ILUSTRASI KASUS
A. Indentitas Pasien
Nama : An. K
Usia : 4 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Pagedangan
Puskesmas : Pagedangan
No. Rekam Medis : 0094xx
B. Anamnesis
Pemeriksaan dilakukan secara aloanamnesis dan autoanamnesis di Puskesmas
Pagedangan, Tangerang, tanggal 26 Februari 2019, pada jam 10.00 WIB.
Keluhan utama : nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu
e. Riwayat imunisasi
Ibu pasien menyampaikan bahwa imunisasi anaknya lengkap saat bayi sesuai
anjuran puskesmas saat itu. (Hep B, BCG, Polio, DPT, Hib, dan campak).
h. Riwayat kebiasaan
Ibu pasien mengaku anaknya sering makan jajanan chiki, permen yang manis,
dan mie instan. Ia juga mengaku anaknya jarang minum susu.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi status general, tanda-tanda vital, berat dan
tinggi badan, kepala dan leher, serta thorax. Pemeriksaan fisik yang lain tidak
dilakukan karena keterbatasan alat dan dianggap tidak perlu.
- Status general
Keadaan umum : pasien tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
- Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 37,4°C
Tekanan darah : tidak dilakukan karena keterbatasan alat
Nadi : 77x/menit
Laju nafas : 22x/menit
- Berat badan : 25 kg
- Kepala
Mulut & bibir : bibir dan membran mukosa lembab
Tenggorokan : terlihat adanya pembesaran tonsil pada kedua sisi (T2-
T2) disertai faring hiperemis, tidak ada detritus, kripta
tidak melebar
Leher : normal, tidak ada pembesaran kelenjar limfa
- Thorax
Paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tanpa ronchi dan wheezing
Jantung
Auskultasi : suara jantung normal S1 & S2, tidak ada murmur dan
gallop
D. RESUME
Pasien yang bernama An. K berusia 4 tahun 8 bulan yang beralamat di Kp.
Pagedangan, Pasien datang dengan keluhan utama nyeri menelan sejak 2 hari yang
lalu disertai dengan demam, batuk berdahak, dan pilek yang muncul bersamaan. Nyeri
menelan dirasa seperti perih, tapi tidak terlalu parah (tidak menyebabkan hilangnya
nafsu makan). Batuk muncul bersamaan dengan keluhan utama, berdahak dengan ciri
dahak berwarna kekuningan, cenderung kental, dan jumlah kira-kira seperempat
sendok teh. Sedangkan untuk keluhan demam, ibu pasien tidak mengukurnya, muncul
juga bersamaan dengan keluhan utama. Demamnya konstan, terus-terusan, tidak naik
maupun turun. Selain itu, pasien mengalami pilek, dengan ciri lendir sangat cair,
berwarna bening, dan keluar terus-menerus. Pasien juga terlihat lemas. Ibu pasien
sudah memberi obat penurun panas pada pagi hari sebelum membawa anaknya ke
puskesmas.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya pembesaran tonsil pada kedua sisi (T2-
T2) disertai faring hiperemis, tidak ada detritus, kripta tidak melebar.
A. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Tonsilitis akut et causa viral
Diagnosis banding : Tonsilitis et causa bakteri
C. TERAPI
- Medika mentosa : Paracetamol 160 mg/5 mL 3x1
- Non medika mentosa : pasien menjaga pola makan dan menghindari makanan
yang mengandung pengawet, pewarna, dan penyedap buatan, serta banyak minum
air.
BAB II
DISEASE REVIEW
Tonsil, atau yang biasa dikenal dengan radang amandel, merupakan sepasang massa pada
dasar tenggorokan yang berfungsi untuk memerangkap kuman agar tidak masuk ke saluran
pernapasan dan menyebabkan infeksi.[1] Tonsillitis marupakan suatu bentuk infeksi yang
biasanya menyerang anak berumur 5-15 tahun.[2] Ukuran normal tonsil adalah T1. Tapi
kadang tonsil itu sendiri yang mengalami infeksi dan akhirnya membengkak, mengalami
peradangan dan kadang disertai dengan bintik putih seperti sariawan. Kondisi ini disebut
tonsilitis, dimana ukuran tonsil berada di tahap T2 (pembesaran tonsil tidak sampai garis
tengah), T3 (pembesaran mencapai garis tengah), dan T4 (pembesaran melewati garis
tengah).[3]
Tonsillitis disebabkan oleh virus seperti Epstein-Barr, herpes, influenza, dan enterovirus dan
selebihnya disebabkan oleh bakteri.[4] Bakteri yang paling sering menginfeksi adalah
streptococcus.[5] Dari segi lifestyle, menurut dr. Bima Wisnu yang praktek di RS Siloam
Sriwijaya Palembang, tonsillitis dapat disebabkan oleh factor makanan, seperti makanan yang
tinggi pengawet dan pemanis buatan, pewarna kimia, atau bahkan makanan pedas dapat
memicu terjadinya tonsillitis. Selain itu juga harus selalu menjaga kebersihan tangan sebelum
makan untuk mencegah terjadinya penyebaran bakteri.
Bakteri dan virus penyebab tonsillitis dapat tersebar melalui droplet. Ketika orang yang
terinfeksi berbicara atau bersin, droplet yang mengandung bakteri atau virus tersebut tersebar
di udara. Lalu mereka menempel pada membrane mukosa orang lain, dimana mereka akan
bereplikasi.[6]
Tonsilitis et causa Bacteri biasanya disebakan oleh grup Streptococcus. Gejala dari infeksi ini
mirip dengan yang disebabkan oleh virus, kadang tidak disertai dengan batuk. Tapi pembeda
utamanya adalah adanya detritus pada tonsil yang membesar. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan Antistreptolysin O (ASO) titer untuk memeriksa adanya infeksi oleh bakteri jenis
Streptococcus.[9] Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik Penicillin oral
yang diberikan selama 10 hari.[10]
o
BAB III
CASE REASONING
Dalam kasus ini pasien mengeluhkan batuk berdahak sejak 2 hari yang lalu disertai dengan
demam dan nyeri menelan yang muncul bersamaan. Ibu pasien menyampaikan bahwa
anaknya sering jajan chiki-chikian, permen manis, dan mie instan. Oleh karena itu, pasien ini
didiagnosis tonsillitis et causa virus. Selain dari anamnesis, ditemukan juga tonsil pada posisi
T2-T2 tanpa detritus saat pemeriksaan fisik.
Perbedaan tonsillitis yang disebabkan oleh virus dengan bakteri adalah keberadaan detritus.
Pada tonsillitis karena virus, tidak terdapat detritus. Sedangkan yang disebabkan oleh bakteri,
terdapat detritus dan kadang tidak disertai batuk. Pasien juga mengalami demam, pusing, dan
batuk, dimana gejala tersebut merupakan gejala infeksi virus.
Pengobatan tonsillitis yang disebabkan oleh virus tidak dapat dilakukan dengan antibiotic,
melainkan hanya bisa dilakukan pengobatan untuk mengurangi gejala yang dirasakan.
Tonsillitis yang disebabkan oleh virus akan sembuh dengan sendirinya. Sementara itu, dapat
diberikan NSAIDs seperti Acetaminophen 10-15 mg/kg tiap 4 jam sesuai kebutuhan tapi
tidak lebih dari 5 dosis selama 24 jam untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam.
Usaha lain yang bisa dilakukan adalah memastikan pasien minum air yang banyak, makan
makanan yang lembut untuk mengurangi rasa sakit saat menelan, istirahat yang cukup, dan
dijauhkan dari orang-orang sekitar untuk menghindari terjadinya penularan virus.
Pengangkatan tonsil tidak dianjurkan karena pasien belum pernah mengalami hal serupa
sehingga tidak memenuhi kriteria indikasi dilakukannya tonsillectomy.
8. Drake AF. Tonsillectomy [Internet]. Meyers AD, editor. Background, History of the
Procedure, Problem. 2019 [cited 2019Apr9]. Available from:
https://reference.medscape.com/article/872119-overview#a10
10. Tonsillitis [Internet]. Mayo Clinic. Mayo Foundation for Medical Education and
Research; 2018 [cited 2019Feb28]. Available from:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tonsillitis/diagnosis-treatment/drc-
20378483