Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Oleh:
Veranika Santiani,S.Ked

04054821517130

Reijefki Irlastua S, S.Ked 04054821618082


Pembimbing:
Dr.dr. Rosiana, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus :

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG


Oleh:
Veranika Santiani,S.Ked

04054821517130

Reijefki Irlastua S, S.Ked

04054821618082

Pembimbing:
Dr.dr. Rosiana, Sp.A
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti ujian kepaniteraan klinik senior di Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Periode 25 April 2016 4 Juli 2016.

Palembang, Juni 2016


Pembimbing,

Dr.dr. Rosiana, Sp.A

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus ini dengan judul Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang.
Portofolio ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik
senior di bagian Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRI.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dr.dr. Rosiana, Sp.A selaku pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan saran yang mendukung sehingga Laporan Kasus ini
dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Laporan Kasus
ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Demikianlah penulisan portofolio ini, semoga bermanfaat, amin.

Palembang,

Juni 2016

Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II STATUS PEDIATRIK......................................................................... 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................13
BAB IV ANALISIS KASUS..............................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45

BAB I
PENDAHULUAN

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama pada anak terutama
balita di negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya masih
tinggi. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan
angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia
dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya
diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh,
sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak.
Penyebab diare adalah multifaktorial, sebagian besar disebabkan oleh
infeksi. Kerusakan pada mukosa usus

dengan derajat ringan maupun berat,

membutuhkan waktu untuk kembali normal. Pada sebagian kasus, diare yang baru
sembuh dapat berulang, kemungkinan akibat dari penyembuhan kurang sempurna,
adanya infeksi menetap, reinfeksi patogen lain ataupun gangguan penyerapan lain.
Pengobatan diare utama adalah mengatasi dehidrasi. Terapi rehidrasi
efektif untuk menurunkan angka kematian akibat diare.Pengelolaan diare cair akut
menurut DEPKES adalah penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya, tetap memberikan makanan untuk menghindari pengaruh terhadap
status gizi serta pemberian antibiotika dan antiparasit secara tidak rutin terbatas
untuk kasus-kasus tertentu. Berdasarkan rekomendasi WHO digunakan cairan
rhidrasi oral osmolaritas rendah dan suplementasi seng selama 10-14 hari.
Sedangkan UKK IDAI memperkenalkan lima lintas tatalaksana pada diare
meliputi : rehidrasi, dukungan nutrisi, suplementasi seng, antibiotika selektif dan
edukasi orangtua.

BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
Nama

: An. MAA

Umur / Tanggal Lahir : 6 bulan / 16 November 2015


Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Nama Ayah

: Tn. S

Nama Ibu

: Ny. R

Alamat

: Kampung Baru, Baturaja OKU

Suku Bangsa

: Sumatera

MRS

: 28 Mei 2016, pukul 14.20 WIB

B. ANAMNESA
(alloanamnesis dengan ibu penderita, 31 Mei 2016, pukul 16.00 WIB)
Keluhan Utama

: BAB cair

Keluhan Tambahan : Muntah-muntah, demam


Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 5 hari SMRS penderita buang air besar (BAB) cair, frekuensi
>8 kali/ hari, volume tiap BAB gelas belimbing, air = ampas, darah tidak
ada, lendir tidak ada, mual dan muntah tidak ada, demam ada tidak tinggi,
batuk tidak ada, pilek tidak ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada, buang

air kecil (BAK) seperti biasa, penderita masih mau minum dan makan tetapi
jumlah dan frekuensinya makin berkurang.Penderita sebelumya ada riwayat
ganti susu formula untuk anak 0-6 bulan menjadi susu formula untuk anak 612 bulan. penderita kemudian dibawa ke bidan lalu diberikan obat
(ibu lupa) dan ganti susu LLM namun tidak ada perubahan.
Sejak 1 hari SMRS penderita buang air besar (BAB) cair, frekuensi
>10 kali/ hari, volume tiap BAB gelas belimbing, air > ampas, darah tidak
ada, lendir tidak ada, muntah ada, frekuensi muntah >6 kali/ hari, isi apa yang
dimakan, muntah tidak menyemprot, volume muntah gelas belimbing, anak
tampak rewel dan tidak mau makan serta minum, air mata masih ada, demam
ada tidak begitu tinggi, batuk tidak ada, pilek tidak ada, kejang tidak ada,
sesak nafas tidak ada, buang air kecil (BAK) sudah berkurang, penderita
dibawa ke bidan kemudian dirujuk ke RSUD Ibnu Sutowo.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
Riwayat trauma sebelumnya disangkal.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Pedegree

Keterangan:
Ayah sehat

Ibu sehat

anak laki-laki sakit


Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : Cukup bulan
Partus

: Spontan

Ditolong oleh

: Bidan

Tanggal

: 16 November2015

Berat badan lahir : 3400 gram


Panjang badan lahir: 49 cm
Keadaan saat lahir : Langsung menangis
Riwayat Makan
ASI

: 0 2 bulan

Susu Formula : 2 bulan- sekarang


Bubur susu

: belum diberikan

Nasi tim

: belum diberikan

Nasi

: belum diberikan

Riwayat Perkembangan
Tengkurap

: 3 bulan

Duduk

: 6 bulan

Berdiri

:belum bisa dilakukan

Berjalan : belum bisa dilakukan


Kesan

: Perkembangan motorik sesuai usia

Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR
Umur

ULANGAN

Umur

Umur

BCG

1 bln

DPT 1

2 bln

DPT 2

3 bln

DPT 3

4 bln

HEPATITIS
B1

2 bln

HEPATITIS
B2

3 bln

HEPATITIS
B3

4 bln

Hib 1

Hib 2

Hib 3

POLIO 1

1 bln

POLIO 2

2 bln

POLIO 3

3 bln

CAMPAK

(-)

POLIO 4

4 bln

KESAN : Imunisasi dasar sesuai usia

C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 31 Mei 2016
Keadaan Umum
Kesadaran

: Kompos mentis

Nadi

: 100 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup

Pernapasan

: 30 x/menit

Suhu

: 36,5 c

Umur

Berat Badan

: 8 kg

Tinggi Badan

: 65 cm

Lingkar Kepala

: 52 cm

Status Gizi

: BB/U : 0 SD (-2 SD)


TB/U

: 0 SD (-2 SD)

BB/TB : 0 SD (-2 SD)


Kesan

: Gizi Baik

Keadaan Spesifik

Kepala
Bentuk

: Normosefali, simetris, UUB cekung.

Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.


Mata

: Cekung (+/+), Pupil bulat isokor 3mm, reflek cahaya


+,konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-).

Hidung

: Sekret (-), napas cuping hidung (-).

Telinga

: Sekret (-).

Mulut

: Mukosa mulut dan bibir kering, sianosis (-).

Tenggorokan : Faring hiperemis (-)


Leher

: Pembesaran KGB (-)

Thorak
Paru-paru
Inspeksi

: Statis, dinamis simetris, retraksi -/-

Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-).

+/

Palpasi : Stemfremitus kanan = kiri


Perkusi

: Sonor pada kedua lapangan paru

Jantung
Inspeksi

: Iktus kordis tidak terlihat

Auskultasi : HR: 100 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi

: redup, batas jantung dalam batas normal

Abdomen
Inspeksi

: Datar

Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, 8 x/menit


Palpasi

: Lemas, hepar dan lien tidak teraba, cubitan kulit perut


kembali < 2 detik, nyeri tekan (-)

Perkusi

: Timpani, shifting dullness (-)

Lipat paha dan genitalia

: Pembesaran KGB (-),eritema perianal (-),


prolapse ani (-)

Ekstremitas

Status Neurologis

: Akral hangat, sianosis (-), edema (-)

Fungsi motorik
Pemeriksaan

Tungkai

Tungkai

Lengan

Lengan

Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

Gerakan

Luas

Luas

Luas

Luas

Kekuatan

+5

+5

+5

+5

Tonus

Eutoni

Eutoni

Eutoni

Eutoni

Klonus

Reflek fisiologis

+ normal

+ normal

+ normal

+ normal

Reflek patologis

Fungsi sensorik

: Dalam batas normal

Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal


GRM

: Kaku kuduk tidak ada

Refleks Primitif
-

Refleks Moro

:-

Refleks Rooting Sucking : -

Refleks Babinski

Refleks Palmar Grasp : -

Refleks Plantar Grasp : -

Refleks Tonick Neck

Refleks Terjun

:-

:-

:+

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

(-)
E. DIAGNOSIS BANDING

Diare akut e.c Intoleransi Lactosa dengan dehidrasi ringan sedang

Diare akut e.c susp. Virus dengan dehidrasi ringan-sedang

F. DIAGNOSIS KERJA

Diare akut e.c Intoleransi Lactosa dengan dehidrasi ringan sedang

G. PENATALAKSANAAN

IVFD Ringer laktat gtt XIII x/m makro

Inj. Ampicilin 3 x 200 mg

Inj. Gentamicyn 2 x 20 mg

Diet BB TKTP

Edukasi

H. RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan urinalisa, feses rutin dan kultur feses.

I. PROGNOSIS

Quo ad vitam

J.

: bonam

Quo ad functionam

: bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal

1-6-2016

Keterangan
S : Keluhan : BAB cair (-), Muntah (-)
O : Sense : CM
N : 110x/menit RR : 36x/menit T : 36,8oC
Kulit

: turgor normal

Kepala

: UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/


+, mukosa bibir kering (-)

Thoraks

: simetris, retraksi (-)

Pulmo

: vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Cor

: HR = 110x/menit, BJ I dan II normal,


murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: cembung, lemas, BU (+) normal, hepar/lien


tidak teraba, cubitan kulit perut kembali
cepat

Ekstremitas : akral dingin tidak ada


A : Diare akut e.c Intoleransi Lactosa dengan dehidrasi
ringan
P : - IVFD Ringer laktat gtt XIII x/m makro

-Inj. Ampicilin 3 x 200 mg


-Inj. Gentamicyn 2 x 20 mg
- Rencana pulang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare Akut
2.1.1 Definisi
Diare akut merupakan kumpulan penyakit dengan gejala diare, yaitu
defekasi dengan feces cair atau lembek dengan/tanpa lendir atau darah, dengan
frekuensi 3 kali atau lebih sehari, berlangsung belum lebih dari 14 hari, kurang
dari 4 episode/bulan.
Klinis : diare merupakan berak dengan kandungan air lebih dari normal
atau disertai darah/lendir atau bila orangtua menganggap anaknya menderita
berak-berak.
2.1.2 Etiologi
1.

Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
i. Infeksi virus (70%) : rotavirus, enteric adenovirus, enterovirus,
Norwalk virus.
ii. Infeksi bakteri (10-20%) : Campylobacter jejuni, Shigella spp,
enteropathogenic Escherichia coli, Vibrio cholera, non thypoid
Salmonela spp.
iii. Infeksi protozoa (10%) : Giardia lamblia, Entamoeba hystolica,
cryptosporidium.
iv. Infeksi cacing : Strongyloides stercoralis.

b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat


pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dsb.
2.

Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa)
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein

3.

Faktor makanan : makanan basi, makanan beracun, alergi makanan

4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat


menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
5. Imunodefisiensi. Diare akibat imunodefisiensi ini sering terjadi pada
penderita AIDS.
6. Defek anatomis : malrotasi, Hirschprungs Disease, short bowel syndrome

2.1.3 Patogenesis diare Akut


1.

Virus.
Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus, selain itu juga
dapat

disebabkan

oleh

adenovirus,

enterovirus,

astrovirus,

minirotavirus, calicivirus, dan sebagainya. Garis besar patogenesisnya


sebagai berikut ini. Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama
makanan dan/atau minuman, kemudian berkembang biak di dalam
usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus dan
menyebabkan kerusakan bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus
halus bagian apikal akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum
matang, berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel-sel epitel ini

tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Sebagai akibat
lebih lanjut akan terjadi diare osmotik. Vili usus kemudian akan
memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan mencerna
makananpun akan berkurang. Pada saat inilah biasanya diare mulai
timbul. Setelah itu sel retikulum akan melebar, dan kemudian akan
terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propria, untuk mengatasi
2.

infeksi sampai terjadi penyembuhan


Bakteri.
Patogenesis terjadinya diare oleh karena bakteri pada garis
besarnya adalah sebagai berikut. Bakteri masuk ke dalam traktus
digestivus, kemudian berkembang biak di dalam traktus digestivus
tersebut. Bakteri ini kemudian mengeluarkan toksin yang akan
merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim
adenili siklase (bila toksin bersifat tidak tahan panas, disebut labile
toxin = LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas
atau disebut stable toxin = ST). Sebagai akibat peningkatan aktivitas
enzim-enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP atau cGMP, yang
mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida, natrium, dan air
dari dalam sel ke lumen usus (sekresi cairan yang isotonis) serta
menghambat absorpsi natrium, klorida, dan air dari lumen usus ke
dalam sel. Hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di
dalam

lumen

usus

(hiperosmoler).

Kemudian

akan

terjadi

hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan di


dalam lumen usus tersebut, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen
usus halus ke lumen usus besar (kolon). Dalam keadaan normal, kolon
seorang anak dapat menyerap sebanyak hingga 4400 ml cairan sehari,
karena itu produksi atau sekresi cairan sebanyak 400 ml sehari belum
menyebabkan diare. Bila kemampuan penyerapan kolon berkurang,
atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan kolon, maka akan
terjadi diare. Pada kolera sekresi cairan dari usus halus ke usus besar
dapat mencapai 10 liter atau lebih sehari. Oleh karena itu diare pada

kolera biasanya sangat hebat, suatu keadaan yang disebut sebagai diare
profus.
Secara umum golongan bakteri yang menghasilkan cAMP akan
menyebabkan diare yang lebih hebat dibandingkan dengan golongan
bakteri lain yang menghasilkan cGMP. Golongan kuman yang
mengandung LT dan merangsang pembentukan cAMP, diantaranya
adalah V. Cholera, ETEC, Shigella spp., dan Aeromonas spp.
Sedangkan yang mengandung ST dan merangsang pembentukan
cGMP adalah

ETEC,

Campylobacter

sp.,

Yersinia

sp.,

dan

Staphylococcus sp.
Menurut mekanisme terjadinya diare, maka diare dapat dibagi
menjadi 3 bagian besar yaitu:
1)

Diare sekretorik,

diare sekretorik adalah diare yang terjadi

akibat aktifnya enzim adenil siklase. Enzim ini selanjutnya akan


mengubah ATP menjadi cAMP. Akumulasi cAMP intrasel akan
menyebabkan sekresi aktif ion klorida, yang akan diikuti secara
positif ileh air, natrium, kaliumm dan bikarbonat ke dalam lumen
usus sehingga terjadi diare dan muntah-muntah sehingga penderita
cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi. Pada anak, diare
sekretorik ini sering disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme Vibrio, ETEC, Shigella, Clostridium, Salmonella,
Campylobacter. Toksin

yang

dihasilkannya

tersebut

akan

merangsang enzim adenil siklase, selanjutnya enzim tersebut akan


mengubah ATP menjadi cAMP. Diare sekretorik pada anak paling
sering disebabkan oleh kolera.Gejala dari diare sekretorik ini
adalah 1) diare yang cair dan bila disebabkan oleh vibrio biasanya
hebat dan berbau amis, 2) muntah-muntah, 3) tidak disertai
dengan panas badan, dan 4) penderita biasanya cepat jatuh ke
dalam keadaan dehidrasi.
2) Diare invasif/dysentriform diarrhae,diare invasif adalah diare
yang terjadi akibat invasi mikroorganisme dalam mukosa usus

sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa usus. Diare invasif


ini disebabkan oleh Rotavirus, bakteri (Shigella, Salmonella,
Campylobacter, EIEC, Yersinia), parasit (amoeba). Diare invasif
yang disebabkan oleh bakteri dan amoeba menyebabkan tinja
berlendir dan sering disebut sebgai dysentriform diarrhea. Di
dalam usus pada shigella, setelah kuman melewati barier asam
lambung, kuman masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak
sambil mengeluarkan enterotoksin. Toksin ini akan merangsang
enzim adenil siklase untuk mengubah ATP menjadi cAMP
sehingga terjadi diare sekretorik. Selanjutnya kuman ini dengan
bantuan peristaltik usus sampai di usus besar/kolon. Di kolon,
kuman ini bisa keluar bersama tinja atau melakukan invasi ke
dalam mukosa kolon sehingga terjadi kerusakan mukosa berupa
mikro-mikro ulkus yang disertai dengan serbukan sel-sel radang
PMN dan menimbulkan gejala tinja berlendir dan berdarah. Gejala
dysentriform diarrhea adalah 1) tinja berlendir dan berdarah
biasanya b.a.b sering tapi sedikit-sedikit dengan peningkatan panas
badan, tenesmus ani, nyeri abdomen, dan kadang-kadang prolapsus
ani, 2) bila disebabkan oleh amoeba, seringkali menjadi kronis dan
meninggalkan

jaringan

parut

pada

kolon/rektum,

disebut

amoeboma. Mekanisme diare oleh rotavirus berbeda dengan


bakteri yang invasif dimana diare oleh rotavirus tidak berdarah.
Setelah rotavirus masuk ke dalam traktus digestivus bersama
makanan/minuman tentunya harus mengatasi barier asam lambung,
kemudian berkembang biak dan masuk ke dalam bagian apikal vili
usus halus. Kemudian sel-sel bagian apikal tersebut akan diganti
dengan sel dari bagian kripta yang belum matang/imatur berbentuk
kuboid atau gepeng. Karna imatur, sel-sel ini tidak dapat berfungsi
untuk menyerap air dan makanan sehingga terjadi gangguan
absorpsi dan terjadi diare. Kemudian vili usus memendek dan
kemampuan absorpsi akan bertambah terganggu lagi dan diare

akan bertambah hebat. Selain itu sel-sel yang imatur tersebut tidak
dapat menghasilkan enzim disakaridase. Bila daerah usus halus
yang terkena cukup luas, maka akan terjadi defisiensi enzim
disakaridase tersebut sehingga akan terjadilah diare osmotik.
Gejala diare yang disebabkan oleh rotavirus adalah 1) paling sering
pada anak usia dibawah 2 tahun dengan tinja cair, 2) seringkali
disertai dengan peningkatan panas badan dan batuk pilek, 3)
muntah.
3) Diare osmotik, diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena
tingginya tekanan osmotik pada lumen usus sehingga akan menarik
cairan dari intra sel ke dalam lumen usus, sehingga terjadi diare
berupa watery diarrhea. Paling sering terjadinya diare osmotik ini
disebabkan oleh malabsorpsi karbohidrat. Monosakarida biasanya
diabsorpsi baik oleh usus secara pasif maupun transpor aktif
dengan ion Natrium. Sedangkan disakarida harus dihidrolisa
dahulu menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase yang
dihasilkan oleh sel mukosa. Bila terjadi defisiensi enzim ini maka
disakarida tersebut tidak dapat diabsorpsi sehingga menimbulkan
osmotic load dan terjadi diare.Disakarida atau karbohidrat yang
tidak dapat diabsorpsi tersebut akan difermentasikan di flora usus
sehingga akan terjadi asam laktat dan gas hidrogen. Adanya gas ini
terlihat pada perut penderita yang kembung (abdominal distention),
pH tinja asam, dan pada pemeriksaan dengan klinites terlihat
positif. Perlu diingat bahwa enzim amilase pada bayi, baru akan
terbentuk sempurna setelah bayi berusia 3-4 bulan. Oleh sebab itu
pemberian makanan tambahan yang mengandung karbohidrat
kompleks tidak diberikan sebelum usia 4 bulan, karena dapat
menimbulkan diare osmotik. Gejala dari diare osmotik adalah 1)
tinja cair/watery diarrhae akan tetapi biasanya tidak seprogresif
diare sekretorik, 2) tidak disertai dengan tanda klinis umum seperti

panas, 3) pantat anak sering terlihat merah karena tinja yang asam,
4) distensi abdomen, 5) pH tinja asam dan klinitest positif. Bentuk
yang paling sering dari diare osmotik ini adalah intoleransi laktosa
akibat defisiensi enzim laktase yang dapat terjadi karena adanya
kerusakan mukosa usus. Dilaporkan kurang lebih sekitar 25-30%
dari diare oleh rotavirus terjadi intoleransi laktosa.
2.1.4 Gejala klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare, tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Gejala
muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan
dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Karakteristik Tinja dan Menentukan Asalnya
Karakteristik

Usus Kecil

Usus Besar

Tinja
Tampilan

Watery

Mukoid dan/atau berdarah

Volume

Banyak

Sedikit

Frekuensi

Meningkat

Meningkat

Darah

Kemungkinan

positif

tetapi Kemungkinan darah segar

tidak pernah darah segar


Ph

Kemungkinan <5,5

>5,5

Substansi

Kemungkinan positif

Negatif

< 5 / LPK

Kemungkinan > 10 /LPK

pereduksi
WBC

Serum WBC

Normal

Kemungkinan

leukositosis

(bandemia)
Organisme

Virus (Rotavirus, Adenovirus, Bakteri

invasif

(E.coli,

Calicivirus, Astrovirs, Norwalk Shigella sp., Salmonella sp.,


virus)

Campylobacter sp, Yersinia


sp.,

Aeromonas

sp,

Plesiomonas sp)
Toksin

bakteri

(E.coli,

C. Toksin bakteri (Clostridium

perfringens, Vibrio spesies)


Parasit

(Giardia

difficile
sp., Parasit

Cryptosporodium sp.)

(Entamoeba

histolytica)

Organisme Penyebab Diare dan Gejala yang Sering Timbul


Organisme

Inkubasi

Durasi

Muntah

Demam

Nyeri
Abdominal

Rotavirus

1-7 hari

4-8 hari

Ya

Rendah

Tidak

Enterohemorrhagi

1-8 hari

3-6 hari

Tidak

+/-

Ya

Enterotoxigenic E 1-3 hari

3-5 hari

Ya

Rendah

Ya

c E coli

coli
Salmonella species

0-3 hari

2-7 hari

Ya

Ya

Ya

Shigella species

0-2 hari

2-5 hari

Tidak

High

Ya

Vibrio species

0-1 hari

5-7 hari

Ya

Tidak

Ya

Cryptosporidium

5-21 hari

Bulan

Tidak

Rendah

Ya

5-7 hari

1-2+

Tidak

Ya

Tidak

species
Entamoeba species

mg

2.1.5 Komplikasi Diare akut


Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi berbagai
komplikasi seperti:
1. Dehidrasi
2. Renjatan (shock) hipovolemik
3. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiponatremia, hipernatremia)
4. Hipoglikemi
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang
7. Malnutrisi energi protein

Penilaian derajat dehidrasi pada diare akut berdasarkan WHO:


Penilaian

1. Lihat :
Keadaan umum

Baik sadar

*Gelisah rewel

Mata

Normal

Cekung

Air Mata

Ada

Tidak ada

Mulut dan Basah


Lidah

Kering

*Lesu/lunglai/tdk
sadar
Sangat
kering
Tidak ada

cekung,

Rasa Haus

Minum

biasa, *Haus

tidak haus

ingin Sangat kering

minum banyak

*Malas minum/tdk
bisa minum

2. Periksa Turgor Kembali cepat

*Kembali lambat

Kulit

*Kembali

sangat

lambat

3.

Hasil Tanpa dehidrasi

Pemeriksaan

Dehidrasi Ringan/ Dehidrasi Berat


Sedang

Bila ada 1 tanda *

Bila ada 1 tanda * ditambah

atau

ditambah 1 atau lebih tanda lain


lebih tanda lain
4. Terapi

Rencana Terapi A Rencana Terapi B

Rencana Terapi C

2.1.6 Penatalaksanaan
Prinsip dasar penatalaksanaan diare adalah pemberian cairan
(rehidrasi), feeding adjusment, pengobatan medikamentosa dan health
education (penyuluhan).
1) Terapi cairan dan elektrolit :
Koreksi cairan dan elektrolit dibedakan 2 macam:
- Diare akut murni.
- Diare akut dengan penyulit/komplikasi.
Ad 1.
Diare akut murni
Diare akut dehidrasi ringan sedang menggunakan oralit pada dengan
dosis 75 ml/kgBB/4 jam, jika gagal upaya rehidrasi oral (URO)
mengunakan cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml/kgBB/4 jam

Pada dehidrasi berat dapat menggunakan salah satu cara:

Cairan RLdosis 30ml/kgBB sampai tanda-tanda dehidrasi hilang


(target 4 jam atau 120 ml/kgBB)

Umur 1-11 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, selanjutnya 70


ml/kgBB dalam 5 jam

Umur 1 tahun ke atas 30 ml/kgBB dalam 30 menit pertama,


selanjutnya 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam

Ad 2. Pada diare akut dengan penyulit :

Menggunakan modifikasi Sutejo dengan cairan yang terdiri


dari NaCl 15% 10 cc (1 cc = 2,55 mEq/l), KC1 10% 4 cc (1 cc =
1,33 mEq/l), NaHCO3 8,4% 7 cc (1 cc = 1 mEq/l) dalam 500 cc
D5% (mirip cairan KAEN 3A).
Koreksi diberikan secara IV dengan kecepatan :
Diare akut dengan penyulit dengan dehidrasi ringansedang :
-4 jam I

: 50 cc/kg BB.

-20 jam II
: 150 cc/kgBB.
Atau dapat diberikan dengan kecepatan yang sama 200 ml/kgBB/hari
Diare akut dengan penyulit dehidrasi berat :
-4 jam I
: 60 cc/kg BB.
-20 jam II
: 190 cc/kgBB.
Rehidrasi yang diberikan perhari tetap dimonitoring. Rehidrasi
dihentikan jika status rehidrasi telah tercapai (tidak ada tanda-tanda
dehidrasi). Diare akut dengan penyulit dengan dehidrasi ringan-sedang
memerlukan cairan rehidrasi antara 150 200 ml/kgBB/hari sedangkan
dehidrasi berat 250 ml/kgBB/hari. Kebutuhan cairan rehidrasi untuk
anak yang lebih besar (lebih dari 10 kg) kurang dari nilai tersebut,
sebagai

patokan

praktisnya

adalah

dehidrasi

ringan-sedang

memerlukan 1,5 sampai 2 kali kebutuhan maintenance (misalnya anak


20 kg, kebutuhan maitenancenya adalah 1500 ml dengan, yang berarti
kebutuhan rehidrasinya 2250-3000ml), sedangkan dehidrasi berat 2,5
kali maintenance.

Terapi medikamentosa :
Diberikan preparat zink elemenal, untuk usia < 6 bulan sebanyak 1 x
10 mg dan usia 6 bulan sebanyak 1 x 20 mg selama 10-14 hari.
Obat-obatan antimikroba termasuk antibiotik tidak dipakai secara rutin
pada penyakit diare akut. Patokan pemberian antimikroba/antibiotika
adalah sebagai berikut :
1. Kolera.
1. Diare bakterial invasif.
2. Diare dengan penyakit penyerta.
3. Diare karena parasit/jamur.
Ad. 1. Kolera :
Semua penderita yang secara klinis dicurigai kolera diberi
Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 3 hari.
Ad. 2. Diare bakterial invasif :
Secara klinis didiagnosis jika :
Panas lebih dari 38,5oC dan meteorismus.
Ada lendir dan darah dalam tinja secara makroskopis
maupun mikroskopis.
Leukosit dalam tinja secara mikroskopis lebih dari 10/lpb
atau ++
Antibiotika yang dipakai sementara menunggu hasil kultur :
K1inis diduga ke arah Shigella (setiap diare yang disertai
darah dapat dianggap shigelosis, jika tidak ada tanda
klinis yang khas untuk penyakit lainya atau belum dapat
dibutikan infeksi lainnya, melalui kultur) diberi Nalidixid
acid 55mg/kgBB/hari diberi 4 dosis selama 10 hari atau
Ciprofloxacin 30 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 5
hari.
K1inis diduga ke arah Salmonella diberikan Kloramfenikol
100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 10 hari.
Ad. 3. Penyakit penyerta diobati sebagaimana mestinya.
Ad. 4 Untuk penyakit parasit diberikan :
Amubiasis diberikan Metronidazole 50 mg/kbBB/hari dibagi
dalam 3 dosis selama 5-7 hari.
Helminthiasis:
untuk
Ascaris/Ankylostoma/Oxyuris:
Pyrantel Pamoate 10 mg/kgBB/hari dosis tungga1 atau
albendazole 400 mg dosis tunggal untuk anak lebih dari 2
tahun.
Untuk Trichuris : Mebendazole 2 X l00 mg selama 3 hari.

Giardiasis : Metronidazole 15 mg/kgBB/hari selama 5 hari.


Untuk penyebab jamur diberikan :
Candidiasis diberikan Nistatin :
- Kurang dari 1 tahun :
4 X 100.000 IU se1ama 5 hari.
- Lebih dari 1 tahun : 4 X 300.000 IU se1ama 5 hari.

BAB IV
ANALISIS KASUS

Seorang anak Laki- laki berusia 6 bulan datang dengan keluhan utama
BAB cair serta keluhan tambahan muntah. Dari anamnesa didapatkan Sejak 5
hari SMRS penderita buang air besar (BAB) cair, frekuensi >8 kali/ hari, volume
tiap BAB gelas belimbing, air = ampas, darah tidak ada, lendir tidak ada,
mual dan muntah tidak ada, demam ada tidak tinggi, batuk tidak ada, pilek tidak
ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada, buang air kecil (BAK) seperti biasa,
penderita masih mau minum dan makan tetapi jumlah dan frekuensinya makin
berkurang. Penderita ada riwayat ganti susu formula untuk 0-6 bulan menjadi 6-12
bulan dengan merek yang sama. kemudian penderita dibawa ke bidan lalu
diberikan obat dan diganti susu formula LLM namun tidak ada perubahan. Sejak
1 hari SMRS penderita buang air besar (BAB) cair, frekuensi >10 kali/ hari,
volume tiap BAB gelas belimbing, air>ampas, darah tidak ada, lendir tidak
ada, muntah ada, frekuensi muntah >6 kali/ hari, isi apa yang dimakan, muntah
tidak menyemprot, volume muntah gelas belimbing, anak tampak rewel dan

tidak mau makan serta minum, air mata masih ada, demam ada tidak begitu tinggi,
batuk tidak ada, pilek tidak ada, kejang tidak ada, sesak nafas tidak ada, buang air
kecil (BAK) sudah berkurang, penderita dibawa ke klinik dokter umum kemudian
dirujuk ke RSUD Ibnu Sutowo.
Dari alloanamnesis yang diperoleh dari ibu pasien didapatkan adanya
buang air besar (BAB) tanpa disertai lendir dan darah sejak 5 hari yang lalu,
penderita dibawa ke bidan lalu diberikan obat dan diganti susu formula namun
tidak ada perubahan, kemudian

1 hari sebelum masuk rumah sakit

didapatkan anak mengalami BAB cair tanpa disertai lendir dan darah,
frekuensi >10 kali dengan volume tiap BAB gelas belimbing, muntah ada,
frekuensi >6 kali/hari dan demam tidak terlalu tinggi. Gejala ini menunjukkan
bahwa diare yang terjadi kemungkinan oleh karena intoleransi lactosa. Gejala
ini ditemukan kurang dari 14 hari sehingga bersifat akut. Diare akut adalah
yaitu defekasi dengan feces cair atau lembek dengan/tanpa lendir atau darah,
dengan frekuensi 3 kali atau lebih sehari, berlangsung belum lebih dari 14
hari, kurang dari 4 episode/bulan
Pada pemeriksaan fisik umum tidak didapatkan tanda-tanda dehidrasi
yaitu keadaan penderita yang rewel, mata cekung, masih ada air mata ,ubunubun besar (UUB )cekung, turgor kulit yang kembali dalam > 2 detik. Namun
pada anak ditemukan mukosa bibir kering dan anak masih mulai malas
minum. Selain itu, tanda-tanda gangguan sirkulasi seperti nadi dan nafas yang
cepat, akral ekstremitas yang dingin dan letargi tidak dijumpai. Berdasarkan
gejala-gejala tersebut maka derajat dehidrasi pada pasien ini dikategorikan
derajat ringan-sedang. Pada pemeriksaan fisik abdomen juga didapatkan tanda
bising usus yang meningkat dan tidak ada nyeri tekan.
Status gizi pasien ini menunjukkan keadaan gizi baik yakni
berdasarkan kurva WHO BB/PB berada di antara (-1 SD) (-2 SD). Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil tidak ada peningkatan kadar
leukosit yang menandakan adanya proses infeksi bakteri

Berdasarkan alloanamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang dapat ditegakkan diagnosis berupa Diare akut e.c Intoleransi
Lactosa dengan dehidrasi ringan sedang Dan diagnosis banding pada kasus ini
adalah Diare akut e.c Virus dengan dehidrasi ringan-sedang . Untuk dapat
menegakkan diagnosis secara pasti dan menyingkirkan diagnosis banding
maka dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan urin rutin, feses
rutin dan kultur feses.
Penatalaksanaan pada pasien ini dengan terapi cairan untuk mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang dan mempertahankan jumlah cairan dan
elektrolit tubuh dengan memberikan larutan oralit 75cc/kgbb/4jam sampai rasa
haus hilang kemudian apabila telah tercapai rehidrasi dilanjutkan dengan
pemberian cairan maintenance, oralit 10-20cc/kgbb. Namun bila usaha
rehidrasi oral (URO) gagal, di mana anak muntah saat diberikan oralit, upaya
penggantian cairan dilakukan melalui intravena dengan pemberian RL
75cc/kgBB/4 jam. Pemberian suplemen zinc dapat direkomendasikan sebagai
pilihan guna Mengurangi lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya
diare pada 2-3 bulan berikutnya. Untuk diet gizi diberikan diet 1000 kkal, 20
gram protein untuk mengkoreksi status gizi pasien.
Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam, pada kasus diare
prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan
dini yang tepat serta kepekaan ameba atau bakteri terhadap obat yang
diberikan. Pada bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila
mendapatkan pengobatan dini. Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya
angka kematian rendah.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Panduan Praktek Klinin (PPK) Devisi Gastrohepatologi.Departemen


Kesehatan Anak. RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang.2016

2.

Pickering LK and Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of


Pediatric,17Edition. 2003. page1272-1276

3.

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi. Bagian Ilmu


Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1998.
hal 283-293.

4.

Bannister B, Gillespie S, Jones J. Infection: microbiology and management.


3rd ed. Massachusetts: Blackwell Publishing Ltd; 2006.

5.

Fauci B, et al. Harissons principle of internal medicine. 17th ed. New York:
McGraw-Hill; 2008.

6.

Alfa, Yasmar. 2010. Diare Akut Pada Anak. Bandung : SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK UNPAD/RSHS.

7.

Frye, Richard E. 2013. Diarrhea. Available at http://www.emedicine.com


diakses tanggal 11 Mei 2016.

8.

Nguyen,

David

G.

2005.

Pediatrics,

Rotavirus.

http://www.emedicine.com/ diakses tanggal 11 Mei 2016.

Available

at

Anda mungkin juga menyukai