Anda di halaman 1dari 9

BAB I

ILUSTRASI KASUS

A. Indentitas Pasien
Nama : An. K
Usia : 4 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Pagedangan
Puskesmas : Pagedangan
No. Rekam Medis : 0094xx

B. Anamnesis
Pemeriksaan dilakukan secara aloanamnesis dan autoanamnesis di Puskesmas
Pagedangan, Tangerang, tanggal 26 Februari 2019, pada jam 10.00 WIB.
Keluhan utama : nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu

a. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan utama nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu
disertai dengan demam dan batuk berdahak yang muncul bersamaan. Nyeri
menelan dirasa seperti perih, tapi tidak terlalu parah (tidak menyebabkan
hilangnya nafsu makan. Batuk muncul bersamaan dengan keluhan utama,
berdahak dengan ciri dahak berwarna kekuningan, cenderung kental, dan
jumlah kira-kira seperempat sendok teh. Sedangkan untuk keluhan demam,
ibu pasien tidak mengukurnya, muncul juga bersamaan dengan keluhan utama.
Demamnya konstan, terus-terusan, tidak naik maupun turun. Selain itu, pasien
mengalami pilek, dengan ciri lendir cair, berwarna bening, dan keluar terus-
menerus. Pasien juga terlihat lemas. Ibu pasien mengamati bahwa tidak ada
kesulitan bernafas pada anaknya. Ibu pasien sudah memberi obat penurun
panas pada pagi hari sebelum membawa anaknya ke puskesmas.

b. Riwayat penyakit dahulu


Ibu pasien mengklaim bahwa anaknya belum pernah mengalami hal ini
sebelumnya. Anaknya pernah mengalami demam biasa dan panasnya turun
sesudah diberi obat penurun panas. Pasien juga selama ini belum pernah
menderita penyakit yang membawanya ke dokter. Ibu pasien mengaku
anaknya lahir tanpa riwayat penyakit jantung, paru-paru, dan mengalami suatu
penyakit lebih dari 3x per bulan.

c. Riwayat kehamilan dan kelahiran


Ibu pasien hamil saat umur 21 tahun dan melahirkan anak laki-laki yang
merupakan pasien saat ini. Ibu pasien mengaku bahwa selama kehamilannya,
ia rutin pergi ke puskesmas untuk memeriksakan keadaan janinnya dan minum
suplemen asam folat dan penambah darah yang diberikan dari dokter di
puskesmas. Pasien merupakan anak terakhir dari dua bersaudara. Ibu pasien
mengaku kelahirannya dibantu dengan bidan dan berlangsung secara normal
(per vaginam), tapi ibu pasien lupa ia melahirkan pasien pada usia kehamilan
berapa.

d. Riwayat tumbuh kembang


Ibu pasien menyampaikan bahwa anaknya mendapat ASI selama 6 bulan, tapi
sejak berumur 4 bulan pasien sudah diberikan susu formula, dan pada bulan
ketujuh dilanjutkan oleh MPASI seperti bubur nasi, daging dan sayur yang
diblender.
Ibu pasien bercerita bahwa anaknya mulai merangkak saat umur 6 bulan,
mulai berdiri saat umur 7 bulan, dan mulai berjalan saat umur 10 bulan.
Anaknya juga mulai berbicara pada usia sekitar 5 bulan.

e. Riwayat imunisasi
Ibu pasien menyampaikan bahwa imunisasi anaknya lengkap saat bayi sesuai
anjuran puskesmas saat itu. (Hep B, BCG, Polio, DPT, Hib, dan campak).

f. Riwayat penyakit keluarga


Pasien tinggal bersama keluarganya dekat dengan puskesmas. Ibu pasien
mengatakan bahwa keluarga di rumah sehat dan tidak memiliki penyakit
bawaan, seperti penyakit jantung, paru-paru, serta gangguan kekebalan tubuh.
Ibu pasien mengaku tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami kondisi
serupa dengan pasien.
g. Riwayat sosial, ekonomi dan lingkungan sekitarnya
Ekonomi keluarga pasien termasuk tahap menengah ke bawah. Ibu pasien
mengaku bahwa mereka sering makan gorengan sebagai menu utama di rumah
karena harganya lebih murah.

h. Riwayat kebiasaan
Ibu pasien mengaku anaknya sering makan jajanan chiki, permen yang manis,
dan mie instan. Ia juga mengaku anaknya jarang minum susu.

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi status general, tanda-tanda vital, berat dan
tinggi badan, kepala dan leher, serta thorax. Pemeriksaan fisik yang lain tidak
dilakukan karena keterbatasan alat dan dianggap tidak perlu.

- Status general
 Keadaan umum : pasien tampak sakit ringan
 Kesadaran : compos mentis

- Tanda-tanda vital
 Suhu tubuh : 37,4°C
 Tekanan darah : tidak dilakukan karena keterbatasan alat
 Nadi : 77x/menit
 Laju nafas : 22x/menit

- Berat badan : 25 kg

- Tinggi badan : 120 cm

- Kepala
 Mulut & bibir : bibir dan membran mukosa lembab
 Tenggorokan : terlihat adanya pembesaran tonsil pada kedua sisi (T2-
T2) disertai faring hiperemis, tidak ada detritus, kripta
tidak melebar
 Leher : normal, tidak ada pembesaran kelenjar limfa

- Thorax
 Paru
 Auskultasi : suara nafas vesikuler, tanpa ronchi dan wheezing
 Jantung
 Auskultasi : suara jantung normal S1 & S2, tidak ada murmur dan
gallop
D. RESUME
Pasien yang bernama An. K berusia 4 tahun 8 bulan yang beralamat di Kp.
Pagedangan, Pasien datang dengan keluhan utama nyeri menelan sejak 2 hari yang
lalu disertai dengan demam, batuk berdahak, dan pilek yang muncul bersamaan. Nyeri
menelan dirasa seperti perih, tapi tidak terlalu parah (tidak menyebabkan hilangnya
nafsu makan). Batuk muncul bersamaan dengan keluhan utama, berdahak dengan ciri
dahak berwarna kekuningan, cenderung kental, dan jumlah kira-kira seperempat
sendok teh. Sedangkan untuk keluhan demam, ibu pasien tidak mengukurnya, muncul
juga bersamaan dengan keluhan utama. Demamnya konstan, terus-terusan, tidak naik
maupun turun. Selain itu, pasien mengalami pilek, dengan ciri lendir sangat cair,
berwarna bening, dan keluar terus-menerus. Pasien juga terlihat lemas. Ibu pasien
sudah memberi obat penurun panas pada pagi hari sebelum membawa anaknya ke
puskesmas.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya pembesaran tonsil pada kedua sisi (T2-
T2) disertai faring hiperemis, tidak ada detritus, kripta tidak melebar.

A. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Tonsilitis akut et causa viral
Diagnosis banding : Tonsilitis et causa bakteri

B. SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Dokter di puskesmas tidak menyarankan adanya pemeriksaan penunjang. Diagnosis
hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

C. TERAPI
- Medika mentosa : Paracetamol 160 mg/5 mL 3x1
- Non medika mentosa : pasien menjaga pola makan dan menghindari makanan
yang mengandung pengawet, pewarna, dan penyedap buatan, serta banyak minum
air.
BAB II
DISEASE REVIEW

Tonsillitis et causa Viral

Tonsil, atau yang biasa dikenal dengan radang amandel, merupakan sepasang massa pada
dasar tenggorokan yang berfungsi untuk memerangkap kuman agar tidak masuk ke saluran
pernapasan dan menyebabkan infeksi.[1] Tonsillitis marupakan suatu bentuk infeksi yang
biasanya menyerang anak berumur 5-15 tahun.[2] Ukuran normal tonsil adalah T1. Tapi
kadang tonsil itu sendiri yang mengalami infeksi dan akhirnya membengkak, mengalami
peradangan dan kadang disertai dengan bintik putih seperti sariawan. Kondisi ini disebut
tonsilitis, dimana ukuran tonsil berada di tahap T2 (pembesaran tonsil tidak sampai garis
tengah), T3 (pembesaran mencapai garis tengah), dan T4 (pembesaran melewati garis
tengah).[3]

Tonsillitis disebabkan oleh virus seperti Epstein-Barr, herpes, influenza, dan enterovirus dan
selebihnya disebabkan oleh bakteri.[4] Bakteri yang paling sering menginfeksi adalah
streptococcus.[5] Dari segi lifestyle, menurut dr. Bima Wisnu yang praktek di RS Siloam
Sriwijaya Palembang, tonsillitis dapat disebabkan oleh factor makanan, seperti makanan yang
tinggi pengawet dan pemanis buatan, pewarna kimia, atau bahkan makanan pedas dapat
memicu terjadinya tonsillitis. Selain itu juga harus selalu menjaga kebersihan tangan sebelum
makan untuk mencegah terjadinya penyebaran bakteri.

Bakteri dan virus penyebab tonsillitis dapat tersebar melalui droplet. Ketika orang yang
terinfeksi berbicara atau bersin, droplet yang mengandung bakteri atau virus tersebut tersebar
di udara. Lalu mereka menempel pada membrane mukosa orang lain, dimana mereka akan
bereplikasi.[6]

Gejala tonsillitis et causa viral yang dirasakan pasien dapat berupa :


 Nyeri atau kesulitan menelan
 Tonsil yang merah dan bengkak
 Nyeri kepala
 Demam
 Batuk dan pilek
 Kesusahan membuka mulut
Pengobatan tonsillitis et causa viral difokuskan pada hidrasi dan calorie intake yang cukup.
Dapat dimulai dengan perubahan gaya hidup, seperti mengurangi makanan tinggi pengawet,
pemanis buatan, dan pewarna kimia, mencukupi kebutuhan air putih, dan menjaga imun
tubuh dengan makan makanan yang bergizi. Tapi jika beberapa hal tersebut belum efektif,
pengobatan secara farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan seperti
NSAID Acetaminophen 10-15 mg/kg tiap 4 jam sesuai kebutuhan tapi tidak lebih dari 5 dosis
selama 24 jam efektif dalam membantu mengurangi rasa nyeri menurukan demam [7].
Pemberian antivirus tidak disarankan karena virus tersebut adalah self limited dimana akan
sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan melalui operasi yang disebut tonsillectomy dapat dilakukan dengan indikasi
pasien sudah mengalami tonsillitis sebanyak 3 kali atau lebih dalam 1 tahun. Indikasi lain
untuk dilakukannya tonsillectomy adalah kesulitan bernapas saat beraktivitas maupun saaat
tidur, kesulitan menelan, dan terbentuk nanah pada tonsil. [8]

Tonsillitis et causa Bacteri

Tonsilitis et causa Bacteri biasanya disebakan oleh grup Streptococcus. Gejala dari infeksi ini
mirip dengan yang disebabkan oleh virus, kadang tidak disertai dengan batuk. Tapi pembeda
utamanya adalah adanya detritus pada tonsil yang membesar. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan Antistreptolysin O (ASO) titer untuk memeriksa adanya infeksi oleh bakteri jenis
Streptococcus.[9] Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik Penicillin oral
yang diberikan selama 10 hari.[10]

o
BAB III
CASE REASONING

Dalam kasus ini pasien mengeluhkan batuk berdahak sejak 2 hari yang lalu disertai dengan
demam dan nyeri menelan yang muncul bersamaan. Ibu pasien menyampaikan bahwa
anaknya sering jajan chiki-chikian, permen manis, dan mie instan. Oleh karena itu, pasien ini
didiagnosis tonsillitis et causa virus. Selain dari anamnesis, ditemukan juga tonsil pada posisi
T2-T2 tanpa detritus saat pemeriksaan fisik.

Perbedaan tonsillitis yang disebabkan oleh virus dengan bakteri adalah keberadaan detritus.
Pada tonsillitis karena virus, tidak terdapat detritus. Sedangkan yang disebabkan oleh bakteri,
terdapat detritus dan kadang tidak disertai batuk. Pasien juga mengalami demam, pusing, dan
batuk, dimana gejala tersebut merupakan gejala infeksi virus.

Pengobatan tonsillitis yang disebabkan oleh virus tidak dapat dilakukan dengan antibiotic,
melainkan hanya bisa dilakukan pengobatan untuk mengurangi gejala yang dirasakan.
Tonsillitis yang disebabkan oleh virus akan sembuh dengan sendirinya. Sementara itu, dapat
diberikan NSAIDs seperti Acetaminophen 10-15 mg/kg tiap 4 jam sesuai kebutuhan tapi
tidak lebih dari 5 dosis selama 24 jam untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam.
Usaha lain yang bisa dilakukan adalah memastikan pasien minum air yang banyak, makan
makanan yang lembut untuk mengurangi rasa sakit saat menelan, istirahat yang cukup, dan
dijauhkan dari orang-orang sekitar untuk menghindari terjadinya penularan virus.

Pengangkatan tonsil tidak dianjurkan karena pasien belum pernah mengalami hal serupa
sehingga tidak memenuhi kriteria indikasi dilakukannya tonsillectomy.

Dokter di puskesmas memberi Chlorpheniramine maleate (CTM) dan vitamin B kompleks


yang dijadikan satu sebagai puyer diminum 3x1. Tapi sebaiknya, CTM tidak usah diberikan
karena tidak terdapat reaksi alergi pada pasien ini. Vitamin B kompleks boleh diberikan
untuk meningkatkan fungsi tubuh dan kesehatan organ.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Tonsillitis: Symptoms, Causes, and Treatments [Internet]. WebMD. WebMD; [cited


2019Feb28]. Available from: https://www.webmd.com/oral-health/tonsillitis-
symptoms-causes-and-treatments

2. Tonsillitis Epidemiology [Internet]. Charcot-Marie-Tooth disease Key Highlights -


Epocrates Online. [cited 2019Feb28]. Available from:
https://online.epocrates.com/diseases/59823/Tonsillitis/Epidemiology

3. Lalwani AK. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology—Head and Neck


Surgery, 2nd Edition; 2012.

4. Understanding Tonsillitis -- the Basics [Internet]. WebMD. WebMD; 2017 [cited


2019Feb28]. Available from: https://www.webmd.com/oral-health/understanding-
tonsillitis-basics

5. Tonsillitis and Peritonsillar Abscess [Internet]. Sickle Cell Anemia Differential


Diagnoses. 2018 [cited 2019Feb28]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/871977-overview#a

6. Tonsillitis: Overview [Internet]. Current neurology and neuroscience reports. U.S.


National Library of Medicine; 2016 [cited 2019Feb28]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK401249/

7. Acetaminophen Dosage Guide with Precautions [Internet]. Drugs.com. Drugs.com;


[cited 2019Feb28]. Available from:
https://www.drugs.com/dosage/acetaminophen.html

8. Drake AF. Tonsillectomy [Internet]. Meyers AD, editor. Background, History of the
Procedure, Problem. 2019 [cited 2019Apr9]. Available from:
https://reference.medscape.com/article/872119-overview#a10

9. F. Di Muzio, M. Barucco, F. Guerriero. Diagnosis and treatment of acute


pharyngitis/tonsillitis: a preliminary observational study in General Medicine
[Internet]. 2016 [cited 2019Apr9]. Available from:
https://www.europeanreview.org/wp/wp-content/uploads/4950-4954-Diagnosis-and-
treatment-of-acute-pharyngitistonsillitis.pdf

10. Tonsillitis [Internet]. Mayo Clinic. Mayo Foundation for Medical Education and
Research; 2018 [cited 2019Feb28]. Available from:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tonsillitis/diagnosis-treatment/drc-
20378483

11. Chlorpheniramine / Phenylephrine / Pyrilamine Dosage Guide with Precautions


[Internet]. Drugs.com. Drugs.com; 2018 [cited 2019Feb28]. Available from:
https://www.drugs.com/dosage/chlorpheniramine-phenylephrine-pyrilamine.html

Anda mungkin juga menyukai