DISENTRI
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING :
PEMBIMBING LAPANGAN :
Dr. Intje Norma
1
Bagian IKA FK UNHAS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak (Makassar: 2012).
2
WHO, Pelayanan Kesehatan Anak di RS (Jakarta: 2009).
3
IDAI, Pedoman Pelayanan Medis II (Jakarta: 2011).
4
Puskesmas Tipo, Profil Kesehatan (Palu: 2015).
5
Depkes RI, Buku Saku Petugas Kesehatan – Lintas Diare (Jakarta: 2011).
penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesadaran
masyarakat akan pentingnya hygiene perseorangan, dan cuci tangan dengan sabun
sebelum makan.4
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare,
seperti penyuluhan tentang diare dan PHBS. Upaya ini dapat menurunkan
kejadian diare di setiap tahunnya, namun belum dapat menekan kejadian diare
secara optimal.5
BAB II
KASUS
A. IDENTITAS
Nama : An. K
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 6 April 2015 / 2 tahun
Agama : Kristen
Tanggal Pemeriksaan : 3 Januari 2018
Alamat : Lekatu
B. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Buang air besar cair dan berdarah
Riwayat sosial-ekonomi :
Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah kebawah.
Kamar tidur
Dapur
Kamar Mandi
Anamnesis makanan :
Minum ASI sejak usia 0 hari sampai sekarang. Tidak pernah diberikan
susu formula. Makan pisang sejak usia 6 bulan sampai 8 bulan, dilanjutkan
bubur saring hingga usia 1 tahun, dilanjut makan nasi sampai sekarang.
Makanan dan minuman diolah oleh ibu pasien. Air untuk mencuci bahan
makanan dan memasak berasal dari air dari pegunungan. Kemudian air tersebut
dimasak untuk digunakan. Air untuk minum selalu menggunakan air galon.
Sebelum mengolah makanan dan memberi makan ke pasien, ibu pasien
jarang mencuci tangan terlebih dahulu. Dan setelah bermain pun pasien jarang
mencuci tangan sebelum makan atau pun mau tidur siang. Peralatan makan
dicuci menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun.
Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien sering jajan makanan
sembarangan.
Riwayat imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap, yaitu Hepatitis B 1 kali, Polio 4 kali, DPT/HB-
Hib 3 kali, BCG 1 kali, campak 1 kali
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 13 kg
Panjang badan : 82 cm
Status Gizi : Z score 2 SD sampai -2 SD Gizi baik
Tanda Vital :
Denyut Nadi : 100 kali/menit
Respirasi : 28 kali/menit
Suhu : 37,2°C
Kulit :
Ruam : -
Turgor : Kembali kurang dari 2 detik
Kepala :
Bentuk : Normocephale
Ubun-ubun : Menutup
Mata : Anemis -/-, ikterik -/-, mata cekung -/-
Hidung : Rhinorrhea -/-
Mulut : Mulut tidak kering, tonsil sulit dinilai, faring hiperemis –
Telinga : Otorrhea -/-
Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Paru-paru :
Inspeksi = Pengembangan paru simetris bilateral, retraksi -/-
Palpasi = Vocal fremitus kanan dan kiri sama
Pengembangan paru ± 2 cm
Perkusi = Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi = Bronkovesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi = Ictus cordis tidak tampak
Palpasi = Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavikula sinistra
Perkusi = Pekak
Auskultasi = Bunyi jantung I/II murni regular
Abdomen :
Inspeksi = Kesan datar
Auskultasi = Peristaltik kesan meningkat
Perkusi = Hipertimpani di seluruh kuadran abdomen
Palpasi = Nyeri tekan sulit dinilai
Anggota gerak :
Ekstremitas atas = Akral hangat tanpa edema
Ekstremitas bawah = Akral hangat tanpa edema
D. RESUME
Pasien anak laki-laki mengalami buang air besar cair dan berdarah sejak
kemarin malam, sebelumnya pasien setiap hari BAB cair 2-3 kali sehari.
Kotorang yang keluar cair, beradarah dan sedikit berampas. Pasien juga
mengeluhkan perut terasa kembung dan kurang nyaman ketika ingin buang air
besar dan ingin muntah. Pasien demam setelah BAB kemarin malam dan turun
setelah di kompres air hangat. Pasien tidak malas minum ataupun kehausan
sekali. Pasien tidak rewel. Buang air kecil biasa.
Tanda-tanda vital: nadi 100 kali/menit, respirasi 28 kali/menit, suhu
37,2°C. Pemeriksaan fisik: keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos
mentis, turgor baik, mata tidak cekung, mulut tidak kering, abdomen kesan
datar, peristaltik kesan meningkat, perkusi abdomen hipertimpani dan nyeri
tekan abdomen sulit dinilai. Akral ekstremitas atas dan bawah hangat. Skor
dehidrasi 6, kesan tanpa dehidrasi.
E. DIAGNOSIS
Disentri
F. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
Beri makanan lunak/seperti biasa lebih sedikit dan lebih sering dari biasanya
Beri minum lebih banyak dari biasanya
Menganjurkan agar segera ke fasilitas kesehatan rawat inap jika :
Gelisah, rewel, lesu, atau tidak sadar
Buang air besar cair lebih sering
Muntah
Sangat haus
Tidak mau atau sangat sedikit makan dan minum
Buang air besar disertai darah
Tidak membaik dalam 2 hari perawatan di rumah
Kunjungan ulang dalam 5 hari jika tidak ada perbaikan.62
Medikamentosa :
Paracetamol syrup 125mg/5ml 3 x 1 cth
Kotrimoxazol syrup 240 mg/5 ml 2 x 1 cth
Oralit sachet 3x1 sachet
Zinc 1 x 20 mg
Truvit syrup 5 ml 1 x 1 cth
G. PROGNOSIS
Ad bonam
6
Depkes RI, Manajemen Terpadu Balita Sakit (Jakarta: 2008).
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien adalah anak laki-laki umur 2 tahun yang diantar
oleh ibunya dengan keluhan utamanya adalah BAB cair bercampur darah. BAB
cair dengan frekuensi 2-3/hari yang dialami sejak 3 hari. Dan BAB berdarah sejak
kemarin malam dengan konsistensi cair dengan lendir. Berdasarkan keadaan
tersebut, pasien di diagnosis awal dengan disentri. Disentri merupakan kumpulan
gejala penyakit seperti diare berdarah, lendir dalam tinja, dan nyeri saat
mengeluarkan tinja. Praktisnya, diare berdarah dapat digunakan sebagai petanda
kecurigaan terhadap disentri.
Pada kasus ini, faktor yang paling berperan dalam penularan diare ialah
faktor perilaku dan lingkungan. Dari anamnesa diketahui bahwa pasien Pasien
merupakan anak yang aktif, sering bermain di lingkungan luar rumah, pasien
sering bermain dan kontak dengan tanah dan setelahnya jarang mencuci tangan.
1. Faktor genetik
Berdasarkan teori diare bukanlah penyakit keturunan.
2. Faktor Perilaku
Kebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabun
Keefektifan mencuci tangan pada saat sebelum makan, sesudah
makan, sebelum mempersiapkan makanan, sesudah BAK dan BAB pada
pasien masih kurang, pasien tetap melakukan rutinitas cuci tangan,
namun pasien tidak menggunakan sabun. Hal ini dapat memudahkan
penyebaran penyakit. Budaya cuci tangan yang benar adalah kegiatan
terpenting. Kegiatan ini sangat penting baik bagi pasien, penyaji
makanan, atau warung serta orang-orang yang merawat dan mengasuh
anak. Setiap tangan kontak dengan feses, urin atau dubur harus dicuci
dengan sabun dan kalau perlu disikat, hal ini diperlukan untuk
memutuskan rute transmisi penyakit
Mengolah makanan dengan tidak higienis
Pengolahan makanan yang tidak higienis bisa menjadi salah satu
penyebab, misalnya makanan yang tercemar debu, sampah, dihinggapi
lalat dan air yang kurang masak. Pengelolaan makanan sesuai WHO
yakni 1) jaga kebersihan, 2) pisahkan bahan makanan matang dan
mentah, 3) masak makanan hingga matang, 4) simpan makanan pada
suhu aman, 5) gunakan air bersih dan bahan makanan yang baik
3. Faktor Lingkungan
Sosio-ekonomi menengah
Pasien termasuk dalam keluarga dengan sosio-ekonomi yang
menengah. Walaupun dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasien
terkadang tidak memikirkan kualitas makanan yang dipilih. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh budaya setempat yang hanya mencuci
dengan air tanpa memakai sabun, terkadang hanya terkena air dianggap
sudah bersih. Dari segi pengetahuan cukup baik sebab masing-masing
orang butuh perhatian dan usaha yang lebih untuk memperhatikan
bagaimana pencegahan diare tersebut.
Tempat pembuangan kotoran tepat berada disamping tempat cuci piring
dan juga tidak terdapat pintu untuk memisahkannya
Tempat pembuangan sampah dapur yang ditaruh bersampingan dengan
tempat memasak
Pasien
Poli MTBS
Apotik
(ukur TB,
Memberikan BB,Tanda
obat sesuai Vital)
resep dokter
Poli Umum
(Anamnesis-penatalaksanaan
Pojok Oralit hingga edukasi terhadap
orang tua pasien)
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan refleksi kasus ini adalah diare masih
menempati posisi ke empat dari 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Tipo.
Disentri Diare merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian
ASI ekslusif, imunisasi lengkap, penerapan gaya hidup sehat,
mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat, serta menjaga kebersihan
rumah agar tetap sehat. Kejadian penyakit diare pada kasus ini di pengaruhi
faktor perilaku faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Promosi kesehatan (health promotion)
Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan
air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
Edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, salah satunya
pentingnya mencuci tangan dengan sabun.
Pendidikan kesehatan
Dalam hal ini perlu untuk memberikan promosi kesehatan tentang
makanan sehat dan cukup, bagaimana menjaga higinitas dan
sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan tentang diare di
tingkat masyarakat dan sekolah-sekolah di wilayah Puskesmas
Tipo.