Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Pembimbing : dr. Lilis D Hendrawati, Sp.A

Oleh :
Karyati Afrina
2012730134

KEPANITRAAN PEDIATRI RSIJ PONDOK KOPI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat yang sangat luas
kepada kita semua. Atas pertolongan dan kekuasaan-Nya yang begitu sempurna,
penulis dapat menyelesaikan tugas Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak ini. Shalawat
serta salam juga penulis haturkan ke junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh
cahaya bagi umat yang betaqwa kepada-Nya.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan kasus ini. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran, kritik, dan koreksi untuk perbaikan penyajian
laporan kasus ini. Semoga tugas ini dapat bermandaat bagi penulis dan teman-teman
sejawat.

Jakarta,

September 2016

Penulis

LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: An. AF

Tempat/ tgl lahir

: Jakarta, 17 Mei 2015

Umur

: 1 tahun, 3 bulan, 1 hari

Jenis kelamin

: Laki-laki

Nama Ayah

: Tn. A

Pekerjaan Ayah

: Karyawan Swasta

Nama Ibu

: Ny. L

Pekerjaan Ibu

: IRT

Alamat

: Pulo Gadung, jakarta timur

Tanggal masuk RS : 18-08-2016, Pukul 10.00 WIB


No. RMK

: 00-80-72-XX

ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS) 18 Agustus 2016

Keluhan Utama
Buang air besar cair dan muntah-muntah sejak 3 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


4 hari yang lalu, pasien demam. Demam bersifat naik turun, naik pada
pagi hari saat pasien bangun tidur, demam tidak disertai menggigil
ataupun kejang.
3 hari yang lalu BAB cair dan muntah-muntah Pasien BAB cair
sebanyak > 6 kali per hari, berwarna kuning, berampas, terdapat
sedikit lendir, tidak berbusa dan tidak berdarah, berbau asam. Pasien
muntah > 10 kali per hari, muntah setiap kali pasien selesai menyusu,
muntah berisi cairan susu berwarna putih sebanyak gelas kecil air
mineral setiap kali muntah.
Sejak tadi pagi setelah bangun tidur, pasien muntah-muntah dan BAB
cair. Muntah berisi cairan susu berwarna putih sebanyak gelas
kecil air mineral, pasien sudah muntah sebanyak 4 kali dari sejak tadi
pagi setelah bangun tidur sampai pada saat berobat, biasanya muntah
setelah beberapa menit selesai minum susu. Pagi ini pasien BAB cair
sudah 3x. Pasien juga mengalami demam, rewel, nafsu makan
menurun namun masih mau minum susu. Ibu pasien menyangkal

keluhan batuk, pilek dan sesak nafas.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami gejala yang sama seperti ini sebelumnya, namun
biasanya cukup dibawa berobat ke bidan dan kemudian sembuh.

Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga tidak ada yang mengalami gejala yang sama, riwayat kejang tidak
ada.
Riwayat Pengobatan
4 hari yang lalu pasien sudah berobat ke bidan, diberi obat penurun panas dan
antibiotik, setelah minum obat keluhan sudah mulai membaik namun setelah
itu timbul lagi dan semakin parah.

Riwayat Psikososial
Pasien memiliki kebiasaan memasukan jari ataupun mengecap jempolnya ke
mulut. Pasien makan bubur tim yang selalu dibeli diluar. Menurut pengakuan
ibu pasien, ibu pasien merebus botol susu dengan air hangat terlebih dahulu
sebelum digunakan dan sebelum memberikan ASI ibu pasien membersihkan
terlebih dahulu area puting payudara dengan air hangat. Air dirumah bening,
tidak berwarna dan berbau. Lingkungan rumah pasien bersih, jauh dari sungai

dan tempat pembuangan sampah.


Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi obat, makanan, susu sapi, cuaca ataupun debu.

Riwayat Imunisasi

Hepatitis B : 3x umur 0 bulan, 1 bulan, 6 bulan


BCG : 1x, umur 2 bulan
Scar : 2 mm
DPT : 3x umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
Polio : 4x umur 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
Campak : 1x umur 9 bulan

Riwayat Makanan
Tidak mendapat ASI ekslusif, langsung mendapat susu formula karena ASI
tidak keluar. Setelah ASI keluar, tetap diberikan juga susu formula.
MP-ASI (susu formula) : saat lahir - sekarang
MP- ASI (Nasi Tim halus) : 8 12 bulan
MP-ASI (Nasi Tim kasar) : 13 15 bulan
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Ibu pasien rutin memeriksa kandungan ke bidan. Tidak ada riwayat gangguan
saat kehamilan, riwayat persalinan SC, BBL 4450 gram, PB 52 cm, cukup

bulan, menangis kuat, air ketuban jernih.


Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan
Motorik Kasar
: normal
Motorik Halus
: normal
Bicara
: normal
Personal social
: normal

Kesimpulan
: Tumbuh kembang anak sesuai usia.

Kesimpulan Status Gizi :


BB/U : 9,6/11,2 x 100% = 87 %
TB/U: 76/79 x 100% = 96 %
BB/TB : 9,6/10,4 x 100% = 92 %

Kesan : Gizi Baik

PEMERIKSAAN KHUSUS :
Kulit : Turgor kulit kembali lambat, tidak sianosis, tidak ikterik, tidak ada

purpura, tidak ada eritema.


Kepala :
Bentuk kepala : Normocephal
Rambut : Kecoklatan, tidak mudah rontok dan dicabut
Ubun-ubun : Belum menutup sempurna, cekung (+).
Mata : Mata cekung (+)/(+), konjungtiva anemis (+)/(+), sklera tidak ikterik,

pupil ishokor, refleks cahaya positif.


Hidung : Tidak ada deviasi septum, tidak ada epistaksis, tidak ada sekret, tidak

ada pernafasan cuping hidung.


Telinga : Normotia, nyeri tekan daun telinga telinga tidak ada.
Mulut :
Bibir : mukosa bibir kering, tidak sianosis
Lidah : tremor tidak ada, lidah kotor tidak ada.
Tonsil : tidak ada pembesaran tonsil
Pharinx : tidak hiperemis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Thorax (Paru dan Jantung)
Inspeksi : Dada simetris dextra-sinistra, bentuk dada normal
Palpasi : Tidak ada bagian dinding thorax yang tertinggal, vocal fremitus
simetris.
Perkusi :
Paru : sonor dikedua lapang paru
Jantung : pekak
Auskultasi :
Paru : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/ Jantung : BJ I dan BJ II reguler
Abdomen :
Inspeksi : Perut datar
Auskultasi : Bising usus meningkat
Palpasi : nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada, turgor kulit
kembali lambat
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, CRT > 2 dtk.

Gerakan

tif

Tungkai
Ak
Ak
tif

A
ktif

Lengan

Aktif

Tonus
Trofi
Klonus
Refleks

fisiologis

Refleks

+
+

+
+

+
+

Br

Br

Kaku

patologis

M.Sign

Sensibilita

kuduk

+
+

udzinki I

udzinki II

ernig

(-)

(-)

sign (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium (20 Juni 2016)

Hematologi

Hasil

rutin

Hb

Nilai

Satuan

normal

12,0

10,5

gr %

13,5

Leukosit

9,6

Hematokrit

38

6,0 15

36,0

103/uL

44,0

Trombosit

441

200 -

103/uL

mmol/L

mmol/L

mmol/L

475

Electrolit

Natrium
Kalium

144
4,81

132-145

3,505,50

Chloride

108

98-110

RESUME :

Anak laki-laki usia 1 tahun, 3 bulan, 1 hari, datang dengan keluhan BAB cair
dan muntah sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya, demam sejak 4 hari yang
lalu, bersifat naik turun, naik pada pagi hari saat pasien bangun tidur, demam
tidak disertai menggigil ataupun kejang. BAB cair sejak 3 hari yang lalu
sebanyak > 6 kali per hari, berwarna kuning, berampas, terdapat sedikit
lendir, tidak berbusa dan tidak berdarah, berbau asam. Muntah sejak 3 hari
yang lalu > 10 kali per hari, muntah setiap kali pasien selesai menyusu,
muntah berisi cairan susu berwarna putih sebanyak gelas kecil air
mineral setiap kali muntah. Sejak tadi pagi setelah bangun tidur, pasien
muntah-muntah dan BAB cair, muntah berisi cairan susu berwarna putih
sebanyak gelas kecil air mineral, pasien sudah muntah sebanyak 4 kali
dan BAB cair sudah 3x dari sejak tadi pagi setelah bangun tidur sampai saat
masuk poli, pasien demam, rewel, nafsu makan menurun namun masih mau
minum. Ibu pasien menyangkal keluhan batuk, pilek dan sesak nafas.

Pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum sakit sedang, kesadaran compos


mentis, suhu : 38,3 c, frekuensi pernapasan : 28x/ menit, nadi : 115x/menit,
mata cekung, ubun-ubun cekung, konjungtiva dextra dan sinistra anemis,
suara napas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada, suara jantung BJ
I dan BJ II normal, reguler, bising usus meningkat, turgor kulit kembali
lambat, CRT > 2 detik, akral hangat.

DIAGNOSA KERJA : Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang

PENATALAKSANAAN :

Kebutuhan cairan BB 9,6 kg

IVFD KaEn 3B 1500 ml/24 jam


Terapi IV : Cedantron drip 4 mg (Kolf I)
Daryazinc syr 1x1 cth
Probiokid sachet 1x1 sehari
Tempra drop 4x1 ml

Edukasi : Edukasi orang tua agar memberikan cairan secara oral sesering
mungkin untuk cegah dehidrasi, pemberian makanan dan minuman dilanjutkan
dan menjaga kebersihan tempat makan serta lingkungan, anjurkan kepada ibu
untuk membuat makanan sendiri dirumah agar terjamin kebersihan dan gizi
makanan untuk anak dan segera lapor apabila anak mengalami penurunan
kesadaran dan tiba-tiba tidak mau minum.

PROGNOSIS :

Quo Ad Vitam
: dubia ad bonam
Qua Ad Functionam : dubia ad bonam
Qua Ad Sanationam : dubia ad bonam

Follow Up :

19 Agustus 2016, jam 14.00 WIB


S : Masih demam, BAB encer 8x, muntah sudah > 10x berisi makanan

gelas air mineral, lemas, nafsu makan masih kurang.


O : suhu 37,80C, frekuensi pernapasan : 30x/menit, nadi : 106x/menit, mata
masih cekung, konjungtiva hiperemis, suara napas vesikuler, ronkhi tidak

ada, wheezing tidak ada, turgor kulit kembali lambat, CRT > 2 detik.
A : Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang
P : IVFD KaEn 3B 1500 ml/24 jam

Terapi IV : Cedantron drip 4 mg (kolf I)

Daryazinc 1x1 cth

Probiokid 1x1 cth

Tempra drop 4x1 ml

20 Agustus 2016, jam 16.00 WIB


S : Demam tidak ada, muntah sudah tidak ada, BAB cair tidak ada, terakhir
BAB pagi hari berwarna kuning, lendir tidak ada namun terdapat sedikit

ampas, nafsu makan membaik,


O : suhu 36,4c , frekuensi pernapasan : 32x/menit, nadi : 108x/menit, ubunubun datar, mata cekung (-)/(-), konjungtiva hiperemis (+)/(+), suara napas
vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada, turgor kulit normal, CRT

2 detik.
A : Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang sudah membaik.
P : Daryazinc syr 1x1

ANALISIS MASALAH

Pasien ini didiagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang karena :

Pasien ini didiagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang

karena pada kasus ini, pasien BAB cair sudah 3 hari (< 1 minggu) dengan
frekuensi > 6x per hari (> 3x per hari), berwarna kuning, berampas, terdapat
sedikit lendir, tidak berbusa dan tidak berdarah, berbau asam,

Menurut WHO, diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari

tiga kali sehari. Dalam referensi lain juga disebutkan bahwa definisi diare untuk
bayi dan anak-anak adalah pengeluaran tinja > 10 g/kg/24 jam, sedangkan ratarata pengeluaran tinja normal pada bayi sebesar 5-10 g/kg/24 jam.1

Selanjutnya, menurut teori diare dibagi menjadi diare akut dan diare
kronis. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Kadang-kadang pada
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari tetapi konsistensinya cair,
keadaan ini sudah dapat disebut diare. Diare kronik adalah diare yang
berlangsung lebih dari 2 minggu sedangkan kondisi serupa yang disertai berat
badan menurun atau sukar naik oleh Walker-Smith et al. didefinisikan sebagai
diare persisten.2

Berikut penentuan derajat dehidrasi menurut WHO:3

Penilaian

Keadaan

Tanpa

Dehidrasi
Baik, Sadar

Dehidrasi

ringan sedang
*Gelisah,

Umum

Mata

Air Mata
Mulut
dan

lidah
Rasa Haus

Periksa

Turgor Kulit
Hasil

Ada
Basah

Minum
biasa

Normal

tidak

haus
Kembali

Cepat
Tanpa

Pemriksaan

Dehidrasi

Berat
*Lesu,

Rewel

Lunglai/

Cekung

Tidak Sadar
Sangat

Cekung
Kering
Sangat

Kering
*Malas

Berkurang
Kering

*Haus

ingin

minum

minum/ tidak

banyak
*Kembali

bisa minum
*Kembali

lambat
Dehidrasi

sangat lambat
Dehidrasi

Berat
Bila ada

dehidrasi

ringan

sedang
Bila ada 1

tanda*

tanda*

ditambah

ditambah
atau

Terapi

Rencana
terapi A

terapi B

atau

lebih

tanda lain
Rencana

lebih

tanda lain.

Rencana
terapi C

Faktor resiko :
Pada riwayat psikososial, pasien memiliki kebiasaan memasukan jari
ataupun mengecap jempolnya ke mulut. Pasien diberi makan bubur tim yang
selalu dibeli diluar. Serta pasien tidak mendapatkan ASI eksklusif dikarenakan
ASI tidak keluar sehingga pada saat lahir pasien langsung diberi susu formula.

Hal tersebut sesuai dengan teori dimana mekanisme penularan utama

untuk patogen diare adalah fecal-oral, melalui minuman dan makanan yang
tercemar oleh enteropatogen, kontak langsung tangan dengan penderita atau
barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui
lalat (melalui 4F = finger, flies, fluid, field). Faktor resiko yang dapat
meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak memberikan ASI secara
penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan
air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK),
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak higienis, gizi buruk, imunodefisiensi, menurunnya motilitas
usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir, faktor genetik, dan faktor
lainnya antara lain :4,5,6

Faktor lainnya antara lain:


Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi
efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,
pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak

langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai

merangkak.7
Infeksi asimtomatik

Meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas


aktif. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran
enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak

menjaga kebersihan dan berpindah-pindah tempat.8


Faktor musiman

Di daerah subtropik, diare karena bakteri lebih sering terjasi pada


musim panas sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya
terjadi pada musim dingin. Di daerah tropik (termasuk Indonesia), diare yang
disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan
sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung
meningkat pada musim hujan.6

Etiologi :

Pada kasus ini pasien memiliki kebiasaan menghisap jari jempol dan diberi
makanan (bubur tim) yang selalu dibeli diluar, dimana kebersihannya tidak
diketahui dan mungkin tercemar dengan kotoran yang mengandung kuman
patogen.

Secara teori, diare dibagi menjadi diare infeksi dan non infeksi. Diare infeksi

dibagi lagi atas inflammatory dan non inflammatory.

Enteropatogen

menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi enterotokin oleh bakteri,


desktruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan
dan/atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare biasanya
disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau

memproduksi sitotoksin. Sedangkan penyebab diare non infeksi antara lain


seperti defek anatomis, malabsorbsi, keracunan makanan, alergi susu sapi, dll.6
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
adalah:6

Golongan bakteri
1. Aeromonas
2. Bacillus cereus
3. Campylobacter jejuni
4. Clostridium perfringens
5. Clostridium defficile
6. Escherichia coli
7. plesiomonas shigeloides

8. Salmonella
9. Shigella
10. Staphylococcus aureus
11. Vibrio cholera
12. Vibrio parahaemolyticus
13. Yersinia enterocolitica

Golongan virus
1. Astrovirus
2. Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
3. Enteric adenovirus
4. Coronavirus
Golongan parasit
1. Balantidium coli
2. Blastocystis homonis
3. Cryptosporidium parvum
4. Entamoeba histolytica

5. Rotavirus
6. Norwalk virus
7. Herpes simplex virus*
8. Cytomegalovirus*

5. Giardia lamblia
6. Isopora belli
7. Strongyloides stercoralis
8. Trichuris trichiura

Sumber : Nelson Textbook of Pediatric


*umumnya

berhubungan

dengan

diare

hanya

pada

penderita

immunocompromised

Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada

anak-anak yaitu: Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella,


Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium.9
Gejala Klinis

Pada kasus pasien mengeluhkan demam sejak 4 hari yang lalu, BAB
cair serta muntah-muntah sejak 3 hari yang lalu, berwarna kuning, berampas,
terdapat sedikit lendir, tidak berbusa dan tidak berdarah, berbau asam,

Secara teori, infeksi pada usus menimbulkan tanda dan gejala


gastrointestinal. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah.
Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Bila
terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi.
Panas badan umumnya terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.9

Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna
bagian atas seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin,
Giardia, dan Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada non
inflammatory diare. Biasanya penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri
perut periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukkan bahwa saluran cerna
bagian atas yang terkena.9

Ge

jala

Sal

EI

ot

mo

ol

av

nell

er

ir

us

ll
a
M

6-

6-

asa

7-

72

tun

jam

72

as

ja

ja

ja

a
m
-

+
-

m
+

+
J

ual

Pa

nas

mu
nta

ri

a
r
a

++
Se

48

rin

ri

Ny

g
T

g
T

Ten

g
Kr

eri

en

esm

en

per

es

us

es

ut

koli

us

us

kr

r
a
m
Ny

p
+

5-

>

3-7

eri
ke
pal
a
La

Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab:10

Hasil Pemeriksaan Laboratorium :

Hasil laboratorium pada kasus untuk hematologi rutin dan elektrolit masih
dalam batas normal, tidak terdapat peningkatan kadar leukosit yang berarti tidak
terjadi suatu proses infeksi bakteri. Namun dibutuhkan pemeriksaan penunjang
lainnya seperti diff count (basofil, eosinophil, neutrofil, limfosit, monosit) dan
pemeriksaan feses (makroskopik dan mikroskopik) untuk mengetahui lebih jelas
dan pasti penyebab diare tersebut.4

Hematologi
rutin

Hasil

Hb

12,0

Leukosit

9,2

Hematokrit

37

Trombosit

423

Nilai

10,5

gr %

13,5

103/uL

6,0 15
36,0

44,0
200 -

103/uL

475

Electrolit

Natrium

144

Kalium

4,81

Chloride

108

Satuan

normal

132-145
3,505,50
98-110

mmol/L
mmol/L
mmol/L

Tatalaksana
Departemen kesehatan menetapkam 5 pilar penatalaksanaan diare
bagi semua kasus diare yang diderita anak balita yang dirawat di rumah maupun
di rumah sakit, yaitu :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit.
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
3. Makanan dan minuman tetap diteruskan.
4. Antibiotik selektif.
5. Nasihat kepada orang tua.
Catatan :

* Tidak boleh diberikan obat

anti diare

* Antibiotik diberikan bila

ada indikasi, misalnya disentri atau kolera.


* Antiparasit diberikan bila

ada indikasi, misalnya : infeksi amuba.

Sedangkan, untuk tatalaksana medikamentosa pada kasus ini, pasien

menderita diare akut dengan dehidrasi ringan sedang sehingga memerlukan


tatalaksana terapi B yaitu:

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan

pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat
diberikan secara intravena. Pemberian oralit sebanyak 75 ml/kgBB/3jam. Volume
kekurangan cairan apabila berat badan tidak diketahui yaitu usia < 1 tahun
sebesar 300 ml, 1-5 tahun 600 ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa adalah
2400 ml. bila oralit tidak dapat diberikan secara oral dapat diberikan melalui

nasogastrik dengan volume yang sama dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam. Beri


tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada rencana terapi
A.10

Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali
tidak bisa minum oralit misalnya karena anak muntah, dapat diberikan
infus dengan intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kgBB cairan RL atau
Ringer Asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi
sebagai berikut :11

Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam


Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam.

Pada pasien ini tidak diberikan oralit tetapi diberikan infus intravena

dikarenakan pasien mengalami muntah-muntah. Tatalaksananya yaitu:11


Usia

= 15 bulan

BB

= 9,6 kg

Jenis cairan ringer laktat, dengan perhitungan cairan untuk anak usia 12 bulan
sampai 5 tahun yaitu 70 ml/kgBB/2,5 jam :

70 x 9,6 x 20
=89,6 tpm 90 tpm
2,5 x 60

o
o
o
o

Terapi IV : Cedantron drip 4 mg (Kolf I)


Daryazinc syr 1x1 cth
Probiokid sachet 1x1 sehari
Tempra drop 4x1 ml

Selanjutnya lakukan observasi pada anak:11

Periksa kembali anak setiap 1-2 jam.


Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.
Periksa kembali anak sesudah 3 jam.
Klasifikasikan kembali dehidrasi.
Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan
penanganan.

Atau, dapat juga menggunakan perhitungan menurut IDAI13 :


Diare dengan dehidrasi ringan-sedang :

Cairan Rehidrasi Oral (CRO) diberikan sebanyak 75 ml/kgBB dalam 3 jam untuk
mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 ml/kgBB

setiap diare cair.


Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi
minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau
melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat
atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat
badan. Status hidrasi devaluasi secara berkala.
o Berat badan 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari
o Berat badan 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hari
o Berat badan > 15 kg : 135 ml/kgBB/hari

BB = 9,6 kg
-

IVFD KaEN 3B 200 ml/kgBB/hari :


200 x 9,6 x 20

= 27 tpm (makro)
24 x 60

Terapi IV : Cedantron drip 4 mg (Kalf I)


Daryazinc syr 1x1 cth
Probiokid sachet 1x1 sehari
Tempra drop 4x1 ml

Edukasi
Edukasi orang tua agar memberikan cairan secara oral sesering mungkin
untuk cegah dehidrasi, pemberian makanan dan minuman dilanjutkan dan
menjaga kebersihan tempat makan serta lingkungan, anjurkan kepada ibu untuk
membuat makanan sendiri dirumah agar terjamin kebersihan dan gizi makanan
untuk anak dan segera lapor apabila anak mengalami penurunan kesadaran dan
tiba-tiba tidak mau minum.
PROGNOSIS :
Quo Ad Vitam
: dubia ad bonam
Qua Ad Functionam : dubia ad bonam
Qua Ad Sanationam : dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA
1. Ghishan RE, Chronic Diarrhea. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. WB
Saunders, Philadelphia. 2007.
2. Bhutta ZA. Perrsistent Diarrhea in Developing Countries. Ann Nestle.
2006;64:39-47.
3. WHO. The Treatment of diarrhea: a manual for physicians and other senior
health workers Child Health/WHO. CDR 95.1995.
4. Sunoto, Sutoto, Soeprapto P, Soenarto Y, Ismail R. Pedoman Proses Belajar
Mengajar Diare, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular. 1990.
5. Tolia V. Acut Infection Diarrhea in Children. Current Treatmen Option in
Infections Diseases. 2002;4:183-94
6. Pickering LK, Cleary TG. Approach to Patients with gastrointestinal tract
infection and food poisoning in Feigin RD. Cherry JC eds. Textbook of Pediatric
Infection Diseases 4 Ed WB Saunders Co. 1998; 1:567-94.
7. Direktorat Jendral PPM & PLP, Departemn Kesehatan Republik Indonesia.
PMPD. Buku Ajar Diare. 1996.
8. Bresse J, Fang, Wang BLE, Soenarto Y, Nelson EA, Tam J, Wilopo SA, Kilgore
P. First report from the asian rotavirus surveillance network. Emerg Infect Dis.
2004;10(6):988-955.
9. Luttrie M, Soenarto SS, et al. Buku Ajar Gastroenterohepatologi. 2 nd ed. Jakarta:
UKK Gastroenterohepatologi; 2011. p.87-120.

10. WHO. The Treatment of diarrhea: a manual for physicians and other senior
health workers Child Health/WHO. CDR 95.1995.
11. World Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children
[monograph on the Internet]. Switzerland: World Health Organization Press;
2013

[cited

2016

Jun

29].

Available

from:

http://www.ichrc.org/sites/default/files/pocket%20book%20high%20res_0.pdf.
12. id.wikipedia.org [homepage on the Internet]. Dehidrasi [update 2016 March 20;
cited 2016 Jun 29]. Available from: https://id.wikipedia.org/wiki/Dehidrasi
13. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, editors. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan

Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009. p.58-62.

Anda mungkin juga menyukai