur.

6. Lingkungan
Pemukiman pasien terdapat pada lingkungan yang padat penduduk sehingga
kurang tertata. Kondisi kebersihan sekitar rumah cukup baik. Tidak terdapat
sampah yang berserakan disekitar rumah. Hubungan dengan tetangga juga
baik. Kurang lebih setahun lalu, ada seorang tetangga pasien sekaligus teman
kerjanya sebagai nelayan yang menderita TB. Namun, batuk yang dialami
teman pasien sudah lebih berat karena disertai pula darah. Saat ini teman
pasien tersebut masih dalam pengobatan.
DISKUSI

Pasien datang ke puskesmas Cendrawasih dengan keluhan utama baru yang


dialami sejak 1 tahun

yang

lalu. Selain itu,

pasien juga mengeluh sesak dan keringat malam


hari

.berobat

bulan

terakhir

maka

penatalaksanaan farmakologis untuk pasien ini


diberikan obat Anti TB warna merahLampiran
Foto

TINJAUAN TEORI
TB PARU
A.

Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah
penyakit

infeksius

terutama

yang

menyerang

parenkim paru. Tuberculosis


dapat juga ditularkan ke
bagian tubuh lainnya, terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
Tuberkulosis

(TB)

adalah

penyakit

infeksi menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium

tuberculosis

dengan

gejala yang bervariasi, akibat kuman


mycobacterium

tuberkulosis

sistemik

sehingga dapat mengenai semua organ


tubuh dengan lokasi terbanyak di paru
paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer Tuberkulosis paru adalah
penyakit infeksi yang menyerang pada
saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
yaitu mycobacterium tuberculosis,
B.

Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4 m dan tebal 0,3-0,6
m dan digolongkan dalam basil tahan asam
(BTA).

Karakteristik

kuman

Mycobacterium

tuberculosis : kuman ini disebut juga basil dari Koch. Mycobacterium


tuberculosis biasanya terdapat pada manusia yang sakit tuberculosis.Penularan

terjadi melalui pernafasan. Kuman tuberculosis ini mengalami pertumbuhan


secara aerob obligat, energi kuman ini didapat dari oksidasi senyawa karbon yang
sederhana, pertumbuhannya lambat,waktu pembelahan sekitar 20 jam,pada
pembenihan pertumbuhan tampak setelah 2-3 minggu. Daya tahan kuman
tuberculosis lebih besar apabila dibandingkan dengan kuman lainnya karena sifat
hidrofobik permukaan sel. Pada sputum kering yang melekat pada debu dapat
tahan hidup 8-10 hari. Mycobacterium mengandung banyak lemak seperti lemak
kompleks,asam lemak dan lilin. dalam sel, lemak tergabung pada protein dan
polisakarida. Komponen lemak ini dianggap yang bertanggung jawab terhadap
reaksi sel jaringan terhadap kuman tuberculosis.Lemak ini berperan pada sifat
tahan asam. Sedangkan protein itu sendiri Mycobacterium mengandung beberapa
protein yang menimbulkan reaksi tuberculin, protein yang terikat pada fraksi lilin
dapat

membangkitkan

sensitivitas

tuberculin,

juga

dapat

merangsang

pembentukan bermacam-macam antibody.


C. Cara Penularan
Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA) positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama.Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan
dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositipan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang
terpapar kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara
dan lamanya menghirup udara tersebut penularan TB Paru dapat terjadi jika
seseorang penderita TB Paru berbicara, meludah, batuk, atau bersin, maka kumankuman TB Paru berbentuk batang (panjang 1-4 mikron, diameter (0,3-0,6 mikron)

yang berada di dalam paru-parunya akan menyebar ke udara sebagai partikulat


melayang (suspended particulate matter) dan menimbulkan droplet infection.
Basil TB Paru tersebut dapat terhirup oleh orang lain yang berada di sekitar
penderita. Basil TB Paru dapat menular pada orang-orang yang secara tak sengaja
menghirupnya. Dalam waktu satu tahun, 1 orang penderita TB Paru dapat
menularkan penyakitnya pada 10 sampai 15 orang disekitarnya.
D. Tanda dan gejala
Gambaran klinis Tuberkulosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan
mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif. Bila timbul
infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala :batuk purulen produktif
disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam, gejala
flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan .
Gejala klinik Tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
a. Gejala respiratorik
1) Batuk 3 minggu
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Nyeri dada
b. Gejala sistemik
1) Demam
2) Rasa kurang enak badan (malaise),
3) keringat malam, nafsu makan menurun (anoreksia),
4) Berat badan menurun.

LAPORAN KASUS II
DIABETES MELITUS
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. H

Umur

: 52 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Wiraswasta

Bangsa/suku

: Jawa

Agama

: Nasrani

Alamat

: Jl. Baji Nyawa no.4, Kel. Karang Anyar, Kec. Mamajang.

Tanggal pemeriksaan : 8 Juni 2016

ANAMNESIS
Keluhan utama

: Luka pada kaki yang disertai nanah

Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 2 hari tanpa ada riwayat trauma serta tidak disertai dengan rasa
nyeri. Sebelumnya pasien mengaku sering merasa kakinya kebas sehingga saat
ada luka pasien sulit menyadarinya. Tidak ada keluhan terkait sistem lain. Belum
pernah berobat sebelumnya. Nafsu makan baik, BAB dan BAK lancar.
Riwayat Penyakit sebelumnya: Riwayat Penyakit dalam Keluarga: Tidak ada riwayat DM dalam keluarga.

PEMERIKSAAN FISIS:
Tinggi badan

: 174 cm

Berat badan

: 80 kg

Tanda vital

: Tekanan darah 110/70 mmHg


Nadi 80x/menit
Pernafasan 18x/menit
Suhu 37o C

Kepala

: Anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)

Abdomen

: Tidak ada kelainan

Ekstremitas

: Tangan, tidak ada kelainan


Kaki, pada kaki sebelah kanan terdapat ulkus.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

: GDS 400 mg/dl

Radiologi

: Tidak dilakukan

DIAGNOSIS
Ulkus diabetik (Kaki diabetik)
PENATALAKSANAAN:
1. Farmakologi:
a. Metformin 500 mg, 2 x 1
b. Vitamin 1 x 1
c. Antibiotik
2. Non Farmakologi:
a. Atur asupan makanan
b. Olahraga teratur
c. Hindari stress
d. Istirahat yang cukup

Hasil Kunjungan Rumah Pasien 15 Juni 2016


1. Profil keluarga
Pasien tersebut Tn. H umur 52 tahun tinggal bersama empat saudaranya yang
sudah berkeluarga, kedua orang tuanya sudah meninggal. Paisen 12
bersaudara. Pasien tinggal dirumah kedua orang tuanya bersama keempat
saudaranya yang sudah berkeluarga. Pasien sendiri sampai sekarang belum
berkeluarga. Di dalam keluarga pasien memiliki dua keyakinan yang berbeda.
2. Status sosial dan kesejahteraan keluarga
Status

pendidikan

terakhir

ialah

Sekolah

Menengah

Atas

(SMA),

pekerjaannya ialah seorang pegawai salon X, karir dari Tn.H sudah melonjak
dengan tingginya jam terbang sebagai pegawai salon, beliau sudah berkeliling
berbagai kota karena pekerjaannya. Tn.H juga baru menetap di Makassar
setelah ia mengetahui bahwa dia terkena penyakit gula, sebelumnya ia
menetap di Tenggarong, KalimantanPekerjaan sehari-hari adalah pegawai
salon. Rumah pasien dalam keadaan baik. Rumah terdiri dari 1 lantai.
Ventilasi dan pencahayaan dari rumah pasien termasuk kurang baik. Udara
dalam rumah cukup pengap. Pasien menggunakan sepeda motor untuk
transportasi sehari-harinya bekerja.
3. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga
4. Pola konsumsi makanan keluarga
Sebelum

terdiagnosis

Diabetes

Melitus,

pasien

memiliki

kebiasaan

mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung lemak dan kadar gula


yang tinggi. Namun, sekarang pola konsumsi makanan pasien sudah baik dan
sesuai dengan kebutuhan gizi. Semenjak telah terdiangnosis Diabetes Melitus,
pasien mengatur jenis makanan yang ia konsumsi salah satunya dengan cara
mengganti nasi menjadi kentang.
5. Psikologi dalam hubungan antar keluarga

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota keluarganya.


Walaupun di dalam keluarga memiliki dua keyakinan yang berbeda, namun
mereka tetap dapat tinggal bersama dan hidup rukun. Pasien sangat akrab
dengan semua kemenekan yang tinggal satu rumah dengannya. Pasien
termasuk orang yang terbuka serta nyaman untuk diajak bercengkrama, pasien
ramah dan baik. Komunikasi antar keluarga juga terjalin dengan baik dan
lancar.
6. Lingkungan
Pemukiman pasien termasuk pada lingkungan yang padat penduduk namun
tertata baik dan bersih. Tidak terdapat sampah yang berserakan, lingkungan
yang nyaman dan kehangatan antar sesama keluarga dan tetangga juga terasa
saat kami mengunjungi rumah pasien.
Diskusi
Pasien datang ke puskesmas Cendrawasih dengan keluhan utama luka pada kaki
kanan disertai nanah sejak dua hari tanpa riwayat trauma. Tidak ada keluhan
sistem lain. BAB dan BAK lancar. Berdasarkan diagnosis yaitu ulkus diabetik
(Kaki diabetik). Penatalaksanaan framakologi yang diberikan Metformin 500 mg,
2 x 1, Vitamin 1 x 1 dan Antibiotik. Sedangkan penatalaksanaan non framakologi
yaitu pasien diminta untuk mengatur asupan makanan, olahraga teratur, hindari
stress serta istirahat yang cukup.

TINJAUAN TEORI
KAKI DIABETIK
Definisi
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes
bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut :
1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
3. Nyeri saat istirahat.
4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).
Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki
diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak
dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.
Faktor Risiko Terjadinya Kaki Diabetik
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami
masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati)
membuat pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi
karena tidak dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma
misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal
yang sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam
waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau
yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang
yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk
mencegah perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan
tulang).
Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara
lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).
Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan

bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian
dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak
jarang memerlukan tindakan amputasi.
Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah
dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi
dari serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping itu,
dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat
munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya bakteri
patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh
subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes
yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi.
Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan
tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob
berkembang biak.
Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan
sel darah putih memakan dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar
gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD
menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena
penyebaran kuman akan menambah persoalan baru pada borok. Kuman pada
borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa
berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat).
Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada penderita
diabetes sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara lain:
1. Luka kecelakaan
2. Trauma sepatu
3. Stress berulang
4. Trauma panas
5. Iatrogenik

6. Oklusi vascular
7. Kondisi kulit atau kuku
Faktor Risiko Demografis
a. Usia Semakin tua semakin berisiko
b. Jenis kelamin Laki-laki dua kali lebih tinggi. Mekanisme perbedaan jenis
kelamin tidak jelas mungkin dari perilaku, mungkin juga dari psikologis
c. Etnik Beberapa kelompok etnik secara signifikan berisiko lebih besar terhadap
komplikasi kaki. Mekanismenya tidak jelas, bisa dari faktor perilaku,
psikologis, atau berhubungan dengan status sosial ekonomi, atau transportasi
menuju klinik terdekat.
d. Situasi social hidup sendiri dua kali lebih tinggi
Faktor Risiko Perilaku
Ketrampilan manajemen diri sendiri sangat berkaitan dengan adanya komplikasi
kaki diabetik. Ini berhubungan dengan perhatian terhadap kerentanan.
Faktor risiko lain
a. Ulserasi terdahulu (inilah faktor risiko paling utama dari ulkus)
b. Berat badan
c. Merokok
Patofisiologi dan Patogenesis Kaki Diabetik
Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang
menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar
arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian
bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya
kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke
kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh.
Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab
seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan seperti
neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan trauma serta infeksi
yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya kaki diabetik.

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,


metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia)
ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme
karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat
menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis),
akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan
oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah
kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita
neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan
yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak
ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan
bahkan amputasi. neuropati juga dapat menyebabkan deformitas seperti Bunion,
Hammer Toes (ibu jari martil), dan C4.

Predileksi paling sering terjadinya ulkus pada kaki diabetik adalah bagian
dorsal ibu jari dan bagian proksimal & dorsal plantar metatarsal.
Klasifikasi Kaki Diabetik
Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi :
1. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan
kalus claw

2. Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit


3. Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
4. Derajat III : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
5. Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selullitis
6. Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah

Referensi:
Armstrong, D & Lawrence, A . Diabetic Foot Ulcers,Prevention,Diagnosis and
Classification. 1998. http://www.aafp.org/afp/980315ap/armstron.html,. Diakses
tanggal 16 Juni 2016.harcot Foot.

Lampiran Foto

Anda mungkin juga menyukai